• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH SHIRASIHI ITSUMI DALAM NOVEL GIRL S IN THE DARK KARYA AKIYOSHI RIKAKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH SHIRASIHI ITSUMI DALAM NOVEL GIRL S IN THE DARK KARYA AKIYOSHI RIKAKO"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH SHIRASIHI ITSUMI DALAM NOVEL

“GIRL‟S IN THE DARK” KARYA AKIYOSHI RIKAKO

AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO “ANKOKU JOSHI” TO IU SHOSHETSU NI OKERU SHIRAISHI ITSUMI NO SHINJIKOU NO

SHINRITEKI NA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang

ilmu Sastra Jepang

Oleh :

INEKE SIMAMORA 140708106

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH SHIRAISHI ITSUMI DALAM NOVEL

“GIRL‟S IN THE DARK” KARYA AKIYOSHI RIKAKO

AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO “ANKOKU JOSHI” TO IU SHOUSETSU NI OKERU SHIRAISHI ITSUMI NO SHINJINKOU NO

SHINRITEKI NA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang

ilmu Sastra Jepang

Disetujui oleh:

Pembimbing

Rani Afrianty,S.S.,M.Phil NIP. 19761110 200501 2 002

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan kuasa-Nya penulis diberikan kesehatan selama mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Usaha yang diiringi dengan doa merupakan dua hal yang membuat penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Psikologis Tokoh Shiraishi Itsumi Dalam Novel “Girl‟s in The Dark” Karya Akiyoshi Rikako” ini penulis susun sebagai suatu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang,M.S.,Ph.D., selaku ketua pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Rani Arfianty,S.S.,M.Phil selaku dosen pembimbing yang dalam kesibukannya sebagai pengajar telah menyediakan banyak waktu dan pikiran serta tenaga dalam membimbing, mengarahkan, dan memeriksa skripsi ini dari awal hingga akhir skripsi ini selesai.

(6)

4. Dosen penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu membaca dan menguji skripsi ini.

5. Para dosen pengajar beserta staf pegawai di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya pada program Studi Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis selama perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.

6. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada orang tua yang sangat penulis cintai yaitu Bapak Hocly Simamora dan Mamak Erlynda Marpaung, Abangda Chandra,S.Hut, Abangda Aditya, Yuli dan Kevin atas kasih sayang, kesabaran, dan tidak pernah lelah mendidik dan memberikan cinta yang tulus dan ikhlas kepada penulis.

7. Terima kasih kepada sahabat penulis Endang, Botak (Ros), Purlong, Amink,Amd, Rencok, Ana Onyek dan dimana telah memberikan dukungan dan doanya. Terima kasih atas canda tawa, tangis kesedihan dan selalu mendengar setiap keluh kesah penulis. Untuk teman-teman penulis di Sastra Jepang Stambuk 2014, Anggun, Yermina, Ika, Nurul, Ochim dan teman KKN Desa Onan Runggu sekaligus teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan dan perjuangan selama empat tahun ini, setiap harinya akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan.

8. Dan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

(7)

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para mahasiswa Sastra Jepang.

Medan, Agustus 2018 Penulis

Ineke Simamora NIM : 140708106

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.4.1 Tinjauan Pustaka ... 7

1.4.1 Kerangka Teori... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.5.1 Tujuan Pustaka ... 11

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Metode Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “GIRL’S IN THE DARK” KARYA AKIYOSHI RIKAKO 2.1 Definisi Novel ... 14

2.2 Resensi Novel Girl‟s In The Dark ... 17

2.2.1 Tema ... 16

2.2.2 Alur atau Plot ... 17

2.2.3 Penokohan ... 18

2.2.4 Latar atau Setting ... 21

2.3 Biografi Pengarang... 22

(9)

2.4 Psikoanalisa Freud ... 23

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian ... 24

2.4.2 Sistem Kepribadian ... 25

2.4.2.1 Id ... 25

2.4.2.2 Ego ... 25

2.4.2.3 Super Ego ... 26

2.4.3 Dinamika Kepribadian ... 28

2.4.3.1 Naluri (Insting) ... 28

2.4.3.2 Kecemasan ... 30

BAB III ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH SHIRASHI ITSUMI DALAM NOVEL “GIRL’S IN THE DARK” 3.1 Sinopsis Cerita Girl‟s In The Dark... 32

3.2 Kondisi Psikologis dan Struktur Kepribadian Tokoh Utama Shiraishi Itsumi ... 36

3.2.1 Id ... 36

3.2.2 Ego ... 55

3.2.3 Super Ego ... 57

(10)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 54 4.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan alat Bahasa (Sumardjo dan Saini, 1988:3). Karya sastra merupakan hasil dari sastra. Melalui karya sastra, seorang pengarang dapat mengungkapkan pikiran, ide maupun kehidupan yang ada disekitarnya.

Pada dasarnya, karya sastra memiliki hasil karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi adalah seperti novel, cerpen, essei dan cerita bergambar (komik). Sedangkan yang bersifat non fiksi berupa karangan eksposisi, argumentasi biografi, catatan ilmiah.

Skripsi ini akan mengkaji salah satu jenis karya sastra yaitu novel.

Novel merupakan genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna oleh pembaca. Novel sendiri merupakan gambaran hidup tokoh yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup tokoh (Nurgiyantoro,1995:9). Penokohan serta karakter tokoh di dalam novel biasanya diberi gambaran secara lengkap dan jelas oleh pengarang mengenai kondisi fisik dan kejiwaan dari setiap tokoh yang berbeda-beda. Hal ini membuat alur di dalam novel menjadi nyata dan hidup. Gambaran kejiwaan

(12)

yang dialami oleh setiap tokoh cerita di dalam novel dapat dipelajari dan ditelaah dengan menggunakan teori psikologi.

Psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Menurut Muhibbinsyah (2001:7) psikologi sastra adalah kajian yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menuangkan seluruh ide, cipta, rasa, dan kreaktifitasnya dalam berkarya.

Pengalaman pribadi dan pengalaman hidup dari seorang pengarang, akan mempengaruhi hasil karya sastranya yang berupa imajinasi yang dituangkan kedalam sebuah karya sastra. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh (Endraswara, 2013:96).

Berikutnya, Sigmund Freud dalam Nelson (2003:9) merumuskan hipotesis atau jawaban sementara yang berhubungan dengan seluk-beluk jiwa manusia. Menurutnya, seluk-beluk jiwa manusia itu tersusun dalam tiga tingkat yaitu Id adalah libido atau dorongan bawah sadar untuk mencapai suatu kepuasan, Ego adalah peraturan secara sadar antara Id dan realitas luar yang dibuat manusia, maka Ego akan menekan Id untuk tidak berbuat sesuatu yang tidak berdasarkan undang-undang. Super Ego adalah aspek moral dari seseorang yang menentukan benar dan salahnya perbuatan yang akan dilakukan.

Skripsi ini akan menganalisa psikologi dari tokoh utama, yaitu Shiraishi Itsumi di dalam novel Girl’s in The Dark karya Akiyoshi Rikako.

(13)

Novel Girl’s in The Dark ini adalah novel terjemahan dari Bahasa Jepang dengan pengarang yang sama yaitu Akiyoshi Rikako dengan judul 暗黒女性.

Akan tetapi, novel ini sendiri telah di distribusikan di Indonesia dan diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dengan judul yang menggunakan Bahasa Inggris. Judul dengan bahasa Inggris ( Girl’s in the Dark) digunakan untuk novel ini disebabkan karena adanya menggunakan kata-kata dan latar tempat kejadian yang menggunakan bahasa Inggris. juga, penggunaan Bahasa Inggris untuk judul novel ini dianggap memiliki makna yang tepat dari judul asli novel yaitu 暗黒女性( Ankoku Joshi )

Novel ini mempunyai setting di SMA Katolik Putri Santa Maria.

