• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian untuk penyusunan tugas akhir ini dilakukan pada CV. Fertilindo

Agrolestari, KM 5, Trawas-Mojosari. Pengambilan data diambil pada bagian produksi,

yaitu proses produksi terutama pada proses produksi. Pengambilan data mulai diambil

pada waktu pabrik berproduksi tiap hari sampai data yang di perlukan terpenuhi.

3.2 Identifikasi Var iabel

Dalam identifikasi variabel terdapat variabel-variabel yang didapatkan

berdasarkan data dari perusahaan yang digunakan dalam perhitungan Six sigma beserta

definisi operasionalnya. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai beikut:

a. Variabel Bebas

1. Jumlah output produk

Jumlah produk yang dihasilkan pada proses produksi selama periode tertentu.

2. Jumlah defect (cacat) produk

Jumlah defect (cacat) yang ada produk selama proses produksi berlangsung dalam

periode tertentu.

3. Karakteristik kualitas (CTQ)

Yaitu suatu parameter-parameter yang dapat mempengaruhi suatu kualitas

produk antara lain:

a. Under size

b. Over size

Survey Lapangan

Mulai

Tujuan Peneltian

Perumusan Masalah Studi Pustaka

Pengumpulan Data

- Data Produksi Dan Total Defect - Data Jenis Kecacatan Produk

- Penyusunan Diagram SIPOC

Pengolahan Data

b. Variabel Terikat

Yaitu variabel terikat yang nilainya tergantung dari variasi perubahan

variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

DPMO yaitu:

Nilai yang dicapai dalam perhitungan defect (cacat) yang kemudian akan

dikonversikan dengan ukuran-ukuran Six sigma dimana nilai itu berada.

3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini dapat dibuat tahapan/langkah pemecahan masalah, hal ini seperti ditunjukan pada gambar 3.1.

Tahap pengolahan data (DMAIC)

DEFINE

Penentuan obyek penelitian

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Ya

Tidak

Gambar : 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

MEASURE

- Menentukan Karakteristik CTQ - Menentukan defect terbesar - Menghitung nilai DPMO

Kapabilitas sigma=6sigma?

ANALYZE

Mengidentifikasi Sumber penyebab terjadinya kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram

IMPROVE

Melakukan perbaikan dengan implementasi kaizen dengan menggunakan kaizen Five-M checklist dan kaizen Five step plan

CONTROL

Analisis dan Pembahasan A

Penjelasan langkah-langkah Pemecahan Masalah 1. Mulai

Tahap ini menjelaskan langkah awal yang dilakukan sebelum penelitian dilakukan yaitu mengidentifikasi sistem yang berjalan pada perusahaan dengan jalan melakukan pengamatan pada proses produksi.

2. Survey lapangan

Survey lapangan sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena pada tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi nyata obyek yang akan diteliti serta untuk merencanakan dan memilih lokasi penelitian yang nantinya akan diperbaiki dengan metode yang sesuai.

3. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan tahap penelusuran referensi, dapat bersumber dari buku, jurnal, maupun penelitian yang telah ada sebelumnya. Berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Dari studi kepustakaan akan diperoleh landasan teori serta acuan-acuan yang akan digunakan dalam penelitian ini.

4. Perumusan Masalah

Masalah yang muncul dalam tugas akhir ini adalah mengurangi jumlah cacat pada proses cetak cover buku untuk meningkatkan kualitas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran tingkat defect (cacat), identifikasi potential-potential problem dalam hal proses produksi. Identifikasi proses perbaikan (usulan perbaikan) pada proses cetak cover buku.

5. Tujuan Penelitian

Setelah dilakukan penentuan perumusan masalah yang akan diteliti, maka dapat ditentukan tujuan akhir yang akan dilaksanakan tersebut guna memberikan arah dalam melaksanakan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memperbaiki sistem proses produksi, yang berdasarkan fase improvement SIX SIGMA

6. Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan tahap dimana seluruh data dan informasi dikumpulkan dan kemudian diolah sesuai dengan metode yang telah ditetapkan. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dengan cara interview dan observasi dan data sekunder dari perusahaan yang berupa kriteria kecacatan pada produk.

