• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Situasi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Situasi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang Jakarta Pusat"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SITUASI PASAR KAMBING

SABENI TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

FATHUR RAHMAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Situasi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang Jakarta Pusat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRACT

FATHUR RAHMAN. Analisis Situasi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang Jakarta Pusat. Dibawah bimbingan DWI RACHMINA.

Analisis situasi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA) Jakarta Pusat dilakukan melalui penggambaran kondisi umum di pasar, analisis aktivitas ekonomi pasar dan identifikasi faktor pendukung dan penghambat di pasar. Analisis aktivitas ekonomi pasar dilihat dari konsentrasi penjualan di dalam pasar, tingkat hambatan masuk ke pasar, strategi pedagang di dalam menetapkan harga jual, produk, dan promosi; rasio laba per biaya (π/c), dan rasio penerimaan per biaya (R/C). Terkait faktor pendukung, terdapat empat faktor meliputi penjualan kambing dan domba hidup, penerimaan dari penjualan kambing dan domba hidup, relasi atau hubungan yang baik dengan pemasok dan pelanggan, dan teknologi informasi (telepon seluler). Di sisi lain, terdapat sepuluh faktor penghambat pasar diantaranya konsentrasi penjualan pasar yang terpusat pada dua orang, hambatan masuk yang tinggi, tidak adanya RPH resmi di pasar, tidak adanya kelembagaan formal di pasar, tidak adanya pembukuan penjualan, pasar yang tidak memberikan kontribusi pada PAD dan retribusi daerah, minimnya kegiatan promosi, minimnya penggunaan obat-obatan, isu relokasi pasar dan peran pemerintah yang minim. Kata kunci : Pasar Kambing, aktivitas ekonomi pasar, faktor pendukung, faktor penghambat

ABSTRACT

FATHUR RAHMAN. Market Situation Analysis of Goat Market Sabeni Tanah Abang Central Jakarta. Supervised by DWI RACHMINA.

Market situation analysis of Goat Market Sabeni Tanah Abang Central Jakarta was conducted by general condition description, economic activity analysis, and supporting and resisting factor identification . Economic market activity was analyzed using market concentration, market entry barriers, merchant’s strategies in price fixing, product selection and promotion; profit-cost ratio (π/c) and revenue-cost ratio (R/C). As for the supporting factors, there were four items, i.e goat and sheep selling, income from goat and sheep selling, good relationship between the customers and suppliers, and information technology (mobile phone utilization). On the other hand, there were ten resisting factors, i.e The two merchant’s role in controlling the market concentration, high market entrance resistance, no legal slaughter house, no formal institution, no account record, market’s low contribution to levies and local generated-revenue, minimum promotion, minimum medication utilization, market relocation issue, and low government’s role.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS SITUASI PASAR KAMBING

SABENI TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

FATHUR RAHMAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Skripsi: Analisis Situasi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang Jakarta Pusat Nama : Fathur Rahman

NIM : H34110129

Disetujui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam atas segala khidmat dan perjuangannya mengajarkan syariat Islam. Topik penelitian yang dipilih oleh penulis adalah situasi pasar kambing, dengan judul Analisis Situasi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang Jakarta Pusat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kepada penulis banyak arahan, saran, waktu dan kesabaran selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis

ucapkan kepada Dr Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MSi selaku penguji utama dan

Dr Ir Burhanuddin, MM selaku penguji komisi pendidikan pada sidang skripsi, yang telah banyak memberikan evaluasi dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Di

samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh pedagang kambing dan

domba di Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA) yang telah bersedia dan berpartisipasi menjadi responden penelitian untuk pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Drh Hasudungan, MSi selaku Kepala Seksi Peternakan dan Kesehatan Hewan, Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta yang bersedia menerima penulis untuk melakukan kegiatan wawancara. Ungkapan terima kasih terakhir disampaikan Kementrian Agama RI selaku donatur beasiswa kuliah penulis di IPB, kepada Mamah, Bapak, kakak, adik atas dukungan dan do’a yang selalu dipanjatkan, rekan-rekan CSS MoRA IPB 48 dan rekan-rekan Agribisnis 48 atas bantuan dan kebersamaanya selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Analisis Situasi Pasar dan Pasar Ternak 8

Pangsa Pasar, Konsentrasi Pasar dan Hambatan Masuk Pasar 10

Penentuan Harga, Produk dan Promosi 11

Kinerja pasar dan Kinerja finansial 12

Identifikasi Faktor Pendukung dan Penghambat Pasar 13

Relokasi Pasar 16

KERANGKA PEMIKIRAN 17

Kerangka Pemikiran Teoritis 17

Kerangka Pemikiran Operasional 27

METODE PENELITIAN 31

Lokasi dan Waktu Penelitian 31

Metode Pengumpulan Data 31

Jenis dan Sumber Data 31

Metode Analisis Data 32

GAMBARAN UMUM 36

Keadaan Umum Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang 36

Aktivitas Pemasaran 40

Sejarah dan Retribusi Pasar 43

HASIL DAN PEMBAHASAN 45

Penjualan Pedagang dan Pasar 45

Penerimaan Penjualan 47

Biaya Usaha 59

Laba Usaha 81

Analisis Situasi Pasar 82

Analisis ekonomi pasar 83

Identifikasi Faktor Pendukung Pasar 91

Identifikasi Faktor Penghambat di Pasar 93

PENUTUP 101

Kesimpulan 101

Saran 102

DAFTAR PUSTAKA 103

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah dan laju populasi jenis ternak di Indonesia tahun 2009-2013 2

