• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPARATIF KEMANDIRIAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA TANI ANTARA ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK LUMBUNG PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KOMPARATIF KEMANDIRIAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA TANI ANTARA ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK LUMBUNG PANGAN"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARATIF KEMANDIRIAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA TANI ANTARA ANGGOTA DAN NON

ANGGOTA KELOMPOK LUMBUNG PANGAN

(Pada Kelompok Lumbung Pangan Majannang Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar)

ST ULFA HAMISANI 105960120212

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

i

ANALISIS KOMPARATIF KEMANDIRIAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA TANI ANTARA ANGGOTA DAN NON

ANGGOTA LUMBUNG PANGAN

(Pada Kelompok Lumbung Pangan Majannang Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar)

ST ULFA HAMISANI 105960120212

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(3)

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Komparatif Kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani Antara Anggota dan Non Anggota Lumbung Pangan (Pada Kelompok Lumbung Pangan Majannang Desa Tamasaju kecamatan galesong Utara Kabupaten Takalar) adalah benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun dan bukan merupakan hasil jiplakan/saduran dari karya orang lain. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa penarikan ijazah dan pencabutan gelar sarjana.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Makassar, April 2016

St Ulfa Hamisani 105960120212

(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Komparatif Kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani Antara Anggota dan Non Anggota Kelompok Lumbung Pangan (Pada Kelompok Lumbung Pangan Majannang Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar)

Nama : St Ulfa Hamisani Stambuk : 105960120212

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sri Mardiyati S.P.,M.P Asriyanti Syarif, S.P., M.Si

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua ProdiAgribisnis

Ir. Saleh Molla, M.M. Amruddin S.Pt,.M.Si

(5)

iv

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Analisis Komparatif Kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani Antara Anggota dan Non Anggota Kelompok Lumbung Pangan (Pada Kelompok Lumbung Pangan Majannang Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar)

Nama : St Ulfa Hamisani Stambuk : 105960120212

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui oleh Susunan Penguji :

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Sri Mardiyati, S.P.,M.P (...) Ketua Sidang

2. Asriyanti Syarif, S.P.,M.Si (...) Sekretaris

3. Dr. Ir Irwan Mado M.P (...) Anggota

4. Sitti Arwati S.P,.M.Si (...) Anggota

Tangga Lulus :...

(6)

v ABSTRAK

ST ULFA HAMISANI (105960120212). Analisis Komparatif Kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani Antara Anggota Dan Non Anggota Kelompok Lumbung Pangan Pada kelompok Lumbung Pangan Majannang Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, dibimbingan oleh SRI MARDIYATI DAN ASRIYANTI SYARIF.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pendapatan usahatani padi pada petani anggota lumbung pangan dan petani non anggota lumbung pangan pada kelompok lumbung pangan (2) mengetahui perbedaan tingkat kemandirian pangan antara rumah tangga tani anggota lumbung pangan dan rumah tangga tani non anggota lumbung pangan. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).

Penentuan Lokasi dipilih secara sengaja di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar sebagai salah satu lokasi pelaksanaan program Lumbung Pangan Desa binaan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan.

Tekhnik penentuan sampel secara sengaja (purposive) sebanyak 40 petani responden terdiri dari 20 petani yang masuk dalam anggota kelompok lumbung pangan dan 20 petani non anggota lumbung pangan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan. Untuk mengetahui kemandirian pangan dilakukan analisis kecukupan pangan selanjutnya diselesaikan dengan analisis komparatif (perbandingan) menggunakan statistik uji t (uji beda nyata).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani anggota dari hasil usahatani padi sebesar Rp 4.087.874 per hektar dan pendapatan yang diperoleh petani non anggota sebesar Rp 4.106.007 per hektar. Sedangkan untuk kemandirian pangan rumah tangga tani diperoleh hasil kecukupan pangan rumah tangga tani anggota yaitu nilai TSP 9,32 dan nilai TSP sebesar 11,27 pada rumah tangga tani non anggota. Berdasarkan uji uniquel t test menunjukkan nilai t hitung -0,78 dengan nilai t tabel 1,70 artinya terdapat perbedaan secara tidak nyata rata-rata kemandirian pangan pokok antara rumah tangga tani anggota lumbung pangan dan rumah tangga tani non anggota lumbung pangan dimana nilai t hitung lebih kecil dari t tabel.

Kata kunci : Kemandirian Pangan, Lumbung Pangan

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalam’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

”Analisis Komparatif kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani Antara Anggota dan Non Anggota Kelompok Lumbung pangan”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dengan penuh hormat, tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas selesainya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Sri Mardiyati SP.MP dan Asriyanti Syarif SP.M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ketua Jurusan Agribisnis dan seluruh staf dosen pengajar dan administrasi Fakultas Pertanian, yang telah banyak memeberikan pengajaran dan pelayanan selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan sampai pada penyelesaian studi.

(8)

vii 4. Ketua dan pengurus kelompok lumbung pangan Majannang Desa Tamasaju

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

5. Penghargaan istimewa kepada Ayahanda Hanafie.B, Ibunda Herlina dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, kasih sayang kepada penulis.

6. Ucapan terimakasih setulusnya kepada Muallim.M atas dukungan, semangat, kasih sayang, perhatian dan pengertian.

7. Rekan mahasiswa Agribisnis terimakasih atas kebersamaan dan ikatan saudara yang telah diberikan kepada penulis.

Makassar, April 2016

St. Ulfa Hamisani

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pangan ... 8

2.2 Lumbung Pangan Desa ... 11

2.3 Karakteristik Rumah Tangga Tani ... 15

2.4 Usahatani Padi ... 19

2.5 Pendapatan Usahatani ... 19

2.6 Konsumsi pangan ... 20

(10)

ix

2.7 Produksi ... 25

2.8 Kerangka Pemikiran ... 26

2.9 Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.2 Tekhnik Penentuan Sampel... 28

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.4 Tekhnik Pengumpulan Data ... 29

3.5 Tekhnik Analisis Data ... 30

3.6 Definisi Operasional ... 33

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis... 34

4.2 Kondisi Demografis... 35

4.3 Kondisi Pertanian ... 39

4.4 Profil Lumbung Pangan ... 42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Petani Responden ... 45

5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota dan Non Anggota LP ... 49

5.3 Kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani ... 55

5.4 Analisis Perbandingan Tingkat Kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani ... 57

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

LAMPIRAN ... 60

(11)

x

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Perkembangan Konsumsi Beras Tingkat Rumah Tangga Di Indonesia ... 2

2. Jumlah penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara ... 36

3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar ... 37

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar 2016 ... 38

5. Luas Lahan, Luas Panen, dan Produksi Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten Takalar ... 40

6. Potensi Lahan Pertanian Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar ... 42

7. Identitas Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 46

8. Identitas Responden Berdasarkan Umur ... 46

9. Identitas Responden berdasarkan Pengalaman usahatani ... 47

10. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 47

11. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

12. Rata-Rata Biaya Produksi dan Pendapatan per hektar pada Usahatani Padi Petani Anggota Lumbung Pangan Desa Tamasaju ... 50

13. Rata-Rata Biaya Produksi dan Pendapatan per hektar pada Usahatani Padi Petani Non Anggota Lumbung Pangan Desa Tamasaju ... 51

14. Rata-rata Tingkat Subsistensi Pangan Pokok Rumah Tangga Tani Responden ... 56

15. Perbandingan Tingkat Kemandirian Pangan Pokok antara RT tani Anggota dan Non Anggota Lumbung panganDesa Tamasaju ... 58

