• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Terdapat tiga kelompok Lumbung Pangan di Kecamatan ini Yaitu Desa Pakkabba, Desa Tamalate, dan Desa Tamasaju.

Pemilihan lokasi penelitian di Desa Tamasaju yaitu kelompok Lumbung Pangan Majannang dengan pertimbangan bahwa dari ketiga lumbung pangan yang ada dikecamatan ini kelompok Lumbung Pangan Majannang yang paling aktif diantara ketiga kelompok lumbung pangan lainnya.

Adapun waktu penelitian yang akan digunakan selama dua bulan sampai tahap penyelesaian akhir yaitu dimulai pada Bulan Februari sampai Bulan April 2016.

3.2 Tekhnik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara. Penentuan sampel digunakan secara sengaja (Purposive Sampling) yaitu diambil sebanyak 40 petani responden yang terdiri dari 20 petani Anggota Lumbung Pangan dan 20 petani Non Anggota Lumbung Pangan.

3.3 Jenis data dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari sampel populasi

29 penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterpestasikan. Sedangkan untuk sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini diantaranya :

1. Data Primer yang diperoleh dengan memberikan kusioner yang ditujukan kepada responden (rumah tangga tani anggota dan non anggota) meliputi pendapatan usahatani dan konsumsi pangan pokok.

2. Data Sekunder, Data sekunder merupakan sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, melalui perantara. Data diperoleh dengan mengumpulkan data-data yang ada di Biro Pusat Statistik (BPS) Sul-Sel, Badan Ketahanan Pangan Sul-Sel, dan data Desa.

3.4 Tekhnik Pengumpulan data 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain. Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang kita selidiki (Nasution S,2006).

2. Metode wawancara (interview)

Wawancara merupakan alat yang ampuh untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang difikirkan atau yang dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan (Nasution S,2006).

30 Pada Penelitian ini digunakan metode wawancara dengan alat bantu berupa kuesioner yang memuat tentang usahatani padi responden dan tingkat produksi dan konsumsi dan lain-lain terkait masalah penelitian ini.

3. Metode dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara mendapatkan data dengan mempelajari dan mencatat buku-buku, arsip atau dokumen, daftar tabel statistik dan hal-hal yang terkait dengan penelitian.

3.5 Tekhnik Analisis Data

Untuk mencapai hasil tujuan penelitian dan menguji kebenaran hipotesis digunakan beberapa metode analisis sebagai berikut :

1. Menurut Soekartawi (2010), untuk mengetahui pendapatan petani dari hasil usahatani digunakan rumus sebagai berikut :

Besarnya pendapatan dapat dihitung menggunakan rumus : Pd = TR – TC

Dimana: Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Rumus untuk mencari penerimaan yaitu

TR = Y. Py

31 Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

Rumus untuk mencari Total Cost TC = FC + VC

Dimana : TC = Total Cost (total biaya) FC = Fixed Cost

VC = Variabel Cost

2. Menururt Sadikin I (2008) dilakukan analisis tingkat kecukupan konsumsi pangan rumah tangga yaitu proporsi pangan pokok yang dihasilkan sendiri terhadap kebutuhan pangan pokok keluarga.

Tingkat subsistensi pangan rumah tangga petani secara sederhana dapat ditentukan dengan cara :

TSP = PUB / KSB Dimana:

TSP = Tingkat susbsistensi pangan; (TSP=1: subsisten ; TSP >1:

surplus ; dan TSP <1; defisit)

PUB = Produksi dari usahatani sendiri setara beras KSB = Kebutuhan setara beras

3. Untuk mengetahui perbandingan kemandirian pangan rumah tangga tani antara anggota dan non anggota digunakan uji-t (uji statistik t hitung) dengan rumus t hitung adapun pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

32 H0 : rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota berbeda dengan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota

Ha : rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota tidak berbeda dengan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota.