7. Pengolahan Data

Tahap ini merupakan penerapan metode Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC) dimana pada tahap Define dilakukan pemilihan produk yang menjadi obyek penelitian dan pendefinisian CTQ. Selanjutnya pada tahap Measure, dilakukan pengukuran DPMO ( Defect per Millon Opportunitties ) dan nilai Baseline kinerja. Pada tahap Analyze, menentukan penyebab terjadinya kecacatan suatu produk. Kemudian, setelah sumber – sumber penyebab terjadinya kecacatan teridentifikasi, maka pada tahap Improve dilakukan penetapan rencana tindakan perbaikan dan melakukan prioritas dari rencana perbaikan. Tahap akhir dari Six Sigma adalah tahap Control yaitu menganalisa perubahan nilai sigma yang terjadi.

8. Define

Mendefinisikan dan mendeskripsikan masalah dalam ruang lingkup yang jelas dan penentuan produk yang menjadi obyek penelitian. Dalam penelitian ini ruang lingkup yang dimaksud adalah proses cetak di CV. Fertilindo Agrolestari dengan obyek penelitian hanya difokuskan pada bagian proses produksi pupuk. Selain itu juga melakukan tahap pengumpulan data perusahaan.

9. Measure

Menentukan karakteristik CTQ, menentukan CTQ, menentukan defect yang terbesar, dan kemudian mengukur baseline kinerja dimana semakin tinggi target sigma yang dicapai, maka kinerja sistem industri akan semakin baik. 10.Analyze

Menganalisa kapabilitas proses untuk mengetahui potential cause dan menganalisa terjadinya defect terbesar (faktor-faktor penyebab tingkat kegagalan tinggi pada produk) dengan menggunakan Cause & Effect Diagram. Diagram ini dibuat dengan jalan secara brainstorming antara staf produksi dengan pengawas lapangan, dimana brainstorming menjadi satu bagian yang paling berpengaruh dalam pengerjaan penelitian ini.

11.Improve

Setelah akar permasalahan diketahui pada tahap analyze, maka langkah selanjutnya adalah melakukan usulan perbaikan. Dimana usulan perbaikan yang dibuat dapat memberikan masukan sehingga jumlah defect (cacat) atau scrap (produk tak terpakai) dapat dikurangi. Usulan perbaikan difokuskan

pada potential cause, dimana hal ini dipandang sebagai penyebab defect (cacat) yang terbesar pada hasil cetakan.

12. Control

Memantau dan menjaga hasil dari perbaikan yang telah dilakukan, tapi dalam hal ini dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri.

13. Analisis dan Pembahasan

Tahap ini berisikan tentang Pembahasan Masalah meliputi menghitung DPMO, CTQ potensial dengan Diagran Pareto, Identifikasai sumber penyebab kecacatan/defect dengan diagram sebab-akibat, dan melakukan perbaikan dengan menggunakan implementasi kaizen berupa kaizen Five setup dan kaizen Five M Checklist.

14. Kesimpulan dan Saran

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian yaitu menarik kesimpulan atas hal-hal yang diperoleh dari serangkaian langkah penelitian yang telah dilakukan. Disamping itu juga diajukan saran-saran untuk mengembangkan penelitian sejenis dimasa mendatang.

3.4 Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data selama penelitian data yang dikumpulkan terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Data Primer

Data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber informasi dengan cara:

a. Interview

Dengan melakukan wawancara secara langsung ke sumber yang dapat memberikan informasi.

b. Observasi

Pengamatan langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat diketahui jalannya proses produksi yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari hasil dokumentasi orang lain dengan cara mengutip dari sumber lain berupa catatan-catatan dari perusahaan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Produksi

Produk yang dihasilkan CV. Fertilindo Agrolestari adalah Pupuk Organik. Berikut ini adalah total produksi dan total defect pada bulan Januari 2014 – Juni 2014 yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Data Produksi Dan Total Defect

Bulan Total Produksi (kg) Total Defect (kg) Total Sesuai Ukuran (kg)