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 26 2. Struktur Organisasi Kelompok Lumbung Pangan Majannang ... 44

(13)

xii DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Kuesioner Penelitian... 62

2. Identitas Responden Petani Anggota Lumbung Pangan ... 66

3. Identitas Responden Petani Non Anggota Lumbung Pangan ... 67

4. Total Produksi dan Penerimaan UT Padi Pada Petani Anggota ... 68

5. Total Produksi dan Penerimaan UT Padi Pada Petani Non Anggota ... 69

6. Rekapitulasi Biaya Tetap Usahatani Padi Pada Petani Anggota ... 70

7. Rekapitulasi Biaya Tetap Usahatani Padi Pada Petani Non Anggota ... 71

8. Rekapitulasi Biaya Variabel Usahatani Padi Petani Anggota ... 72

9. Rekapitulasi Biaya Variabel Usahatani Padi Petani Non Anggota ... 73

10. Rekapitulasi Total Biaya Usahatani Padi Pada Petani Anggota ... 74

11. Rekapitulasi Total Biaya Usahatani Padi Pada Petani Non Anggota... 75

12. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi pada Petani Anggota ... 76

13. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi pada Petani Non Anggota ... 77

14. Biaya Penyusutan alat-alat Usahatani Padi Petani Anggota ... 78

15. Biaya Penyusutan alat-alat Usahatani Padi Petani Non Anggota ... 80

16. Biaya Variabel Usahatani Padi pada Petani Anggota ... 82

17. Biaya Variabel Usahatani Padi pada Petani Non Anggota ... 84

18. Tingkat Kecukupan Pangan Pokok (Beras) Rumahtangga Tani Anggota ... 86

19. Tingkat Kecukupan Pangan Pokok (Beras) Rumahtangga Tani Non Anggota... 87

20. Hasil Analisis t-test Perbandingan Kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani Antara Anggota dan Non Anggota ... 88

21. Dokumentasi ... 89

22. Surat Izin Penelitian ... 99

(14)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2014, Ketahanan Pangan. Badan Urusan Logistik(Bulog).

http://www.bulog.co.id/ketahananpangan.php diakses pada tanggal 04 Februari 2016

Anonim 2014, Sejarah Ketahanan Pangan. Wikipedia Indonesia.

Anonim. 2015. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.17 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat.

Agung A, Dkk. “Optimalisasi Lumbung Pangan (LPD) Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan Indonesia”Jurnal Ketahanan Pangan. Bogor 2015

Badan Ketahan Pangan, Kementerian Pertanian, 2015

Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar, 2015. Takalar Dalam angka

Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gustiyana, 2003. Pendapatan Usahatani, Jakarta Hermanto, 1994. Teori Pendapatan, Jakarta.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi I. Jakarta : LP3ES.

Murniati, Nunuk. 2004. Getar Gender Perempuan Indonesia, edisi pertama.

Magelang : Indonesia Tera.

Nasution.S. 2006. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Edisi I. Cetakan 8. Jakarta:

Bumi Aksara.

Rochaeni. S. (2014). Pembangunan Pertanian Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sadikin I, Subagyono K, 2008, Kinerja Beberapa Indikator Kesejahteraan Petani Padi Di Pedesaan. Jurnal Pada Seminar Nasional : Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Bogor.

Sisilia Dkk, “Analisis Komparatif Pendapatan Petani Padi Penerima Bantuan Modal PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) dan Petani Non Penerima Bantuan Modal PUAP” Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012

(15)

xiv Siti Yuliaty Chansa Arfah, Dkk “ Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Tabela dan Sistem Tapin”. Jurnal Agrotekbis Volume 1 Nomor 3, Agustus 2013

Soekartawi, (2006). Analisis Usahatani. Jakarta :UI-Press

Sulistyoso. J, (2010). 6 Hari Jago SPSS. Yogyakarta : Cakrawala

Supriyanto. T. 2014. Analisis Tingkat ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani Desa Mandiri Pangan Di kecamatan karanggede Kabupaten Boyolali. Skripsi.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sebelas Maret, Surakarta Susetyo. B. 2014. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : Refika

Aditama.

Yulia Rahmawati Dkk, Kemandirian Pangan Sumber Karbohidrat Dan Protein Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Keluarga”, Jurnal Invotec, Volume 3, Nomor 2, September 2012

(16)
(17)
(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih ditopang pada sektor industri dan jasa. Selain dibutuhkan sebagai penyedia pangan nasional, sektor pertanian juga menyerap sebagian besar tenaga kerja. Sektor ini menyumbang penyerapan tenaga kerja baru setiap tahunnya dan masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia serta kebutuhan akan pangan nasional masih mengandalkan sektor pertanian (Rochaeni,2014).

Ketergantungan pangan dari impor dan ketidak mampuan suatu bangsa mencapai kemandirian pangan akan menyebabkan ketahanan nasional akan terganggu. Beberapa tahun terakhir terjadi kelangkaan pangan di pasar dunia yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan harga pangan yang dipicu oleh kenaikan harga minyak bumi, menurunnya produksi pangan beberapa negara penghasil pangan, konversi pangan menjadi energi dan meningkatnya permintaan pangan dari negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi tinggi dan dengan populasi yang besar (Badan Urusan Logistik,2014).

Kebutuhan manusia akan pangan tidak bisa ditahan dan sampai saat ini dan masih tetap merupakan salah satu masalah yang harus diatasi oleh sektor pertanian. Bertambahnya jumlah penduduk maka akan secara otomatis akan terjadi peningkatan kebutuhan akan pangan. Manusia sesuai dengan kodratnya

(19)

2 butuh makan untuk mempertahankan dan melanjutkan hidupnya. Pertumbuhan manusia jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pangan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh para pakar, baik di Indonesia maupun di dunia Internasional, seperti proyek peningkatan pangan dan gizi, proyek diversifikasi pangan, proyek pangan alternatif dan sebagainya. Ketersediaan pangan sampai saat ini tetap menjadi masalah utama untuk masa mendatang, untuk itu harus dicari cara dan upaya baru yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Pendekatan bisa dilakukan melalui kedua belah jalur yaitu jalur penduduk dan sumber daya manusia dan jalur pangan atau pertanian.

Kedua jalur ini, sama-sama membenahi diri untuk dapat berbuat lebih jauh sehingga pertumbuhan penduduk tidak akan lagi menjadi masalah di masa datang (Badan Urusan Logistik,2014).

Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Beras Tingkat Rumah Tangga Di Indonesia

URAIAN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi seminggu (kapita/mingg)

- Kuantitas (Kg) 1.729 1.716 1.673 1.640 1.623

- Nilai (Rp) 9.837,00 9.940,00 13.091,00 13.080,00 13.589,00 Konsumsi

setahun (kapita/tahun)

- Kuantitas (Kg) 90.155 89.477 87.235 85.514 84.628

- Nilai (Rp) 512.929,29 518.300,00 682.602,14 682.028,57 708.569,29

Sumber : Kementrian Pertanian,2016

Tabel 1 menggambarkan perkembangan Konsumsi Pangan Pokok (Beras) pada tingkat rumah tangga di Indonesia dimana konsumsi beras rumah tangga setiap tahun menurun. Hal ini dapat dilihat pada tahun terakhir yaitu

(20)

3 pada tahun 2014 mengalami penurunan jumlah konsumsi (kg) sebanyak 1.623 kg dari tahun sebelumnya sebanyak 1.649 kg di tahun 2013. Meskipun perbedaan yang tidak terlalu nyata namun penurunan jumlah konsumsi beras tidak sejalan dengan meningkatnya harga beras yang tiap tahun meningkat.

