• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL MO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL MO"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL MO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG STUDI KASUS KOMIK “GALS!” VOL. 1

1-BAN NO “GALS”! NO NIHONGO NO BUNSHOU NI OKERU MO NO JOSHI NO IMI TO KINOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Mengikuti Ujian

Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang

O L E H

SITI FATIMAH HANUM 150722003

PROGRAM EKSTENSI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL MO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG STUDI KASUS KOMIK “GALS!” VOL. 1

1-BAN NO “GALS!” NO NIHONGO NO BUNSHOU NI OKERU MO NO JOSHI NO IMI TO KINOU NO BUNSEKI

Skripsi

Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Mengikuti Ujian Sarjana Bidang

Ilmu Sastra Jepang Oleh:

SITI FATIMAH HANUM 150722003

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

NIP: 19600919 1988 03 1 001 NIP: 19620727 1987 03 2 005 Drs. Eman Kusdiyana, M.HumAdriana Hasibuan, S.S.,M.Hum

PROGRAM EKSTENSI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

Disetujui Oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, 2018 Program Studi Sastra Jepang Ketua,

NIP: 19580704 198412 1 001 Prof.Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL MO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG STUDI KASUS KOMIK “GALS!”

VOL.1.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dari tata bahasa maupun uraiannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang akan menjadi sumber pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang turut dengan sabar telah memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Ekstensi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

(5)

Universitas Sumatera Utara, terima kasih tak terhingga atas Ilmu-Ilmu yang telah diajarkan serta bimbingannya selama penulis menimba ilmu di sini.

Semoga ilmu yang telah diajarkan dapat penulis manfaatkan dengan sebaik-baiknya dan semoga penulis bisa membagi pengetahuan yang telah didapat kepada orang lain juga.

6. Untuk kedua orang tua penulis, Abdul Rasyid dan Rosmita Ginting, yang telah memberikan dukungan, perhatian, semangat serta bantuan yang tak terhingga baik dalam bentuk nasihat maupun materi, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan masa studinya di Program Studi Ekstensi Sastra Jepang ini.

7. Untuk keluarga besar penulis yang lainnya, Bai Uun, Om Ruli, Mami Ina, Mamud, berserta adik-adik sepupu penulis dan abang sepupu penulis, penulis ucapkan banyak terima kasih atas dukungan yang telah kalian berikan selama ini. Dukungan tersebut sangat berarti yang menjadikan penulis tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk teman-teman seperjuangan Stambuk 015 Ekstensi Sastra Jepang, Desima Sipapaga, Sri Wahyuni, Kak Amel, Kak Ratna, Kak Ranissa, Ode, Noni dan teman-teman lainnya serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan serta motivasinya selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan diatas. Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kekurangan baik dalam penulisan skripsi ini maupun dalam diri penulis sendiri. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat

(6)

bagi kita semua.

Medan, 2018

NIM:

Siti Fatimah Hanum

150722003

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iv

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...6

1.3 Ruang Lingkup...9

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...10

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian...15

1.6 Metode Penelitian...16

BAB II: GAMBARAN UMUM JOSHI (PARTIKEL) BAHASA JEPANG 2.1 Pengertian Joshi...18

2.2 Karakteristik Joshi...19

2.3 Jenis-jenisJoshi...20

2.4 Fungsi-fungsi Joshi...23

2.5 Fungsi dan Makna Joshi Mo...29

BAB III:ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL MO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG PADA KOMIK “GALS!” VOL.1 3.1 Joshi Mo yang menyatakan kesamaan jenis antara dua subjek yang berupa katabenda...38

3.2 Joshi Mo yang menyatakan penambahan urutan dua atau lebih sesuatu yang berada dalam kategori yang hampir sama... ...49

(8)

3.3 Joshi Mo yang menyatakan tidak ada perbedaan yang berarti antara dua hal atau tindakan...51 3.4 Joshi Mo yang menyatakan penambahan pada sesuatu yang telah ada

sebelumya...59 3.5 Joshi Mo yang menyatakan ketiadaan atau penyangkalan Akan sesuatu...76 3.6 Joshi Mo yang menyatakan situasi atau kondisi diluar

dugaan...80 3.7 Joshi Mo yang menyatakan dugaan atau pengadaian dengan pengertian bila

dugaan benar maka hasil tidak akan bagus atau sesuai ekspektasi...87

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan...90 4.2 Saran ...92 DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seperti yang telah diketahui secara umum, pengertian bahasa sudah banyak dikemukakan oleh para ahli bahasa, salah satu pengertian bahasa yang lazim dikutip oleh para peneliti bahasa adalah; Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain baik itu dilakukan secara lisan ataupun tulisan.

Abdul Chaer (1994:42) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem dan bahasa adalah lambang dan bahasa adalah bunyi. Jadi, sistem itu berupa lambang dan wujudnya berupa bunyi. Masih menurut Abdul Chaer, sebagai alat komunikasi verba, bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer.

Maksudnya, tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai yaitu referen dari kata atau leksem tersebut.

Disamping itu, setiap bahasa mempunyai ciri khas tersendiri yang mungkin tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi,

(10)

sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

Yang mana sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara fungsional. Dan bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.

Dari definisi bahasa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa termasuk salah satu kebutuhan dasar manusia. Karena tanpa adanya bahasa, tentu kehidupan tidak akan dapat berjalan dan berkembang seperti sekarang. Disisi lain pun, tanpa adanya masyarakat maka tidak akan ada bahasa. Jadi, bahasa dan masyarakat adalah hal yang memang tidak bisa dipisahkan. Namun tentu saja untuk dapat menjalin komunikasi yang baik antar sesama maka pembicara dan lawan bicaranya harus dapat memahami secara tepat makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Untuk dapat memahami dengan baik maksud yang diutarakan diperlukanlah pemahaman mengenai tata bahasa.

Menurut Iwabuchi Tadasu dalam Ivond Mangerongkonda (Skripsi) mengartikan gramatika (tata bahasa) sebagai aturan-aturan mengenai bagaimana menggunakan dan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat. Selain itu,

(11)

aturan-aturan mengenai bagaimana menggunakan dan menyusun beberapa bunsetsu untuk membuat sebuah kalimat pun disebut tata bahasa. Apabila kata-kata

digabungkan maka akan membentuk unsur kalimat, lalu apabila unsur -unsur kalimat itu digabungkan maka akan membentuk sebuah kalimat (Sudjianto dan Dahidi,2007:133). Oleh karena itu, dalam menguasai suatu bahasa maka diperlukan pemahaman yang baik mengenai tata bahasanya. Dan setiap bahasa tentunya memiliki karakteristiknya masing-masing. Seperti halnya dalam bahasa Jepang yang memiliki ciri khas tersendiri yang menjadikannya sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia. Salah satu yang menjadi keistimewaan dari bahasa Jepang tersebut adalah adanya penggunaan Joshi (Partikel).

Joshi (Partikel) merupakan kata yang tidak memiliki makna leksikal,

namun memiliki makna gramatikal dan ia termasuk kedalam kelas kata Fuzokugoyang tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, satu Bunsetsu, apalagi

sebagai kalimat, tetapi Joshi akan menunjukkan maknanya apabila sudah dipakai setelah kelas kata lain yang dapat berdiri sendiri (Sudjianto dan Dahidi, 2009:181).

Pendapat tentang Joshi tersebut didukung juga oleh pendapat dari Iori, dkk.

Menurut Iori, dkk (2000:345) dalam Diyah Wahyu Novianti menyatakan bahwa :

「助詞は、単独で用いられず、名詞や動詞などの他の語に後接する、活用

(12)

のない語です。」

Joshi wa, tandoku de mochiirarezu, meishi ya doushi nado no ta no go ni gosetsu

suru, katsuyou no nai go desu.

Terjemahan: Joshi adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri, melekat pada nomina, verba, dan kata lainnya, dan tidak berkonjugasi.

Joshi memiliki dua fungsi yaitu: untuk menunjukkan hubungan antara kata

satu dengan kata lainnya didalam sebuah kalimat dan memberikan kata tersebut sebuah makna atau nuansa yang khas. Dapat dikatakan partikel merupakan unsur vital dalam bahasa Jepang. Hal tersebut dikarenakan, tanpa adanya partikel dalam kalimat bahasa Jepang tentu saja kalimat tersebut akan sulit dimengerti maksudnya.

Begitu juga jika salah menggunakan partikel dalam sebuah kalimat maka akan menimbulkan kesalahpahaman oleh lawan bicara. Sebagai contohnya kita lihat pada kalimat berikut:

'Saya makan ikan'.

'saya' sebagai subjek , “makan” sebagai predikat dan “ikan” sebagai objek.