2. Prospek pasar kambing Indonesia 2

3. Jumlah dan laju pemasukan kambing dan domba di DKI Jakarta

tahun 2009-2013 3

4. Jumlah dan laju populasi kambing dan domba di DKI Jakarta tahun

2009-2013 4

5. Jumlah dan laju pemotongan kambing dan domba tercatat di DKI

Jakarta tahun 2009-2013 4

6. Jumlah dan laju produksi daging kambing dan domba DKI Jakarta

Tahun 2009-2013 5

7. Jumlah, rata-rata dan laju bobot karkas kambing dan domba DKI

Jakarta tahun 2009-2013 6

8. Faktor pendukung dan penghambat usaha kambing skala kecil dan

menengah Desa Cikarawang 14

9. Faktor pendukung dan penghambat di dalam Pasar Kambing 15 10.Pertimbangan pemasaran pada tipe produk konsumen 24 11.Jumlah penjualan kambing dan domba setiap pedagang pada bulan

Maret 2014-Februari 2015 32

12.Kondisi geografis Kelurahan Kebon Melati Kecamatan Tanah Abang

Jakarta Pusat tahun 2012 37

13.Usia dan pengalaman berdagang pedagang kambing PKSTA pada

Maret 2014-Februari 2015 38

14.Ukuran atau jarak antar fasilitas di Pasar Kambing Sabeni Tanah

Abang Maret 2014-Februari 2015 41

15.Cara memperoleh dan daerah asal kambing dan domba di PKSTA

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 42

16.Jenis spesies kambing yang dijual pedagang pada bulan Maret

2014-Februari 2015 43

17.Volume penjualan kambing dan domba pada pedagang besar, sedang, kecil dan seluruh pedagang di PKSTA pada bulan Februari

2014-Maret 2015 46

18.Struktur penerimaan penjualan pada pedagang besar, sedang dan kecil di PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 48 19.Total penerimaan pada pedagang besar, sedang dan kecil di PKSTA

pada bulan Maret 2014- Februari 2015 49

20.Volume penjualan produk pada pedagang besar di PKSTA pada

bulan Maret 2014-Februari 2015 50

21.Harga jual produk pada pedagang besar di PKSTA pada bulan Maret

2014-Februari 2015 51

22.Nilai penerimaan atas penjualan produk pada pedagang besar di

PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 51

23.Volume penjualan produk dan jasa pada pedagang sedang di PKSTA

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 52

24.Harga jual produk dan jasa pada pedagang sedang di PKSTA pada

(11)

25.Penentuan harga jual/ekor kambing dan domba betina (20-24 Kg) oleh pedagang sedang pada bulan Maret 2014-Februari 2015 54 26.Penentuan harga jual /ekor kambing dan domba betina (25-28 Kg)

oleh pedagang sedang pada bulan Juli dan Oktober dan selain bulan

Juli dan Oktober tahun 2014 55

27.Nilai penerimaan pedagang sedang atas penjualan produk dan jasa di

PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 56

28.Volume penjualan produk pada pedagang kecil di PKSTA pada

bulan Maret 2014-Februari 2015 57

29.Harga jual produk pada pedagang kecil di PKSTA pada bulan Maret

2014-Februari 2015 57

30.Nilai penerimaan pedagang kecil di PKSTA pada bulan Maret

2014-Februari 2015 58

31.Struktur biaya pada pedagang besar, sedang dan kecil di PKSTA

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 59

32.Total biaya pada pedagang besar, sedang, kecil dan seluruh pedagang di PKSTA pada bulan Maret 2014- Februari 2015 60 33.Total biaya/ekor pada pedagang besar, sedang dan kecil di PKSTA

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 61

34.Harga beli kambing dan domba pada pedagang besar di PKSTA

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 62

35.Nilai biaya pembelian kambing dan domba pada pedagang besar di

PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 63

36.Harga beli kambing dan domba pada pedagang sedang di PKSTA

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 63

37.Nilai biaya pembelian kambing dan domba pada pedagang sedang di

PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 64

38.Harga beli kambing dan domba pada pedagang kecil di PKSTA pada

bulan Maret 2014-Februari 2015 65

39.Nilai biaya pembelian kambing dan domba pada pedagang kecil di

PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 66

40.Total nilai biaya pembelian kambing dan domba pada pedagang besar, sedang dan kecil pada bulan Maret 2014-Februari 2015 67 41.Volume atas komponen biaya selain volume pembelian kambing dan

domba yang dikeluarkan oleh pedagang besar, sedang dan kecil di

PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 68

42.Harga atas komponen biaya selain biaya pembelian kambing dan domba yang dibayarkan oleh pedagang besar, sedang dan kecil di

PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 69

43.Nilai biaya tunai selain biaya pembelian kambing dan domba serta nilai biaya diperhitungkan pada pedagang besar, sedang dan kecil di

PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 70

44.Rincian jumlah HOK dan Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) harian/bulan di Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang

(PKSTA) pada bulan Maret 2014-Februari 2015 71

45.Rincian jumlah pembongkaran untuk biaya bongkar pedagang besar

(12)