Dapat dilihat pada nilai konsumsi beras yang meningkat setiap tahunnya sedangkan jumlah konsumsi beras menurun atau berkurang. Salah satu penyebab yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah harga beras yang tidak menentu akibat dari eksistensi lembaga masyarakat seperti lumbung pangan masyarakat desa dengan tujuan untuk menstabilkan harga pangan (pokok) lembaga ini kurang maksimal dalam mewujudkan tujuannya khususnya di pedesaan.

Upaya peningkatan pendapatan petani selalu menghadapi masalahnya yang dilematis. Pada saat panen raya, yaitu pada saat petani memproduksi pangan dalam volume yang besar pada saat itu pula petani menerima harga jual yang rendah bagi hasil produksinya. Sebaliknya, pada musim paceklik, yaitu pada saat persediaan bahan pangan rumah tangga petani semakin menipis, petani harus membeli bahan pangan di pasar dengan harga yang tinggi. Keadaan demikian selalu berulang dari tahun ke tahun dan dari musim ke musim sehingga berdampak pada jumlah keluarga miskin yang meningkat dari hari ke hari.

Lumbung pangan masyarakat merupakan Lembaga penunjang ketahanan pangan lokal dengan fungsi utamanya adalah sebagai penunjang cadangan pangan kolektif yang bersifat sosial. Melalui kegiatan lumbung

(21)

4 pangan akan memberikan peluang peningkatan penghasilan bagi anggotanya.

Adanya peluang untuk meningkatkan penghasilan juga mempunyai prospek positif terhadap pengendalian kemiskinan rumah tangga petani.

Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat di Badan Ketahanan Pangan dilaksanakan mulai tahun 2009 dengan mengalokasikan dana dekosentrasi yang digunakan untuk pembangunan fisik lumbung pangan.

Sejak tahun 2010 dana dekonsentrasi digunakan untuk pengisian cadangan pangan dan penguatan modal kelompok, sedangkan untuk pembangunan fisik lumbung pangan pada tahun 2010 dan tahun 2011 melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian. Tahap penumbuhan melalui DAK tahun 2012 sementara tidak dilakukan, mengingat masih banyak lumbung yang belum mendapatkan dana Bansos untuk pengisian cadangan pangan, selain itu DAK tahun 2012 difokuskan untuk pembangunan fisik gudang cadangan pangan pemerintah kabupaten. Kegiatan ini dilakukan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun yang meliputi 3 (tiga) tahapan yaitu: tahap penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian (Badan Ketahanan Pangan,2013).

Pada tahun 2012 untuk kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat tahap penumbuhan sebanyak 9 unit hanya dilaksanakan di Provinsi Papua (7 unit) dan Papua Barat (2 unit) dalam rangka percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat yang mendapat dana Bansos untuk pembangunan fisik lumbung pangan. Pada tahap pengembangan sebanyak 613 kelompok di 31 provinsi mendapatkan dana Bansos untuk pengadaan bahan pangan pokok berupa gabah/beras atau bahan pangan pokok setempat, sebagai

(22)

5 cadangan pangan kelompok. Pada tahap kemandirian sebanyak 418 kelompok mendapatkan dana Bansos untuk penguatan modal dalam rangka pengembangan usaha kelompok (Badan Ketahanan Pangan,2013).

Data perkembangan kondisi cadangan pangan yang telah dilaporkan oleh 24 provinsi pada periode Oktober - Desember 2012 dari pengadaan gabah sebanyak 5.939.092 kg GKG dan sebagian bahan pangan telah disalurkan kepada anggotanya sebanyak 2.324.428 kg GKG sehingga masih ada total stock gabah di gudang kelompok sebesar 3.618.864 kg GKG. Sedangkan untuk beras dari pengadaan sebanyak 954.242 kg dan telah disalurkan kepada anggota sebanyak 564.742 kg, sisa total stock beras yang ada di gudang kelompok adalah 417.127 kg. Sementara itu untuk bahan pangan pokok lainnya (jagung dan sagu) pengadaannya sebanyak 129.533 kg dan disalurkan ke anggota sebesar 58.543 kg sehingga total sisa yang ada lumbung kelompok adalah 70.990 kg (Badan Ketahanan Pangan,2013).

Produksi padi di Kabupaten Takalar mengalami Fluktuasi yaitu pada tahun 2010 produksi padi sebesar 134,943 ton kemudian pada tahun berikutnya yaitu tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 14,569 ton dengan hasil produksi padi hanya 120,375. Pada tahun 2012 produksi padi meningkat sebesar 125,231 namum meskipun jumlah produksi bertambah sebesar 4,856 ton produksi padi belum dikatakan meningkat dari tahun sebelumnya karena jumlah produksi yang menurun dari tahun 2010 ke tahun 2011 belum bisa digantikan oleh bertambahnya jumlah produksi d tahun 2012 (Badan Ketahanan Pangan,2013).

(23)

6 Berdasarkan kondisi tersebut maka informasi mengenai produksi dan konsumsi pangan pokok (beras) sangat diperlukan untuk permasalahan yang dihadapi dalam rangka mengetahui kemandirian pangan pokok petani di tingkat rumah tangga. Selanjutnya sebagai upaya pemanfaatan dan penggalian sumberdaya potensial pedesaan untuk meningkatkan pendapatan serta pertumbuhan ekonomi pedesaan secara mandiri dan kokoh.

Oleh karena kondisi ini maka penulis menganggap perlu melakukan suatu penelitian dengan judul “ANALISIS KOMPARATIF KEMANDIRIAN PANGAN POKOK RUMAH TANGGA TANI ANTARA ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK LUMBUNG PANGAN”.

1.2 Rumusan Masalah

Kelompok lumbung pangan di pedesaan dapat memberikan manfaat bagi para petani anggotanya misalnya dalam pemenuhan modal usahatani dan penyimpanan hasil panen sebelum di jual ke pasaran dengan harga yang diharapkan serta adanya kebebasan dalam meminjam dan meringani beban anggota apabila rumah tangga anggota mengalami kekurangan pangan pokok sehingga petani anggota berpeluang untuk meningkatkan pendapatan dan kemandirian pangan rumah tangganya. Oleh karenanya peranan lumbung pangan di pedesaan sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan petani terutama bagi anggotanya

(24)

7 Berdasarkan uraian di atas maka Penelitian ini mengajukan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Berapa besar pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani padi petani anggota lumbung pangan dan non anggota lumbung pangan ?

2. Apakah ada perbedaan tingkat kemandirian pangan pokok rumah tangga tani antara anggota dan non anggota lumbung pangan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan pada uraian rumusan masalahyaitu:

1. Untuk mengetahui pendapatan usahatani padi petani anggota lumbung pangan dan non anggota lumbung pangan.

2. Untuk menganalisis perbedaan kemandirian pangan pokok antara rumah tangga tani anggota dan non anggota lumbung pangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penelitian ini dicapai maka diharapkan dapat memberikan manfaat pada hal-hal berikut:

1. Sumbangan terhadap perkembangan ilmu pertanian dan instansi yang terkait untuk perbaikan maupun implementasi program-program ke depannya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan penulis dan sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh di bangku kuliah.

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian Pangan 2.1.1 Pengertian Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalam pengertian pangan adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan dan minuman. Pengertian pangan di atas merupakan definisi pangan yang dikeluarkan oleh badan dunia untuk urusan pangan, yaitu Food and Agricultural Organization (FAO).