Keterangan :

x1 = rata-rata tingkat kemandirian pangan pokok anggota LP x2 = rata-rata tingkat kemandirian pangan Non Anggota LP n1 dan n2 = jumlah sampel

s = Standar deviasi

Jika thit>t tab, maka keputusannya adalah menolak H0 yang berarti bahwa rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota dan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota berbeda secara nyata.

Jika thit<t tab, maka keputusannya adalah menerima H0 yang berarti bahwa rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota dan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota tidak berbeda (berbeda secara tidak nyata).

...Susetyo.B,2014

33 3.6 Deinisi Operasional

1. Kemandirian pangan adalah tingkat kecukupan pangan rumah tangga tani dengan perbandingan antara produksi dan konsumsi (Kg).

2. Rumah tangga tani adalah petani yang berusahatani padi baik petani sebagai anggota lumbung pangan maupun non anggota lumbung pangan.

3. Pendapatan usahatani padi adalah selisih antara penerimaan dari usahatani padi dan biaya usahatanipadi yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

4. Produksi adalah hasil usahatani padi dalam satu musim tanam yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

5. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

a) Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan (Rp).

b) Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya usahatani atau biaya produksi dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

6. Kelompok Lumbung pangan adalah lembaga masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cadangan pangan masarakat.

34 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa Tamasaju adalah desa yang terletak di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dengan luas wilayah mencapai 118,79 ha dengan pembagian wilayah menurut penggunaan yaitu luas pemukiman 26,01 ha, luas persawahan 58.5 ha, luas perkuburan 0,20 ha, luas pekarangan 25,76 ha, perkantoran 1,60 ha, luas prasaranan umum lainnya 1,50 ha dan lain-lain 5,22 ha. Jarak dari desa ini ke ibukota Kecamatan yaitu kelurahan Bontolebang sekitar 3 km dengan lama jarak tempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor sekitar 0,15 jam sedangkan jarak ke ibukota kabupaten sekitar 25 km dengan lama jarak tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 1 jam dan jarak ke ibukota provinsi sekitar 30 km dengan lama jarak tempuh menggunakan kendaraan sekitar 1 jam perjalanan. Desa Tamasaju secara administratif berbatasan dengan kelurahan Bontolebang (Utara), Desa Bontosunggu (Selatan), Desa Biringala (Timur) dan Selat Makassar (Barat).

Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara merupakan bagian dari Kabupaten Takalar yang beriklim tropis dengan curah hujan rata – rata 1000 mm dengan jumlah bulan hujan adalah 6 bulan dengan kelembapan sedang yang dimana suhu rata-rata harian 30º C.

35 4.2 Kondisi Demografis

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk menjadi faktor yang sangat dominan. Karena penduduk tidak saja menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan.

Jumlah penduduk yang besar tidak hanya menjadi modal pembangunan, akan tetapi dapat juga menjadi beban, bahkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti kebutuhan akan lapangan kerja, kebutuhan perumahan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu komposisi penduduk yang tidak seimbang antara jumlah penduduk muda dengan usia produktif dapat menyebabkan rendahnya produktifitas. Begitu pula dengan persebaran penduduk yang tidak merata dapat menimbulkan berbagai permasalahan.

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan juga sangat menentukan dalam klasifikasi pembagian kerja.

Berdasarkan data sekunder, penduduk Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dapat di kelompokkan berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

36 Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Tamasaju

Kecamatan Galesong Utara 2015

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 2.356 48

2 Perempuan 2.550 52

Total 4.906 100

Sumber : Profil Desa Tamasaju,2015

Berdasarkan Tabel 2 jumlah penduduk di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara adalah sebesar 4.906 jiwa, dengan perincian penduduk laki–

laki sebanyak 2356 jiwa dengan persentase 48 % dan perempuan sebanyak 2550 jiwa dengan persentase 52 % dari jumlah penduduk Desa Tamasaju.

Mayoritas penduduk di Desa Tamasaju adalah beragama Islam dan berbahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Makassar.

