• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode data kualitatif yang didalamnya terkandung metode penelitian secara deskriptif. Menurut Djodjosuroto, dkk (2000:9) data kualitatif adalah data yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis, dan data ini tidak berbentuk angka. Dan metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan menyajikan informasi secara sangat tepat dan teliti (acurately and precisely) tentang karaktristik yang sangat luas dari suatu populasi.

Data-data juga diperoleh dari Library Research atau studi kepustakaan.

Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan-catatan, laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2005:11). Penulis juga melakukan penelusuran data melalui internet seperti blog-blog yang membahas mengenai masalah yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Setelah data diperolehdari referensi yang berkaitan, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “GIRL’S IN THE DARK” TOKOH SHIRAISHI ITSUMI DAN PSIKOANALISA FREUD

2.1 Defenisi Novel

Novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella, yang dalam bahasa Jerman Novelle, dan dalam bahasa Yunani yaitu Novellus. Kemudian setelah masuk ke

Indonesia berubah menjadi Novel. Dewasa ini istilah Novella dan Novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia Novelette (Inggris : Novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak

terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.

Novel menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya. Dalam The American Colage, dikatakan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi dengan panjang tertentu, melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata representative dalam suatu alur atau suatu kehidupan yang agak kacau dan kusut.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk karya sastra ini paling banyak beredar, dikarenakan daya komunikasinya yang luas

pada masyarakat. Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.

Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa.

2. Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib.

3. Terdapat beberapa alur atau jalan cerita.

4. Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita.

5. Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam.

Dalam setiap karya sastra fiksi terutama novel mempunyai unsur-unsur pendukung, baik dari dalam karya sastra itu sendiri (unsur intrinsik) ataupun dari luar karya sastra tersebut (unsur ekstrinsik) yang secara tidak langsung sangat mempengaruhi cerita dari karya sastra tersebut

2.2 Resensi Dalam Novel Girl’s In The Dark

Resensi umumnya dipahami sebagai ulasan dan penilaian terhadap sebuah karya. Karya tersebut dapat bermacam-macam, mungkin film, buku, karya seni atau mugkin pula sebuah produk teknologi. Penilaian tersebut harus berkaitan dengan kualitas dari karya yang sedang dicermati atau diresensi tersebut. Dalam meresensi

sebuah karya sastra seperti novel, ada beberapa unsur yang terkait. Unsur-unsur tersebut seperti tema, alur/plot, setting dan lainnya.

2.2.1 Tema

Tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita. Tema-tema yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya tersurat (langsung dapat terlihat jelas dalam cerita) dan tersirat (tidak langsung, yaitu pembaca harus menyimpulkan sendiri).

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi umum, lebih luas, dan abstrak.

Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita (Burhan Nurgiyantoro, 2009:68).

Menurut Wiyatmi dalam Pradopo (2003:43), tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Disamping itu juga berfungsi untuk melayani visi atau responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan dengan kehidupannya.

Tema yang diungkapkan Akiyoshi Rikako dalam novel “Girl‟s in The Dark”

adalah tentang pembalasan dendam, kemunafikan, kebohongan dan kelicikan antar tokoh yang menimbulkan konflik kemudian masing-masing dari mereka jatuh terhadap perangkap mereka sendiri seperti pepatah mengatakan “senjata makan tuan”.

2.2.2 Alur atau Plot

Alur atau plot dapat didefenisikan dalam dua arti. Arti pertama adalah ringkasan cerita, sedangkan arti kedua adala penataan insiden atau kejadian-kejadian dalam sebuah cerita untuk memperoleh efek tertentu. Alur atau plot adalah struktur rangkaian dalam cerita yang disusun sebagai inter relasi fungsional yang sekaligus menandai urutan-urutan bagian-bagian dari keseluruhan fiksi (Semi, 1988:43).

Luxemburg (dalam Fananie,2003:93) menyebut alur/plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Plot berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.

Di dalam karya sastra terdapat tiga alur, yaitu:

1. Alur maju (progresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan masalah, terjadinya konflik, klimaks, dan penyelesaian masalah.