Menurut Agung.A (2015) Pangan dikelompokkan berdasarkan pemrosesannya, yaitu:

1) Bahan makanan yang diolah, yaitu bahan makanan yang dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut, sebelum akhirnya siap untuk dikonsumsi. Pemrosesan di sini berupa proses pengubahan bahan dasar menjadi bahan jadi atau bahan setengah jadi untuk tujuan tertentu dengan menggunakan teknik tertentu pula. Contoh bahan makanan olahan adalah nasi, pembuatan sagu, pengolahan gandum, pengolahan singkong, pengolahan jagung, dan lain sebagainya.

(26)

9 2) Bahan makanan yang tidak diolah, yaitu bahan makanan yang langsung untuk dikonsumsi atau tidak membutuhkan proses pengolahan lebih lanjut. Jenis makanan ini sering dijumpai untuk kelompok buah-buahan dan beberapa jenis sayuran.

Bahan baku pangan secara umum dapat dikatakan untuk diolah lebih lanjut ataupun dapat langsung dikonsumsi (tanpa diolah). Dalam proses pengolahan ini juga dibutuhkan bahan tambahan, berupa bumbu masak, bahan-bahan penyedap, dan bahan-bahan lainnya yang berfungsi untuk pelengkap penyajian makanan. Pengertian pangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini atau sesuai dengan konteks ketahanan pangan nasional difokuskan pada jenis pangan yang mendominasi kandungan karbohidrat. Jenis makanan atau pangan yang dimaksudkan terdiri atas beras, jagung, ketela, singkong, jenis ubi-ubian, dan jenis ketela.

2.1.2 Pengertian Kemandirian Pangan

Menurut Ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Ir.Siswono Yudo Husodo Kemandirian pangan mengandung arti kebutuhan pangan nasional harus dipenuhi secara mandiri dengan memberdayakan modal manusia, modal sosial, dan ekonomi yang dimiliki petani Indonesia, yang pada gilirannya harus berdampak kepada peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi petani dan masyarakat lainnya.

Selanjutnya skenario mandiri yaitu kondisi dimana kebutuhan pangan nasional minimal 90% dipenuhi dari produksi dalam negeri.

(27)

10 Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi (Agung A, 2015).

Kemandirian pangan merupakan kondisi dinamis karena sifatnya lebih menekankan pada aspek perdangan atau komersialisasi: kemandirian lebih menuntut daya saing tinggi karena produk yang dihasilkan pada skema proporsi ekspor, sedangkan swasembada lebih tertuju pada skema subtitusi impor. Ruang lingkup dari kemandirian pangan adalah nasional/wilayah dengan sasaran komoditas pangan dengan strategi yang diterapkan adalah peningkatan daya saing atau dapat dikatakan promosi ekspor. Upaya atau harapan yang ditargetkan adalah peningkatan produksi pangan yang berdaya saing pangan sehingga hasil yang akan didapatkan ketersediaan pangan oleh produk domestic yang didapatkan dari hasil petani sebagai stake holder dalam negeri sedangkan impor hanya digunakan sebagai pelengkap (Agung A, 2015).

(28)

11 2.2 Lumbung Pangan Desa

2.2.1 Kelembagaan Lumbung Pangan Desa

Kelembagaan lumbung pangan desa merupakan suatu sistem norma khusus yang menata rangkaian tindakan berpola mantap dan berstruktur dalam memenuhi kebutuhan cadangan pangan masyarakat desa. Dengan memperhatikan persoalan ketahanan pangan ke depan semakin kompleks, baik sebagai dampak dari krisis pangan global, krisis ekonomi global maupun dampak pemanasan global, maka lumbung pangan sebagai institusi penyangga cadangan pangan menjadi amat strategis untuk dikembangkan di setiap daerah (Hermanto,2009).

Badan Ketahanan Pangan merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang untuk pemenuhan konsumsi pangan yang berbasis pada budaya daerah, potensi pangan daerah, dan kearifan lokal. Dalam rangka peningkatan ketahanan pangan yang dimulai dari daerah, maka pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Nasional mengeluarkan peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 17/Permetan/HK.140/4/2015 tentang pedoman pengembangan lumbung pangan masyarakat tahun 2015 menimbang :

a. Bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/OT.140/1/2014 telah ditetapkan Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2014;

b. Bahwa pengembangan lumbung pangan masyarakat merupakan prioritas dalam rangka mewujudkan pemenuhan kebutuhan pangan dan pencapaian

(29)

12 sasaran program kegiatan ketahanan pangan harus dilaksanakan secara efektif dan efisien;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Pedoman Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2015.

Sejarah keberadaan lumbung pangan desa ini dimulai pada tahun 1902 oleh Messmen, seorang yang berkebangsaan Belanda, yang saat itu menjabat sebagai Residen Cirebon dan Sumedang, pemikiran Messmen didasari oleh kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya kerawanan pangan di wilayahnya. Menurutnya apabila para petani memiliki tabungan padi atau gabah maka pada masa-masa paceklik kebutuhan pangan mereka akan tetap tercukupi.

Pada mulanya lumbung pangan desa lebih dipahami sebagai penyimpan (buffer stock) hasil panen padi saja. Keberadaannya diperlukan untuk mengatisipasi adanya bencana alam, gagal panen (kondisi alam atau serangan hama). Perkembangan selanjutnya lumbung pangan desa berfungsi sebagai pengendali harga jika terjadi kelebihan produksi. Ketika panen raya harga akan cenderung turun. Adanya lumbung pangan desa petani dapat mengatur suplai produksinya sambil menunggu harga yang paling baik di pasar (Hermanto,2009).

Keberadaan lumbung pangan desa berhubungan erat dengan ketahanan pangan yang mendasari adanya pemenuhan pangan secara menyeluruh bagi masyarakat, baik dari segi ketersediaan, distribusi dan

(30)

13 konsumsi. Lumbung pangan desa bisa dimaknai sebagai institusi ekonomi di tingkat pedesaan. Sebagai institusi ekonomi ekonomi lumbung pangan desa juga bisa mengenai kredit atau permodalan petani, distribusi, dan fungsi logistik lainnya. Lebih penting dari itu dengan adanya lumbung pangan desa akan semakin menumpuk rasa kekeluargaan dan gotong royong masyarakat desa menjadi ciri khas bangsa ini (Hermanto,2009).

Lumbung pangan desa juga bisa dimanfaatkan sebagai penyimpan benih. Petani zaman dulu biasa menyisihkan beberapa hasil panennya untuk dipilih mana yang paling berkualitas untuk dijadikan benih. Benih ini tetap dibiarkan dengan kondisi utuh bertangkai dan diikat kemudian di simpan di dalam lumbung desa. Keberadaan lumbung pangan desa semakin berkembang seiring dikeluarkanya Inpres Bantuan Pembangunan Desa (Bangdes) pada tahun 1969. Lumbung pangan desa bermunculan pesat di berbagai pelosok tanah. Banyak diantaranya masih bertahan hingga paruh awal tahun 1990-an.

Sistem lumbung sebagai pusat cadangan pangan, terutama di kawasan pedesaan, kini semakin sulit ditemukan. Sisa kearifan lokal itu terkikis oleh perubahan zaman. Menurut Sibuea (2009) dalam jurnal iqbal- ketahanan pangan, setidaknya ada empat penyebab masalah sistem lumbung pangan desa semakin terpinggirkan, yaitu :

1. Kecendrungan petani berperilaku konsumtif. Di negara berkembang, masyarakatnya cenderung lebih suka berbelanja daripada menabung.

