• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA) yang berlokasi di Jl. Sabeni, RW 12 Kelurahan Kebon Melati Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan sejarah dan potensi penjualan kambing di DKI Jakarta. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Maret 2014.

Metode Pengumpulan Data

Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang aktif di dalam Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA) pada bulan Maret 2014-Februari 2015. Populasi tersebut berjumlah sebanyak enam orang. Adapun pengumpulan data melibatkan seluruh populasi yang ada atau dengan metode pengumpulan data sensus.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan alat bantu kuisoner dan observasi lapang sedangkan data sekunder melalui referensi ilmiah seperti skripsi dan jurnal ilmiah dan melalui informasi statistik dari Badan Pusat Statistika serta Ditjenak dan Kesehatan Hewan.

Jenis data primer meliputi data penjualan pedagang, struktur penerimaan pedagang, struktur biaya usaha pedagang, informasi kualitatif tentang kemampuan pedagang menyerap informasi di dalam pasar, hambatan masuk di dalam pasar, strategi penetapan harga jual, produk, dan promosi serta faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat di dalam pasar. Data primer lainya adalah wawancara terhadap informan yakni bapak Drh Hasudungan, MSi selaku Kepala Seksi Peternakan dan Kesehatan Hewan, Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta mengenai regulasi dan kebijakan pasar kambing di DKI Jakarta.

Adapun data sekunder meliputi penelitian terdahulu dan buku ilmiah tentang pemasaran dan peternakan kambing dan domba, teori ekonomi industri, analisis situasi dan berita tentang pasar kambing di DKI Jakarta, serta informasi statistik dari Ditjenak dan Kesehatan Hewan mengenai jumlah impor kambing dan domba di DKI Jakarta pada tahun 2009-2013, dan jumlah pemotongan ternak kambing dan domba tercatat di DKI Jakarta pada tahun 2009-2013. Informasi statistik lainya diperoleh dari Badan Pusat Statistika mengenai jumlah produksi daging kambing dan domba di DKI Jakarta pada tahun 2009-2013. Data sekunder lainya

adalah kebijakan peternakan dan kesehatan hewan yang tercantum pada UU No 18Tahun 2009.

Metode Analisis Data

Sebelum menggunakan metode analisis data, responden di dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga golongan yakni pedagang besar, pedagang sedang dan pedagang kecil. Klasifikasi tersebut dilakukan sebab terdapat perbedaan jumlah penjualan yang sangat signifikan antara pedagang dengan penjualan terbesar dengan pedagang lainya. Berdasarkan hal itu, terjadi juga perbedaan yang signifikan pada penerimaan, biaya dan laba usaha pedagang. Adapun klasifikasi tiga pedagang tersebut adalah sebagai berikut :

 Pedagang besar merupakan pedagang dengan jumlah penjualan lebih dari 2000 ekor /bulan.

 Pedagang sedang merupakan pedagang dengan jumlah penjualan sebanyak 300 sampai 2000 ekor /bulan.

 Pedagang kecil merupakan pedagang dengan jumlah penjualan dibawah 300 ekor /bulan.

Tabel 11 Jumlah penjualan kambing dan domba setiap pedagang pada bulan Maret 2014-Februari 2015

Bulan Penjualan (ekor)

Sanusi Aan Syahrudin Usi Minan Suparman

Maret 11 300 2 420 30 15 990 April 11 300 2 420 30 15 990 Mei 11 300 2 420 30 15 990 Juni 11 300 2 420 30 15 990 Juli 2 398 2 030 6 7 1 250 Agustus 11 402 3 615 30 15 1 340 September 11 300 2 420 30 15 990 Oktober 48 560 2 290 203 90 1 470 Nopember 11 300 2 420 30 15 990 Desember 11 300 2 420 30 15 990 Januari 11 300 2 420 50 15 990 Februari 11 300 2 420 30 15 990 Total 160 4 060 29 715 529 247 12 970 Rata-rata 13 338 2 476 44 20 1 080

Berdasarkan Tabel 11, pedagang besar merupakan Syahrudin karena memiliki penjualan lebih dari 2000 ekor /bulan dengan rata-rata penjualan /bulan sebanyak 2 476 ekor. Pedagang sedang merupakan Aan dan Suparman karena memiliki jumlah penjualan antara 300 hingga 2000 ekor /bulan dengan rata-rata

masing-masing penjualan /bulan adalah 338 ekor dan 1080 ekor. Adapun pedagang kecil merupakan Sanusi, Usi dan Minan karena memiliki jumlah penjualan dibawah 300 ekor/bulan dengan rata-rata masing-masing penjualan sebesar 13 ekor, 44 ekor dan 20 ekor.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif menggambarkan kondisi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA) mengenai aktivitas dan kondisi pasar. Instrumen- instrumen yang dianalisis adalah struktur organisasi pasar, lokasi pasar, fasilitas/sarana penunjang untuk pemasaran kambing dan domba, kuantitas kambing dan domba di dalam pasar berikut dengan jumlah keluar-masuknya kambing dan domba, daya tampung kambing dan domba di pasar, daerah asal dan tujuan pemasaran kambing dan domba, serta analisis perilaku pasar yang merupakan bagian dari analisis akivitas ekonomi pasar.