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Sumber ekonomi di Desa Tamasaju bervariasi karena mata pencarian yang berbeda-beda. Mata pencaharian suatu masyarakat adalah aspek yang dapat menjadi ukuran pendapatan bagi masyarakat bersangkutan. Semakin baik mata pencaharian seseorang, memungkinkan masyarakat tersebut untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik demikian pula sebaliknya, apabila mata pencaharian kurang baik akan mengakibatkan tingkat pendapatan yang diperoleh lebih sedikit.

37 Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk Desa Tamasaju dapat dikelompokkan berdasarkan mata pencarian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar 2015

Sumber : Profil Desa Tamasaju,2015

Tabel 3 menjelaskan bahwa mata pencarian penduduk Desa Tamasaju relative bervariasi, yaitu bekerja sebagai nelayan sebanyak 1.917 orang dengan persentase 47,20 %, petani sebanyak 1.211 orang dengan persentase 29,82%, Buruh Tani sebanyak 476 orang dengan persentase 11,72 %, Pedagang Keliling sebanyak 203 orang dengan persentase 4,99 %, pengusaha kecil dan menengah sebanyak 73 orang dengan persentase 1,79 %, peternak 70 orang dengan persentase 1,72 %, PNS dan Pensiunan PNS/TNI/POLRI dengan jumlah yang Jenis Pekerjaan JumlahPenduduk(jiwa) Persentase (%)

Petani 1.211 29,82

Buruh Tani 476 11,72

PNS 41 1,01

Pedagang keliling 203 4,99

Peternak 85 1,72

Nelayan 1.917 47,20

POLRI 1 0,02

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 41 1,01

Pengusaha kecil dan menengah 73 1,79

Seniman 1 0,02

Karyawan perusahaan swasta 11 0,27

Bidan Swasta 6 0,14

Perawat Swasta 9 0,22

Dukun Kampung Terlatih 1 0,02

Jumlah 3.994 100

38 sama yaitu 41 orang dengan persentase yang sama yaitu 1,01 %, karyawan perusahaan swasta sebanyak 11 orang dengan persentase 0,27 %, perawat swasta sebanyak 9 orang dengan persentase 0,22 %, dukun kampong terlatih, seniman dan POLRI dengan jumlah yang sama yaitu 1 orang dengan persentase yang sama yaitu 0,02%.

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan kinerjanya terhadap produktivitas. Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan. Adapun pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan formal yang dimaksudkan di atas adalah pendidikan melalui sekolah, sedangkan pendidikan nonformal melalui pengalaman, informasi masyarakat atau media massa dan sebagainya.

Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk berdasarkan Tingkat pendidikan dapat diamati pada Tabel 4:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar 2016

Sumber : Profil Desa Tamasaju,2015

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tamat SD 985 69,6

2 Tamat SMP 135 9,5

3 Tamat SMA 100 7,1

4 Tamat Diploma 156 11

5 Tamat Sarjana 39 2,8

Jumlah 1.415 100

39 Tabel 4 memperlihatkan bahwa penduduk di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi yang disebabkan karena faktor ekonomi keluarga. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tamasaju yaitu tamat SD/Sederajat sebanyak 985 jiwa dengan persentase 69,6 %, tamat SMP/Sederajat sebanyak 135 jiwa dengan persentase 9,5 %, tamat SMA/Sederajat sebanyak 100 jiwa dengan persentase 7,1 %, tamat D-1 sebanyak 26 jiwa dengan persentase 1,8 %, tamat D-2 sebanyak 34 jiwa dengan persentase 2,4 % , tamat D-3 sebanyak 96 jiwa dengan persentase 6,8 %, sedangkan tamat S1 sebanyak 37 jiwa dengan persentase 2,6 % dan tamat S2 sebanyak 2 jiwa dengan persentase 0,1 %.

Jumlah penduduk Desa Tamasaju paling banyak yang menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD, sedangkan pendidikan yang paling sedikit diselesaikan oleh penduduk Desa Tamasaju yaitu pada tingkat pendidikan S2.