Januari 2014 437.220 95.700 341.520 Februari 2014 531.880 90.920 440.960 Maret 2014 561.250 92.330 468.920 April 2014 572.280 97.920 474.360 Mei 2014 400.840 71.920 328.920 Juni 2014 872.800 158.120 714.680 Jumlah 3.376.270 606.910 2.769.360

Sumber : data internal perusahaan

Keterangan: Total Produksi = Total Defect + Total Sesuai Ukuran. Adapun rinciannya ada pada tabel 4.2 berikut

4.1.2 Data J enis Kecacatan Produk

Tabel 4.2 Data Jenis Kecacatan Produk Bulan Under size

(kg)

Over size (kg)

Pupuk tidak berbentuk bulat (kg) Total Defect (kg) Januari 2014 21.840 42.970 30.890 95.700 Februari 2014 10.270 51.740 28.910 90.920 Maret 2014 11.370 51.480 29.480 92.330 April 2014 13.880 59.710 24.330 97.920 Mei 2014 9.950 46.230 15.740 71.920 Juni 2014 29.690 95.050 33.380 158.120 Total 97.000 347.180 162.730 606.910

4.1.3 Penyusunan Diagram SIPOC

Untuk dapat menganalisis menggunakan pendekatan DMAIC, maka perlu diketahui proses produksi dari produk tersebut. Adapun proses produksi dari produk pupuk organik dapat dipetakan melalui diagram SIPOC (Suppliers, Inputs, Process, Outputs, Customers) pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Diagram SIPOC Produk pupuk organik Keterangan :

Supplier : Untuk memasok bahan baku pupuk organik didatangkan dari tiga supplier yaitu CV. Abadi, PT. Petrokimia Gresik dan CV. Surya.

Input : Bahan baku yang digunakan adalah berupa kotoran ayam, kotoran sapi, blotong, dan kompos jamur serta bahan campuran mixtro, kapur. Process : Pada bagian proses terdapat 3 macam proses dalam pembuatan pupuk

organik, yaitu pencampuran, granulisasi dan pemanasan.

- Pencampuran : pada proses ini semua bahan baku di campur pada mesin mixer .

- Granulisasi : pada proses ini dilakukan pembentukan butiran granul

- CV. Abadi

- PT.Petrokimia gresik - CV. surya

- pupuk organik - Pengiriman

- Stok

Granulisasi

Supplier Input Process Out put Cust omer

- blotong - kotoran ayam - kotoran sapi - kompos jamur - kapur mixtro Pencampuran Pengayakan

- Pengayakan : pada proses ini butiran granul diayak supaya pupuk

terpisah, mana yang under size, over size dan pupuk tidak berbentuk bulat.

Output : keluaran yang dihasilkan adalah pupuk organik

Customer : Produk jadi diperuntukkan untuk pengiriman atau untuk keperluan stok.

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Define (Penentuan Obyek Penelitian)

CV. Fertilindo Agrolestari perusahaan yang menghasilkan produk pupuk organik merupakan prioritas pertama dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma. Penentuan obyek Penelitian difokuskan pada proses pembuatan produk pupuk organik, dan sering terjadi defect sehingga penelitian akan lebih difokuskan pada pupuk organik.

4.2.2 Measure

Tahap ini merupakan langkah operasional kedua dalam siklus DMAIC dimana pada tahap ini dilakukan pengukuran terhadap obyek penelitian yaitu Pupuk organik. Pengukuran dilakukan dari segi tingkat kecacatan serta mengukur baseline kinerja dalam kurun waktu Januari – juni 2014. Untuk baseline kinerja, yang akan dicari adalah tingkat DPMO dan level sigma.