Novel ini menggambarkan tentang kematian tokoh utama yaitu Shiraishi Itsumi yang dianggap tidak wajar. Shiraishi Itsumi adalah tokoh utama dalam novel ini yang mempunyai karakter yang dominan yaitu arogan dan sangat egois demi mencapai kenginannya. Di dalam novel ini digambarkan bahwa Shiraishi Itsumi adalah seorang gadis SMA yang sangat sempurna, baik, ramah serta memiliki paras cantik yang langka dan kecerdasan otak yang tajam. Akan tetapi, hal itu menutupi siapa sebenarnya sosok Shiraishi Itsumi.

Semakin cantik dan unggul orangnya semakin busuk pula rahasianya. Dia sengaja menutupi sifatnya yang buruk dan memanfaatkan kelebihannya dengan menjebak orang-orang disekitarnya untuk masuk kedalam drama kecilnya.

(14)

Kematian Shiraishi Itsumi selaku ketua Klub Sastra sekaligus anak dari pengelola sekolah telah menghebohkan SMA Katolik Santa Maria.

Awalnya, Shiraishi hanya mempunyai niat untuk berpura-pura mati demi membalaskan dendamnya kepada anggota Klub Sastra tetapi akhirnya secara tidak terduga dia telah mati di tangan seseorang yang sangat dipercayainya.

Novel ini juga diceritakan mengenai pendapat dari beberapa tokoh mengenai kematian Shiraishi Itsumi. Dia selaku ketua dari klub sastra mempunyai enam anggota yaitu Sumikawa Sayuri, Nitani Mirei, Kominami Akane, Diana Detcheva, Koga Sonoko dan Takaoka Shiyo. Mereka semua mempunyai jalan cerita sendiri dalam menceritakan bagaimana cara kematian Shiraishi Itsumi ini. Dan mereka juga saling menuduh satu sama lain tentang siapakah sebenarnya pembunuh utama dari ketua klub Sastra.

Di dalam setiap novel pasti ada terdapat banyak konflik di dalamnya.

Begitu juga dengan novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul Girl’s in The Dark ini. Ada beberapa konflik yang dipaparkan dalam novel ini yaitu tentang

bagaimana cerita kematian Shiraishi Itsumi dan apa yang sebenarnya yang mendalangi kematiannya.

Dalam tulisan ini penulis akan menganalisis karekteristik Shiraishi Itsumi yang menggambarkan sosok tokoh utama dengan kepribadian yang munafik atau hipokrit. Hipokrit sendiri adalah orang yang berpura-pura mempunyai standar atau patokan moral ataupun yang sebenarnya tidak dimilikinya. Disederhanakan sebagai orang yang mempunyai perbedaan apa yang dikatakan dengan perbuatan aktualnya. Ciri-cirinya adalah ia berdusta

(15)

terhadap dirinya dan memperdaya orang lain. Kemudian bisa menyebarkan fitnah dan gelisah melihat orang lain melebihi dia. Selanjutnya yaitu plin- plan serta mempunyai sifat yang menonjol dan karakter yang kuat.

Tokoh dengan karakter kuat tentunya memiliki kelebihan tersendiri untuk dilakukan penelitian dengan menggunakan teori psikologi sastra.

Penelitian ini menggunakan teori psikologi sastra dari Sigmund Freud mengenai tiga struktur kepribadian, yakni : Id, Ego dan Superego.

Berdasarkan karakter dan kepribadian dari tokoh utama novel, penuis ingin menelaah hal-hal apa saja yang melatar belakangi karakter dari tokoh dan bagaimana kejiwaan dari tokoh utama pada novel yang berjudul Girl’s in The Dark karya Akiyoshi Rikako dengan judul skripsi “Analisis Psikologi

Tokoh Shiraishi Itsumi dalam Novel Girl’s in the Dark karya Akiyoshi Rikako”.

1.2 Perumusan Masalah

Tokoh utama dalam novel Girl’s in the Dark yaitu Shiraishi Itsumi.

Itsumi adalah gadis yang sangat cantik,ramah dan baik hati yang merupakan ketua klub sastra sekaligus anak pengelola sekolah. Tetapi, dibalik sifatnya itu semua Itsumi menyembunyikan wajahnya yang sebenarnya yaitu arogan dan sangat egois. Sifatnya yang berbanding terbalik merupakan alasan untuk Itsumi demi mencapai keinginannya untuk hidup bersama orang yang dicintainya dengan menggunakan kekuasaannya untuk menutupi alibinya

(16)

dengan membangun tempat persembunyian dan merekrut orang-orang terbaik yang ada di sekolahnya.

Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi psikologis yang dialami tokoh utama Shiraishi Itsumi dalam novel Girl’s in the Dark.

2. Bagaimana interaksi struktur kepribadian tokoh Shiraishi Itsumi seperti Id, Ego, dan Superego dalam novel Girl’s in the Dark berdasarkan Teori Psikoanalisa Sigmund Freud.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini difokuskan pada novel terjemahan Jepang yang berjudul Girl’s in The Dark karya Akiyoshi Rikako. Agar penelitian menjadi lebih

terarah dan tersusun maka, dalam penelitian ini penulis secara khusus akan membahas kepribadian dan kondisi psikologis dari tokoh utama yaitu Shiraishi Itsumi dan struktur kejiwaan yang saling menekan yaitu Id, Ego dan Superego yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Girl’s in the Dark yaitu

Shiraishi Itsumi.

Analisis novel ini mengambil beberapa cuplikan cerita dari novel Girl’s in the Dark. Kemudian, penulis akan memberikan pandangannya

mengenai cuplikan tersebut terutama yang terdapat indeks kondisi psikologis tokoh utama dan kemudian menggunakan pendekatan semiotik, dan teori psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud sebagai acuan.

(17)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Sejauh ini belum ditemukan penelitian yang berkaitan dengan judul yang akan diteliti. Tetapi, penelitian yang menganalisis dan mengungkapkan masalah tentang kejiwaan (psikis) dalam berbagai karya sastra dengan menggunakan pendekatan psikologis khususnya yang menggunakan teori psikoanalisa yang dipaparkan oleh Sigmund Freud sudah ada dilakukan oleh beberapa peneliti.

Di antara penelitian yang menggunakan teori Sigmund Freud sebagai landasan teorinya, yaitu penelitian berupa skripsi oleh Paradida, (2013) dengan judul “Analisis Psikologis Tokoh Heikichi Umezawa dalam novel The Tokyo Zodiac Murder‟s karya Soji Shimada. Skripsi tersebut membahas bagaimana kondisi psikologi dan kepribadian tokoh Heikichi Umezawa yang terobsesi akan kecantikan dan wanita. Obsesi inilah yang membuat ia berfikir bahwa tidak ada wanita yang mendekati kriteria sempurna sesuai dengan fikirannya. Kemudian kesimpulan dari skripsi tersebut adalah menjelaskan gangguan-gangguan psikologis yang dialami Heikichi Umezawa yang menyimpang pada perilaku seksual dan sedikit pesan yang disampaikan Soji Shimada sebagai pengarang yaitu memiliki obesei atau suatu hal yang ingin dicapai adalah suatu hal yang bagus tetapi harus kita sesuaikan dengan logika dan norma-norma yang ada.

(18)

Penelitian lain yang menggunakan teori Sigmund Freud adalah skripsi yang ditulis oleh Syafitri (2013), dengan judul “ Analisis Psikologis Tokoh Tanaka Makoto dalam novel Holy Mother karya Akiyoshi Rikako”. Skripsi ini membahas beban psikologis Makoto yang terus menerus menghantuinya.