Jika dilihat dari tata bahasa Indonesia kalimat tersebut sudah benar dan dapat dipahami secara jelas. Namun, jika kalimat tadi diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Jepang apa adanya tanpa menggunakan partikel maka akan menjadi:

(13)

私さかな食べる

watashi sakana taberu

artinya: saya ikan makan.

Dalam bahasa Jepang kalimat diatas secara tata bahasa adalah salah dan tidak memiliki arti yang jelas. Jika kita coba memasukkan beberapa partikel kemungkinan kedalam kalimat tersebut maka akan menciptakan beberapa arti yang

sangat berbeda.

私はさかなを食べる 'Saya makan ikan' 私をさかなが食べる 'Ikan makan saya'

私とさかなが食べる 'Saya makan bersama ikan'

Dengan melihat contoh diatas dapat kita lihat bahwa kita dapat berkomunikasi dengan penyampaian yang berbeda bergantung pada partikel yang digunakan, meskipun kata-kata yang digunakan sama. Selain itu terdapat pula partikel yang memiliki fungsi lebih dari satu, salah satu contohnya partikel De.

Pada umunya partikel ini dikenal sebagai penanda keterangan tempat. Namun ternyata fungsi partikel De dapat juga untuk menyatakan perbandingan, alat yang digunakan, alasan dan berbagai fungsi lainnya. Dari contoh partikel De diatas juga, pembelajar bahasa Jepang juga dapat menemukan kesulitan lainnya, yaitu adanya

(14)

partikel yang memiliki fungsi sekilas hampir sama. Dalam hal ini adalah partikel Ni yang juga berfungsi sebagai penanda tempat dan sama-sama bermakna “Di”.

Namun jika ditelaah lagi kita akan menemukan perbedaan antara keduanya.

Contoh:

学校で勉強します. 'Saya belajar di sekolah'.

山田さんは図書館にいます. 'Yamada ada di perpustakaan'.

Partikel De pada contoh pertama bermakna “Di” berfungsi sebagai penanda tempat disertai adanya suatu aktifitas atau kegiatan yang berlangsung. Sedangkan contoh kedua, partikel Ni yang juga bermakna “Di”, berfungsi sebagai penanda tempat akan keberadaan sesuatu baik itu benda hidup atau benda mati.

Hal-hal tersebut pun menjadikan para pembelajar bahasa Jepang menganggap partikel merupakan penghambat dalam mempelajari bahasa Jepang, dikarenakan kebanyakan dari mereka bahkan termasuk penulis masih merasa bingung dalam menentukan partikel mana yang tepat untuk digunakan. Namun disatu sisi inilah keunikan dalam mempelajari bahasa Jepang.

Hingga saat ini terdapat lebih dari 100 partikel dalam bahasa Jepang dan tiap-tiap partikel mempunyai fungsinya masing-masing. Oleh karena itu

(15)

penggunaan dari tiap-tiap partikel tersebut harus tepat sesuai dengan kebutuhan kalimatnya. Salah satu partikel yang menarik perhatian bagi penulis kali ini adalah partikel Mo. Dikarenakan seperti yang sudah penulis uraikan diatas bahwa partikel Mo ini termasuk kedalam partikel yang memiliki fungsi lebih dari satu. Tentunya

ini menarik untuk dibahas dikarenakan dalam berbagai kalimat, kita dapat menemukan fungsi yang berbeda-beda dengan partikel yang sama.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk memahami tiap fungsi dan makna dari partikel Mo dan dalam menganalisanya penulis menggunakan komik berbahasa Jepang, yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Analisis Fungsi Dan Makna Partikel Mo Dalam Kalimat Bahasa Jepang Studi Kasus Komik Gals!Vol.1”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam mempelajari bahasa asing, pemahaman terhadap aturan-aturan yang terdapat dalam bahasa tersebut mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan setiap bahasa yang ada di dunia tentunya memiliki karakteristik masing-masing, karakteristik tersebut menjadikannya khas dan unik dari bahasa lainnya. Begitu juga dengan bahasa Jepang yang memiliki karakteristik yang beberapa diantaranya

(16)

dari segi huruf meliputi penggunaan huruf Hiragana, Katakana dan Kanji.

Sedangkan jika dilihat dari segi gramatikal, tentunya memiliki perbedaan jika dibandingkan bahasa Indonesia. Diantaranya, dari struktur kalimatnya bahasa Jepang memiliki struktur kalimat Subjek-Keterangan-Objek-Predikat atau Keterangan-Subjek-Objek-Predikat dengan ketetapan bahwa posisi predikat selalu berada diakhir kalimat, tentunya ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang berpola Subjek-Predikat-Objek-Keterangan. Nomina, Verba dan Adjektiva dalam bahasa Jepang mudah dikenali dengan melihat bentuk katanya karena memiliki ciri tersendiri. Dalam bahasa Jepang juga banyak terdapat Sinonim, Polisemi, dan Homonim yang membuatnya menarik untuk dipelajari ataupun dijadikan objek penelitian. Selain itu, salah satu yang menjadikan bahasa Jepang itu khas adalah adanya pemakaian partikel atau pemarkah kasus (Joshi) dan inilah yang akan menjadi fokus penulis dalam skripsi ini.

Joshi merupakan salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Ia merupakan

kata yang tidak memiliki makna leksikal namun memiliki makna gramatikal. Joshi tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus ada kata yang diikutinya. Dengan mengikuti kata tersebut, maka Joshiakan menunjukkan hubungan antara satu kata dengan kata lainnya dalam kalimat bahasa Jepang dan memberikan kata tersebut

(17)

sebuah arti tertentu. Joshi juga tidak mengalami perubahan bentuk, jadi dimanapun posisinya dalam kalimat, Ia akan tetap pada bentuk aslinya.

Terdapat banyak sekali Joshi dalam bahasa Jepang, dan tiap-tiap Joshi memiliki fungsi masing-masing. diantaranya menyatakan tujuan, alasan, jumlah, perbandingan dan lain-lain. Yang menjadi kendala disini adalah ada beberapa Joshi yang terkadang memiliki fungsi yang mirip dengan Joshi lainnya atau pun Joshi yang ternyata memiliki fungsi lebih dari satu. Dan yang menjadi fokus penulis dalam skripsi ini adalah partikel Mo. Dalam buku A Dictionary of Japanese Particles oleh Sue A. Kawashima, Partikel Mo dikatakan memiliki 9 fungsi.

Sedangkan dalam buku How To Tell The Difference Beetween Japanese Particle oleh Naoko Chino, partikel Mo dikategorikan kedalam 5 fungsi. Fungsi-fungsi dari kedua partikel tersebut akan penulis uraikan pada bagian kerangka teori. Berikut beberapa contoh penggunaan partikel Mo yang penulis ambil dari buku How To Tell The Difference Beetween Japanese Particles:

1. 昨日の晩、ビールを10本も飲んだので、今朝は二日酔いで頭が痛い.

Kinoo no ban, biiru wo juppon mo nonda node, kesa wa futsukayoide atama ga itai.

(Naoko Chino, 2012:139)

Kemarin malam, karena minum sebanyak 10 botol bir, pagi ini kepala sakit karena

(18)

mabuk.

2. 青木くんも,あの大学の試験を受けるとは知らなかった.

Aoki kun mo, ano daigaku no shiken wo ukeru to wa shiranakatta.

(Naoko Chino, 2012: 94).

'Saya' tidak tahu kalau Aoki juga mengikuti ujian di universitas itu juga.

Dari kedua contoh diatas dapat dilihat bahwa partikel Mo memiliki fungsi yang berbeda antara contoh pertama dan kedua. Jika pada contoh pertama partikel Mo berfungsi sebagai penegas kata yang diikutinya maka di contoh kedua partikel

Mo berfungsi sebagai penyedia atau pemberi informasi mengenai kata yang dia

ikuti dalam hal ini informasi yang diberikan berupa adanya kesamaan antara subjek Aoki dengan si pembicara yang sama-sama mengikuti ujian di universitas tersebut.

Hal itulah yang membuat para pembelajar bahasa Jepang termasuk penulis mengalami kebingungan dalam memahami pemakaian partikel bahasa Jepang.

Agar dapat berkomunikasi dengan baik maka sebagai mahasiswa pembelajar bahasa Jepang selayaknya harus memahami tata bahasa yang baik termasuk dapat memahami dan menggunakan partikel-partikel bahasa Jepang dengan tepat.