(31)

14 Hasil panen yang berlimpah kadang mendorong petani hanya berpikir bagaimana bisa segera menjualnya dan mendapatkan uang.

2. Masuknya model-model kelembagaan lain yang banyak berkembang.

Banyak lembaga keuangan yang memberikan fasilitas perkreditan dengan syarat mudah bagi petani. Petani cenderung berpikir tanpa berusaha belajar mengelola permodalan usahataninya sendiri.

3. Adanya petani yang terejrat dengan sistem ijon. Terdesak kebutuhan dari keinginan hidup, petani rela menjual komoditasnya sebelum panen kepada tengkulak. Akibannya, ketika panen tidak ada komoditas yang bisa dikelola bisnisnya oleh lumbung pangan desa.

4. Sikap petani yang cenderung apatis. Eksistensi lumbung pangan desa sebenarnya didasari pada sikap kekeluargaan dan kegotongroyongan masyarakat desa. Seiring pudarnya nilai-nilai tersebut akibat dampak globalisasi maka lambat tapi pasti lumbung pangan desa akan ditinggalkan.

Dari permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pengambangan lumbung pangan desa masih sangat terbatas dan belum mampu untuk mengantisispasi terjadinya kekurangan bahan pangan pada musim paceklik dan mengantisispasi ancaman gagal panen akibat bencana alam, seperti gangguan hama dan penyakit, anomali iklim, dan banjir serta membantu menyerap kelebihan produksi di saat panen raya dan sekaligus mengamankan harga gabah dari kejatuhan. Oleh karena itu, potensi lumbung pangan desa ini perlu dikembangkan dan

(32)

15 direvitalisasi melalui proses pemberdayaan secara sistematis, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh unsur terkait, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

2.3 Karakteristik Rumah Tangga Tani 2.3.1 Rumah Tangga

1) Definisi Rumah Tangga

Rumah tangga yaitu seluruh urusan keluarga untuk hidup bersama, dikerjakan bersama di bawah pimpinan seseorang yang ditetapkan, menurut tradisi. Konstruksi sosial yang menggunakan ideologi gender menetapkan bahwa pimpinan di dalam rumah tangga adalah ayah.

Namun, pada beberapa daerah pedesaan di Jawa, keputusan-keputusan yang menyangkut hidup anggotanya, ayah selalu mengajak bermusyawarah ibu, serta anak-anak yang dianggap sudah mampu (Murniati, 2004).

Rumah tangga dalam membangun kehidupan keluarga berjalan dengan baik, maka perlu dikembangkan pengelolaan yang disebut manajemen rumah tangga. Di dalam manajemen rumah tangga terdapat tiga unsur pokok, yang dalam praksisnya merupakan suatu proses.

Tiga unsur pokok tersebut adalah:

a) Perencanaan, yaitu menentukan lebih dahulu suatu tindakan yang akan dikerjakan sesuai dengan tujuan dan sasaran anggotanya.

b) Pelaksanaan, yaitu suatu pengendalian untuk mengetahui terjadi penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaannya.

(33)

16 c) Evaluasi dan refleksi yang dilakukan secara periodik sesuai dengan

kesepakatan seluruh anggota dalam rumah tangga.

2) Peran dan Fungsi Rumah Tangga

Masing-masing rumah tangga mempunyai peran dan fungsi.Tetapi secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Murniati, 2004).

a. Pemenuhan kebutuhan hidup, seperti bekerja untuk memenuhi pangan.

b. Sandang, dan papan. Kegiatan belajar untuk anak, penyediaan dan pemeliharaan pangan, sandang, papan serta kegiatan lain yang menyangkut kebutuhan rumah tangga.

c. Administrasi, yaitu kegiatan yang menyangkut catat-mencatat meliputi penyediaan dan pengaturan catatan keuangan, kartu dan surat-surat penting yang dibutuhkan untuk urusan anggota rumah tangga (kartu keluarga, surat nikah, ijazah, dan sebagainya).

d. Berhubungan dengan pihak luar dari rumah tangga, yaitu kegiatan bernegosiasi, kegiatan berhubungan antar keluarga dan kegiatan sosial lainnya.

2.3.2 Tani

Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan /atau beserta keluarganya yang melakukan Usaha Tani di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan (Undang- Undang No. 19 Tahun 2013). Petani yang bergerak dibidang pertanian secara

(34)

17 umum dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan (Mubyarto, 1994). Petani melakukan kegiatan usaha bercocok tanam di tanah-tanah sawah, ladang, dan pekarangan. Hasil-hasil pertanian rakyat pada umumnya digunakan untuk konsumsi keluarga, dan apabila lebih maka produksi pertanian maka akan dijual ke pasar.

Petani dalam pertanian rakyat memproduksi berbagai macam jenis tanaman. Dalam satu tahun petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan. Menurut Mubyarto (1994) keputusan petani untuk menanam bahan makanan didasarkan pada kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan menanam tanaman perdagangan didasarkan pada keadaan iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut, dan harapan harga.

Disamping hasil-hasil tanaman pertanian rakyat meliputi pula usaha-usaha mata pencaharian tambahan yaitu peternakan, perikanan, dan kadang- kadang usaha pencarian hasil hutan. Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan dan pengeluarannya (Mubyarto, 1994).

Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu, atau kadang- kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba.

(35)

18 Dalam menyelenggarakan kegiatan usahatani setiap petani dapat merangkap pekerjaan sebagai pekerja sekaligus manajer. Petani selalu berusaha menghasilkan panen banyak, misal berupa panen padi maka petani akan mengatur agar panenan cukup untuk memberi makan seluruh anggota keluarga sampai tiba panen yang akan datang. Sisa hasil panen akan dijual ke pasar dan hasil penjualannya dapat dipakai untuk membeli pakaian, alat-alat rumah tangga atau alat-alat pertanian. Petani sebagai manajer akan mengatur selama bercocok tanam dan penggunaan hasil- hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia yang merupakan negara agraris. Pertanian berhubungan dengan usaha pemanfaatan tanah untuk menanam tanaman atau pohon-pohonan.

Ilmu pertanian merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian baik mengenai sub sektor tanaman pangan dan holtikultura, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, maupun sub sektor perikanan (Daniel, 2004). Petani dapat diklasifikasikan Petani punya lahan cukup/luas dan modal cukup/besar. Hanya jenis petani ini yang membutuhkan penyuluhan atau diberikan inovasi baru untuk mengembangkan usahataninya.

(36)

19 2.4 Usahatani Padi

Robert Redfield (1982) mengatakan bahwa usahatani terbentuk dari adanya tingkat kebutuhan dan kemajuan dengan melalui pemanfaatan sumber-sumber daya alam seperti tanah, air dan matahari yang difungsikan untuk mendapatkan sesuatu produksi pertanian. Lebih lanjut Hernanto (2006) mendefinisikan usahatani adalah sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan yang ditujukan pada produksi dilapangan pertanian.

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat disuatu tempat yang diperlukan untuk produksi pada bidang pertanian seperti udara, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah dan sebagainya yang ada di alam ini (Mubyarto, 2002). Sejalan dengan pengertian usahatani yang dikemukakan beberapa pakar ekonomi pertanian tersebut diatas, pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama karena masing-masing melihat pengertian usahatani dari segi pemanfaatan sumber daya alam.

2.5 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), bahwa pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu :

a. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga pe satuan berat pada saat pemungutan hasil.