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh Tanaka Makoto, dapat diambil kesimpulan yaitu Id dari tokoh Tanaka banyak mendominasi dan sering dibantu Ego dalam mencapai kepuasan. Namun ada juga peran Ego dan Superego yang menjadi penghalang ketika keinginan Id sudah diluar norma.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, skripsi ini juga menggunakan novel karya Akiyoshi Rikako sebagai bahan analisis utama. Untuk itu, hasil penelitian dari Syafitri (2013) juga digunakan sebagai referensi untuk penulisan skripsi ini.

Walau bagaimanapun pembahasan novel “Girl’s in The Dark” dari sudut pendekatan psikologis tokoh utama, Shiraishi Itsumi sebagai data utama penelitian merupakan analisis yang pertama kali dilakukan melalui teori psikoanalisa Sigmund Freud.

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan mengenai teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian. Untuk menganalisis suatu karya sastra diperlukan teori pendekatan yang berfungsi

(19)

sebagai acuan penulis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teori pendekatan yaitu pendekatan semiotik dan pendekatan psikologi sastra.

Menurut Nurgiyantoro (1995:39), dalam pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure, bahasa merupakan sebuah sistem tanda dan sebagai suatu tanda, serta bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. Berdasarkan teori semiotik di atas, penulis menginterpretasikan kondisi dan sikap tokoh ke dalam tanda. Tanda-tanda yang terdapat dalam novel tersebut akan di interpretasikan dan kemudian akan dipilih bagian mana saja yang merupakan tindakan tokoh yang mencerminkan kondisi psikologis dari tokoh tersebut.

Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungan. Salah satu pencetus teori psikologi yaitu teori Psikoanalisa oleh Sigmund Freud.

Menurut teori psikoanalisa, Freud membagi struktur kejiwaan manusia ke dalam Id, Ego, dan Super Ego. Id merupakan kebutuhan dan emosi yang tidak tertata, tidak konsisten, kadang tidak dikenal, dan bahkan bersifat antisosial yang melekat pada tubuh kita (Nelson, 2003:17).

Dengan demikian dapat diartikan bahwa Id merupakan hal yang tidak disadari yang terdapat di bawah alam sadar sesorang yang hanya mengikuti prinsip kepuasaan orang itu sendiri, mengandalkan pengalaman subjektif, secara sederhana Id merupakan prinsip kesenangan.

(20)

Menurut Hall (1995:30), tujuan dari prinsip kesenangan adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan sehingga menjadi lebih sedikit untuk menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap/konstan. Secara sederhana yaitu usaha mencegah penderitaan dan menemukan kesenangan.

Ego adalah sesuatu yang tertata, lebih atau kurang sadar dan lebih atau

kurang konsisten terhadap prinsip prasangka yang secara bebas yang diartikan sebagai diri (Nelson, 2003:17). Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan Ego adalah suatu keadaan bilamana perilakunya berdasarkan prinsip kenyataan yang peranan utamanya adalah penyeimbang dari kebutuhan-kebutuhan insting dari seseorang.

Berikutnya, superego merupakan wewenang moral dari kepribadian, mencerminkan yang ideal bukan yang real; dan memperjuangkan kesempurnaan bukan kenikmatan. Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai norma-norma moral yang diakui wakil-wakil masyarakat (Hall, 1995:67). Superego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk).

Dalam teori psikoanalisa Freud, khususnya mengkaji psikologis tokoh utama dalam novel ini terdapat dinamika kepribadian yang berkaitan, yaitu insting dan kecemasan. Insting adalah representasi psikologi bawaan dari eksitasi pada tubuh yang diakibatkan pada munculnya suatu kebutuhan tunuh misalnya makan, minum, dan seks.

(21)

Freud beranggapan bahwa insting sendiri terdiri dari dua macam, yaitu insting hidup dan insting mati. Insting hidup mengatakan bahwa insting kehidupan berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan. Bentuk energy psikis yang dipakai dalam insting kehidupan adalah libido, yaitu mengarahkan seseorang pada pemikiran dan perilaku dengan prinsip kesenangan.

Sedangkan insting mati adalah suatu kebutuhan atau keinginan dalam tubuh untuk menghancurkan, berkuasa dan membunuh. ( http://rizky-wijayanti- fib13.web.unair.ac.id )

Kecemasan adalah dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi Ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan suatu reaksi adaptif yang sesuai ( Alwisol 2009 :22).

Kecemasan dibagi kedalam tiga aspek yaitu kecemasan tentang kenyataan, kecemasan neurotis (saraf) dan kecemasan moral.

Dengan menggunakan teori psikoanalisa oleh Freud, yaitu tentang struktur jiwa manusia berupa Id, Ego, dan Super Ego yang saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya dan juga dinamika kepribadian yang berkaitan yaitu insting dan kecemasan. Maka, melalui pandangan kerangka teori di atas penulis dapat menganalisis watak psikologis tokoh Shiraishi Itsumi dalam novel Girl’s in the Dark karya Akiyoshi Rikako yang berkaitan dengan struktur jiwa manusia dan dinamika kepribadian.

(22)

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan , maka secara ringkas tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi psikologis Shiraishi Itsumi yang menjabat sebagai ketua klub sastra dalam novel Girl’s in The Dark karya Akiyoshi Rikako.

2. Untuk mendeskripsikan interaksi struktur kepribadian tokoh Shiraishi Itsumi seperti Id, Ego, dan Superego dalam novel Girl’s in the Dark karya Akiyoshi Rikako berdasarkan teori psikoanalisa Sigmund Freud.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan penulis juga pembaca mengenai apakah psikologi kepribadian yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud melalui karya sastra non fiksi.

2. Dapat dijadikan referensi ilmu pengetahuan juga membuka minat bagi pembaca yang akan melakukan penelitian dengan topik sejenis yang berhubungan dengan bidang kesusastraan Jepang, serta sebagai bahan penunjang untuk Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, guna memperkaya bahasa penelitian dan sumber bacaan serta sebagai perkembangan ilmu kesusastraan

(23)

3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang psikologis yang terangkum dalam novel Girl’s in the Dark karya Akiyoshi Rikako.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode data kualitatif yang didalamnya terkandung metode penelitian secara deskriptif. Menurut Djodjosuroto, dkk (2000:9) data kualitatif adalah data yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis, dan data ini tidak berbentuk angka. Dan metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan menyajikan informasi secara sangat tepat dan teliti (acurately and precisely) tentang karaktristik yang sangat luas dari suatu populasi.

Data-data juga diperoleh dari Library Research atau studi kepustakaan.

Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan-catatan, laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2005:11). Penulis juga melakukan penelusuran data melalui internet seperti blog-blog yang membahas mengenai masalah yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Setelah data diperolehdari referensi yang berkaitan, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “GIRL’S IN THE DARK” TOKOH SHIRAISHI ITSUMI DAN PSIKOANALISA FREUD

2.1 Defenisi Novel

Novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella, yang dalam bahasa Jerman Novelle, dan dalam bahasa Yunani yaitu Novellus. Kemudian setelah masuk ke

Indonesia berubah menjadi Novel. Dewasa ini istilah Novella dan Novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia Novelette (Inggris : Novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak

terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.

Novel menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya. Dalam The American Colage, dikatakan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi dengan panjang tertentu, melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata representative dalam suatu alur atau suatu kehidupan yang agak kacau dan kusut.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk karya sastra ini paling banyak beredar, dikarenakan daya komunikasinya yang luas

(25)

pada masyarakat. Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.

Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa.

2. Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib.

3. Terdapat beberapa alur atau jalan cerita.

4. Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita.

5. Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam.

Dalam setiap karya sastra fiksi terutama novel mempunyai unsur-unsur pendukung, baik dari dalam karya sastra itu sendiri (unsur intrinsik) ataupun dari luar karya sastra tersebut (unsur ekstrinsik) yang secara tidak langsung sangat mempengaruhi cerita dari karya sastra tersebut

2.2 Resensi Dalam Novel Girl’s In The Dark

Resensi umumnya dipahami sebagai ulasan dan penilaian terhadap sebuah karya. Karya tersebut dapat bermacam-macam, mungkin film, buku, karya seni atau mugkin pula sebuah produk teknologi. Penilaian tersebut harus berkaitan dengan kualitas dari karya yang sedang dicermati atau diresensi tersebut. Dalam meresensi

(26)

sebuah karya sastra seperti novel, ada beberapa unsur yang terkait. Unsur-unsur tersebut seperti tema, alur/plot, setting dan lainnya.

2.2.1 Tema

Tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita. Tema-tema yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya tersurat (langsung dapat terlihat jelas dalam cerita) dan tersirat (tidak langsung, yaitu pembaca harus menyimpulkan sendiri).

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi umum, lebih luas, dan abstrak.

Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita (Burhan Nurgiyantoro, 2009:68).

Menurut Wiyatmi dalam Pradopo (2003:43), tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Disamping itu juga berfungsi untuk melayani visi atau responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan dengan kehidupannya.

Tema yang diungkapkan Akiyoshi Rikako dalam novel “Girl‟s in The Dark”

adalah tentang pembalasan dendam, kemunafikan, kebohongan dan kelicikan antar tokoh yang menimbulkan konflik kemudian masing-masing dari mereka jatuh terhadap perangkap mereka sendiri seperti pepatah mengatakan “senjata makan tuan”.

(27)

2.2.2 Alur atau Plot

Alur atau plot dapat didefenisikan dalam dua arti. Arti pertama adalah ringkasan cerita, sedangkan arti kedua adala penataan insiden atau kejadian-kejadian dalam sebuah cerita untuk memperoleh efek tertentu. Alur atau plot adalah struktur rangkaian dalam cerita yang disusun sebagai inter relasi fungsional yang sekaligus menandai urutan-urutan bagian-bagian dari keseluruhan fiksi (Semi, 1988:43).

Luxemburg (dalam Fananie,2003:93) menyebut alur/plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Plot berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.

Di dalam karya sastra terdapat tiga alur, yaitu:

1. Alur maju (progresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan masalah, terjadinya konflik, klimaks, dan penyelesaian masalah.

2. Alur mundur (regresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian masalah.

3. Alur campuran, merupakan perpaduan antara alur maju dan mundur.

Dalam novel ini, alur cerita diawali dengan berita kematian yang sangat janggal oleh Shiraishi Itsumi selaku dari Ketua Klub Sastra. Kemudian tokoh lain menceritakan bagaimana kematian dari Shiraishi Itsumi berdasarkan sudut pandang dan jalur cerita mereka masing-masing. Dari awal penceritaan tersebut, pengarang

(28)

kemudian menghubungkan dan mengaitkan antar tokoh dalam suatu cerita yang efektif dan kompleks. Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran dimana terdapat percakapan yang menceritakan masa lalu sebagai penguat dan penjelas cerita dan kejadian yang berlangsung pada saat sekarang.

2.2.3 Penokohan

Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbedabeda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani dan mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Dalam menentukan siapa tokoh utama dan tokoh pembantu dalam suatu novel, pembaca dapat menentukannya dengan jalan melihat keseringan permunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan permunculannya, dalam menentukan tokoh utama serta tokoh pembantu dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.

Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya, sedangkan tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya (Aminuddin, 2000:79-80). Menurut Fananie (2000:86), tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita memiliki karakter dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang dimainkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita

(29)

tergantung di mana ia ditempatkan. Hal inilah yang disebut dengan penokohan.

Penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita. Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik.

Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995:166).

Di dalam sebuah cerita biasanya terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan atau figuran. Tokoh utama adalah tokoh yang sering diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan dari suatu cerita tersebut.

Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping dari tokoh utama yang biasanya hanya dimunculkan beberapa kali di dalam suatu cerita, namun memiliki peranan penting sehingga membuat cerita menjadi lebih berwarna. Antara tokoh utama dengan tokoh tambahan saling berkaitan erat karena saling melengkapi. Jika di dalam suatu cerita hanya memiliki tokoh utama saja atau tokoh tambahan saja, maka cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik bahkan cenderung membingungkan karena tidak adanya interaksi yang terjadi di dalam cerita tersebut.

Dalam novel ini ada beberapa karakter atau tokoh yang dibuat oleh pengarang, yaitu:

(30)

1. Shiraishi Itsumi : adalah tokoh utama dalam novel ini yang mempunyai gambaran sebagai sosok seorang siswi yang menjabat sebagai ketua Klub Sastra yang sangat sempurna,cantik, pintar, dan berkelas. Selain itu dia juga kepribadian yang sangat ramah terhadap murid lain dan guru-guru.

Akan tetapi dibalik sosok sempurnanya Itsumi, dia mempunyai sisi gelap yang mempunyai sifat munafik, egois, dan selalu merasa kurang puas terhadap sesuatu.

2. Sumikawa Sayuri : adalah wakil ketua Klub Sastra yang mempunyai sifat yang bertolak belakang dengan Itsumi yaitu pendiam. Akan tetapi dibalik itu juga Sayuri punya sisi gelap yang tidak ingin kalah dari yang lain.

3. Nitani Mirei : adalah anggota Klub Sastra yang direkrut Itsumi karena keadaannya yang miskin. Sifat dari Nitani Mirei adalah munafik karena dia adalah gadis simpanan yang kelakuannya sangat berbeda saat di lingkungan sekolah.

4. Koga Sonoko : adalah anggota Klub Sastra yang berotak encer dan terkenal sebagai penghianat.

5. Diana Detcheva : adalah anggota Klub Sastra yang berasal dari Bulgaria yang menjadi munafik dan terobsesi terhadap Itsumi.

6. Kominame Akane : adalah anggota Klub Sastra yang menjadi seorang plagiat dan sangat munafik.

(31)

2.2.4 Setting atau Latar

Menurut Jacob Sumardjo (1997 : 75-76) setting dalam cerita bukan hanya sekedar Background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya, tetapi juga terjadi erat dengan karakter, tema dan suasana cerita. Untuk menghasilkan cerita yang baik, setting harus benar-benar mutlak dalam menggarap tema dan plot tertentu. Setting menurut Dick Hartono dalam Sudjiman dkk (1984 : 46) adalah segala keterangan mengenai ruang, waktu dan suasana terjadinya lakon dalam karya sastra atau pun novel secara lengkap, pembaca tentu harus memahami bagaimana setting dari karya sastra tersebut.

Sedangkan latar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008 : 794) adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra.

Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam yaitu latar tempat, waktu dan sosial. Latar tempat berkaitan dengan masalah geografis. Di lokasi mana peristiwa terjadi, di desa apa, kota apa dan sebagainya. Latar waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam maupun historis. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan manusia menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2009 : 40).

Latar tempat dalam novel Girl’s In the Dark ini menggunakan latar belakang utama di Jepang tepatnya di Salon Sastra SMA Katolik Putri Santa Maria kemudian latar tempat yang berada di Bulgaria, Eropa. Dan latar waktu dalam novel ini yaitu kehidupan SMA mereka selama berada di Salon Sastra. Sedangkan latar sosialnya

(32)

menggabarkan kehidupan mewah dari semua tokoh selama berada di Salon Sastra.