4.2.2.1 Menentukan Karakteristik CTQ

Karakteristik kualitas berhubungan langsung dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan oleh karena itu karakteristik kualitas, harus mewakili keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kinerja proses operasional. Berikut adalah karakteristik CTQ Pupuk Organik:

1. Under size : Ukuran yang kurang dari 5mm

2. Over size : Ukuran yang lebih dari 5mm

3. Pupuk tidak berbentuk bulat : Bentuk pupuk yang tidak berbentuk bulat Berikut adalah tabel CTQ, jumlah defect dan persentase defect dari bulan Januari - Juni 2014

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Persentase Defect PadaBulan Januari - Juni 2014

Bulan CTQ Jumlah defect

(kg) Persentase defect (%) Januari Under Size 21.840 22,82131 Over Size 42.970 44,90073

Pupuk tidak berbentuk bulat 30.890 32,27795

Jumlah 95.700

Februari

Under Size 10.270 11,29564

Over Size 51.740 56,90717

Pupuk tidak berbentuk bulat 28.910 31,79718

Jumlah 90.920

Maret

Under Size 11.370 12,31452

Over Size 51.480 55,75652

Pupuk tidak berbentuk bulat 29.480 31,92895

Jumlah 92.330

April

Under Size 13.880 14,17483

Over Size 59.710 60,97834

Pupuk tidak berbentuk bulat 24.330 24,84681

Jumlah 97.920

Mei

Under Size 9.950 13,83481

Over Size 46.230 64,27975

Pupuk tidak berbentuk bulat 15.740 21,88542

Jumlah 71.920

Juni

Under Size 29.690 18,77687

Over Size 95.050 60,11257

Untuk pengukuran persentase defect sendiri pada bulan Januari adalah sebagai berikut:

Under size = 21840 kg, Over size = 42970 kg, Pupuk tidak berbentuk bulat = 30890 kg. Didapatkan total defect 95700 kg.

Perhitungan persentase defect untuk Under size:

( )

      ×       100 95700 21840 = 22,82131 Over size:

( )

      ×       100 95700 42970

= 44,90073, Pupuk tidak berbentuk bulat:

( )

      ×       100 95700 30890

= 32,27795. Untuk perhitungan selanjutnya pada bulan

Februari - Juni 2014 dapat mengikuti perhitungan Januari diatas.

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, maka dapat dibuat diagram pareto seperti pada gambar 4.2 dibawah ini untuk bulan Januari 2014.

Gambar 4.2 Diagram Pareto Bulan Januari 2014

Untuk diagram pareto selanjutnya pada bulan Februari – Juni 2014 dapat dilihat pada Lampiran B1.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000

Under Size Over Size Pupuk t idak

berbent uk bulat

Jumlah defect Persent ase defect (%)

Selanjutnya akan dihitung persentase per CTQ dari bulan Januari – Juni 2014. Berikut adalah tabel 4.4 data persentase defect Under size bulan Januari – Juni 2014.

Tabel 4.4 Data Persentase Defect Under Size Bulan Januari-Juni 2014 Bulan Jumlah defect (kg) Persentase (%) Komulatif (%)

Januari 21.840 22,51546 22,51546 Februari 10.270 10,58763 33,10309 Maret 11.370 11,72165 44,82474 April 13.880 14,30928 59,13402 Mei 9.950 10,25773 69,39175 Juni 29.690 30,60825 100 Total 97.000 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, maka dapat dibuat diagram pareto pada gambar 4.3 Diagram Pareto defect Under size bulan Januari-Juni 2014.

Gambar 4.3 Diagram Pareto DefectUnder Size bulan Januari-Juni 2014 Berikut adalah tabel 4.5 data persentase defect Over Size bulan Januari – Juni 2014. 0 20 40 60 80 100 120 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

Januari Februari M aret April M ei Juni

Jumlah defect Komulat if (%)

Tabel 4.5 Data Persentase DefectOver Size Bulan Januari - Juni 2014 Bulan Jumlah defect (kg) Persentase (%) Komulatif (%)

Januari 42.970 12,376865 12,37686503 Februari 51.740 14,9029322 27,2797972 Maret 51.480 14,8280431 42,1078403 April 59.710 17,1985713 59,3064117 Mei 46.230 13,3158592 72,6222709 Juni 95.050 27,3777291 100 Total 347.180 100

Sumber: Pengolahan data internal perusahaan

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, maka dapat dibuat diagram pareto pada gambar 4.4 diagram pareto defect Over size bulan Januari-Juni 2014.