4.3 Kondisi Pertanian

4.3.1 Kondisi Pertanian Kabupaten Takalar

Produksi tanaman Pangan di Kabupaten Takalar terdiri dari beragam jenis tanaman pangan dan sangat berpotensi dikembangkan di daerah ini.

Produktivitas tanaman padi di Kabupaten Takalar sekitar 4,8 ton per hektar, angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yakni sekitar 4,41 ton per hektar. Hal yang sama juga terjadi pada tanaman lainnya, seperti tanaman kedelai dari sebanyak 1,49 ton per hektar di tahun 2013 naik menjadi 1,64 ton

40 per hektar, dan tanaman ubi jalar juga mengalami kenaikan dari 13,9 ton per hektar menjadi 16,19 ton per hektar.

Salah satu andalan sektor pertanian di daerah ini adalah sub sektor perikanan karena tiap tahunnya nilai produksi dari sub sektor tersebut selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tabel terlihat, produksi rumput laut yang merupakan primadona dari sektor ini, nilai produksinya meningkat cukup signifikan pada tahun 2013 yakni hampir mencapai 30 persen.

Begitu juga sub sektor perkebunan, tiga tanaman utama yang nilai produksinya terbesar di daerah ini yaitu tanaman tebu, kelapa dan jambu mete.

Produksi tanaman tebu dan kelapa tahun 2014 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2013, yaitu masing-masing 1500 dan 1042 ton.

Tanaman jambu mete justru mengalami penurunan sebesar 29 persen.

Tabel 5. Luas Lahan, Luas Panen, dan Produksi Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten Takalar

No Kecamatan Luas Lahan Area (ha)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

1 Mangarabombang 2.899 4.709 3.154,74

2 Mappakasunggu 245 320 1.756,12

3 Sanrobone 881 889 5.790,06

4 Polombangkeng Selatan 3.931 7.036 5.670,68

5 Pattalassang 1.298 2.056 12.952,80

6 Polombangkeng Utara 3.689 7.379 47.594,55

7 Galesong Selatan 1.049 1.811 12.555,66

8 Galesong 1.4747 2.896 19.432.16

9 Galesong Utara 796 1.425 9.808,28

Total 16.262 28.521 186.724,05

Sumber : Dinas Pertanian Takalar,2015

41 Tabel 5 menjelaskan luas lahan, luas panen dan produksi tanaman padi di Kabupaten Takalar. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa total luas lahan untuk tanaman padi adalah 16.262 ha dimana luas lahan tersempit dimiliki oleh kecamatan Mappakasunggu dengan luas 245 ha, sedangkan lahan area yang terluas adalah kecamatan Polombangkeng Selatan dengan luas 3.931 ha. Selanjutnya, Luas panen untuk tanaman padi telah dijelaskan pada tabel di atas bahwa luas panen terbanyak dimiliki oleh Kecamatan Polombangkeng Selatan yaitu seluas 7.036 ha hal ini dikarenakan bahwa Kecamatan tersebut memiliki luas lahan terluas dari keseluruhan Wilayah Kecamatan di kabupten Takalar. Dapat pula dilihat bahwa hasil produksi yang dinyatakan dalam satuan ton dipengaruhi oleh luas lahan dan luas panen. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan dan luas panen pada kecamatan dengan area terluas memiliki hasil panen (produksi) yang besar yaitu pada kecamatan Polombangkeng Selatan dengan produksi 5.670,68 ton.

4.3.2 Kondisi Pertanian Desa Tamasaju

Total luas wilayah Desa Tamasaju yakni 118,79 ha, dapat dilihat potensi lahan yang dimiliki untuk lahan pertanian dapat diperincikan yaitu lahan sawah 58.5 ha dengan pembagian lahan sawah tekhnis 48 ha dan sawah tadah hujan 10.50 ha. Penggunaan potensi lahan pertanian lainnya yaitu lahan pekarangan seluas 25.76 ha dan tegalan 9.28 ha.