(37)

20 b. Pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Menurut Soekartawi (1995) pendapatan sebagai selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Total penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi yang dihasilkan dengan nilai/harga produk tersebut, sedangkan total biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Pendapatan rumah tangga petani bersumber dari dalam usahatani dan pendapatan dari luar usahatani.

Pendapatan dari dalam usahatani meliputi pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh petani. Sedangkan dari luar usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang diusahakan.

I = TR-TC Dimana :

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Renue (Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

2.6 Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan memiliki dua bentuk tujuan dari aspek pelaksanaan, yaitu tujuan berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan tujuan berdasarkan aspek kesejahteraan masyarakat (Suyastiri, 2008). Fakta yang dihadapi sekarang ini, bahwa pola konsumsi pangan nasional masih bertumpu atau tergantung pada satu

(38)

21 jenis tanaman pokok, yaitu beras/padi. Berdasarkan fakta tersebut, tujuan konsumsi pangan berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan menurut Suyastiri (2008) adalah:

1. Mengurangi Ketergantungan Impor Beras

Impor beras dilakukan karena adanya ketergantungan permintaan pangan terhadap bahan pangan berupa beras. Melalui diversifikasi konsumsi pangan diharapakan akan membuat pilihan akan bahan pangan menjadi semakin beragam, sehingga dapat menekan ketergantungan terhadap impor beras.

2. Mencapai Pola Konsumsi Pangan Yang Tepat

Ketahanan pangan menitik beratkan pada aspek alokasi sumberdaya ke arah penggunaan yang efisien, fleksibel, dan stabil dengan memanfaatkan potensi lokal yang tersedia. Salah satu prinsip pokok dalam pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan adalah pemanfaatan atau pengoptimalan potensi lokal, baik berupa potensi tanaman lokal maupun sumberdaya manusia.

3. Mewujudkan Pola Pangan Harapan Diversifikasi

Konsumsi pangan memiliki sasaran untuk memberikan nutrisi atau gizi yang memadai bagi pola konsumsi rumah tangga, sehingga akan mampu untuk memenuhi pola konsumsi sehat dan bergizi di masyarakat.

(39)

22 4. Gizi Yang Terjangkau Oleh Semua Tingkat Pendapatan Pola

Konsumsi pangan nasional yang selama ini banyak bergantung pada jenis beras menyebabkan harga beras semakin cepat meningkat. Akibatnya, harga beras semakin lama menjadi semakin sulit untuk dijangkau oleh semua kelompok pendapatan rumah tangga. Melalui diversifikasi konsumsi pangan diharapkan akan mampu untuk mengalokasikan pendapatan memilih jenis komoditi pangan yang relatif lebih terjangkau.

Besar kecilnya konsumsi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1. Tingkat pendapatan dan kekayaan

Sangat lazim apabila tinggi rendahnya daya konsumsi seseorang atau masyarakat berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat pendapatan, karena perilaku konsumsi secara psikologis memang berhubungan dengan tingkat pendapatan, artinya bila pendapatan tinggi maka konsumsinya semakin tinggi (baik dalam jumlah maupun dalam nilai) karena ini berhubungan dengan pemenuhan kepuasan yang tak terbatas itu. Apabila pendapatan rendah maka konsumsinya juga relatif rendah karena berhubungan dengan keinginan bertahan hidup, jadi konsumsi untuk bertahan hidup dan pemenuhan kepuasan yang tinggi semuanya karena faktor pendapatan. Selain pendapatan maka kekayaan juga sangat berpengaruh. Kekayaan bisa saja sebagai akibat dari tingkat tabungan dari masa lalu atau karena warisan dan lain sebagainya.

(40)

23 2. Tingkat suku bunga dan spekulasi.

Bagi masyarakat tentu ada kalanya mau mengorbankan konsumsi untuk mendapatkan perolehan yang lebih besar dari suku bunga yang berlaku dari uang yang ditabung, sehingga manakala suku bunga tinggi konsumsi masyarakat berkurang meskipun pendapatan tetap. Akan tetapi manakala suku bunga demikian rendahnya maka masyarakat akan lebih condong untuk menggunakan semua uangnya untuk konsumsi, sehingga hampir tidak ada yang ditabung. Selain suku bunga, tingkat spekulasi masyarakat juga mempengaruhi tingkat konsumsi, masyarakat bisa saja mengurangi konsumsinya karena berharap pada hasil yang besar dari uang yang dikeluarkan untuk main dipasar saham atau obligasi (menunda konsumsi tinggi dengan harapan tentunya akan bisa melakukan konsumsi yang lebih besar apabila dalam kegiatan spekulasi itu mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.

3. Sikap Berhemat.

Memang terjadi paradoks antara sikap berhemat dengan peningkatan kapasitas produksi nasional. Di satu sisi untuk memperbesar kapasitas produksi nasional maka konsumsi harusalah ditingkatkan. Akan tetapi disisi lain untuk meningkatkan pendanaan dalam negeri agar investasi dapat berjalan dengan mudah dan relatif murah serta aman maka tabungan masyarakat perlu ditingkatkan.

(41)

24 4. Budaya, Gaya hidup (pamer, gengsi dan ikut arus) dan demonstration

effect

Gaya hidup masyarakat yang cenderung mencontoh konsumsi baik itu konsumsi dari tetangganya, masyarakat sekitarnya dan atau dari masyarakat yang pernah di bacanya di massa media menjadikan konsumsi masyarakat terpengaruh. Konsumsi untuk produk- produk yang belum saat ini dibutuhkan dan dibeli hanya demi gengsi, ikut arus membuat tingkat tabungan masyarakat menjadi rendah. Demikian juga halnya dengan dampak demonstration effect yang menjadikan pola konsumsi masyarakat yang terlalu konsumtif sehingga akan mengurangi tingkat tabungan.

5. Keadaan perekonomian

Pada saat perekonomian dalam kondisi stabil maka konsumsi masyarakat juga akan stabil, akan tetapi manakala perekonomian mengalami krisis maka biasanya tabungan masyarakat akan menjadi rendah dan konsumsi akan menjadi tinggi karena kurangnya kepercayaan pada lembaga perbankan dan semakin mahalnya dan langkanya barang-barang kebutuhan. (Putong, 2010)

(42)

25 2.7 Produksi

Miller dan Miner (1999) menyatakan produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksud konsep arus (flow concept) disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit priode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan produksi, ini berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan).

Joerson dan Fathorrozi ( 2003) menyatakan produksi merupakan hasil akhir dalam proses atau aktivitas ekonomi dan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Pindiyck dan Rubinfield (2001) menyatakan bahwa input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu.

Produktivitas faktor adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi.

(43)

26 2.8 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka pikir disusun seperti Gambar 1 dibawah ini, dimana kerangka pikir ini menggambarkan bahwa adanya perbedaan tingkat kemandirian pangan pokok rumah tangga tani atara anggota dan non anggota lumbung pangan menggunakan struktur tingkat kecukupan pangan (TSP).

Kemandirian pangan pokok rumah tangga tani dilihat dari perbandingan produksi beras dan konsumsi dimana dapat dilihat dari pendapatan usahatani padi yang diperoleh dari hasil produksi petani yang membudidayakan padi. Berdasarkan uraian tersebut dalam penelitian ini dapat disusun kerangka pemikiran :

Gambar 1.Kerangka Pemikiran Analisis Komparatif kemandirian Pangan Pokok Rumah Tangga Tani Antara Petani Anggota dan Non Anggota Kelompok Lumbung Pangan

Kelompok Lumbung Pangan Rumah tangga

tani anggota

Rumah tangga tani non anggota

Usahatani padi

Pendapatan

Usahatani padi

Produksi

Pendapatan Produksi Kemandirian

pangan

TSP (tingkat Subsistensi

Pangan)

(44)

27 2.8 Hipotesis

Untuk menjawab permasalahan , maka diajukan hipotesis sebagai berikut : - H0 : rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota dan

rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota berbeda nyata.