46.Rincian pembongkaran untuk biaya bongkar oleh pedagang sedang

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 73

47.Rincian jumlah pembongkaran untuk biaya bongkar pedagang kecil

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 74

48.Rincian jumlah HOK dan Upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)/ bulan di Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA)

pada bulan Maret 2014-Februari 2015 77

49.Jenis-jenis peralatan dan biaya penyusutan peralatan pedagang besar/bulan di PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 78 50.Jenis-jenis peralatan dan biaya penyusutan peralatan/bulan pada

pedagang sedang di PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 79 51.Jenis-jenis peralatan dan biaya penyusutan peralatan pedagang kecil/

bulan pada bulan Maret 2014-Februari 2015 80

52.Laba usaha pedagang besar, sedang, kecil dan seluruh pedagang di

PKSTA pada bulan Maret 2014- Februari 2015 81

53.Pangsa pasar pedagang besar, sedang dan kecil di PKSTA pada

bulan Maret 2014-Februari 2015 85

54.Hasil perhitungan CR2 dan MES PKSTA pada bulan Maret

2014-Februari 2015 86

55.Laba per cost (π/c) pedagang besar, sedang, kecil dan seluruh pedagang di PKSTA pada bulan Maert 2014-Februari 2015 90 56.Rasio penerimaan per biaya (R/C) pedagang besar, sedang, kecil dan

seluruh pedagang di PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari 2015 91 57.Faktor-faktor pendukung Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang pada

bulan Maret 2014-Februari 2015 92

58.Faktor-faktor penghambat Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang pada

bulan Maret 2014-Februari 2015 94

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional 30

2. Peta Wilayah Kelurahan Kebon Melati Tanah Abang 38

3. Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang 39

4. Lay out Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang pada bulan Maret

2014- Februari 2015 40

5. Pedagang kambing di luar PKSTA 87

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rincian total penerimaan responden di PKSTA pada bulan Maret

2014-Februari 2015 108

2. Rincian total biaya responden di PKSTA pada bulan Maret

2014-Februari 2015 109

3. Rincian laba responden di PKSTA pada bulan Maret 2014-Februari

(13)

4. Struktur penerimaan dan biaya Syahrudin pada bulan Maret

2014-Februari 2015 111

5. Struktur penerimaan dan biaya Aan pada bulan Maret 2014-Februari

2015 115

6. Struktur penerimaan dan biaya Suparman pada bulan Maret

2014-Februari 2015 121

7. Struktur penerimaan dan biaya Sanusi pada bulan Maret

2014-Februari 2015 125

8. Struktur penerimaan dan biaya Minan pada bulan Maret

2014-Februari 2015 128

9. Struktur penerimaan dan biaya Usi pada bulan Maret 2014-Februari

2015 132

10.Rincian Upah TKLK dan TKDK 134

11.Dokumentasi Penelitian di Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang 135 12.Dokumentasi Pedagang Kambing di luar PKSTA yakni di Jl.

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aspek pasar di dalam agribisnis kambing dan domba penting untuk diperhatikan. Hal itu didasarkan pada potensi komoditas kambing dan domba yang baik serta peranan pasar di dalam sistem tataniaga produk agribisnis. Potensi komoditas kambing dan domba yang dimaksud terdiri atas beberapa hal diantaranya adalah sifat toleransi dan adaptasi yang baik, potensi populasi, dan potensi kambing dan domba sebagai produk peternakan. Adapun potensi pasar dinilai penting sebab pasar merupakan tujuan utama kegiatan pemasaran agribisnis yang mencakup keinginan beberapa pihak dalam saluran pemasaran agribisnis untuk menyalurkan produk dari produsen hingga konsumen akhir (end user) sehingga diperoleh faktor ekonomis. Faktor ekonomis yang dimaksud adalah berupa penerimaan atau pendapatan akibat terjadinya realisasi distribusi produk antara produsen dan konsumen. Hal itu sejalan dengan pemikiran Rahardi dan Hartono (2003) yang menjelaskan bahwa pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan ekonomi dalam agribisnis peternakan yang dilihat dari upaya distribusi produk dari produsen hingga konsumen akhir (end user). Selain itu, Adam (2011) menambahkan bahwa pendekatan sistem agribisnis yang beriorentasi pasar pada dasarnya harus berorientasi pada pasar sebagai penggerak utama pengembangan agribisnis yaitu mempertemukan kebutuhan pelanggan atau permintaan pasar dengan pasokan yang tersedia baik pasar lokal maupun pasar luar negeri (supply and demand).

Berdasarkan jenis fisik dan produk turunanya berupa daging dan susu, maka kambing dan domba sering dianggap sebagai ternak yang serupa padahal kedua jenis ternak tersebut berbeda. Peraturan Mentri Pertanian atau Permentan (2006) menambahkan bahwa kambing dan domba memiliki kesamaan yakni sifat toleransi yang tinggi terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Selain itu potensi populasi kambing dan domba di Indonesia juga baik. Menurut Badan Pusat Statistika atau BPS (2014) pada tahun 2009-2013, kambing dan domba di Indonesia memiliki laju populasi/tahun yang cukup tinggi yakni masing-masing sebesar 2.08% dan 9.04% (Tabel 1).