Salon sastra adalah tempat yang sangat berkelas dan mempunyai kasta yang berbeda dari semua Klub yang ada di SMA Santa Maria dan hanya orang-orang yang dipilih secara langsung oleh Shiraishi Itsumi yang dapat masuk kedalamnya.

2.3 Biografi Pengarang

Akiyoshi Rikako bermigrasi ke Amerika Serikat pada usia 15 tahun. Pada saat yang sama, ia lulus dari sekolah tingkat SMA kemudaian ia kembali ke Jepang setelah lulus S1 dari Universitas Waseda Fakultas Sastra. Ia meraih gelar master dalam bidang layar lebar dan televise dari Universitas Layola Marymount, Los Angeles dan lulus S3 di Universitas Kanazawa Fakultas Psikologi. Pada tahun 2018, cerpennya berjudul “Yuki no Hana” meraih penghargaan Sastra Yahoo! JAPAN yang ketiga. Bersamaan dengan naskahnya yang mendapatkan penghargaan pada tahun 2009 dia melakukan debut dengan kumpulan cerpen yang berjudul “Yuki no Hana”.

Beberapa novelnya yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesa adalah Girl‟s in the Dark, The Dead Returns dan Holy Mother. Akiyoshi juga bekerja pada film animasi anak-anak saat berada di Amerika Serikat. Akiyoshi memang sangat menyukai novel, keran sejak kecil ia diajarkan oleh ibunya untuk membaca novel dan cerpen. Walaupun uang saku yang dimilikinya tidak mencukupi, namun ia trus berusaha bahwa bukan hal yang tidak mungkin baginya untuk mendapatkan peluang dari mengarang novel.

(33)

2.4 Psikoanalisa Freud

Menurut Freud dalam Calvin Hall (1993 : 13), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar, prasadar, dan tak sadar. Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati dalam setiap event atau peristiwa mental seperti berpikir maupun berimajinasi. Freud mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental sedangkan bagian besarnya adalah ketidaksadaran atau tidak sadar.

Berbagai kelainan tingkah laku dapat disebabkan karna faktor-faktor yang terdapat dalam alam ketidaksadaran ini. Karena itu untuk mempelajari jiwa seseorang kita harus menganalisa jiwa orang itu sampai kita dapat melihat keadaan alam ketidaksadarannya yang terlihat jauh di dalam jiwa orang tersebut, ertutup oleh alam kesadaran.

Freud percaya bahwa faktor-faktor yang berada dalam ketidaksadaran bukan merupakan faktor-faktor yang statis melainkan masing-masing mempunyai kekuatan yang membuatnya dinamis, jadi di dalam alam ketidaksadaran selalu terdapat pergeseran-pergeseran, gerakan-gerakan akibat saling mempengaruhi antara faktor- faktor dalam alam ketidaksadaran tersebut.

Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Freud dan teori yang dikemukakannya, maka psikoanalisa dikenal dalam tiga aspek, yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi kepribadian. Sesuai dengan masalah kepribadian yang akan dianalisis maka dari ketiga aspek tersebut yang akan dibicarakan adalah teori kepribadian.

(34)

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud mengumpamakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es ditengah laut. Yang kelihatan dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian puncaknya. Dalam hal jiwa seseorang maka yang kelihatan dari luar hanya sebahagian kecil saja, yaitu alam kesadaran.

Bagian terbesar dari jiwa seseorang tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran. Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu dapat muncul kembali ke dalam kesadaran. Freud mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem kepribadian dan dinamika kepribadian.

Dalam kajian psikologi sastra, mengungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego, dan Super Ego.Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Dalam dinamika kepribadian Freud membahas naluri atau insting dan kecemasan sebagai komponen penting bagi manusia untuk beraktivitas.

(35)

2.4.2. Sistem Kepribadian 2.4.2.1. Id

Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam alam bawah sadar manusia yang berisi insting-insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan sepertinya berupa energi buta (Nelson, 2003: 17). Id beropasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan yang benar atau yang salah, dan tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasaan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan Ego.

2.4.2.2. Ego

Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasaan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata dapat memuaskan kebutuhan (Nelson, 2003:19).

Ego memiliki dua tugas utama; pertama, memilih dorongan mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya kecil.

(36)

Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasaan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id, melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluriah organism disatu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain.

Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam melaksanakan tugasnya Ego harus benar-benar menjaga bahwa pelaksanaan dorongan ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

2.4.2.3. Super Ego

Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang menyangkut baik buruk dan juga berisi kata hati seseorang. Kata hata ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id (Nelson 2003:21). Ada tiga fungsi Super Ego, yaitu:

(a) mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moral istik.

(b) merintangi implus Id terutama implus yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat.

(c) mengejar individu mencapai kesempurnaan.

Karena itu ada pertentangan antara Id dan Super Ego merupakan pelaksanaan yang harus dapat memenuhi tuntutan dari kedua sistem kepribadian ini secara

(37)

seimbang. Aktivitas Super Ego dalam diri individu, terutama apabila aktivitas itu bertentangan dengan Ego, maka akan muncul emosi tertentu seperti munculnya perasaan bersalah dn penyesalan didalam diri. Bila Ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan Id dan larangan dari Super Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus-menerus dan konflik ini akan menjadi dasar dari gangguan kejiwaan.

Sikap tertentu dari sikap observasi diri,koreksi atau kritik diri juga bersumber dari Super Ego, Id, Ego ; dan Super Ego membutuhkan energi psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Karena jumlah energi terbatas, maka diantara ketiga sistem kepribadian tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam penggunaan energi. Apabila ternyata satu sistem merupakan energi lebih banyak dan oleh karenanya menjadi kuat. Maka sistem yang lain akan kekurangan energi dan menjadi lemah sampai energi baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.

Tidak semua dorongan primitif dapat dipenuhi sesuai dengan prinsip kenyataan. Sebagian daripadanya harus tetap tidak dapat dipenuhi. Tetapi dorongan- dorongan yang tidak dipenuhi tidak menghilang begitu saja, melainkan menghendaki untuk dilaksanakan agar memenuhi perasaan senang. Untuk menjaga keseimbangan dalam kepribadian individu yang bersangkutan, maka dorongan-dorongan yang belum dilaksanakan ini disebut kanalisasi yang dilakukan melalui mekanisme- mekasnisme pertahanan tertentu.

(38)

2.4.3 Dinamika Kepribadian

Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh adanya energi yang ada didalam kepribadian itu. Energi itu dinamakannya energi psikis, diasalkan dari energi fisiologis yang bersumber pada makanan. Energi psikis ini disimpan di dalam insting-insting, jadi insting-insting itu dapat dimisalkan sebagai reservoir energi psikis.

2.4.3.1. Naluri (Insting)

Menurut Freud dalam Sumadi (1995:103) didalam diri kita ini ada dua macam insting-insting, yaitu insting-insting hidup dan insting-insting mati.

a. Insting-insting Hidup

Fungsi insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama dari insting hidup ini adalah insting makan, minum, dan seksual. Bentuk energi psikis yang dipakai oleh insting hidup ini disebut

“libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, manusia dalam kenyataannya yang diutamakan adalah insting seksual

b. Insting-insting Mati

Insting-insting mati ini yang disebut juga insting-insting merusak (deskruktif) fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu juga kurang dikenal. Namun adalah kenyataan yang tidak bisa diingkari bahwa semua manusia pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan,

(39)

bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelasan daripada insting mati ini ialah dorongan agresif.

Freud menjelaskan bahwa insting kematian biasanya ditujukan pada dua arah, yaitu kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Insting kematian yang diarahkan kepada diri sendiri terwujud dalam tindakan bunuh diri, sedangkan insting kematian yang diarahkan kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh atau menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendirinya.Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, yang ditujukan kepada orang lain.

Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu dipergunakan oleh Id, Ego, dan Super Ego. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas.

Maka akan terjadi semacam persaingan di antara ketiga aspek kepribadian itu didalam hal menggunakan energi psikis itu. Menjadi lebih kuatnya salah satu aspek karna mempergunakan banyak psikis, dengan sendirinya berarti menjadi lebih lemahnya aspek-aspek yang lain lagi.

Pada mulanya hanya ada Id yang memiliki semua energi psikis itu. Tetapi karena dia sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka dia lalu memberikan sebagian dari energinya kepada kedua aspek yang lain yang juga akan mempergunakannya untuk kepentingan organism itu sendiri, hanya cara dan bentuknya yang berbeda.

(40)

Mana diantara ketiga aspek itu yang paling banyak mempergunakan energi psikis itu juga berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh manusia.

(a) Apabila Id menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka tindakan tindakannya akan bersifat primitif, implusif dan agresif. Dia akan mengumbar dorongan-dorongan primitifnya.

(b) Apabila Ego yang menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang realistis dan ragional-logis, pikiran ragional-logis memegang peranan penting.

(c) Apabila yang menguasai sebagian besar energi psikis itu Super Ego, maka orang akan mengejar hal-hal yang moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yag kadang-kadang kurang rasional.

2.4.3.2. Kecemasan

Dalam konsep dinamika kepribadian Freud juga membahas kecemasan.

Kecemasan adalah variabel pentig dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan- ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh. Ketegangan-ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf otonom. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tidak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamnika kepribadian yang utama.

(41)

Kecemasan adalah fungsi Ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

Freud membagi kecemasan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kecemasan Realisric, yaitu merupakan kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

2. Kecemasan Neurotic, yaitu merupakan kecemasan atas tidak terkontrolnya naluri-naluri primitive oleh ego yang kemungkinan bisa mendangtangkan ego.

3. Kecemasan Moral, yaitu merupakan kecemasan yang timbul akibat tekanan Super Ego atas Ego atas individu yang telah ataupun sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.

(42)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH SHIRAISHI ITSUMI DALAM NOVEL

“GIRL’S IN THE DARK”

3.1 Sinopsis Cerita “Girl’s in The Dark”

Klub sastra SMA Putri Santa Maria mempunyai sebuah tradisi setiap akhir semester sebelum masuk masa liburan, yaitu Yami-nabe, arti harafiahnya "panci dalam kegelapan". Semua peserta akan memasukkan bahan-bahan aneh yang mereka bawa ke dalam panci dan semua orang harus memakannya di dalam kegelapan, bahkan ada yang pernah memasukkan jam tangan ke dalam panci. Selain tradisi tersebut, anggota klub sastra yang tidak lebih dari sepuluh orang setiap tahunnya harus membuat cerita pendek. Sambil menikmati yami-nabe, salah satu anggota membacakan naskahnya di tempat yang sudah disediakan dan anggota lain mendengarnya di tengah kegelapan. Biasanya tema cerita bebas, namun kali ini ada yang berbeda. Sang ketua klub yang baru, Sumikawa Sayuri mengambil tema kematian Ketua Klub sebelumnya, Shiraishi Itsumi.

Sebelumnya, Sayuri adalah wakil ketua klub, dia bersahabat dengan Itsumi sejak kecil. Mereka sangat bertolak belakang, Itsumi yang lebih aktif dan tidak pernah membedak-bedakan teman, serta dia juga berasal dari keluarga yang kaya raya sedangkan Sayuri sendiri adalah anak yang lemah, sakit-sakitan. Kesamaan mereka

(43)

berdua adalah sama-sama cantik dan memiliki otak yang sempurna. Sejak Itsumi meninggal, Sayuri seperti kehilangan sebagian jiwanya.

Kematian Itsumi penuh dengan misteri karena belum ada yang tahu apakah dia bunuh diri atau dibunuh. Siapapun tidak diperbolehkan untuk menghadiri pemakamannya, tidak seorangpun yang mau memberitahu apa yang sebenanrya terjadi pada Itsumi. Pertanyaan tentang kejadian naas itu pun mulai bermunculan.

Contohnya kenapa Itsumi meninggal disekolah, kemudian kenapa dia meninggal di dekat pot dengan setangkai bungai lily di tangannya, lalu siapakah yang menjadi dalang dari pembunuhan Itsumi ini, dan yang paling penting kenapa Itsumi meninggal. Pertemuan klub sastra kali ini bertujuan untuk mengenang Itsumi. Sayuri ingin mendengar cerita dari sudut pandang masing-masing anggota klub. Klub sastra ini beranggotakan enam orang dimana Sayuri sendiri adalah sebagai Ketua. Dan anggota yang lainnya ada Nitani Mirei, Kominame Akane, Diana Detcheva, Takaoka Shiyo dan Koga Sonoko.

Nitani Mirei adalah gadis miskin dari keluarga broken home, dia mati-matian belajar agar bisa diterima di sekekolah elit seperti Santa Maria dan bekerja paruh waktu untuk membantu ibunya. Predikatnya sebagai siswa penerima beasiswa dianggap rendah sampai ketika dia bertemu dengan Itsumi. Hanya orang tertentu saja yang bisa menjadi anggota klub sastra dan senangnya bukan main ketika Itsumi mengundang Mirei sebagai anggotanya. Dia mengidolakan Itsumi, selain kaya raya, dia juga cantik dan pintar. Itsumi selalu membantu mengatasi masalah hidupnya dan dia ingin balas budi ketika Itsumi punya masalah. Dia menuduh yang mendorong Itsumi dari teras sampai jatuh tidak lain dan tidak bukan adalah Koga Sonoko.

(44)

Kominame Akane yang awalnya sangat membenci Istumi dikarenakan iri dengan kesempurnaan yang dimilikinya. Keluarga Akane mengelola restoran tradisional Jepang sejak dulu, restorannya sangat terkenal dan tidak membuka cabang.

Sedangkan Akane lebih menyukai masakan barat, ayahnya sejak awal mewariskan restoran tersebut kepada kakaknya yang tidak serius, tidak tertarik dengan restoran dan masakan. Waktu mendengar salon sastra mempunyai dapur yang sangat canggih dan bahan-bahan menakjubkan, dia mulai tertarik dan langsung menyetujui ketika Itsumi mengundangnya bergabung. Dia jadi koki di klub sastra yang menyediakan berbagai macam kudapan dan minuman yang lezat. Sering dia mendengar Itsumi curhat di dapur sambil memakan masakannya. Dan menurut dia, Nitani Mirei lah pembunuh Itsumi.

Diana Detcheva adalah satu-satunya murid internasional yang berasal dari Bulgaria. Pertama kali bertemu dengan Itsumi ketika dia sedang menjalani pertukaran pelajar. Itsumi membuat Diana ingin sekali pergi ke Jepang dan lewat ayahnya dia menawarkan pertukaran pelajar untuk dia. Awalnya kakaknya lah yang akan berangkat melihat kondisi Diana yang kurang baik, kakinya sulit digerakkan pasca kecelakaan yang dia alami. tapi sewaktu akan berangkat kakaknya mendapatkan halangan dan dia yang menjadi pengantinya. Menurutnya orang yang keji dan membuat Itsumi meninggal adalah Takaoka Shiyo.

Koga Sonoko adalah teman sekelas Itsumi dan Sayuri, anak yang jenius, memiliki cita-cita sama seperti Itsumi, menjadi seorang dokter. Inilah analisis Sonoko berdasarkan elemen-elemen dasar untuk menemukan siapa pembunuh Sayuri. Dia menggunaka rumus 5W + 1H dengan kesimpulan bahwa Diana Detcheva sebagai

(45)

tersangka utama dalam kasus pembunuhan Itsumi dengan cara menggunakan sihir dan menyuruh Itsumi melompat dari teras.