42 Tabel 6. Potensi Lahan Pertanian Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara

2015.

Sumber : Profil Desa Tamasaju,2015

Tabel 6 membuktikan bahwa Desa Tamasaju memiliki potensi yang cukup besar di bidang pertanian selain dilihat pada mata pencaharian penduduk yang mayoritas sebagai petani dan nelayan dilihat pula dari luas lahan untuk penggunaan lahan didominasi pada lahan pertanian yaitu setengah dari luas wilayah Desa Tamasaju adalah lahan sawah dengan total luas lahan 58.5 ha.

4.4 Profil Lumbung Pangan

Bangunan lumbung pangan warga yaitu “LPMD Majannang” di Campagaya Desa Tamasaju, Galesong Utara, Kabupaten Takalar, begitu sederhana. Memiliki luas bangunan 6 x 7 m dengan kapasitas 15 ton dimana bangunan ini adalah bangunan permanen. Status lumbung pangan adalah Lumbung Pangan Desa dengan pendirian LPMD inisiatif dari program pemerintah dalam rangka mengatasi kerawanan pangan di pedesaan dengan beberapa jenis usaha diantaranya simpan pinjam, cadangan pangan dan tunda jual.

No Jenis Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Persentase (%)

1 Sawah Tekhnis 48 50,73

2 Sawah Tadah Hujan 10,50 11,09

3 Pekarangan 25,76 27,22

4 Tegalan 9,28 9,80

5 Tambak (perikanan) 1,07 1,13

Total 94,61 100

43 Lumbung pangan Majannang telah berdiri sejak 2010 hingga saat ini, terletak di tengah pemukiman penduduk yang bersebrangan langsung dengan lahan persawahan. Seorang ketua/pengurus dibantu 20 anggota telah mengelola lumbung tersebut kurang lebih 5 tahun silam. Setiap anggota mempunyai hak yang sama untuk bicara dan usul dalam meningkatkan sumberdaya dan kemampuan demi meningkatkan Infrastruktur pertanian individu untuk lebih hidup yang sejahtera. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam memajukan lumbung pangan Majannang. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama mendapat laporan mengenai keadaan keuangan dan kekayaan serta hasil kegiatan.

Perangkat organisasi yang dimiliki lumbung pangan majannang terdiri dari seorang ketua (pengurus), seorang sekretaris, dan seorang bendahara.

Masa kepengurusan perangkat organisasi dari awal pembentukan kelompok lumbung ini belum mengalami pergantian dengan pertimbangan bahwa kelompok lumbung pangan ini masih tergolong baru.

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Kelompok Lumpung Pangan Majannang Desa Tamasaju kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dapat dilihat pada gambar berikut:

44 Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Lumbung Pangan “Majannang”

Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara

Adapun tujuan yang akan dicapai pada Kelompok Lumbung Pangan Majannang adalah :

- Menjamin ketersediaan pangan yang beragam, bergizi dan seimbang berbasis pangan local untuk seluruh warga Desa Tamasaju.

- Mengupayakan pola konsumsi berdasarkan gizi seimbang terutama untuk perempuan dan anak-anak.

- Penerapan teknologi pengolahan pangan lokal untuk diversifikasi menu pangan.

Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Lumbung Pangan Masyarakat Desa "Majannang" melakukan usaha-usaha dan kegiatan rutin antara lain sebagai berikut :

1. Usaha simpanan wajib dalam wujud hasil panen berupa padi 2. Usaha Pemasaran

3. Usaha jasa Keuangan mikro

4. Kegiatan pembinaan dan penyuluhan pertanian

KETUA : MUH ASHAR TOLA

BENDAHARA : IBRAHIM NABA SEKRETARIS :

ARUNG BAHRUN NUR

SEKSI GUDANG

MA’DI BELLA SEKSI USAHA :

SYARIFUDDIN LILI

SEKSI HUMAS:

KADIR TUJU SEKSI PENGADAAN:

MUSTARI BALI

45

Dokumen terkait