2. Alur mundur (regresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian masalah.

3. Alur campuran, merupakan perpaduan antara alur maju dan mundur.

Dalam novel ini, alur cerita diawali dengan berita kematian yang sangat janggal oleh Shiraishi Itsumi selaku dari Ketua Klub Sastra. Kemudian tokoh lain menceritakan bagaimana kematian dari Shiraishi Itsumi berdasarkan sudut pandang dan jalur cerita mereka masing-masing. Dari awal penceritaan tersebut, pengarang

kemudian menghubungkan dan mengaitkan antar tokoh dalam suatu cerita yang efektif dan kompleks. Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran dimana terdapat percakapan yang menceritakan masa lalu sebagai penguat dan penjelas cerita dan kejadian yang berlangsung pada saat sekarang.

2.2.3 Penokohan

Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbedabeda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani dan mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Dalam menentukan siapa tokoh utama dan tokoh pembantu dalam suatu novel, pembaca dapat menentukannya dengan jalan melihat keseringan permunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan permunculannya, dalam menentukan tokoh utama serta tokoh pembantu dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.

Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya, sedangkan tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya (Aminuddin, 2000:79-80). Menurut Fananie (2000:86), tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita memiliki karakter dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang dimainkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita

tergantung di mana ia ditempatkan. Hal inilah yang disebut dengan penokohan.

Penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita. Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik.

Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995:166).

Di dalam sebuah cerita biasanya terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan atau figuran. Tokoh utama adalah tokoh yang sering diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan dari suatu cerita tersebut.

Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping dari tokoh utama yang biasanya hanya dimunculkan beberapa kali di dalam suatu cerita, namun memiliki peranan penting sehingga membuat cerita menjadi lebih berwarna. Antara tokoh utama dengan tokoh tambahan saling berkaitan erat karena saling melengkapi. Jika di dalam suatu cerita hanya memiliki tokoh utama saja atau tokoh tambahan saja, maka cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik bahkan cenderung membingungkan karena tidak adanya interaksi yang terjadi di dalam cerita tersebut.

Dalam novel ini ada beberapa karakter atau tokoh yang dibuat oleh pengarang, yaitu:

1. Shiraishi Itsumi : adalah tokoh utama dalam novel ini yang mempunyai gambaran sebagai sosok seorang siswi yang menjabat sebagai ketua Klub Sastra yang sangat sempurna,cantik, pintar, dan berkelas. Selain itu dia juga kepribadian yang sangat ramah terhadap murid lain dan guru-guru.

Akan tetapi dibalik sosok sempurnanya Itsumi, dia mempunyai sisi gelap yang mempunyai sifat munafik, egois, dan selalu merasa kurang puas terhadap sesuatu.

2. Sumikawa Sayuri : adalah wakil ketua Klub Sastra yang mempunyai sifat yang bertolak belakang dengan Itsumi yaitu pendiam. Akan tetapi dibalik itu juga Sayuri punya sisi gelap yang tidak ingin kalah dari yang lain.

3. Nitani Mirei : adalah anggota Klub Sastra yang direkrut Itsumi karena keadaannya yang miskin. Sifat dari Nitani Mirei adalah munafik karena dia adalah gadis simpanan yang kelakuannya sangat berbeda saat di lingkungan sekolah.

4. Koga Sonoko : adalah anggota Klub Sastra yang berotak encer dan terkenal sebagai penghianat.

5. Diana Detcheva : adalah anggota Klub Sastra yang berasal dari Bulgaria yang menjadi munafik dan terobsesi terhadap Itsumi.

6. Kominame Akane : adalah anggota Klub Sastra yang menjadi seorang plagiat dan sangat munafik.

2.2.4 Setting atau Latar

Menurut Jacob Sumardjo (1997 : 75-76) setting dalam cerita bukan hanya sekedar Background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya, tetapi juga terjadi erat dengan karakter, tema dan suasana cerita. Untuk menghasilkan cerita yang baik, setting harus benar-benar mutlak dalam menggarap tema dan plot tertentu. Setting menurut Dick Hartono dalam Sudjiman dkk (1984 : 46) adalah segala keterangan mengenai ruang, waktu dan suasana terjadinya lakon dalam karya sastra atau pun novel secara lengkap, pembaca tentu harus memahami bagaimana setting dari karya sastra tersebut.

Sedangkan latar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008 : 794) adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.

Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam yaitu latar tempat, waktu dan sosial. Latar tempat berkaitan dengan masalah geografis. Di lokasi mana peristiwa terjadi, di desa apa, kota apa dan sebagainya. Latar waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam maupun historis. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan manusia menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2009 : 40).

Latar tempat dalam novel Girl’s In the Dark ini menggunakan latar belakang utama di Jepang tepatnya di Salon Sastra SMA Katolik Putri Santa Maria kemudian latar tempat yang berada di Bulgaria, Eropa. Dan latar waktu dalam novel ini yaitu kehidupan SMA mereka selama berada di Salon Sastra. Sedangkan latar sosialnya

menggabarkan kehidupan mewah dari semua tokoh selama berada di Salon Sastra.

Salon sastra adalah tempat yang sangat berkelas dan mempunyai kasta yang berbeda dari semua Klub yang ada di SMA Santa Maria dan hanya orang-orang yang dipilih secara langsung oleh Shiraishi Itsumi yang dapat masuk kedalamnya.

2.3 Biografi Pengarang

Akiyoshi Rikako bermigrasi ke Amerika Serikat pada usia 15 tahun. Pada saat yang sama, ia lulus dari sekolah tingkat SMA kemudaian ia kembali ke Jepang setelah lulus S1 dari Universitas Waseda Fakultas Sastra. Ia meraih gelar master dalam bidang layar lebar dan televise dari Universitas Layola Marymount, Los Angeles dan lulus S3 di Universitas Kanazawa Fakultas Psikologi. Pada tahun 2018, cerpennya berjudul “Yuki no Hana” meraih penghargaan Sastra Yahoo! JAPAN yang ketiga. Bersamaan dengan naskahnya yang mendapatkan penghargaan pada tahun 2009 dia melakukan debut dengan kumpulan cerpen yang berjudul “Yuki no Hana”.

Beberapa novelnya yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesa adalah Girl‟s in the Dark, The Dead Returns dan Holy Mother. Akiyoshi juga bekerja pada film animasi anak-anak saat berada di Amerika Serikat. Akiyoshi memang sangat menyukai novel, keran sejak kecil ia diajarkan oleh ibunya untuk membaca novel dan cerpen. Walaupun uang saku yang dimilikinya tidak mencukupi, namun ia trus berusaha bahwa bukan hal yang tidak mungkin baginya untuk mendapatkan peluang dari mengarang novel.

2.4 Psikoanalisa Freud

Menurut Freud dalam Calvin Hall (1993 : 13), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar, prasadar, dan tak sadar. Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati dalam setiap event atau peristiwa mental seperti berpikir maupun berimajinasi. Freud mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental sedangkan bagian besarnya adalah ketidaksadaran atau tidak sadar.

Berbagai kelainan tingkah laku dapat disebabkan karna faktor-faktor yang terdapat dalam alam ketidaksadaran ini. Karena itu untuk mempelajari jiwa seseorang kita harus menganalisa jiwa orang itu sampai kita dapat melihat keadaan alam ketidaksadarannya yang terlihat jauh di dalam jiwa orang tersebut, ertutup oleh alam kesadaran.

Freud percaya bahwa faktor-faktor yang berada dalam ketidaksadaran bukan merupakan faktor-faktor yang statis melainkan masing-masing mempunyai kekuatan yang membuatnya dinamis, jadi di dalam alam ketidaksadaran selalu terdapat pergeseran-pergeseran, gerakan-gerakan akibat saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam alam ketidaksadaran tersebut.

Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Freud dan teori yang dikemukakannya, maka psikoanalisa dikenal dalam tiga aspek, yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi kepribadian. Sesuai dengan masalah kepribadian yang akan dianalisis maka dari ketiga aspek tersebut yang akan dibicarakan adalah teori kepribadian.

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud mengumpamakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es ditengah laut. Yang kelihatan dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian puncaknya. Dalam hal jiwa seseorang maka yang kelihatan dari luar hanya sebahagian kecil saja, yaitu alam kesadaran.

Bagian terbesar dari jiwa seseorang tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran. Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu dapat muncul kembali ke dalam kesadaran. Freud mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem kepribadian dan dinamika kepribadian.