Gambar 4.4 Diagram Pareto Defect Over Size bulan Januari-Juni 2014 Berikut adalah tabel 4.6 data persentase defect Pupuk tidak berbentuk bulatbulan Januari – Juni 2014.

Tabel 4.6 Data Persentase Defect Pupuk Tidak Berbentuk Bulat Bulan Januari - Juni 2014

Bulan Jumlah defect (kg) Persentase (%) Komulatif (%)

Januari 30.890 18,98236342 18,98236342 Februari 28.910 17,76562404 36,74798746 Maret 29.480 18,1158975 54,86388496 April 24.330 14,95114607 69,81503103 Mei 15.740 9,67246359 79,48749462 Juni 33.380 20,51250538 100 Total 162.730 100 0 20 40 60 80 100 120 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Jumlah defect Komulat if (%)

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka dapat dibuat diagram pareto pada gambar 4.5 diagram pareto defect Pupuk Tidak Berbentuk Bulat bulan Januari-Juni 2014.

Gambar 4.5 Diagram Pareto Defect Pupuk Tidak Berbentuk Bulat Bulan Januari - Juni 2014

4.2.2.2Menentukan Defect Terbesar

Dari hasil tabel identifikasi perhitungan CTQ didapatkan bahwa defect pada produk pupuk organik yang terbesar terdapat pada Over Size. Persentase defect Over size untuk bulan Januari mencapai 44.90073 %, Februari 56.90717 %, Maret 55.75652 %, April 60.97834 %, Mei 64.27975%, Juni 60.11257 %. Dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan persentase defect pada bulan januari - juni 2014.

4.2.2.3Menghitung DPMO

Berdasarkan kecacatan pada Tabel 4.1 maka dapat dihitung DPMO dan nilai sigma bulan Januari 2014 sebagai berikut:

0 20 40 60 80 100 120 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

Januari Februari M aret April M ei Juni

Jumlah defect Komulat if (%)

Mengukur tingkat DPMO DPO =

( )

DPMO = DPO x 1.000.000

Jumlah pemeriksaan/produksi : 437.220 Jumlah cacat ditemukan : 95.700

Jumlah CTQ : 3

DPO =

= 0.072961

DPMO = 0.072961 x 1.000.000 = 72.961

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pada bulan januari dilakukan pemeriksaan sebanyak 437.220 kg produk dengan jumlah produk yang cacat mencapai 95.700 kg. Sedangkan untuk Karakteristik kualitasnya adalah sebanyak 3 buah, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 72.961. Dengan level sigma yang berada pada sigma 3.

Dengan cara yang sama dapat dilihat pada lampiran B2. Rangkuman hasil perhitungan DPMO dan level sigma pada bulan Januari – Juni 2014 dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Perhitungan DPMO dan Level Sigma Januari - Juni 2014

Bulan Total Pemeriksaan Total Defect CTQ DPMO Nilai Sigma

Januari 437.220 95.700 3 72.961 3 Februari 531.880 90.920 3 56.980 3,1 Maret 561.250 92.330 3 54.836 3,1 April 572.280 97.920 3 57.035 3,1 Mei 400.840 71.920 3 59.808 3,1 Juni 872.800 158.120 3 60.388 3,1 Jumlah 3.376.270 606.910 - - -

4.2.3 Analyze

Berdasarkan Data kecacatan Under size dapat dibuat diagram sebab-akibat / diagram Fishbone sebagai berikut:

Gambar 4.6 Diagram Fishbone Under Size

Berdasarkan diagram fishbone pada kecacatan Under Size pada proses granulisasi pupuk organik didapat penyebab pada faktor material yaitu pencampuran semua bahan baku yang kurang larut. Pada faktor mesin yaitu rotasi motor mesin Pan yang terlalu cepat. Pada faktor manusia yaitu kurang telitinya karyawan dalam bekerja dan karyawan yang tisak mengecek kondisi mesin dan bahan baku, dan karyawan yang ceroboh dalam bekerja. Pada faktor lingkungan yaitu udara di dalam proses produksi yang bersuhu lembab dan kotor yang

Tidak mengecek bahan baku dan kondisi mesin

Ceroboh Kotor

Udara lembab

Pencampuran Bahan baku kurang larut

Rotasi motor mesin pan terlalu cepat Manusia Under size Mesin Material Metode Minim instruksi kerja Lingkungan Kerja

menyebabkan karyawan menjadi kurang teliti dalam bekerja. Faktor metode yaitu minimnya instruksi sebelum karyawan bekerja.