Dengan didasari oleh hal tersebut penulis merumuskan permasalahannya

(19)

dalam bentuk pertanyaan:

1. Bagaimanakah fungsi partikel Mo dalam kalimat bahasa Jepang yang terdapat pada komik “Gals!”Vol.1

2. Bagaimanakah makna partikel Mo dalam kalimat bahasa Jepang yang terdapat pada komik “Gals!” Vol.1

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Terdapat banyak sekali partikel dalam bahasa Jepang dengan beragam fungsinya. Namun dari sekian banyak partikel tersebut, dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan untuk membahas fungsi dan makna partikel Mo saja yang akan ditinjau dari segi semantik.

Partikel Mo pada umumnya diketahui berfungsi untuk menunjukkan adanya kemiripan antara 2 subjek atau benda yang diikutinya. Namun ternyata fungsi partikel Mo lebih dari itu, bahkan menurut Sue A. Kawashima dalam bukunya A Dictionary Of Japanese Particles terdapat 9 fungsi partikel Mo dan Naoko Chino

dalam bukunya How To Tell The Difference Between Japanese Particles, membagi partikel Mo kedalam 6 fungsi. Hal ini menarik bagi penulis untuk menganalisis tiap fungsi dan makna dari partikel Mo, demi memahami bagaimana penggunaan

(20)

partikel Mo secara tepat dalam kalimat bahasa Jepang.

Untuk menganalisis fungsi dan makna partikel Mo tersebut, penulis akan mengambil contoh-contoh kalimat dari komik berbahasa Jepang berjudul “Gals!”

Vol. 1. Gals! adalah manga karya Mihona Fuji. Manga ini diterbitkan oleh Shueisha

dalam bentuk majalah mingguan dari tahun 1999 hingga tahun 2002 dan buku sebanyak 10 seri. Cerita komik ini mengenai kehidupan Kotobuki Ran yang merupakan Onna no Ko-Gal (Ko-Gal) yaitu sebutan untuk komunitas cewek-cewek ABG SMP-SMU yang hobi nongkrong dan berbelanja di pusat perbelanjaan di kota-kota besar seperti Shibuya, Tokyo. Bergaya dengan fashion kekinian dan dikenal sebagai perusak bahasa Jepang karena terlalu banyak memakai bahasa slang.

Buku How To Tell The Difference Between Japanese Particles oleh Naoko Chino dan Buku A Dictionary Of Japanese Particles oleh Sue. A Kawashima juga akan penulis gunakan untuk mendukung penulisan skripsi ini. Tentunya sebelum bab pembahasan, penulis juga akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai partikel bahasa Jepang secara umum, dimulai dari pengertian partikel, karakteristik partikel, jenis-jenis partikel dan fungsinya.

(21)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Tinjauan Pustaka

Menurut Kojien dalam Teguh Santoso (Thesis,2014) Joshi didefinisikan:

「助詞は常にほかの語の後について使われる語のうち、活用しない語。前 の語が単語とどのように関係にあるかを示したり、話ししての新城など一 定の意味を添える。文を簡潔したりなどする働きがある。」

Joshi wa tsune ni hoka no go no ato ni tsuite tsukawareru go no uchi, katsuyou

shinai go. Mae no go ga tango to dono youni kankei ni aru ka o shimeshitari,

hanashite no shinjou nado ittei no imi o soeru, bun o kanketsu shitari nado suru

hataraki ga aru.

Terjemahan: Joshi adalah kata yang tidak dapat berfungsi bila tidak digunakan bersama dengan kata yang lain. Fungsinya untuk menunjukkan hubunganbagaimana yang ada diantara kata yang didepannya dengan kata lain, memperkuat arti kata yang diucapkan orang yang berbicara dan menyempurnakan kalimat.

Penelitian mengenai analisis pemakaian partikel bahasa Jepang sebenarnya sudah banyak dilakukan. Mengingat karena partikel merupakan unsur kalimat yang sangat penting dalam tata bahasa Jepang dan karena masih banyaknya

(22)

kesalahan yang terjadi dalam pemakaian partikel oleh pembelajar bahasa Jepang.

Santoso dalam Thesisnya (2014) membahas perbedaan partikel Mo dan Sae dan iajuga memaparkan secara jelas fungsi dari masing-masing partikel tersebut dan bagaimana cara pemakaiannya dalam kalimat. Dari hasil penelitiannya, Ia menyatakan bahwa partikel Mo dan Sae memiliki persamaan struktur antara lain:

melekat pada nomina, kata berkonjugasi (Verba, Adjektiva, Jodoushi), adverbia, partikel yang lain (Kakujoshi, Fukujoshi, Setsuzokujoshi, Toritate Joshi) frase kata benda, klausa, bergantung (dilekati) joshi lain untuk menunjukkan kekhususan makna, melekat pada kata kerja dan mempunyai fungsi seperti pemarkah topik, Memiliki makna Igaise dengan perbedaan nuansa.

Penelitian tersebut sebenarnya sudah menghasilkan penelitian yang baik, namun sumber yang digunakan hanya terbatas pada buku-buku tata bahasa Jepang saja. Sedangkan menurut Dedi Sutedi dalam bukunya Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (2011:143-144) menyatakan bahwa untuk data penelitian bahasa dapat diperoleh melalui dua cara yaitu: Jitsurei dan Sakurei. Yang mana Jitsurei adalah contoh penggunaan yang berupa kalimat dalam teks konkret seperti dalam tulisan ilmiah, surat kabar, novel-novel dan sebagainya. sedangkanSakurei adalah contoh penggunaan yang dibuat oleh peneliti sendiri yang tingkat kebenarannya

(23)

dapat diterima oleh penutur asli. Dikatakan juga bahwa analisis yang menggunakan Jitsurei lebih akurat dikarenakan peneliti dapat menemukan contoh pemakaian

yang terkadang tidak pernah terpikir sebelumnya.

Oleh karena itu, pengambilan data bahasa sebaiknya dikumpulkan dari berbagai macam sumber agar dapat diteliti dengan jelas, apakah dalam realitanya terjadi penyimpangan dalam berbahasa, atau mungkin adanya gaya bahasa baru yang belum diketahui sebelumnya. Disamping itu, penelitian sebelumnya membahas perbandingan dua partikel yaitu Mo dan Sae. Sedangkan pada penulisan skripsi ini fokus penulis adalah membahas fungsi dan makna pada partikel Mo saja dan data yang akan dianalisis penulis diambil dari komik berbahasa Jepang dengan didukung dari 2 buku yang menjadi acuan dasarnya. yaituA Dictionary Of Japanese Particles oleh Sue. A Kawashima (2013:91) dan buku How To Tell The Difference

Between Japanese Particles oleh Naoko Chino (2012:32-140).

Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan pendekatan dalam bidang Semantik menurut Dedi Sutedi, konsep makna gramatikal, teori fungsi, makna partikel dan fungsi partikel Momenurut Kawashima dan Naoko Chino serta didukung juga oleh T.Chandra.

(24)

Menurut Dedi Sutedi (2011:127) dalam Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang menyatakan, Semantik (Imiron) merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna. Dalam bukunya, Ia juga menjelaskan bahwa dalam semantik terdapat beberapa jenis makna yaitu, makna leksikal, makna gramatikal, makna denotatif, makna konotatif, makna dasar dan perluasan. Namun, yang berkaitan dalam pembahasan skripsi ini adalah makna gramatikal, karena makna gramatikal atau Bunpoteki-imi adalah makna yang muncul akibat adanya proses gramatikal. Dalam hal ini, Joshi masuk kedalam makna gramatikal karena Joshi tidak memiliki arti jika berdiri sendiri, oleh sebab itu harus ada kata yang

mengikutinya agar Joshi tersebut memiliki makna.

Fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa pengertian, yaitu jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, faal (kerja dari suatu bagian tubuh), dalam bidang matematika merupakan besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah maka besaran yang lain juga berubah, dalam bidang linguistik yaitu peran suatu unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek). Fungsi dalam linguistik terdapat 4 jenis yaitu fungsi ekspresif merupakan penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara,

(25)

fungsi fatis merupakan penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara dan pendengar, fungsi kognitif merupakan penggunaan bahasa untuk penalaran akal dan fungsi komunikatif merupakan penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).

Menurut Naoko Chino (2012:9) dalam buku How To Tell The Difference Between Japanese Particle, mengatakan banyak pembelajar bahasa asing yang

masih kesulitan dalam menggunakan partikel dikarenakan banyaknya partikel dalam bahasa Jepang dengan berbagai fungsinya. Dalam bukunya tersebut Chino, membagi partikel Mo ke dalam 6 fungsi yaitu: menunjukkan adanya kemiripan atau hubungan dengan sesuatu yang telah dinyatakan sebelumnya, menunjukkan hubungan antara dua urutan objek atau lebih, menunujukkan adanya sesuatu yang lain yang mirip dengan subjek yang telah disebutkan sebelumnya, menunjukkan jumlah atau batas yang dianggap melebihi dari cukup, menunjukkan bahwa jumlah atau kuantitas dirasa banyak melebihi dari yang dibayangkan. Dan menujukkan suatu perkiraan atau dugaan.