Terkait dengan potensi produk peternakan, Saragih (2000) menyebutkan bahwa sektor peternakan memiliki kelebihan yakni produk yang dihasilkan memiliki nilai elastisitas pendapatan yang tinggi, artinya konsumsi produk peternakan termasuk kambing dan domba akan meningkat bila pendapatan meningkat. Selain itu, Adiati et al. (2001) menambahkan bahwa kambing memiliki potensi pasar secara domestik dan ekspor serta potensi produk dan diversifikasi pemenuhan kebutuhan protein hewani (Tabel 2).

(16)

di kota tersebut. Hal itu disebabkan oleh peran pasar sebagai media dan tempat untuk merealisasikan distribusi ternak kambing dan domba antara produsen dan konsumen.

Tabel 1 Jumlah dan laju populasi jenis ternak di Indonesia tahun 2009-2013 Jenis ternak Jumlah populasi (000 ekor/tahun) (%/tahun) Laju

2009 2010 2011 2012 2013

Sapi Potong 12 760 13 582 14 824 15 981 12 686 -1.08

Sapi Perah 475 488 597 612 444 -3.62

Kerbau 1 933 2 000 1 305 1 438 1 110 -17.55

Kuda 399 4 19 409 437 434 2.01

Kambing 15 815 16 620 16 946 17 906 18 500 3.83 Domba 10 199 10 725 11 791 13 420 14 926 9.04

Babi 6 975 7477 7 525 7 900 7 611 2.08

Ayam Buras 249 963 257 544 264 340 274 564 276 777 2.51 Ayam Ras Petelur 111 418 105 210 124 636 138 718 146 622 6.31 Ayam Ras

Pedaging 1 026 379 986 872 1 177 991 1 244 402 1 344 191 6.25 Itik 40 676 44 302 43 488 49 295 12 015 -73.05 Sumber : diolah dari Badan Pusat Statistika (BPS), 2014.

Salah satu jenis pasar kambing dan domba di DKI Jakarta adalah Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA). Tanah Abang juga merupakan kecamatan yang memiliki nilai sejarah perdagangan kambing di DKI Jakarta. Alfian (2007) menyatakan bahwa kedatangan sejumlah Imigran Arab di Tanah Abang sebanyak 13 000 jiwa dari total 300 000 populasi penduduk Batavia atau Betawi pada tahun 1920, menyebabkan kebanyakan masyarakat Tanah Abang merintis uaha penjualan kambing yang konon digemari oleh imigran arab tersebut. Oleh karena itu pasar kambing muncul guna memfasilitasi transaksi jual beli kambing tersebut.

Tabel 2 Prospek pasar kambing Indonesia

Prospek Kambing Keterangan

Prospek pasar domestik Kebutuhan konsumsi harian dan untuk keperluan keagamaan yakni qurban dan aqiqah. Selain itu kambing dianggap sebagai bentuk kekayaan budaya Indonesia

Prospek pasar ekspor Kebijakan FAO terkait impor pangan minimal 5% dari konsumsi yang dibutuhkan setiap Negara

Potensi produk Dapat menghasilkan daging dan susu

Potensi diversifikasi protein hewani Kebutuhan protein hewani yang dikonsumsi banyak berasal dari susu sapi, daging sapi dan unggas, dan telur unggas. Padahal kambing juga dapat menghasilkan daging dan susu.

(17)

Perumusan Masalah

DKI Jakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang dinilai memiliki prospek pasar kambing dan domba. Menurut Saragih (2000) prospek pasar tersebut terjadi akibat adanya kelemahan agrofisik wilayah tersebut di dalam membudidayakan produk peternakan. Agrofisik yang dimaksud adalah bahwa DKI Jakarta cenderung tidak memiliki suhu dan iklim yang baik untuk membudidayakan ternak. Selain itu, faktor yang mendasar adalah bahwa peruntukan lahan dan wilayah DKI Jakarta tidak lagi berorientasi pada kegiatan primer dalam hal ini peternakan sehingga peruntukan wilayah dan lahan lebih diorientasikan pada sektor lainya.

Meski DKI Jakarta tidak berorientasi pada kegiatan primer seperti peternakan, bukan berarti kegiatan peternakan hilang sama sekali di DKI Jakarta. Kondisi tersebut menyebabkan DKI Jakarta mengalami pergeseran orientasi agribisnis peternakan yang fokus pada sektor hilir salah satunya adalah aspek pemasaran. Berdasarkan hal ini, kebutuhan ternak kambing dan domba secara langsung diperoleh dari wilayah lain sehingga DKI Jakarta memiliki prospek pasar yang baik bagi peternak dari luar DKI Jakarta. Selain itu, pada tahun 2009-2013, kebutuhan terhadap kambing dan domba di DKI Jakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya yang ditunjukan oleh peningkatan laju pemasukan, populasi dan produksi daging kambing dan domba.