Gambar 4.7 Diagram Fishbone Over Size

Berdasarkan diagram fishbone pada kecacatan Over Size pada proses granulisasi pupuk organik didapat penyebab pada faktor material yaitu pencampuran semua bahan baku yang kurang larut. Pada faktor mesin yaitu rotasi motor mesin Pan yang terlalu lambat. Pada faktor manusia yaitu kurang telitinya karyawan dalam bekerja dan karyawan yang tisak mengecek kondisi mesin dan bahan baku, dan karyawan yang ceroboh dalam bekerja. Pada faktor lingkungan yaitu udara di dalam proses produksi yang bersuhu lembab dan kotor yang

Tidak mengecek bahan

baku dan kondisi mesin Ceroboh Kotor

Udara lembab

Pencampuran Bahan baku kurang larut

Rot asi motor mesin pan t erlalu lambat Manusia

Over size

Mesin Material

Metode Minim instruksi kerja

menyebabkan karyawan menjadi kurang teliti dalam bekerja. Faktor metode yaitu minimnya instruksi sebelum karyawan bekerja.

Gambar 4.8 Diagram Fishbone Fishbone Pupuk Tidak Berbentuk Bulat Berdasarkan diagram fishbone pada kecacatan Fishbone Pupuk Tidak Berbentuk Bulat pada proses granulisasi pupuk organik didapat penyebab pada faktor material yaitu pencampuran semua bahan baku yang kurang larut, dan kandungan bahan baku yang terlalu banyak ampas kotoran. Pada faktor mesin yaitu rotasi motor mesin Pan yang terlalu cepat. Pada faktor manusia yaitu kurang telitinya karyawan dalam bekerja dan karyawan yang tisak mengecek kondisi mesin dan bahan baku, dan karyawan yang ceroboh dalam bekerja. Pada faktor lingkungan yaitu udara di dalam proses produksi yang bersuhu lembab dan kotor

Tidak mengecek bahan baku

dan kondisi mesin Ceroboh Kotor

Udara lembab

Pencampuran Bahan baku kurang larut

Rotasi motor mesin pan terlalu cepat

Manusia Lingkungan Kerja

Pupuk tidak berbentuk bulat Mesin Material Metode Minim instruksi kerja

Kandungan bahan baku banyak ampas

yang menyebabkan karyawan menjadi kurang teliti dalam bekerja. Faktor metode yaitu minimnya instruksi sebelum karyawan bekerja.

4.2.4 Improve

Setelah sumber-sumber penyebab dari masalah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan rencana perbaikan (action plan) untuk menurunkan jumlah defect, penetapan rencana tindakan perbaikan tersebut bertujuan untuk peningkatan kualitas.

Pada dasarnya rencana perbaikan mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas alternatif yang dilakukan dalam mengimplementasi rencana perbaikan tersebut.

Rencana perbaikan tersebut didapatkan dengan cara mengkombinasikan hasil brainstorming pihak perusahaan dengan kondisi lokasi penelitian proses pembuatan baut. Implementasi dengan penerapan Kaizen menggunakan Alat bantu yang digunakan dalam menentukan prioritas rencana perbaikan adalah Kaizen Five-M Check list dan Kaizen Five Step Plan

Tabel 4.8 Analisis Masalah dengan Five-M Checklist

2 Over Size Manusia Tidak mengecek

kondisi mesin dan bahan baku

Ceroboh

Memberikan arahan- arahan dalam pengecekan kondisi mesin dan bahan baku

Memberikan nasehat dan sanksi kepada karyawan agar lebih bertanggung jawab dengan pekerjaan. Material Pencampuran

bahan baku kurang larut

Perlu dilakukan control yang teliti setelah melakukan proses pencampuran semua bahan baku. lingkungan kerja Kondisi ruangan kotor Kondisi udara yang lembab

Pihak perusahaan perlu mengadakan evaluasi pembersihan bahan baku yang berserakan

Pihak perusahaan perlu mengadakan sirkulasi udara pada ruang kerja.