Senada dengan Chino, Kawashima dalam bukunya A Dictionary of Japanese Particles juga memberikan pendapat yang sama mengenai banyaknya

(26)

pembelajar bahasa Jepang yang mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami penggunaan partikel bahasa Jepang. Kawashima dalam bukunya tersebut membagi fungsi partikel Mo kedalam 9 fungsi, yaitu: menyatakan kesamaan jenis antara dua subjek, menambahkan dua urutan atau lebih sesuatu yang berada dalam kategori yang hampir sama, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang berarti, menunjukkan penambahan pada sesuatu yang telah ada sebelumnya, menegaskan kuantitas, jarak atau frekuensi, menunjukkan perkiraan jumlah atau kuantitas, menyatakan ketiadaan sesuatu, menyatakan situasi yang diluar dugaan dan menyatakan derajat atau tingkatan dari suatu keadaan atau tindakan.

T.Chandra dalam bukunya NihongoNoJoshi (2015) menyatakan bahwa Joshi Mo terdapat 8 fungsi, yaitu: menunjukkan hal yang sama dengan

sebelumnya, menunjukkan beberapa hal yang semuanya sama, digunakan dalam bentuk ingkar untuk menunjukkan tidak satupun, mengikuti kata ganti tanya untuk menunjukkan arti semuanya tidak, mengikuti angka satu menunjukkan sama sekali tidak, menyatakan derajat atau jumlah yang besar atau banyak, menunjukkan sesuatu yang derajat atau tingkatannya rendah dan dalam bentuk

-te/de mo..menunjukkan arti “walaupun;meskipun;biarpun”.

(27)

Berdasarkan teori-teori diatas, JoshiMo memiliki berbagai fungsi dan makna yang menjadikannya menarik untuk ditelaah lebih dalam. Oleh karena itu, penulis akan menggunakan teori-teori tersebut untuk mengetahui peranan JoshiMo dalam kalimat serta realisasi dari penggunaannya yang akan penulis

analisis melalui kalimat-kalimat yang terdapat dalam komik “Gals!” Vol.1.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Dalam skripsi ini, yang menjadi tujuan penulisan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan fungsi dari partikel Mo yang digunakan dalam kalimat bahasa Jepang yang terdapat pada komik Gals!Vol.1

2. Untuk mendeskripsikan makna dari partikel Mo dalam bahasa Jepang yang terdapat pada komik Gals!Vol .1

Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti dan pembaca, dapat menambah wawasan mengenai bagaimana fungsi dan makna dari partikel Mo dalam bahasa Jepang dilihat dari Komik “Gals!” Vol.1

2. Bagi pembaca dapat menambah bahan referensi untuk menambah

(28)

pengetahuan dan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian

Sugiyono dalam Metode Penelitian (Nazir,2011:2) mengemukakan pengertian dari metode penelitian adalah sebagai berikut: Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, seperti rasional, empiris dan sistematis. Rasional merupakan kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris merupakan cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

(29)

Menurut Whitney dalam Shela Fajarianti (skripsi,2013) mengutip pengertian metode penelitian deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan.Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul

‘Metode Penelitian’ mengemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya

dengan masalah yang dipecahkan (http://phairha.blogspot.co.id/2012/01/studi-kepustakaan.html). Selain itu, untuk

melengkapi data, penulis juga mengumpulkan berbagai data dari situs-situs internet.

(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM JOSHI(PARTIKEL) BAHASA JEPANG

2.1 Pengertian Joshi

Joshi (Partikel) merupakan salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Ia

tidak memiliki makna leksikal namun memiliki makna gramatikal, artinya Joshi tidak memiliki makna apapun jika ia berdiri sendiri. Joshi juga termasuk kedalam kelompok kelas kata Fuzokugo. Fuzokugo adalah kolompok kelas kata yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain untuk membentuk kalimat. Kata-kata ini harus mengikuti kata lain yang bisa berdiri sendiri untuk membentuk kalimat, kemudian barulah ia memiliki makna yang jelas.

Menurut Matsumura (1998: 665) Joshi adalah sebagai berikut :

(助詞「文法」品詞の一つ。他の語の下に付いてだけ用いられる語「付属 で、活用のないもの。語と語との関係を示したり、細かな意味を添えたり する)

Joshi ( bunpou ) hinsi no hitotsu. Hoka no go no shita ni tsuite dake mochiirareru

go (fuzokugo ) de, katsuyou no nai mono. Go to go to no kankei wo simesitari,

(31)

komakana imi wo soetarisuru.

Terjemahan: Joshi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Joshi tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mengalami perubahan. Joshi dipakai untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi.

Hayashi ( 1990: 470 ) dalam teorinya menjelaskan tentang Joshi adalah sebagai berikut :

日本語はいわゆる助詞は、いわゆる助動詞とともに文の骨格を成す重要な 語類である。

Nihongo wa iwayuru joshi wa, iwayuru jodoushi to tomoni bun no kokkaku o nasu

jyuuyouna gorui de aru.

‘Dalam bahasa Jepang, Joshi adalah jenis kata yang penting yang menjadi tiang sebuah kalimat, bersama dengan kata kerja bantu’.

Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa Joshi merupakan unsur vital dalam kalimat bahasa Jepang. Hal tersebut dikarenakan fungsi dari Joshi adalah menunjukkan hubungan antar kata dalam sebuah kalimat bahasa Jepang, maka dari itu jika dalam sebuah kalimat bahasa Jepang tidak terdapat partikel, tentu saja kalimat tersebut kurang dapat dimengerti karena tidak terlihat jelas hubungan

(32)

antar katanya. Dikarenakan fungsinya yang menunjukkan hubungan antar kata tadi, maka Joshi hanya memiliki makna jika ia mengikuti sebuah kata (nomina, adjektiva, verba, partikel itu sendiri, dsb). Hal tersebut dikarenakan, dalam kelas kata, Joshi termasuk kedalam kelompok kelas kata Fuzokugo. Dengan mengikuti kata tersebut maka Joshi tadi tidak hanya menunjukkan hubungan yang jelas antara satu kata dengan kata lainnya, namun juga memberikan nuansa yang khas dan penegasan pada kata yang diikutinya.

2.2 Karakteristik Joshi

Karakter Joshi menurut Sudjianto (2004: 181) adalah sebagai berikut:

1. Joshi termasuk Fuzokugo.

2. Joshi tidak bisa berdiri sendiri sebagai satu kata, satu Bunsetsu, apalagi sebagai satu kalimat.

3. Joshiakan menunjukkan maknanya apabila sudah dipakai setelah kelas kata lain yang dapat berdiri sendiri (Jiritsugo) sehingga membentuk sebuah Bunsetsu atau sebuah Bun.

4. Kelas kata yang dapat disisipi Joshi antara lain Meishi, Dooshi, I-keiyooshi, Na-keiyooshi, Joshi, dan sebagainya.

(33)

Ramdhani (2001:16) dalam Nita Rizkianingsih (skripsi) mengemukakan karakteristik Joshi sebagai berikut :.

a. Pada dasarnya tidak memiliki arti sendiri, partikel memiliki arti setelah mengikuti kata mandiri (kata yang berdiri sendiri).

b. Apabila berdiri sendiri secara fungsi, tidak dapat membentuk sebuah kalimat, partikel secara fungsi dapat menjadi unsur pembentuk kalimat setelah

mengikuti sebuah kata mandiri.

c. Tidak mengalami perubahan seperti bentuk negatif, lampau, ataupun bentuk perintah.

2.3 Jenis-jenis Joshi

Hirai dalam Sudjianto dan Dahidi (2007: 181-182) membagi Joshi berdasarkan fungsinya menjadi empat macam yaitu:

1) Kakujoshi

Kakujoshi adalah partikel yang digunakan untuk menyatakan hubungan antara satu

kata dengan kata yang lain. Ada juga yang digunakan untuk menyatakan hubungan nomina yang ada sebelumnya dengan predikat pada kalimat tersebut. Partikel yang termasuk dalam Kakujoshi adalah ga, no, o, ni, e, to, yori, kara, de dan ya.

(34)

a. このシャツはあのシャツよりきれいです。

Kono shatsu wa ano shatsu yori kirei desu

‘Kemeja ini lebih bagus daripada kemeja itu’.

b. これは私のかばんです。

Kore wa watashi no kaban desu

‘Ini tas punya saya’.

c. 私は家族と日本へ来ました。

Watashi wa kazoku to nihon e kimashita.