Dalam kajian psikologi sastra, mengungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego, dan Super Ego.Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Dalam dinamika kepribadian Freud membahas naluri atau insting dan kecemasan sebagai komponen penting bagi manusia untuk beraktivitas.

2.4.2. Sistem Kepribadian 2.4.2.1. Id

Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam alam bawah sadar manusia yang berisi insting-insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan sepertinya berupa energi buta (Nelson, 2003: 17). Id beropasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan yang benar atau yang salah, dan tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasaan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan Ego.

2.4.2.2. Ego

Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasaan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata dapat memuaskan kebutuhan (Nelson, 2003:19).

Ego memiliki dua tugas utama; pertama, memilih dorongan mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya kecil.

Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasaan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id, melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluriah organism disatu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain.

Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam melaksanakan tugasnya Ego harus benar-benar menjaga bahwa pelaksanaan dorongan ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

2.4.2.3. Super Ego

Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang menyangkut baik buruk dan juga berisi kata hati seseorang. Kata hata ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id (Nelson 2003:21). Ada tiga fungsi Super Ego, yaitu:

(a) mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moral istik.

(b) merintangi implus Id terutama implus yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat.

(c) mengejar individu mencapai kesempurnaan.

Karena itu ada pertentangan antara Id dan Super Ego merupakan pelaksanaan yang harus dapat memenuhi tuntutan dari kedua sistem kepribadian ini secara

seimbang. Aktivitas Super Ego dalam diri individu, terutama apabila aktivitas itu bertentangan dengan Ego, maka akan muncul emosi tertentu seperti munculnya perasaan bersalah dn penyesalan didalam diri. Bila Ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan Id dan larangan dari Super Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus-menerus dan konflik ini akan menjadi dasar dari gangguan kejiwaan.

Sikap tertentu dari sikap observasi diri,koreksi atau kritik diri juga bersumber dari Super Ego, Id, Ego ; dan Super Ego membutuhkan energi psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Karena jumlah energi terbatas, maka diantara ketiga sistem kepribadian tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam penggunaan energi. Apabila ternyata satu sistem merupakan energi lebih banyak dan oleh karenanya menjadi kuat. Maka sistem yang lain akan kekurangan energi dan menjadi lemah sampai energi baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.

Tidak semua dorongan primitif dapat dipenuhi sesuai dengan prinsip kenyataan. Sebagian daripadanya harus tetap tidak dapat dipenuhi. Tetapi dorongan-dorongan yang tidak dipenuhi tidak menghilang begitu saja, melainkan menghendaki untuk dilaksanakan agar memenuhi perasaan senang. Untuk menjaga keseimbangan dalam kepribadian individu yang bersangkutan, maka dorongan-dorongan yang belum dilaksanakan ini disebut kanalisasi yang dilakukan melalui mekanisme-mekasnisme pertahanan tertentu.

2.4.3 Dinamika Kepribadian

Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh adanya energi yang ada didalam kepribadian itu. Energi itu dinamakannya energi psikis, diasalkan dari energi fisiologis yang bersumber pada makanan. Energi psikis ini disimpan di dalam insting-insting, jadi insting-insting itu dapat dimisalkan sebagai reservoir energi psikis.

2.4.3.1. Naluri (Insting)

Menurut Freud dalam Sumadi (1995:103) didalam diri kita ini ada dua macam insting-insting, yaitu insting-insting hidup dan insting-insting mati.

a. Insting-insting Hidup

Fungsi insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama dari insting hidup ini adalah insting makan, minum, dan seksual. Bentuk energi psikis yang dipakai oleh insting hidup ini disebut

“libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, manusia dalam kenyataannya yang diutamakan adalah insting seksual

b. Insting-insting Mati

Insting-insting mati ini yang disebut juga insting-insting merusak (deskruktif) fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu juga kurang dikenal. Namun adalah kenyataan yang tidak bisa diingkari bahwa semua manusia pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan,

bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelasan daripada insting mati ini ialah dorongan agresif.

Freud menjelaskan bahwa insting kematian biasanya ditujukan pada dua arah, yaitu kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Insting kematian yang diarahkan kepada diri sendiri terwujud dalam tindakan bunuh diri, sedangkan insting kematian yang diarahkan kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh atau menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendirinya.Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, yang ditujukan kepada orang lain.

Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu

Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu

Dokumen terkait