No CTQ Faktor Masalah Pemecah Masalah

1 Under Size Manusia Tidak mengecek

kondisi mesin dan bahan baku

Ceroboh

Memberikan arahan dalam pengecekan kondisi mesin dan bahan baku

Memberikan nasehat dan sanksi kepada karyawan agar lebih bertanggung jawab dengan pekerjaan. Material Pencampuran

bahan baku kurang larut

Perlu dilakukan control yang teliti setelah melakukan proses pencampuran semua bahan lingkungan kerja Kondisi ruangan kotor Kondisi udara yang lembab

Pihak perusahaan perlu mengadakan evaluasi pembersihan bahan baku yang berserakan

Pihak perusahaan perlu mengadakan sirkulasi udara pada ruang kerja. Mesin Rotasi mesin Pan

terlalu cepat

Perlu ketelitian dalam pengaturan mesin Pan Metode Minimnya

instruksi kerja

Pemberian instruksi kerja sebelum melakukan proses produksi

No CTQ Faktor Masalah Pemecah Masalah

3. Pupuk Tidak Berbentuk

Bulat

Mesin Rotasi mesin Pan terlalu lambat

Perlu ketelitian dalam pengaturan mesin Pan Metode Minimnya

instruksi kerja

Pemberian instruksi kerja sebelum melakukan proses produksi

Manusia Tidak mengecek kondisi mesin dan bahan baku

Ceroboh

Memberikan arahan- arahan dalam pengecekan kondisi mesin dan bahan baku

Memberikan nasehat dan sanksi kepada karyawan agar lebih bertanggung jawab dengan pekerjaan. Material Pencampuran bahan baku kurang larut Kandungan bahan baku banyak ampas

Perlu dilakukan control yang teliti setelah melakukan proses pencampuran semua bahan baku.

Perlu memilah mana bahan baku yang berkandung banyak ampas dan mana yang tidak lingkungan kerja Kondisi ruangan kotor Kondisi udara yang lembab

Pihak perusahaan perlu mengadakan evaluasi pembersihan bahan baku yang berserakan

Pihak perusahaan perlu mengadakan sirkulasi udara pada ruang kerja. Mesin Rotasi mesin Pan

terlalu cepat

Perlu ketelitian dalam pengaturan mesin Pan Metode Minimnya

instruksi kerja

Pemberian instruksi kerja sebelum melakukan proses produksi

• Penetapan sistem saran dengan Five Step Plan

Tabel 4.9 Sistem Saran dengan Five Step Plan No Pemecah Masalah Kaizen Five

Step Plan

Akibat Yang Terjadi Pelaksanaan

1 Memberikan arahan- arahan dalam

pengecekan kondisi mesin dan bahan baku

Memberikan nasehat dan sanksi kepada karyawan agar lebih bertanggung jawab dengan pekerjaan. Perlu dilakukan control yang teliti setelah melakukan proses pencampuran semua bahan baku. Perlu memilah mana bahan baku yang berkandung banyak ampas dan mana yang tidak Pihak perusahaan perlu mengadakan evaluasi pembersihan bahan baku yang berserakan

Pihak

perusahaan perlu mengadakan sirkulasi udara pada ruang kerja

Seiri (Pemilahan) Proses jalannya produksi tidak berjalan lancer Terjadi kerugian dalam produksi Pencampuran bahan baku kurang sempurna Pemborosan waktu untuk memisah bahan baku yang perlu digunakan untuk proses produksi Ruang kerja menjadi kotor Karyawan menjadi tidak nyaman Memilah SDM mana yang perlu di beri arahan dan mana yang tidak perlu di beri arahan - Perlu pengawasan saat pencampuran bahan baku Memisahkan bahan baku yang diperlukan dan tidak diperlukan Memilah bahan baku yang berserakan di

Dokumen terkait