‘Saya datang ke jepang dengan keluarga’.

2) Setsuzokujoshi

Setsuzokujoshi adalah partikel yang berfungsi untuk menghubungkan anak kalimat

dengan anak kalimat. Bagian kalimat sebelum Setsuzokujoshi memiliki hubungan dengan bagian kalimat setelah Setsuzokujoshi, dan hubungan ini diperjelas dengan keberadaan Joshi diantaranya. Yang masuk kedalamnya adalah partikel ba, to, keredo, keredomo, ga, kara, shi, temo (demo), te (de), nagara, tari (dari), noni dan

node.

(35)

a. 約束がありますから早く帰ります。

Yakusoku ga arimasu kara hayaku kaerimasu.

‘Karena ada janji, pulang cepat’.

b. 明日試験があるのでいっしょけんめい勉強します。

Ashita shiken ga aru node isshokenmei benkyou shimasu.

‘Karena besok ada ujian, belajar bersungguh-sungguh’.

c. この食べ物は高いですが、おいしくないです。

Kono tabemono wa takai desuga, oishikunai desu.

‘Makanan ini mahal, tetapi tidak begitu enak’.

3) Fukujoshi

Fukujoshi adalah partikel yang bisa menambah arti kata lain yang ada sebelumnya.

Perannya sama dengan adverbial, untuk menggabungkan kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Yang termasuk pada ke dalam kelompok ini adalah partikel wa, mo, koso, sae, demo, shika, made, bakari, dake, hodo, kurai (gurai), nado, nari, yara, ka dan zutsu.

a. この大学に外国人は五人だけいます。

Kono daigaku ni gaikokujin wa go nin dake imasu.

‘Dikampus ini hanya ada 5 orang asing’.

(36)

b. うちから学校まで十分ぐらいかかります。

Uchi kara gakkou made juppun gurai kakarimasu.

‘Dari rumah saya sampai sekolah memakan waktu 10 menit’.

c. 私は毎日日本語を二時間しか勉強しています。

Watashi wa mainichi nihongo o ni jikan shika benkyoushite imasu.

‘Saya setiap hari dapat belajar bahasa jepang hanya 2 jam’.

4) Shuujoshi

Shuujoshi adalah partikel yang digunakan pada akhir kalimat atau akhir bagian

kalimat. Fungsinya untuk menentukan makna dari kalimat yang diucapkan oleh pembicara, seperti heran, keragu raguan, harapan, haru, dan lainya. Partikel yang termasuk dalam kelompok kata ini adalah partikel ka, kashira, na, naa, zo, tomo, yo, ne, wa, no dan sa.

a. 毎日スポーツは体にいいですよ。

Mainichi supootsu wa karada ni iidesuyo.

‘Olahraga setiap hari baik untuk tubuh loh’.

b. あなたは毎日日本語を勉強していますか。

Anata wa mainichi nihongo o benkyoushite imasuka.

Apakah anda belajar bahasa jepang setiap hari?’.

(37)

c. あの人はハンサムですね。

Ano hito wa hansamu desune.

‘Orang itu ganteng ya’.

Dari penjelasan macam-macam Joshi diatas, dalam skripsi ini penulis akan membahas JoshiMo yang termasuk kedalam kelompok partikel Fukujoshi dan Setsuzokujoshi.

2.4 Fungsi-fungsi Joshi

Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak sekali Joshi, dan tiap-tiap Joshi memiliki fungsinya masing-masing. Joshi tidak hanya melekat pada nomina, namun juga kata sifat, kata kerja maupun kata keterangan. Sebagai pembelajar bahasa Jepang, tentu saja diperlukan penguasaan terhadap fungsi-fungsi Joshi tersebut agar dapat berkomunikasi dengan baik dengan menggunakan Joshi secara tepat dalam kalimat bahasa Jepang. Berikut beberapa fungsi Joshi yang penulis kutip dari buku How To Tell The Difference Between Japanese Particles (Naoko Chino:2013).

1. Partikel は

(38)

- Salah satu fungsi utama partikel ini adalah sebagai penanda topik. Topik adalah sebuah kata yang mana sisa dari kalimat tersebut memberikan informasi.

- Menunjukkan subjek dari kalimat ketika subjeknya adalah sesuatu yang pembicara dan pendengar ketahui, seperti bulan dan matahari, mereka sendiri sebagai pembicara dan pendengar atau sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam percakapan.

- Menyatakan perbedaan / kontras.

2. Partikel と

- Menunjukkan hubungan antar kata yang berupa daftar dari 2 atau lebih item.

Begitu daftar lengkap/sempurna, maka tidak ada item lain yang dapat ditambahkan kedaftar tadi. Arti dalam bahasa indonesia: “dan”.

- Menunjukkan sebuah kondisi, seperti -ba, tara, nara, tapi dapat juga menunjukkan apabila kondisi tersebut terjadi maka hasilnya adalah sesuatu yang pasti / dapat diduga. dan untuk alasan demikian , kadang-kadang diterjemahkan ‘ketika’. Lebih jauhnya to tidak digunakan untuk mengekspresikan niatan/maksud, perintah, pertanyaan, permohonan,

(39)

keinginan dan dalam hal ini serupa dengan -ba. Artinya: “apabila; kalau;

ketika”.

- Digunakan untuk mengurutkan 2 atau lebih item, ketika ingin menanyakan ke lawan bicara untuk memilih salah satu diantaranya. Artinya: “atau”.

Dalam memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bentuk to , lawan bicara seringnya meletakkan no hou setelah pilihannya. no hou dapat digunakan tanpa menghiraukan jumlah item yang terlibat.

3. Partikel を

- Menunjukkan objek yang dikehendaki atau diinginkan. Biasanya wodigunakan dengan kata kerja dalam bentuk -tai dan -tagaru. -tai untuk

menyatakan keinginan pembicara sedangkan -tagaru untuk keinginan orang lain. keduanya tidak dapat saling menggantikan. Bentuk -tagaru sering muncul sebagai -tagatte iru.

- Menunjukkan objek langsung dari tindakan. Misal objek langsung dari kata kerja transitif.

4. Partikel から

(40)

- Menunjukkan titik waktu darimana suatu tindakan dimulai. Kara kadang-kadang dapat saling menggantikan dengan ni tapi penggunaan kara terkesan lebih tegas pada titik permulaan tindakannya. Arti: “dari; pada”.

- Gabungan partikel kara dan made menunjukkan titik awal mula dan akhir dari interval waktu selama tindakan tersebut berlangsung atau menunjukkan tempat awal mulai dan tempat akhir dari suatu tindakan. Arti:

“dari...sampai”.

- Menunjukkan sebuah alasan dan dapat diikuti oleh kata kerja, kata sifat atau kata benda. Kata benda dan kata sifat na harus diikuti oleh da ketika digunakan dengan kara. Jika dibandingkan dengan no de dan mono de, kara lebih langsung/tepat dalam menyatakan sebuah alasan atau penyebab dan oleh karena itu sering dihindari pemakaiannya dalam percakapan formal ketika “alasannya” mungkin bisa saja menyinggung pihak lain. Arti:

“karena”.

5. Partikel まで

- Menunjukkan waktu dimana suatu tindakan akan berakhir atau momen dimana sesuatu terjadi

(41)

(seperti ketika seseorang capek) yang membawa tindakan berkelanjutan akan berakhir. Artinya: “sampai”.

6. Partikel で

- Menunjukkan tempat dimana suatu tindakan berlangsung. Arti: “di; pada”.

- Diikuti oleh kata benda, menunjukkan bahwa kata benda tersebut adalah alasan dari situasi yang diberikan dalam kata kerja. Arti: “disebabkan oleh;

karena”.

- Menyatakan bagaimana subjek melakukan tindakan yang ditentukan/dinyatakan oleh kata kerja. Kata sebelum de biasanya menunjukkan berapa banyak orang atau kelompok apa yang melakukan tindakan tersebut, contoh: hitori, minna, kazoku atau iinkai.

- Menunjukkan mana yang paling unggul dari 3 atau lebih item yang dibandingkan. Arti: “di; dari seluruh”.

- Menunjukkan sarana atau cara untuk melakukan sesuatu. Arti: “oleh;

dengan”.

(42)

- Partikel de dan kara, menunjukkan material/bahan dengan apa atau dari apa sesuatu itu dibuat. Arti: “dari”.

7. Partikel に

- Digunakan setelah kata yang menunjukkan titik waktu yang spesifik.