- Ha : rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota tidak berbeda dengan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota (berbeda secara tidak nyata)

(45)

28

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Terdapat tiga kelompok Lumbung Pangan di Kecamatan ini Yaitu Desa Pakkabba, Desa Tamalate, dan Desa Tamasaju.

Pemilihan lokasi penelitian di Desa Tamasaju yaitu kelompok Lumbung Pangan Majannang dengan pertimbangan bahwa dari ketiga lumbung pangan yang ada dikecamatan ini kelompok Lumbung Pangan Majannang yang paling aktif diantara ketiga kelompok lumbung pangan lainnya.

Adapun waktu penelitian yang akan digunakan selama dua bulan sampai tahap penyelesaian akhir yaitu dimulai pada Bulan Februari sampai Bulan April 2016.

3.2 Tekhnik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara. Penentuan sampel digunakan secara sengaja (Purposive Sampling) yaitu diambil sebanyak 40 petani responden yang terdiri dari 20 petani Anggota Lumbung Pangan dan 20 petani Non Anggota Lumbung Pangan.

3.3 Jenis data dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari sampel populasi

(46)

29 penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterpestasikan. Sedangkan untuk sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini diantaranya :

1. Data Primer yang diperoleh dengan memberikan kusioner yang ditujukan kepada responden (rumah tangga tani anggota dan non anggota) meliputi pendapatan usahatani dan konsumsi pangan pokok.

2. Data Sekunder, Data sekunder merupakan sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, melalui perantara. Data diperoleh dengan mengumpulkan data-data yang ada di Biro Pusat Statistik (BPS) Sul-Sel, Badan Ketahanan Pangan Sul-Sel, dan data Desa.

3.4 Tekhnik Pengumpulan data 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain. Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang kita selidiki (Nasution S,2006).

2. Metode wawancara (interview)

Wawancara merupakan alat yang ampuh untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang difikirkan atau yang dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan (Nasution S,2006).

(47)

30 Pada Penelitian ini digunakan metode wawancara dengan alat bantu berupa kuesioner yang memuat tentang usahatani padi responden dan tingkat produksi dan konsumsi dan lain-lain terkait masalah penelitian ini.

3. Metode dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara mendapatkan data dengan mempelajari dan mencatat buku-buku, arsip atau dokumen, daftar tabel statistik dan hal-hal yang terkait dengan penelitian.

3.5 Tekhnik Analisis Data

Untuk mencapai hasil tujuan penelitian dan menguji kebenaran hipotesis digunakan beberapa metode analisis sebagai berikut :

1. Menurut Soekartawi (2010), untuk mengetahui pendapatan petani dari hasil usahatani digunakan rumus sebagai berikut :

Besarnya pendapatan dapat dihitung menggunakan rumus : Pd = TR – TC

Dimana: Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Rumus untuk mencari penerimaan yaitu

TR = Y. Py

(48)

31 Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

Rumus untuk mencari Total Cost TC = FC + VC

Dimana : TC = Total Cost (total biaya) FC = Fixed Cost

VC = Variabel Cost

2. Menururt Sadikin I (2008) dilakukan analisis tingkat kecukupan konsumsi pangan rumah tangga yaitu proporsi pangan pokok yang dihasilkan sendiri terhadap kebutuhan pangan pokok keluarga.

Tingkat subsistensi pangan rumah tangga petani secara sederhana dapat ditentukan dengan cara :

TSP = PUB / KSB Dimana:

TSP = Tingkat susbsistensi pangan; (TSP=1: subsisten ; TSP >1:

surplus ; dan TSP <1; defisit)

PUB = Produksi dari usahatani sendiri setara beras KSB = Kebutuhan setara beras

3. Untuk mengetahui perbandingan kemandirian pangan rumah tangga tani antara anggota dan non anggota digunakan uji-t (uji statistik t hitung) dengan rumus t hitung adapun pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

(49)

32 H0 : rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota berbeda dengan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota

Ha : rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota tidak berbeda dengan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota.

Keterangan :

x1 = rata-rata tingkat kemandirian pangan pokok anggota LP x2 = rata-rata tingkat kemandirian pangan Non Anggota LP n1 dan n2 = jumlah sampel

s = Standar deviasi

Jika thit>t tab, maka keputusannya adalah menolak H0 yang berarti bahwa rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota dan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota berbeda secara nyata.

Jika thit<t tab, maka keputusannya adalah menerima H0 yang berarti bahwa rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani anggota dan rata-rata kemandirian pangan pokok rumah tangga tani non anggota tidak berbeda (berbeda secara tidak nyata).

...Susetyo.B,2014

(50)

33 3.6 Deinisi Operasional

1. Kemandirian pangan adalah tingkat kecukupan pangan rumah tangga tani dengan perbandingan antara produksi dan konsumsi (Kg).

2. Rumah tangga tani adalah petani yang berusahatani padi baik petani sebagai anggota lumbung pangan maupun non anggota lumbung pangan.

3. Pendapatan usahatani padi adalah selisih antara penerimaan dari usahatani padi dan biaya usahatanipadi yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

4. Produksi adalah hasil usahatani padi dalam satu musim tanam yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

5. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

a) Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan (Rp).

b) Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya usahatani atau biaya produksi dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

6. Kelompok Lumbung pangan adalah lembaga masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cadangan pangan masarakat.

(51)

34 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa Tamasaju adalah desa yang terletak di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dengan luas wilayah mencapai 118,79 ha dengan pembagian wilayah menurut penggunaan yaitu luas pemukiman 26,01 ha, luas persawahan 58.5 ha, luas perkuburan 0,20 ha, luas pekarangan 25,76 ha, perkantoran 1,60 ha, luas prasaranan umum lainnya 1,50 ha dan lain-lain 5,22 ha. Jarak dari desa ini ke ibukota Kecamatan yaitu kelurahan Bontolebang sekitar 3 km dengan lama jarak tempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor sekitar 0,15 jam sedangkan jarak ke ibukota kabupaten sekitar 25 km dengan lama jarak tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 1 jam dan jarak ke ibukota provinsi sekitar 30 km dengan lama jarak tempuh menggunakan kendaraan sekitar 1 jam perjalanan. Desa Tamasaju secara administratif berbatasan dengan kelurahan Bontolebang (Utara), Desa Bontosunggu (Selatan), Desa Biringala (Timur) dan Selat Makassar (Barat).

Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara merupakan bagian dari Kabupaten Takalar yang beriklim tropis dengan curah hujan rata – rata 1000 mm dengan jumlah bulan hujan adalah 6 bulan dengan kelembapan sedang yang dimana suhu rata-rata harian 30º C.

(52)

35 4.2 Kondisi Demografis

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk menjadi faktor yang sangat dominan. Karena penduduk tidak saja menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan.

Jumlah penduduk yang besar tidak hanya menjadi modal pembangunan, akan tetapi dapat juga menjadi beban, bahkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti kebutuhan akan lapangan kerja, kebutuhan perumahan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu komposisi penduduk yang tidak seimbang antara jumlah penduduk muda dengan usia produktif dapat menyebabkan rendahnya produktifitas. Begitu pula dengan persebaran penduduk yang tidak merata dapat menimbulkan berbagai permasalahan.