Tabel 3 Jumlah dan laju pemasukan kambing dan domba di DKI Jakarta tahun 2009-2013

Jenis pemasukan Jumlah pemasukan (ekor/tahun) Laju (%/ tahun) 2009 2010 2011 2012 2013a

Kambing 65 168 76 221 77 062 85 000 85 000 6.23 Domba 22 231 35 933 35 120 36 876 36 876 10.14 Kambing dan

domba 87 399 112 154 112 182 121 876 121 876 7.51

Sumber : diolah dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjenak dan KH), 2013. aAngka sementara

(18)

Tabel 4 Jumlah dan laju populasi kambing dan domba di DKI Jakarta tahun 2009-2013

Jenis ternak Jumlah populasi (ekor/tahun) Laju (%/tahun) 2009 2010 2011 2012 2013a

Kambing 6 061 5 808 7 055 6 248 6 448 2.26 Domba 1 432 1 155 929 1 450 1 450 4.29 Kambing dan Domba 7 493 6 963 7 984 7 698 7 898 1.65

Sumber : diolah dari Ditjenak dan KH (2013). a

Angka sementara

Ditjenak dan KH (2009) menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran ternak kambing dan domba di DKI Jakarta pada tahun 2009-2013 adalah sebesar nol ekor/tahun sedangkan jumlah pemasukan ternak kambing dan domba pada tahun 2009-2013 bervariasi setiap tahunnya. Berdasarkan hal ini, pada setiap tahunnya, jumlah pemasukan kambing dan domba lebih besar dari jumlah pengeluaran kambing dan domba. Berdasarkan Tabel 3, laju pemasukan kambing dan domba pada tahun 2009-2013 adalah sebesar 7.51%/tahun dengan laju pemasukan kambing sebesar 6.23%/tahun dan domba sebesar 10.14%/tahun.

Meskipun pada tahun 2009-2013, DKI Jakarta mengalami masalah defisit ternak sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, namun tetap terdapat populasi kambing dan domba di DKI Jakarta. Jenis populasi ini merupakan kambing dan domba yang dipelihara dengan maksud komersil maupun hobi dalam waktu dan lokasi tertentu. Ditjenak dan KH (2013) menyebutkan pada tahun 2009-2013, laju populasi kambing dan domba di DKI Jakarta mengalami peningkatan yakni sebesar 1.65%/tahun dengan laju kambing sebesar 2.26%/tahun dan domba sebesar 4.29%/tahun.

Tabel 5 Jumlah dan laju pemotongan kambing dan domba tercatat di DKI Jakarta tahun 2009-2013

Jenis ternak yang dipotong

Jumlah pemotongan tercatat (ekor/tahun) Laju (%//tahun) 2009 2010 2011 2012 2013a

Kambing 65 168 76 221 102 213 83 776 115 280 9.48

Domba 22 231 35 933 27 174 31 813 32 232 9.66

Kambing dan

domba 87 399 112 154 129 387 115 589 147 512 8.18 Sumber : diolah dari Ditjenak dan KH (2013).

a

Angka sementara

(19)

yang diperoleh dari kegiatan pemotongan tersebut. Hasil pemotongan ternak termasuk kambing dan domba adalah berupa karkas atau bagian dari kambing dan domba selain kepala, kulit, kaki, jeroan atau bagian berupa daging dan tulang.

Ditjenak dan KH (2013) menyebutkan bahwa laju pemotongan kambing dan domba tercatat pada tahun 2009-2013 adalah sebesar 8.18%/tahun dengan laju pemotongan tercatat pada kambing sebesar 9.48%/tahun dan domba sebesar 9.66%/tahun (Tabel 5). Berdasarkan Tabel 5, jumlah pemotongan tercatat kambing dan domba pada tahun 2009 dan 2010 adalah sama dengan jumlah pemasukan kambing dan domba pada tahun tersebut yakni sebanyak 87 339 ekor dan 112 154 ekor. Namun, pada tahun 2011-2013, jumlah pemotongan tercatat kambing dan domba lebih besar (tahun 2011) dan lebih kecil (tahun 2012 dan 2013) dibanding dengan jumlah pemasukan kambing dan domba pada tahun tersebut. Jumlah pemotongan yang lebih besar dari jumlah pengiriman menunjukan bahwa sumber kambing dan domba yang diperlukan di dalam kegiatan pemotongan di RPH adalah dapat berasal dari jumlah pemasukan kambing dan domba di DKI Jakarta dan sumber lain seperti populasi kambing dan domba di DKI Jakarta.

Tabel 6 Jumlah dan laju produksi daging kambing dan domba DKI Jakarta Tahun 2009-2013

Jenis produksi daging Jumlah produksi daging (ton/tahun) Laju (%/tahun) 2009 2010 2011 2012 2013a

Kambing 847 991 1329 1 015 1 263 12.97 Domba 289 467 353 329 422 14.66 Kambing dan domba 1 136 1 458 1 682 1 344 1 729 13.06

Sumber : diolah dari Ditjenak dan KH (2013). a

Angka sementara

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, daging kambing dan domba diperoleh melalui kegiatan pemotongan di RPH. Ditjenak dan KH (2013) menyebutkan bahwa produksi daging kambing dan domba di DKI Jakarta memiliki peningkatan laju produksi setiap tahunnya pada tahun 2009-2013. Tabel 6 menunjukan bahwa laju produksi daging (karkas) kambing dan domba setiap tahunya pada tahun 2009-2013 adalah sebesar 13.06% dengan laju produksi daging kambing sebesar 12.97% dan domba sebesar 14.66% (Tabel 6). Besarnya jumlah karkas yang diperoleh melalui kegiatan pemotongan tercatat di RPH dapat dilihat pada Tabel 7. Secara matematis, nilai jumlah bobot karkas merupakan rasio jumlah produksi daging atau karkas dalam satuan Kg/ekor terhadap jumlah kambing dan domba yang dipotong tercatat di RPH. Tabel 7 menunjukan bahwa rata-rata jumlah bobot karkas kambing dan domba/ekor pada tahun 2009-2013 adalah seberat 12.47 Kg/tahun dengan laju sebesar -2.43%/tahun.