(Contoh: Jam 3) dimana atau interval (contoh: satu minggu) selang waktu dimana tindakan tersebut terjadi. Arti: “pada; dalam”. Ada beberapa kata yang menunjukkan waktu tali tidak menggunakan ni, yaitu: Hari: 昨日,今 日,明日 Minggu: 先週,今週,来週 Bulan: 先月,今月,来. Beberapa kata

yang menunjukkan waktu boleh memakai partikel ni atau boleh juga tidak, yaitu: Musim (季節): 春 (musim semi),夏 (musim panas),秋 (musim gugur), 冬 (musim dingin).

- Menunjukkan sesuatu itu berada, sering digabung dengan kata kerja aru (untuk objek benda mati) dan iru (objek benda hidup). Dibandingkan dengan de, yang juga menunjukkan tempat dari suatu tindakan, disini ni menunjukkan lokasi dari tindakan yang relatif statis daripada yang satu yang mana bersifat dinamis. Arti: “di”.Ketika subjek merupakan event atau

(43)

kejadian (seperti parade). Lokasi tempatnya seringnya diikuti partikel de bukan ni. Meskipun kata kerjanya aru atau iru.

- Menunjukkan tujuan ketika digunakan dengan kata kerja yang menunjukkan pergerakan ke dalam. Partikel e dapat menggantikan ni dalam penggunaan ini, tapi ni lebih umum. Arti: “di; ke dalam”..

- Menunjukkan lokasi dimana suatu tindakan berlangsung ketika di kombinasikan dengan kata kerja: 座る (duduk), 置く (meletakkan), 住む (tinggal), 勤める (bekerja), 積もる (bertumpuk).

- Partikel ni/e menunjukkan arah kemana sesuatu itu bergerak. Dalam arti ini, ni dan e dapat saling menggantikan. Arti: “ke”.

- Menunjukkan urutan lengkap dari kata benda, kecuali ketika diikuti nado.

Ini lebih tersusun/terstruktur dan tipikal dari percakapan sopan daripada ya..ya, to ka..to ka atau dano..dano. Arti: “dan; dengan”.

- Menunjukkan tujuan dari suatu tindakan. Ia mengikuti akar kata kerja bentuk -masu dan diikuti oleh kata kerja lainnya. Arti: “untuk”.

(44)

2.5 Fungsi dan Makna JoshiMo

Dari sekian banyak Joshi dalam bahasa Jepang, dapat dikatakan Joshi “Mo”

adalah salah satu partikel yang cukup sering digunakan dalam percakapan kalimat bahasa Jepang. Namun disisi lain Joshi “Mo” juga memiliki arti yang berbeda-beda sesuai dengan konteks kalimatnya. Ketika Joshi “Mo” mengikuti kata benda atau partikel biasanya menujukkan kemiripan antara dua benda. Ketika Joshi “Mo”

didahului oleh kata sifat atau kata kerja, menunjukkan bahwa ada lebih dari satu tindakan terjadi. Maka dari itu, untuk lebih memahami lebih jauh, berikut beberapa fungsi dan makna Joshi “Mo” menurut Sue A Kawashima, Naoko Chino dan T.Chandra.

Menurut Sue A. Kawashima dalam bukunya A Dictionary Of Japanese Particles (2013:91),mengemukakan fungsi dan makna dari Partikel Mo sebagai

berikut:

1. PartikelMo yang berfungsi untuk menyatakan adanya kesamaan jenis antara dua subjek yang berupa kata benda. Contoh:

僕はピクニックに行きませんでした.彼女もピクニックに行きま せんでした.

(45)

Boku wa pikunikku ni ikimasen deshita. Kanojo mo pikunikku ikimasen

deshita.

‘Saya tidak ikut pergi piknik. Dia pun tidak ikut piknik’.

2. PartikelMo dalam pola -Mo..Mo digunakan untuk menambahkan urutan dua atau lebih sesuatu yang berada dalam kategori yang hampir sama.

Digunakan setelah kata bendanya atau setelah partikel lain seperti partikel Ni atau No dan memiliki makna: “Juga”, ”Keduanya”,

”Baik..Maupun”.

Contoh: 僕は勉強するのも働くのも嫌いだ.

Boku wa benkyou suru no mo hataraku no mo kirai da.

‘Saya benci belajar maupun kerja’.

3. Partikel Mo dalam pola “..Mo..Mo”, sering dalam bentuk “..De mo” jika digunakan dengan kata benda atau “..Te mo” jika digunakan dengan kata kerja. Memiliki fungsi yaitu menujukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara dua hal atau suatu tindakan. memiliki makna: “tidak masalah”, “tak ada bedanya”.

Contoh: 日本語で書いても英語で書いてもかまいません.

Nihongo de kaite mo eigo de kaite mo kamaimasen.

(46)

‘Tidak masalah ditulis dengan bahasa jepang atau bahasa inggris’.

4. Partikel Mo berfungsi untuk menunjukkan penambahan pada sesuatu yang telah ada sebelumnya. Partikel Mo dsini digunakan setelah kata bendanya. Memiliki makna: “Juga”,”Dan juga”.

Contoh: お父さん, 僕も映画に連れて行ってよ.

Otoosan, boku mo eiga ni tsurete itte yo.

‘Ayah, saya juga ikutlah pergi nonton film’.

5. Partikel Mo yang berfungsi untuk menegaskan kuantitas, jarak atau frekuensi. Digunakan setelah kata bilangan dan dapat bermakna:

“selama”, “sejauh”, “sebanyak”.

Contoh: 私はもう十年も日本に帰っていません.

Watashi wa mou juunen mo nihon ni kaette imasen.

‘Saya sudah 10 tahun tidak balik ke Jepang’.

6. Partikel Mo yang berfungsi menunjukkan perkiraan jumlah atau kuantitas. Digunakan setelah kata bilangan. Ia memiliki makna:

“sekitar”.

Contoh: この仕事はもう三日もあればできるでしょう.

Kono Shigoto wa mou mikka mo areba dekiru deshou.

(47)

‘Pekerjaan ini harusnya selesai kira-kira 3 hari lagi’.

7. Partikel Mo yang berfungsi untuk menyatakan ketiadaan atau penyangkalanakan sesuatu. Untuk menyatakan fungsi ini maka partikel Mo biasa diikuti oleh kata tanya, kata benda atau dalam kalimat bentuk

negatif. Ia memiliki makna: “Tidak..”, “Tak satupun..”.

Contoh: 今日は店はどこも閉まっている Kyou wa mise wa doko mo shimatte iru.

‘Hari ini toko tutup dimana-mana’.

8. Partikel Mo yang berfungsi untuk menyatakan situasi atau kondisi yang diluar dugaan. Penggunaanya dengan melekatkan pada kata bendanya atau setelah partikel lain. Dapat bermakna “Bahkan”.

Contoh: 彼はテニス選手もしていたらしい.

Watashi wa tenisu senshu mo shite ita rashii.

‘Saya dengar dia bahkan dulunya atlet tenis’.

9. Partikel Mo yang berfungsi untuk menyatakan suatu derajat atau tingkatan dari suatu keadaan atau tindakan. Ini merupakan bentuk ekspresi sehari-hari dalam bentuk “Koo mo”, “Soo mo” dan “Aa mo”

yang sama artinya dengan “Konna ni”, “Sonna ni” dan “Anna ni” yang

(48)

dapat digunakan diawal kalimat atau ditengah kalimat. Memiliki makna

“Sebanyak...” atau “Sebegitunya..”.

Contoh: 外国にいるとああも日本食が恋しくなるものだろうか.

Gaikoku ni iru to aa mo nihon shoku ga koishiku naru mono darouka.

‘Saya penasaran, ketika seseorang berada diluar negeri, apa ada orang sangat merindukan masakan Jepang’.

Sedangkan menurut Naoko Chino dalam bukunya How To Tell The Difference Between Japanese Particles, membagi partikel Mo kedalam 6 fungsi.

Yaitu:

1. Partikel Mo yang menunjukkan adanya kemiripan atau hubungan dengan sesuatu yang telah dinyatakan sebelumnya. kata benda pertama biasa tidak diikuti partikel Mo, partikel Mo dilekatkan pada kata benda yang kedua. (Naoko Chino, 2012:32).

Contoh: 山田さんは来月米国へいきます. 私も近いうちに行く つもりです.

Yamada san wa raigetsu beikoku e ikimasu. Watashi mo chikai uchi ni

iku tsumori desu.

‘Yamada bulan depan akan pergi ke amerika. Saya juga akan pergi

(49)

dalam waktu dekat’.

2. Partikel Mo dalam pola Mo..Mo..menunjukkan adanya hubungan antara dua urutan objek atau lebih. Mo..Mo..lebih menegaskan pada tiap kata benda yang diikutinya jika dibandingkan dengan yang sebelumnya dimana partikel Mo hanya mengikuti kata benda yang kedua. (Naoko Chino, 2012:32).