Pangsa Pasar

Secara matematis, pangsa pasar di dalam PKSTA merupakan presentasi penjualan satu orang pedagang terhadap seluruh penjualan di dalam pasar. Pangsa pasar tersebut menjelaskan seberapa besar andil satu orang pedagang di dalam penjualan pasar. Pedagang yang memiliki pangsa pasar yang besar akan menentukan konsentrasi penjualan pasar atau artinya penjualan terkonsentrasi kepada pedagang yang memiliki pangsa pasar tersebut. Adapun rumus pangsa pasar adalah sebagai berikut :

Msi = i

tot x %, dimana :

Msi = pangsa pasar pedagang i (%) Si = penjualan pedagang i (ekor)

S tot = penjualan total seluruh pedagang atau pasar (ekor)

Konsentrasi Pasar

Konsentrasi pasar merupakan analisis yang menggambarkan seberapa besar penjualan di dalam pasar yang terkonsentrasi oleh pedagang tertentu di dalam pasar. Pendekatan konsentrasi pasar biasanya dengan model rasio konsentrasu atau CR (consentration Ratio) dan model CR yang digunakan pada konsentrasi pasar PKSTA adalah CR2. Secara matematis CR2 merupakan presentasi rasio penjumlahan dua pangsa pasar terbesar dari total pangsa pasar seluruh pedagang atau total pangsa pasar. Semakin besar nilai CR2 maka penjualan pasar terkonsentrasi oleh dua pedagang di dalam PKSTA dan menunjukan bahwa tingkat persaingan di dalam PKSTA sangat rendah begitupula sebaliknya. Pada umumnya dua pedagang yang dimaksud adalah pedagang besar dan pedagang sedang.

CR2 = Jumlah pangsa pasar 2 pedagang terbesarTotal pangsa pasar PKSTA x 100%, dimana :

Hambatan Masuk Pasar

Analisis terhadap hambatan masuk pasar dilakukan dengan pendekatan model Minimum Efficiency of Scales atau MES. Secara matematis MES merupakan nilai rasio dari output penjualan terbesar yang dimiliki oleh satu orang pedagang terhadap output penjualan pasar. Output penjualan yang dimaksud adalah jumlah penjualan kambing dan domba hidup /bulan. Berdasarkan hal itu MES juga merupakan pangsa pasar pedagang terbesar di dalam PKSTA dalam hal ini pangsa pasar pedagang besar. Analisis hambatan masuk pasar menunjukan seberapa besar tingkat hambatan yang dimiliki oleh pedagang di luar PKSTA yang ingin berkompetisi di dalam PKSTA. Semakin besar nilai MES, maka semakin besar tingkat hambatan masuk ke dalam PKSTA.

MES = Output pedagang terbesar

Total output penjualan pasar PKSTA x %

Strategi penentuan harga

Strategi penetapan harga tergantung dari beberapa faktor produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini, dapat dilihat bagaimana strategi penetapan harga yang dilakukan oleh suatu industri serta apakah ada perilaku kesepakatan harga sesama pesaing yang dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Strategi ini sangat penting karena harga merupakan unsur yang menghasilkan pendapatan dan juga merupakan unsur yang paling fleksible atau dapat berubah dengan cepat. Dalam hal ini, akan dilihat bagaimana pedagang-pedagang PKSTA di dalam menetapkan harga jual kambing dan domba.

Strategi penentuan produk

Strategi produk didasarkan atas pertimbangan konsumen yakni nilai, biaya dan kepuasan. Di dalam penetapan strategi produk, yang akan dilihat adalah apakah terdapat strategi khusus di dalam penentuan produk yang akan dijual seperti adanya diversifikasi produk ataupun kesepakatan jumlah penawaran produk. Dalam hal ini akan dilihatkan bagaimana pertimbangan strategi produk oleh para pedagang PKSTA.

Strategi promosi

Strategi promosi merupakan strategi lainya yang ditetapkan perusahaan dengan tujuan membantu melancarkan penjualan secara konsisten sehingga dapat mengembangkan atau meningkatkan penerimaan dan keuntungan. Dalam hal ini akan dilihat bagaimana pedagang PKSTA melakukan kegiatan promosi di dalam penjualan kambing.

Laba per biaya (π/c ) dan penerimaan per biaya (R/C)

Analisis laba per cost penting dilakukan di dalam penelitian ini sebab menurut pendekatan kinerja dalam model SCP, kinerja industri adalah melalui perhitungan rasio laba per cost. Namun, perlu ditegaskan, batasan istilah PKSTA

sangat lebih sempit dari definisi industri pada model ekonomi industri atau model SCP. Meski demikian, pendekatan laba per cost perlu dilakukan bukan untuk memperoleh kinerja PKSTA melainkan digunakan di dalam analisis ekonomi PKSTA meliputi tingkat efisiensi penggunaan biaya untuk memperoleh keuntungan.