(20)

kebutuhan tersebut. Adapun pasar merupakan tempat yang membantu menyediakan kebutuhan tersebut melalui kegiatan atau transaksi jual-beli kambing dan domba antara produsen dan konsumen. Tanpa adanya pasar kambing dan domba, masyarakat DKI Jakarta mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hal itu disebabkan oleh wilayah tersebut tidak mampu menyediakan kambing dan domba secara langsung berdasarkan agrofisik wilayah tersebut. Oleh karena itu, tanpa adanya pasar, konsumen harus memenuhi kebutuhan tersebut ke daerah lain.

Tabel 7 Jumlah, rata-rata dan laju bobot karkas kambing dan domba DKI Jakarta tahun 2009-2013

Jenis ternak Jumlah bobot karkas/ekor (kg/tahun) Rata-rata (kg/tahun)

Laju (%/tahun) 2009 2010 2011 2012 2013a

Kambing 13.00 13.00 13.00 12.12 10.96 12.41 -4.09 Domba 13.00 13.00 12.99 10.34 13.09 12.48 1.53 kambing dan

domba 13.00 13.00 13.00 11.63 11.72 12.47 -2.43

Sumber : diolah dari Ditjenak dan KH (2013). aAngka sementara

Salah satu jenis pasar kambing dan domba di DKI Jakarta adalah Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA). Peran pasar ini dinilai penting, sebab pasar tersebut memiliki peran di dalam penyediaan kambing dan domba bagi masyarakat DKI Jakarta. Di samping itu, penyediaan daging kambing dan domba dari daerah lain dapat disederhanakan melalui PKSTA. Penyederhanaan kesediaan daging kambing dan domba yang dimaksud adalah DKI Jakarta tidak perlu menerima kiriman daging kambing dan domba segar dari daerah lain akan tetapi cukup menerima kiriman kambing hidup saja dari daerah lain. Hal itu disebabkan oleh adanya pemberian jasa potong di dalam PKSTA. Pemberian jasa potong ini dinilai penting sebab pada umumnya daging kambing dan domba segar diduga akan memberikan biaya lebih besar saat ditransportasikan dari daerah lain menuju DKI Jakarta.

Pentingnya peran PKSTA tersebut harus diperhatikan dengan baik bahkan rencana pengembangan pasar PKSTA harus segera terwujud. Pembangunan yang dimaksud adalah perbaikan dan pengembangan fasilitas-fasilitas dan manajemen kelembagaan internal yang secara umum merupakan kelemahan yang dimiliki oleh PKSTA. Salah satu kebijakan yang diambil oleh Kepala Seksi Peternakan dan Kesehatan Hewan, Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Jakarta Pusat Tahun 2015 adalah relokasi PKSTA ke luar daerah di DKI Jakarta atas dasar pertimbangan Tata Ruang dan Wilayah Perkotaan DKI Jakarta serta kemungkinan potensi pengembangan di daerah baru (Hasudungan 27 Maret 2015, komunikasi pribadi).

(21)

lokasi yang direncanakan untuk di relokasi masih belum siap sehingga pedagang Pasar Kambing Tanah Abang (PKTA) menjadi trauma meski demikian lokasi relokasi ditetapkan di wilayah Sabeni sehingga berdasarkan wilayah tersebut pasar kambing menjadi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA). Berdasarkan hal ini rencana pengembangan PKSTA harus dilakukan dengan baik dan harus disepakati oleh kedua belah pihak dalam hal ini pedagang PKSTA dan juga pemerintah sebagai lembaga formal yang memiliki wewenang atas kebijakan tersebut.

Penyusunan rencana pengembangan pasar ini memerlukan beberapa informasi sebagai evaluasi perencanaan pengembangan pasar. Pemenuhan informasi tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan “Analisis Situasi Pasar”. Melalui analisis tersebut, informasi yang dibutuhkan di dalam penyusunan rencana pengembangan pasar dapat diperoleh sehingga rencana pengembangan pasar ini dapat disusun dengan baik. Adapun informasi tersebut terdiri atas situasi dan kondisi pasar, faktor pendukung dan faktor penghambat yang ada di pasar. Situasi dan kondisi pasar yang dimaksud adalah terdiri atas kondisi pasar secara umum dan kegiatan ekonomi pasar.

Berdasarkan kondisi diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kondisi umum Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang ?

2. Bagaimanakah aktivitas ekonomi yang terjadi di Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang ?

3. Bagaimanakah kemungkinan pengembangan Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis aktivitas ekonomi yang terjadi di dalam Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA).

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi menjadi pendukung dan penghambat di dalam pengembangan pasar.