Contoh: 私はみかんもりんごもすきです.

Watashi wa mikan mo ringo mo suki desu

‘Saya suka jeruk maupun apel’.

3. Partikel Mo yang berfungsi untuk menyatakan informasi tentang subjek dari klausa atau kalimat yaitu menunjukkan adanya sesuatu yang lain yang mirip dengan subjek yang telah disebutkan sebelumnya. Ia memiliki makna: “Pun” atau “Juga”. (Naoko Chino, 2012:94). Contoh:

青木くんも, あの大学の試験を受けるとは, 知らなかった.

Aoki kun mo, ano daigaku no shiken wo ukeru to wa, shiranakatta.

‘(Saya) tidak tahu kalau Aoki pun ikut ujian di universitas itu’.

4. Partikel Mo yang berfungsi untuk menyatakan jumlah atau batas yang dianggap melebihi dari cukup. Biasanya sering digunakan dengan kata

(50)

kerja bentuk -Ba untuk menunjukkan bahwa batas atau jumlah yang dinyatakan sudah lebih dari cukup dalam kondisi tertentu yang dinyatakan oleh kata kerja bentuk -Ba sebelumnya. Partikel Mo disini dilekatkan pada kata keterangan yang menunjukkan jumlah.memiliki makna: “Sebanyak” atau “Paling banyak”. (Naoko Chino, 2012:121).

Contoh: 山本: 駅までどのぐらいかかりますか.

Yamamoto: Eki made dono gurai kakarimasuka.

Yamamoto: Berapa lama waktu yang diperlukan sampai stasiun?

平野: 一分もあれば行けますよ.

Hirano: Juppun mo areba ikemasu yo

Hirano: Paling dalam waktu 10 menit akan sampai.

5. Partikel Mo berfungsi untuk menunjukkan bahwa jumlah atau kuantitas yang dinyatakan dalam kalimat tersebut dirasa banyak melebihi dari yang dibayangkan si pembicara. Partikel Mo disini digunakan setelah kata bilangan. Namun jika partikel Mo digunakan dengan angka satu dan kata kerja negatif, maka akan memiliki makna: “Tak satu pun”.

(Naoko Chino, 2012:139).

Contoh 1: 佐藤さんは, ろっか国語も話せるんだそうです.

(51)

Satou san wa, rokka kokugo mo hanaserunda sou desu.

‘Saya dengar, satou dapat berbicara 6 bahasa’.

Contoh 2: 息子: 暑いなあ, ジュースある?

Musuko: Atsuinaa, Juusu aru?

Anak: Panasnya, apa ada jus?

母:: 冷蔵庫にあるでしょう.

Haha: Reizouko ni aru deshou?

Ibu: Bukankah ada di kulkas?

息子: えっ, 一本もないよ.

Musuko: E?, ippon mo nai yo

Anak: Eh? Satupun tidak ada.

6. Partikel Mo menunjukkan suatu dugaan atau perkiraan dengan kata kerja, kata sifat atau kata benda dengan pengertian bahwa apabila anggapan atau dugaan tersebut benar, maka hasilnya akan tidak bagus atau sesuai dugaan. Penggunaan dengan kata kerja bentuk -Te ditambahkan Mo. Sedangkan kata benda dan kata sifat Na menggunakan bentuk De tambah Mo. Ia memiliki makna: “Bahkan”

atau “Meskipun”. (Naoko Chino, 2012:73)

(52)

Contoh: お金がなくても, 幸せになれると思います.

Okane ga nakute mo, shiawase ni nareru to omoimasu.

‘Saya pikir meskipun tanpa punya uang pun dapat bahagia’.

Serta Menurut T.Chandra dalam bukunya Nihongo No Joshi (2015;68-73), menyatakan bahwa Mo memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Menunjukkan hal yang sama seperti yang lainnya. Arti: “juga”.

子供だけでなく、大人もアニメーションが好きです。

Kodomo dake de naku, otona mo animēshon ga suki desu.

‘Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga menyukai film animasi”.

2. Bentuk “mo..mo”menunjukkan beberapa hal yang semuanya sama.

Arti: “baik..maupun; dan..juga”.

イルワンさんは英語も話せるし、日本語も話せます。

Iruwan san wa eigo mo hanaseru shi, nihongo mo hanasemasu.

‘Irwan bisa berbicara bahasa Inggris dan juga bahasa Jepang’.

3. Digunakan dalam bentuk ingkar untuk menunjukkan tidak satupun.

(53)

Arti: “pun tidak”.

日本語の漫画は一冊も読んだことがありません。

Nihongo no manga wa issatsu mo yonda koto ga arimasen.

‘Komik berbahasa Jepang satupun saya tidak pernah membacanya’.

4. Mengikuti kata ganti tanya untuk menunjukkan arti semuanya tidak.

この箱の中に何もありません。

Kono hako no naka ni nani mo arimasen.

‘Di dalam kotak ini tidak ada apa-apa’.

5. Mengikuti angka satu, menunjukkan sama sekali tidak.

答えられる問題は一つもありません。

Kotaerareru mondai wa hitotsu mo arimasen.

‘Tidak ada satupun pertanyaan yang dapat dijawab’.

6. Mengikuti derajat atau jumlah yang besar atau banyak. Arti: “sampai”.

彼女は彼を何年も待っていました。

Kanojo wa kare wo nan nen mo matte imashita.

(54)

‘Dia telah menunggunya sampai bertahun-tahun’.

7. Menunjukkan sesuatu yang derajat atau tingkatannya rendah.

私の家から学校まで歩いて五分もかかりません。

Watashi no ie uchi kara gakkou made aruite go fun mo kakarimasen.

‘Dari rumah saya sampai sekolah memakan waktu tidak sampai lima menit’.

8. Dalam bentuk “-te/de mo..” menunjukkan arti

“walaupun;meskipun;biarpun”.

9. 急いで行っても間に合わないでしょう。

Isoide ittemo maniawanai deshou

‘Meskipun kita bergegas pergi tidak akan keburu’.

(55)

BAB III

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA JOSHI MO DALAM KALIMAT

BAHASA JEPANG PADA KOMIK “GALS!” VOL.1

3.1 Joshi Mo yang menyatakan kesamaan jenis antara dua subjek yang

berupa kata benda.

a. お父さん: コラ―ツどこ行くんだ―っタイホしちゃうぞ――!!!

お母さん:まったくもー!沙夜も遊び歩いてるしー困った子供達ねっっ

(Hal: 33)

Otousan: Koraaa, doko iku nda. Taiho shichau zo~~ !!!.

Okaasan: Mattaku mo~! Sayo mo asobiaruiteru shi~ komatta kodomo tachi ne.

Ayah: Heii mau pergi kemana? akan kutahan kau..!!!

Ibu: Ya ampun! Sayo juga pergi keluyuran, sungguh anak-anak yang merepotkan.

Pada kalimat diatas Joshi “mo” yang berfungsi menyatakan kesamaan antara dua subjek yang berupa kata benda terdapat pada kalimat “Sayo mo asobiaruiteru shi”. Pada saat itu Ran dimarahi oleh Ayahnya dikarenakan Ran tetap pada

(56)

keputusannya tidak ingin mengikuti orang tuanya menjadi polisi. Kesal dengan ayahnya yang terus memaksanya, Ran pun kabur keluar rumah. Ibu Ran pun merasa kerepotan dengan kedua putrinya, karena pada saat itu juga Sayo, adiknya Ran juga sedang keluyuran. Pada contoh, sebelumnya Joshi “mo” diikuti kata “Sayo” yang merupakan nama adik dari Ran yang berarti tergolong kedalam kata benda. Joshi

“mo” diatas memiliki makna “juga”. Yang memberi kalimat diatas makna bahwa baik itu Ran maupun Sayo kedua-duanya pergi keluyuran keluar rumah. Maka berdasarkan makna dari kalimat tersebut sudah sesuai dengan fungsi dari Joshi “mo”

untuk menyatakan kesamaan menurut Kawashima dan Naoko Chino.

b. 蘭: なンだよ、心配して来てくれることねーのに!

麗:バーカ俺も容疑かけられたんだよおまえといるとほんと災難

だぜ(Hal: 71)

Ran: Nan da yo, shinpai shite kite kureru koto ne~ noni!

Rei: Baaka, ore mo yougi kakeraretan da yo. Omae to iru to hounto sainan da

ze.

Ran: Ehh~ kau datang kesini karena mengkhawatirkanku?

(57)

Rei: Bodoh! aku juga jadi dicurigai. Ada di dekat denganmu benar-benar bencana.