Takaoka Shiyo adalah seorang penulis terkenal di usinya yang masih remaja, novelnya mendapatkan penghargaan, ketika masuk SMA dia langsung diajak bergabung oleh Itsumi dan Sayuri, dia anggota pertama di klub sastra. Dia juga yang diajak Itsumi mengukuti pertukaran pelajar ke Bulgaria. Dia punya banyak teman dan sangat mengagumi Itsumi. Hanya Kominami Akane yang bisa melakukan perbuatan tanpa diketahui orang lain yang sanggup melenyapkan nyawa Itsumi.

Dan pembaca terakhir adalah Sayuri sendiri dengan membacakan naskah asli buatan Itsumi. Dan terungkaplah siapa sebenarnya Itsumi itu, serta kebusukan anggota-anggotanya yang tega mengkhianati dan menusuk Itsumi dari belakang.

Kematian Itsumi menyimpan banyak misteri tetapi sebenarnya dibalik itu semua Itsumi berpura-pura meninggal. Alasan kuat Itsumi berpura-pura mati dengan tujuan agar dapat bersama dengan orang yang sangat dicintainya yaitu Hojo Sensei. Itsumi sudah muak berpura-pura menjadi orang yang dicintai semua orang. Muak akan kebohongan yang dibuatnya, akan orang-orang yang dianggapnya budak balik menyerang dia. Kemudian dia berfikir cara untuk membalaskan dendam adalah dengan memanggil semua anggotanya dan memperlihatkan dirinya meloncat dari teras dan menggenggam bunga lily sebagai surat wasiatnya. Itsumi merencakan kematian janggalnya ini bersama sahabatnya yaitu Sumikawa Sayuri. Tanpa Sayuri rencana Itsumi akan sia-sia.

Sumikawa Sayuri adalah orang yang paling dipercaya oleh Itsumi. Akan tetapi dibalik kepercayaan Itsumi ini, Sayuri merencakan sesuatu yang lebih besar

(46)

dibandingkan dengan anggota lainnya. Sayuri tidak ingin dianggap sebagai bayangan lagi. Dia ingin dianggap sebagai cahaya setelah kepergian Itsumi. Karena itu Sayuri lah yang ingin menjadi tokoh utama. Dia tidak ingin dibandingkan dengan Itsumi.

Sayuri adalah dalang dibalik semua rencana pembunuhan Itsumi. Setelah Itsumi tinggal bersama Hojo Sensei, Sayuri mengunjungi Itsumi dengan membawa teh yang bercampur sari bunga lily yang terkenal beracun. Sayuri sengaja merencanakannya, setelah itu Sayuri berpura-pura mengadakan acara Yami-nabe untuk semua anggota agar Sayuri dapat melihat siapa saja yang berkhianat kepada Itsumi dan berencana membunuh semua anggota Klub sastra.

Semakin cantik orangnya, semakin unggul orangnya semakin busuk pula rahasianya. Dan ternyata semua anggotanya juga mempunyai kebusukan masing- masing. Begitu pula Sayuri yang membuat semua rahasianya dan anggota-anggotanya menjadi jelas di acara Yami nabe.

3.2 Kondisi Psikologis Dan Struktur Kepribadian Tokoh Utama Shiraishi Itsumi

3.2.1. Id

Cuplikan 1 (Hal 227)

Semakin cantik orangnya, semakin unggul orangnya, semakin busuk pula rahasianya.

Bayangkan kepuasaan tersendiri saat bisa mencium kebusukannya!

(47)

Pegang rahasianya, rebut tempatnya berada dan sudutkan. Menggenggam rahasia seseorang sama dengan menggenggam hidupnya. Tidak ada kepuasan yang melebihi kepuasan itu. Karena itu, kisah seseorang baru dimulai saat orang itu menguasai rahasia orang lain.

Benar. Misalnya saja:

Panggungnya bernama SMA Putri Santa Maria.

Latar bernama Klub Sastra.

Tokoh utamanya, Aku.

Analisis :

Dari cuplikan cerita di atas menunjukkan bahwa Id tokoh utama yang berupa memperoleh kepuasan dan sangat ingin menjadikan semua orang berada dibawahnya.

Hal ini tergambar dalam teks berikut :

“Bayangkan kepuasaan tersendiri saat bisa mencium kebusukannya!

Pegang rahasianya, rebut tempatnya berada dan sudutkan. Menggenggam rahasia seseorang sama dengan menggenggam hidupnya. Tidak ada kepuasan yang melebihi kepuasan itu. Karena itu, kisah seseorang baru dimulai saat orang itu menguasai rahasia orang lain.”

Dari kejadian tersebut dapat dilihat adanya keinginan-keinginan atau Id dalam diri Itsumi yang ingin segera dipenuhi. Id disini merupakan suatu kepuasan tersendiri dari Itsumi setelah dia berhasil memegang kendali atas seseorang dan berhasil menggenggam rahasia orang tersebut. Orang yang dimaksudkan disini adalah anggota dari klub sastra sebagai tokoh pendukung yang membuat jalan cerita Itsumi menarik.

(48)

Kondisi psikologis yang dialami Shirashi Itsumi saat ini adalah dimana Itsumi mengalami adanya gejolak dinamika kepribadian yaitu insting hidup. Fungsi dari insting hidup ini adalah melayani agar manusia itu tetap hidup dan berkembang.

Dalam cuplikan itu mengatakan bahwa ada hal yang membuat Itsumi sangat merasa puas setelah berhasil mengetahui rahasia dan mengendalikan orang-orang disekitarnya. Insting hidup membuat Id dari Itsumi sangat memuncak sehingga Ego serta Super Ego tidak dapat menahan Id.

Cuplikan 2 ( Hal 262,264,265)

Pembalasan dendamku adalah dengan memanggil kalian berlima dan memperlihatkan diriku yang meloncat dari teras. Sebagai ganti surat wasiat, aku menggenggam bunga lily.

Benar. Bunga lily itu adalah tanda ancamanku. Kalian pasti tersudut setelah kematianku. Dengan demikian, aku bisa membalaskan dendamku pada kalian lewat ketakutan dan juga bisa berduaan dengan Hojo-sensei.

Ah… para pelayanku yang cantik. Aku mengagumi cara berpikir kalian yang mendetail dari lubuk hatiku. Karena cara berfikir kalian itulah yang membuat pembalasan dendamku menjadi sempurna.

(49)

Analisis:

Dari cuplikan di atas terlihat sangat jelas bahwa Id Itsumi yang berupa insting untuk menghindari rasa sakit dan memperoleh kepuasan. Id ini tergambar pada cuplikan

“Dengan demikian, aku bisa membalaskan dendamku pada kalian lewat ketakutan dan juga bisa berduaan dengan Hojo-sensei.”

Id berkuasa atas diri Itsumi dan mampu menekan Ego yang berupa rasa kagum Itsumi terhadap cara berfikir anggotanya dan Super Ego sehingga membuat perilaku Itsumi tidak dalam perinsip-prinsip moral . Id dalam diri Itsumi sangat berkeinginan untuk membalaskan dendam terhadap orang-orang yang telah mengkhianatinya.

Kondisi psikologis Itsumi yaitu ia merasa puas setelah membalaskan dendam terhadap orang-orang yang telah menghianatinya. Insting hidup yaitu menghindari rasa sakit lebih terlihat jelas pada Id yang menggebu-gebu atas rasa puas setelah dapat balas dendam dan dapat berdua bersama orang yang dicintainya.