Manfaat Penelitian

(22)

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup masalah yang dikaji adalah situasi Pasar Kambing Sabeni Tanah Abang (PKSTA) Jakarta Pusat melalui model analisis situasi pasar. Berdasarkan hal tersebut, kajian yang dibahas adalah kondisi pasar, aktivitas ekonomi pasar, serta faktor kekuatan dan kelemahan ditujukan pada PKSTA. Pengetahuan tentang kondisi umum PKSTA dalam penelitian ini masuk ke dalam bab gambaran umum yang nantinya akan meliputi : struktur organisasi pasar, lokasi pasar, fasilitas atau sarana penunjang untuk pemasaran kambing dan domba, kuantitas kambing dan domba di dalam pasar, jumlah keluar-masuknya kambing dan domba, daya tampung kambing dan domba di pasar, serta daerah asal dan tujuan pemasaran kambing dan domba di pasar tersebut.

Adapun analisis aktivitas ekonomi yang terjadi di dalam PKSTA meliputi pangsa pasar, konsentrasi pasar, hambatan masuk pasar, strategi penetapan harga, produk, dan promosi; rasio laba per cost dan rasio penerimaan per cost (R/C). Periode yang digunakan di dalam analisis struktur, perilaku dan kinerja pasar adalah bulan Maret 2014-Februari 2015. Perolehan informasi tersebut dilakukan melalui pendekatan tiga macam kondisi yakni kondisi saat penjualan terbesar, saat penjualan terendah dan penjualan sedang atau hari biasa.

Identifikasi lainya adalah meliputi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pasar untuk mendukung pengembangan pasar. Dalam hal ini, identifikasi tersebut hanya bertujuan untuk menemukan potensi kekuatan dan tantangan kelemahan yang harus di tingkatkan dan diminimalisir tanpa adanya pembentukan atau formulasi strategi pengembangan pasar.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Situasi Pasar dan Pasar Ternak

Blackwell and Epplerr (2014) menyebutkan bahwa analisis situasi berperan penting sebagai langkah awal di dalam membangun suatu persaingan yang menguntungkan yang disebabkan oleh perananya dalam memahami lingkungan internal dan lingkungan eksternal suatu bisnis. Selain itu analisis terhadap faktor internal dan eksternal pada lingkungan bisnis dapat menjadi kunci sukses penetapan dan pengembangan strategi untuk mencapai persaingan yang menguntungkan.

(23)

porter merupakan persaingan industri oleh pemasok, pembeli, produk subtitusi, pesaing dan tantangan dari pesaing yang baru masuk ke dalam industri. Adapun model gaya penggerak merupakan faktor yang menyebabkan perubahan di dalam struktur dan persaingan industri. Lingkungan makro terdiri atas perubahan demografi, kondisi ekonomi dan teknologi yang menyebabkan evolusi industri.

Analisis terhadap faktor internal melalui investigasi internal untuk mengendalikan kekuatan dan kelemahan perusahaan, penentuan inti persaingan alami dan menemukan apakah perusahan memiliki persaingan khusus. Inti persaingan tidak terjadi secara tiba tiba melainkan ditentukan berdasarkan faktor kekuatan yang telah dimiliki oleh perusahaan dan menjadi kunci sukses di dalam persaingan. Adapun persaingan khusus merupakan tindak lanjut dari penemuan inti persaingan alami yang menjadi karakteristik yang membedakan perusahaan dengan perusahaan lainya di dalam persaingan.

Putri (2001) menambahkan bahwa analisis situasi pasar menggambarkan kondisi dan situasi yang terjadi di dalam pasar serta faktor-faktor yang menjadi pendukung atau penghambat di dalam pengembangan pasar. Kondisi yang digambarkan adalah kondisi pasar ternak secara umum, kegiatan pemasaran yang terjadi di dalam pasar dan faktor yang menjadi pendukung dan penghambat pasar. Kondisi umum pasar ternak meliputi struktur organisasi pasar, sarana dan prasarana yang dimiliki pasar, peraturan dan tata tertib yang berlaku di pasar, arus keluar masuk ternak, daya serap pasar, sumber dan alokasi dana. Sedangkan kegiatan pemasaran dan ekonomi pasar ternak meliputi lembaga dan saluran pemasaran, sistem jual beli dan penetapan harga ternak, analisis struktur dan tingkat keterpaduan pasar dan analisis marjin pemasaran dan biaya pemasaran ternak. Komponen analisis terakhir adalah identifikasi faktor-faktor yang mejadi pendukung dan penghambat pasar berupa kekuatan dan kelemahan pasar.

Pasar ternak menurut Putri (2001) memiliki fungsi sebagai fasilitas transaksi jual beli ternak antara pedagang dan pembeli. Selain itu, pasar ternak memegang peranan penting di dalam pemasaran ternak. Adapun bentuk pasar ternak menurut Nuryono (2012) secara umum dikategorikan sebagai pasar tradisional dan memiliki sistem pemasaran yang tradisional pula. Hal itu disebabkan oleh aspek sarana dan penerapan sarana, dan mekanisme transaksi jual-beli yang terjadi. Oleh sebab itu, perolehan keuntungan pelaku tataniaga tidak optimal dan tidak dinikmati secara adil. Membangun pasar ternak ideal berarti membangun pasar ternak modern yang higienis. Pasar ternak modern tersebut secara fisik harus mendukung fungsi-fungsi pasar secara lebih komperehensif sehingga memerlukan kelengkapan sarana usaha seperti Rumah Potong Hewan (RPH), pengelolaan dan pemasaran daging atau Meat Business Centre yang dapat memadukan antara sektor hulu, on-farm, RPH, pengolahan dan pasar daging olahan.