Pada kalimat ini yang menyatakan kesamaan antara dua subjek yang berupa kata benda terdapat pada kalimat “ore mo yougi kakeraretan da yo”, yang dikatakan oleh tokoh Rei kepada Ran sewaktu berada dikantor polisi. Ran sebelumnya dicurigai telah melakukan tindak pemerasan oleh polisi. Namun, dikarenakan Rei juga berteman dengan Ran, maka dari itu dia pun turut ikut dicurigai dan dipanggil ke kantor polisi. Joshi “mo” pada kalimat tersebut diikuti oleh kata “ore” yang berarti aku” yang termasuk kedalam kata benda. Joshi “mo”

diatas memberi makna “juga” atau “kedua-duanya” atau “turut serta”. Maka sesuai dengan maknanya, tidak hanya Ran yang dipanggil, namun Rei juga ikut dipanggil pihak kepolisian karena sama-sama dicurigai terlibat tindak kejahatan pemerasan.

Berdasarkan penjelasan makna diatas, sudah sesuai dengan fungsi Joshi “mo” yang digunakan untuk menyatakan kesamaan baik oleh Kawashima maupun Naoko Chino.

c. 蘭:おい..望田この前のひったくりもこいつに金渡すためか?脅されてん のかよ

(58)

望田: ...好きだから...(Hal: 78)

Ran: Oi..mochida, kono mae hittakuri mo koitsu ni kanewatasu tame ka?

Odosareten no ka yo.

Mochida: ...Suki dakara...

Ran: Hey Mochida! pencopetan sebelumnya pun kau lakukan demi laki-laki ini

kan? kau terkejut?

Mochida: Karena aku suka...

Pada kalimat ini yang menyatakan kesamaan antara dua subjek yang berupa kata benda terdapat dalam kalimat “kono mae hittakuri mo koitsu ni kanewatasu tame ka?”. Kalimat tersebut dikatakan oleh Ran kepada Mochida setelah

menangkap basah Mochida untuk kedua kalinya yang sedang mencopet, demi kekasihnya. Sebelumnya, Joshi “mo” diikuti kata “hittakuri” yang berarti

“pencopetan” dan tergolong kedalam kata benda. Joshi “mo” diatas memiliki makna “juga”,”dan” atau “keduanya”. Maka makna dari kalimat tersebut adalah pencopetan yang pernah dilakukan Mochida sebelumnya dan pencopetan yang dilakukan dimasa sekarang. Keduanya dapat dikatakan sebagai tindakan yang sama

(59)

jenisnya. Maka, berdasarkan makna dari kalimat diatas, sudah sesuai dengan fungsinya yang dinyatakan baik oleh Kawashima maupun Naoko Chino.

d. 美由: 美由も赤メッシュ入れよっかなーカレありのサインでしょうー

蘭:おー美由なら似合うじゃん?あたしは単に目立つからやってるだけ だけどさ(Hal: 86)

Miyu: Miyu mo aka messyu ireyokkana- kare ari no sain deshou-

Ran: O- miyu nara niau jan? Atashi wa tan ni medatsu kara yatterudake

dakedo sa.

Miyu: Apa Miyu sebaiknya ikutan highlight rambut warna merah juga? Sebagai tanda udah ada pacar ya kan.

Ran: Kalau Miyu, apa cocok? Menurutku itu hanya untuk menarik perhatian orang saja.

Pada kalimat ini yang menyatakan kesamaan antara dua subjek yang berupa kata benda ditunjukkan pada kalimat “Miyu mo aka messyu ireyokkana...”.

Kalimat tersebut dikatakan oleh Miyu ketika Miyu, Ran dan Aya sedang berada di pusat perbelanjaan. Ia mendengar ada pengujung yang sedang membicarakan

(60)

mengenai highlight rambut warna merah, mendengar hal tersebut Miyu pun berpikiran untuk melakukan hal yang sama. Sebelumnya, Joshi “mo” diikuti kata

“Miyu” yang merupakan nama orang dan tergolong kedalam kata benda. Makna dari Joshi “mo” pada contoh ini adalah “juga” atau “turut serta” atau “keduanya”.

Maka Makna dari kalimat tersebut adalah Miyu juga turut serta membicarakan mengenai highlight rambut warna merah setelah ia mendengar pengunjung lain membicarakan hal yang sama. Berdasarkan maknanya, sudah sesuai dengan fungsi Joshi “mo” yang digunakan untuk menyatakan kesamaan baik oleh Kawashima maupun Naoko Chino.

e. 蘭: おい良田、こっちがおとなしくしてりゃいい気になりやがって、

マジぶんなぐられてーのかよ?

良田: うるせえ、おまえもムカツクんだよ!! (Hal: 110)

Ran: Oi Yoshida, kocchi ga otonashikute rya ii ki ni nari yagatte, maji

bunnagurarete no ka yo?

Yoshida: Urusee, omae mo mukatsukun da yo!!

Ran: Hei Yoshida, aku akan diam, aku mau tau apa yang kau inginkan? Apa

(61)

mungkin, kau akan menusukku?

Yoshida: Berisik kau! Kau juga menyebalkan!!

Pada kalimat ini yang menyatakan kesamaan antara dua subjek yang berupa kata benda terdapat dalam kalimat “Urusee, omae mo mukatsukun da yo!!”, yang diutarakan oleh Yoshida kepada Ran. Yoshida mencegat Ran,Miyu dan Yuuya dan ingin melukai Yuuya karena Ia mengira Yuuya adalah pria yang merebut Miyu darinya. Pada saat itu, terjadi keributan antara Ran dan Miyu. Miyu ingin Ran mundur dan membiarkannya menyelesaikan masalahnya dengan Yoshida, sedangkan Ran ingin Miyu mundur, karena ingin melindungi Miyu. Mendengar kegaduhan tersebut dan ocehan Ran kepada dirinya, membuat Yoshida semakin emosi, dan menganggap Ran sama menyebalkannya dengan Miyu dan juga Yuuya.

Pada kalimat diatas Joshi “mo” diikuti kata “Omae” yang berarti “Kau” dan tergolong kedalam kata benda. Makna dari Joshi “mo” diatas adalah “juga”, “turut serta” atau “kesemuanya”. Maka makna dari kalimat tersebut adalah Ran juga sama menyebalkan seperti Miyu dan Yuuya. Berdasarkan maknanya, sudah sesuai dengan fungsi dari Joshi “mo” yang digunakan untuk menyatakan kesamaan menurut Kawashima maupun Naoko Chino.

(62)

f. 大和:美由...無事でよかった俺は過去のおまえも全部ひっくるめて

好きだ、ひとりの男としておまえを大切に想ってるし、守っていきたい といつも思ってる。不安にさせてごめんな(Hal: 113)

Yamato: Miyu..buji de yokatta. Ore wa kako no omae mo zenbu hikkurumete

suki da. Hitori no otoko toshite omae wo taisetsu ni omotteru shi, mamotte ikitai

to itsumo omotteru. Fuan ni sasete gomen na.

Yamato: Miyu..syukurlah kau tidak apa-apa. Aku menyukaimu seutuhnya begitupun masa lalumu. Sebagai seorang lelaki aku menghargaimu dan ingin melindungimu setiap saat. Maafkan aku telah membuatmu cemas.

Pada kalimat ini Joshi “mo” yang menyatakan kesamaan antara dua subjek yang berupa kata benda terdapat pada kalimat “Ore wa kako no omae mo zenbu hikkurumete suki da” yang dikatakan Yamato kepada Miyu. Yamato menjelaskan

kepada Miyu bahwa Ia menyukai Miyu apa adanya, tanpa menghiraukan masa lalu Miyu. Yamato juga meminta maaf kalau telah membuatnya cemas. Dari kalimat diatas, Joshi “mo” sebelumnya diikuti oleh kata “kako no omae” yang berarti

“dirimu yang sebelumnya” dan tergolong kedalam kata benda. Makna dari Joshi

“mo” disini adalah “juga”, ”yang mana pun”, ”kesemuanya”. Menjadikannya

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

For acquisition of the 3D Building Model LiDAR-data are used as data basis as well as the building ground plans of the official cadastral map and a list of

[r]

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam

Pada Tanggal Emisi, Perseroan wajib menerbitkan Sertifikat Jumbo Obligasi dan menyerahkannya kepada KSEI serta memberi instruksi kepada KSEI untuk mengkreditkan Obligasi pada

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Studi Empiris pada Perusahaan Merger dan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek

Hal ini karena kotak musik tersebut dapat digunakan setiap hari oleh siswa untuk mendengarkan musik yang disenanginya, dengan demikian semakin sering siswa