Cuplikan 3 (Hal 54)

“Nitani-san kau pernah berfikir untuk membunuh seseorang?”

“Aku ada. Orang yang ingin kubunuh.”

Kelam. Setengah melamun Itsumi berbisik. Aku terkejut dan memandang wajah Itsumi. Aku kira aku salah dengar. Angin bertiup kencang dan bergaung.

“Kalau aku bisa membunuh orang ini, mati pun tidak mengapa. Rasa benciku sampai seperti itu.

(50)

Analisis:

Dari cuplikan di atas dapat disimpulkan bahwa Id Itsumi yang berupa insting ingin membunuh serta kepribadian yang gelap yang menggerakkan hidup Itsumi selama ini. Keinginan-keinginan yang diluar perilaku normal layaknya siswi biasa selalu menghampiri Itsumi. Dapat dilihat dari cuplikan ini

“Kalau aku bisa membunuh orang ini, mati pun tidak mengapa. Rasa benciku sampai seperti itu”.

Kondisi psikologis Itsumi yaitu dia merasakan dendam dan benci yang sangat dalam. Itsumi bahkan tidak dapat membendung perasaan amarahnya terhadap seseorang yang sangat dibencinya. Sangat jelas dapat dirasakan oleh Nitani Mirei bahwa selama ini Itsumi memiliki jiwa yang gelap. Bahkan Ego dan Super Ego seperti tidak pernah bekerja dalam kehidupan Itsumi sehari-hari.

Ego sudah benar-benar tidak bisa lagi menangani Id yang ada. Ego yang bertujuan untuk perantara antara insting dan kebutuhan sosiologis tidak dapat lagi mengontrol Id. Jadi terbentuklah kondisi psikologis Itsumi yang tidak mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Dia mengganggap bahwa dia sangat ingin membunuh seseorang bahkan mati pun tidak apa-apa. Rasa benci yang luar biasa yang didasari Id.

Cuplikan 4 (Hal 228)

“Itsumi. Kau sudah bangun?”

Pemuda itu berbisik di telingaku. Lengannya dari kemarin malam memelukku, membungkusku dari belakang.

(51)

“Iya. Tapi aku ingin seperti ini beberapa saat.”

Kami harus berpisah lagi saat kami pulang ke Jepang. Hubungan kami tidak bisa diampuni. Guru dan siswi SMA Katolik. Aku harus memanggilnya „sensei‟ di depan semua orang dan menjaga jarakku, padahal aku sudah tau semua tentangnya. Kau tak akan bisa membayangkan rasa frustasinya. Aku tidak bisa menyentuh orang yang kukasihi, padahal orangitu ada di depanku. Bayangkan rasa pedihnya karena tak bisa bertukar kata-kata penuh cinta. Teman-teman sekelas terlihat seperti anak kecil saat aku mengenal rasa pedih ini.

Analisis:

Dari cuplikan di atas menunjukkan bahwa Itsumi sangat mencintai Hojo sensei dalam persembunyian bahkan hanya Sayuri yang mengetahui hubungan yang tidak lazim antara guru dan murid ini. Itsumi tak ingin kehilangan saat-saat bersamanya. Id atas dasar pemuasan nafsu naluriah Itsumi mengalahkan Ego-nya yang seharusnya bisa menghambat Id itu sendiri. Dapat dilihat dalam cuplikan ini

“Iya. Tapi aku ingin seperti ini beberapa saat.”

Keinginan dari dalam hatinya sangat ingin dipeluk oleh Hojo sensei. Idnya memegang kendali agar Hojo sensei selalu berada disampingnya.

Kondisi psikologis Itsumi yaitu kecemasan akan kehilangan yang teramat besar kepada orang yang dicintainya yaitu Hojo-sensei. Dia sangat ingin memeluk Hojo-sensei bahkan tidak ingin melepaskannya barang sedetikpun.

Dan semua itu hanya bertahan sementara. Ternyata dalam lingkungan sekolah, mereka berdua tidak dapat berbuat banyak. Hubungan cinta antara murid dan siswa

(52)

sangat ditentang oleh pihak sekolah. Dari cuplikan paragraph kedua ini sangat terlihat bahwa Itsumi dapat mengendalikan dirinya dengan sangat baik. Keinginan-keinginan atau Id yang terdapat di dalam dirinya bisa dikendalikan dengan baik.

Pada awalnya hanya Id yang menguasai diri Itsumi untuk dapat dekat dengan orang yang dicintainya tapi Itsumi dapat menekan dan mengendalikan Id atas kepuasan naluriah atas azas kesenangan dan Ego yang dapat diatur oleh Id itu sendiri.

Dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

“Aku harus memanggilnya „sensei‟ di depan semua orang dan menjaga jarakku, padahal aku sudah tau semua tentangnya. Kau tak akan bisa membayangkan rasa frustasinya. Aku tidak bisa menyentuh orang yang kukasihi, padahal orangitu ada di depanku. Bayangkan rasa pedihnya karena tak bisa bertukar kata-kata penuh cinta. Teman-teman sekelas terlihat seperti anak kecil saat aku mengenal rasa pedih ini.”

Kondisi psikologi Itsumi dalam cuplikan diatas mengatakan bahwa Dia dapat mengendalikan sikapnya terhadap lingkungan sekolahnya. Tetapi Itsumi disini sedikit frustasi karena Id nya yang atas dasar kepuasan sangat ditekan oleh Ego nya agar dapat menciptakan situasi Super Ego yang baik dalam norma-norma yang ada yang bertujuan agar orang-orag disekelilingnya tidak mencurigai sikap dan tindakannya yang dilakukan bersama Hojo sensei.

Cuplikan 5 (Hal 231)

Untuk mendekati Sensei, aku memutuskan untuk mendirikan kembali Klub Sastra.

Agar sebuah klub bisa didirikan, jumlah anggotanya harus paling tidak dua orang.

(53)

Aku meminta Sayuri untuk menyerahkan surat yang menyatakan dia menjadi anggota klub.

Analisa :

Dari cuplikan di atas menunjukkan bahwa Itsumi memutuskan mendirikan Klub Sastra dengan tujuan yang berbeda dari fungsi klub sastra tersebut. Dia menyimpan rahasia yang hanya diketahui oleh Sayuri. Dapat dilihat dari cuplikan

“Untuk mendekati Sensei, aku memutuskan untuk mendirikan kembali Klub Sastra”.

Id atas dasar prinsip kenikmatan yang naluriah dari Itsumi berjalan sesuai keinginannya dengan memanfaatkan keadaan yang ada. Id kepuasan yang menekan Ego atas dasar pengendalian kepuasan itu sendiri agar bertindak sesuai kehendak yang tujuan utamanya adalah membuat tempat rahasianya dengan Hojo Sensei.

Cuplikan 6 (Hal 235) Tapi tidak cukup.

Ada sesuatu yang kurang.

Kastel baruku. Sebuah ruangan yang hanya ada untukku.

Tetapi, apa yang kurang?

Saat itu aku selalu memikirkan setiap aku menutup pintu ketika pertemuanku dengan Sensei selesai.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Apabila mereka ingin saling berkenalan dengan berjabatan tangan sekali dengan setiap orang, maka banyaknya cara jabat tangan yang mungkin adalah …a. Persamaan lingkaran yang berpusat

[r]

Apabila mereka ingin saling berkenalan dengan berjabatan tangan sekali dengan setiap orang, maka banyaknya cara jabat tangan yang mungkin adalah …a. Persamaan lingkaran yang berpusat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara, Pejabat

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen,

Menyiapkan bahan pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan evaluasi hasil rencana pembangunan daerah serta program pembangunan lainnya.. Renstra Bappeda Tahun 2016-2021 Page II -