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan juga sangat menentukan dalam klasifikasi pembagian kerja.

Berdasarkan data sekunder, penduduk Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dapat di kelompokkan berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

(53)

36 Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Tamasaju

Kecamatan Galesong Utara 2015

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 2.356 48

2 Perempuan 2.550 52

Total 4.906 100

Sumber : Profil Desa Tamasaju,2015

Berdasarkan Tabel 2 jumlah penduduk di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara adalah sebesar 4.906 jiwa, dengan perincian penduduk laki–

laki sebanyak 2356 jiwa dengan persentase 48 % dan perempuan sebanyak 2550 jiwa dengan persentase 52 % dari jumlah penduduk Desa Tamasaju.

Mayoritas penduduk di Desa Tamasaju adalah beragama Islam dan berbahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Makassar.

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Sumber ekonomi di Desa Tamasaju bervariasi karena mata pencarian yang berbeda-beda. Mata pencaharian suatu masyarakat adalah aspek yang dapat menjadi ukuran pendapatan bagi masyarakat bersangkutan. Semakin baik mata pencaharian seseorang, memungkinkan masyarakat tersebut untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik demikian pula sebaliknya, apabila mata pencaharian kurang baik akan mengakibatkan tingkat pendapatan yang diperoleh lebih sedikit.

(54)

37 Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk Desa Tamasaju dapat dikelompokkan berdasarkan mata pencarian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar 2015

Sumber : Profil Desa Tamasaju,2015

Tabel 3 menjelaskan bahwa mata pencarian penduduk Desa Tamasaju relative bervariasi, yaitu bekerja sebagai nelayan sebanyak 1.917 orang dengan persentase 47,20 %, petani sebanyak 1.211 orang dengan persentase 29,82%, Buruh Tani sebanyak 476 orang dengan persentase 11,72 %, Pedagang Keliling sebanyak 203 orang dengan persentase 4,99 %, pengusaha kecil dan menengah sebanyak 73 orang dengan persentase 1,79 %, peternak 70 orang dengan persentase 1,72 %, PNS dan Pensiunan PNS/TNI/POLRI dengan jumlah yang Jenis Pekerjaan JumlahPenduduk(jiwa) Persentase (%)

Petani 1.211 29,82

Buruh Tani 476 11,72

PNS 41 1,01

Pedagang keliling 203 4,99

Peternak 85 1,72

Nelayan 1.917 47,20

POLRI 1 0,02

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 41 1,01

Pengusaha kecil dan menengah 73 1,79

Seniman 1 0,02

Karyawan perusahaan swasta 11 0,27

Bidan Swasta 6 0,14

Perawat Swasta 9 0,22

Dukun Kampung Terlatih 1 0,02

Jumlah 3.994 100

(55)

38 sama yaitu 41 orang dengan persentase yang sama yaitu 1,01 %, karyawan perusahaan swasta sebanyak 11 orang dengan persentase 0,27 %, perawat swasta sebanyak 9 orang dengan persentase 0,22 %, dukun kampong terlatih, seniman dan POLRI dengan jumlah yang sama yaitu 1 orang dengan persentase yang sama yaitu 0,02%.

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan kinerjanya terhadap produktivitas. Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan. Adapun pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan formal yang dimaksudkan di atas adalah pendidikan melalui sekolah, sedangkan pendidikan nonformal melalui pengalaman, informasi masyarakat atau media massa dan sebagainya.

Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk berdasarkan Tingkat pendidikan dapat diamati pada Tabel 4:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar 2016

Sumber : Profil Desa Tamasaju,2015

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tamat SD 985 69,6

2 Tamat SMP 135 9,5

3 Tamat SMA 100 7,1

4 Tamat Diploma 156 11

5 Tamat Sarjana 39 2,8

Jumlah 1.415 100

(56)

39 Tabel 4 memperlihatkan bahwa penduduk di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi yang disebabkan karena faktor ekonomi keluarga. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tamasaju yaitu tamat SD/Sederajat sebanyak 985 jiwa dengan persentase 69,6 %, tamat SMP/Sederajat sebanyak 135 jiwa dengan persentase 9,5 %, tamat SMA/Sederajat sebanyak 100 jiwa dengan persentase 7,1 %, tamat D-1 sebanyak 26 jiwa dengan persentase 1,8 %, tamat D-2 sebanyak 34 jiwa dengan persentase 2,4 % , tamat D-3 sebanyak 96 jiwa dengan persentase 6,8 %, sedangkan tamat S1 sebanyak 37 jiwa dengan persentase 2,6 % dan tamat S2 sebanyak 2 jiwa dengan persentase 0,1 %.

Jumlah penduduk Desa Tamasaju paling banyak yang menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD, sedangkan pendidikan yang paling sedikit diselesaikan oleh penduduk Desa Tamasaju yaitu pada tingkat pendidikan S2.

4.3 Kondisi Pertanian

4.3.1 Kondisi Pertanian Kabupaten Takalar

Produksi tanaman Pangan di Kabupaten Takalar terdiri dari beragam jenis tanaman pangan dan sangat berpotensi dikembangkan di daerah ini.

Produktivitas tanaman padi di Kabupaten Takalar sekitar 4,8 ton per hektar, angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yakni sekitar 4,41 ton per hektar. Hal yang sama juga terjadi pada tanaman lainnya, seperti tanaman kedelai dari sebanyak 1,49 ton per hektar di tahun 2013 naik menjadi 1,64 ton

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Beras Tingkat Rumah Tangga Di Indonesia
Gambar  1.Kerangka  Pemikiran  Analisis  Komparatif  kemandirian  Pangan  Pokok  Rumah  Tangga  Tani    Antara  Petani  Anggota  dan  Non  Anggota Kelompok Lumbung Pangan
Tabel  3.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Mata  Pencarian  di  Desa  Tamasaju  Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar 2015
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Tamasaju  Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pelapisan cat dasar (epoxy) pada bagian body eksterior dilakukan untuk melapisi permukaan yang dilakukan pengecata warna, dan untuk menghasilkan pengecatan

Metode yang digunakan dalam penelitian, selain melakukan pengamatan gerakan dan pergeseran jembatan dengan menggunakan GPS, maka pada saat yang bersamaan dari pengamatan

Penelitian dilakukan dengan membuat 3 formula pasta gigi ekstrak maserasi daun mahkota dewa dengan etanol 70% dengan konsentrasi Tragakan yang berbeda yaitu 0,5% (F.. I), 1,0% (F

Rajah 2 menjelaskan dua impak terjemahan kata kerja berjurang leksikal yang dikemukakan oleh TPR dan QMMT terhadap mesej al-Quran, iaitu (1) terjemahan yang berjaya

Untuk meminimalisasi kendala tersebut diperlukan rencana tindak yang harus dilakukan antara lain menambah pesonil Administratif sesuai dengan kebutuhan kedewanan,

Perubahan sistem politik Indonesia pasca reformasi dilakukan oleh Presiden BJ Habibie pada tahun 1999 masa kepemimpinannya, meskipun masa kepemimpinan itu, tidak

Dalam konsep ekonomi Islam, yang Peking prinsip adalah harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran.keseimbangan ini terjadi apabila penjual dan

Struktur Perekonomian Banten sebagian besar kontribusi dari sektor  sekunder  (sektor  industri  pengolahan,  sektor