Rasio π/c = π

C

Keterangan :

Rasio π/c = rasio laba terhadap biaya

π = total laba yang diterima pedagang (rupiah)

c = Total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang (rupiah)

Efisiensi melalui model rasio π/c adalah nilai π/c harus positif agar menunjukan bahwa usaha yang dilaksanakan menghasilkan tingkat keuntungan. Hal itu disebabkan bila hasil π/c sama dengan negatif maka usaha yang dijalankan menunjukan kerugian. Secara matematis, rasio laba per cost (π/c) menunjukan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan tingkat laba sebesar Rp nilai laba per cost (π/c) dengan asumsi ceteris paribus. Semakin besar nilai rasio laba per cost (π/c ) maka semakin besar pula keuntungan yang akan diterima oleh perusahaan.

Tingkat efisiensi selanjutnya adalah dilakukan melalui pendekatan analsis rasio R/C yakni rasio antara total penerimaan terhadap total biaya usaha yang dikelauarkan. Rasio R/C harus lebih besar dari satu guna menunjukan tingkat keuntungan di dalam perusahaan. Hal itu disebabkan oleh bila nilai R/C kurang dari satu maka artinya total penerimaan yang diterima oleh perusahaan lebih kecil dari total biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hal itu pula, maka dapat dopastikan bahwa perusahaan mengalami kerugian sebab nilai penerimaan lebih rendah dari total biaya. Secara matematis, rasio R/C menunjukan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh tingkat penerimaan sebesar Rp nilai rasio R/C dengan asumsi ceteris paribus.

Rasio R/C =

C

Keterangan :

Rasio R/C = Rasio penerimaan terhadap biaya

R = Total penerimaan yang diterima pedagang (Rupiah) C = Total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang (Rupiah)

Identifikasi faktor pendukung dan penghambat

Identifikasi faktor pendukung dan penghambat adalah cara melihat faktor yang berpotensi menjadi pendukung dan penghambat serta melihat analisis lokasi pasar kambing Sabeni Tanah Abang. Faktor pendukung dan penghambat di dalam penelitian ini dilihat berdasarkan cakupan internal dan eksternal pasar. Faktor pendukung dan penghambat dalam ruang lingkup internal disebut sebagai faktor kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor pendukung dan penghambat dalam ruang lingkup eksternal disebut dengan faktor peluang dan ancaman.

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat melalui tiga cara. Pertama, identifikasi langsung oleh pedagang atau responden yakni pedagang atau responden menyebutkan secara langsung aspek yang mereka rasakan menjadi faktor pendukung dan penghambat di dalam penjualan mereka selama periode penelitian. Kedua, penyesuaian faktor pendukung menurut refernsi dan literature kepada pedagang apakah faktor yang disebutkan termasuk ke dalam faktor pendukung dan penghambat yang dirasakan oleh mereka. Ketiga, melalui argumentasi peneliti dengan mengaitkan faktor lain yang mungkin menjadi faktor pendukung dan penghambat perdagangan kambing di pasar tersebut berdasarkan observasi lapang yang dilakukan.

Aspek yang menjadi peluang di dalam suatu pasar kambing berdasarkan telaah pustaka adalah dukungan kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi yang baik, jumlah populasi yang meningkat, permintaan yang tinggi, tersedianya teknologi untuk komunikasi, hubungan baik dengan pelanggan dan pemasok, dan dukungan masyarakat terhadap pasar. Adapun aspek yang menjadi ancaman terhadap pasar kambing berdasarkan telaah pustaka adalah perdagangan bebas, presepsi kambing sebagai pemicu darah tinggi, munculnya pesaing baru, adanya produk subtitusi yakni daging sapi dan kambing, ketidakpastian dari pedagang pemasok yang berpotensi menurunkan marjin penjualan, dan kurangnya dukungan masyarakat termasuk peternak untuk bertransaksi di pasar.

Aspek yang menjadi kekuatan berdasarkan telaah pustaka adalah penyediaan kambing yang berkualitas, pengelolaan hubungan dengan mitra secara kekeluargaan, adanya potensi pemasaran efektif yang dilihat dari pelanggan tetap,serta potensi, fungsi dan fasilitas yang dimiliki oleh pasar. Sedangkan aspek yang menjadi kelemahan suatu pasar berdasarkan telaah pustaka adalah minimnya penggunaan obat-obatan dan pakan untuk meningkatkan bobot, tidak adanya pencatatan penjualan seperti laporan keuangan, pengetahuan produksi dan pasar yang terbatas, tidak agresifnya melakukan promosi, tidak lengkapnya fasilitas dan sarana yang dimiliki oleh pasar.

Dokumen terkait