Berdasarkan aspek lokasi, pasar ternak di Indonesia banyak yang masih menyatu atau berdekatan dengan komoditi lainya di pasar tradisional. Oleh karena itu, di masa mendatang perlu dipisahkan karena sangat rentan mengganggu kesehatan manusia. Pemilihan lokasi pasar hewan ditentukan oleh pertimbangan faktor berikut :

a. Ketersediaan lahan yang disesuaikan dengan kebijakan peruntukan lahan untuk pembangunan pasar hewan terutama kebijakan penataruangan

(24)

c. Faktor diterimanya lokasi pasar hewan oleh lingkungan masyarakat setempat. d. Ketersediaan tenaga listrik, air bersih, saluran drainase dan instalasi

pengolahan limbah dan sampah.

e. Kebijakan Tata Ruang Wilayah secara umum.

Pasar ternak atau pasar hewan di Kabupaten Bekasi dimanfaatkan oleh para peternak dan pedagang hewanuntuk melakukan transaksi jual beli sehingga berdampak positif pada pendapat asli daerah (PAD). Pembangunan pasar hewan di tingkat kabupaten mengacu pada RTRW yang berlaku seperti UU No 18 Tahun 1999 tentang jasa kontruksi, UU No 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005. Sedangkan operasional Pasar Hewan mengacu pada pedoman umum Operasional pasar hewan/ternak Kementrian Pertanian dan juga perundang-undangan lain yang terkait.

Berdasarkan telaah pustaka, analisis situasi pasar merupakan analisis terhadap kondisi dan situasi yang terjadi di dalam suatu pasar. Kondisi dan situasi yang dianalisis adalah identifikasi gambaran umum terhadap kondisi pasar yang dapat dilihat dari struktur organisasi pasar, sarana dan prasarana yang dimiliki pasar, peraturan dan tata tertib yang berlaku di pasar, arus keluar masuk ternak, daya serap pasar, sumber dan alokasi dana.

Kondisi selanjutya yang dianalisis adalah aktivitas pemasaran dan ekonomi yang terjadi di pasar meliputi lembaga dan saluran pemasaran, sistem jual beli dan penetapan harga ternak, analisis struktur dan tingkat keterpaduan pasar dan analisis marjin pemasaran dan biaya pemasaran ternak. Hal itu disebabkan oleh peran dan fungsi pasar secara ekonomis sebagai media dan tempat pertemuan penjual dan pembeli. Selain itu, pasar terdiri atas beberapa perusahaan yang menjalankan aktivitas ekonomi masing masing.

Kemudian perlu diketahui faktor yang mejadi pendukung dan penghambat pasar yang juga dilihat dari faktor internal dan eksternal pasar, analisisi lokasi pasar serta prospek pengembangan suatu pasar. Faktor internal dan eksternal pendukung dan penghambat pasar adalah faktor pendukung dan penghambat yang berasal dari aspek internal pasar dan aspek di luar pasar. Seperti faktor kekuatan dan kelemahan pasar dan faktor peluang dan ancaman suatu pasar. Ditinjau dari aspek analisis lokasi, sejatinya perlu diperhatikan pertimbangan pemilihan lokasi suatu pasar yang dilihat dari ketersediaan lahan untuk pasar, askesibilitas ke pasar, faktor diterimanya pasar oleh lingkungan sekitar, ketersediaan sarana dan fasilitas pasar yang menunjang kegiatan pasar dan aspek peraturan Tata Ruang dan Wilayah suatu pasar.

Pangsa Pasar, Konsentrasi Pasar dan Hambatan Masuk Pasar

(25)

yang terlibat sehingga pangsa pasarnya relatif kecil. Namun, bila CR2 mendekati 1 artinya di dalam pasar terlibat satu atau beberapa perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang dominan. Selain itu bila CR2 diatas 0.8 artinya pasar atau industri tersebut sangat terkonsentrasi. Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh nilai CR2 sebesar 0.60 atau 60.38% yang menunjukan bahwa terdapat empat perusahaan menguasai pangsa pasar sebesar 60.38% dengan tingkat konsentrasi yang sedang pada industri gula Indonesia.

Setidaknya terdapat tiga jenis analisis rasio konsentrasi yang biasa digunakan oleh peneliti yakni CR2, CR4 dan CR8. Pemilihan atas CR2, CR4 dan CR8 disesuaikan dengan kondisi pangsa pasar masing-masing industri. Adriansyah (2006) menambahkan dasar penggunaan dua perusahaan yang memiliki pangsa pasar terbesar pada CR2 adalah di lihat dari sebaran nilai pangsa pasar seluruh perusahaan di dalam suatu industri. Apabila terdapat dua perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang jumlahnya lebih besar dibanding dengan perusahaan lainya, maka analisis rasio konsentrasi dapat hanya dilakukan melalui pangsa pasar dua perusahaan tersebut.

Analisis hambatan masuk pasar menurut Prastiwi (2012) dilakukan dengan pendekatan Minimum Effieciency Scale (MES) yakni rasio output perusahaan terbesar dengan output industri atau output seluruh perusahaan di dalam industri. Secara matematis, MES dapat disebut dengan pangsa pasar perusahaan terbesar di dalam industri atau pasar. Apabila nilai MES di dalam indsutri lebih dari 10% maka dapat menggambarkan tingkat hambatan masuk pasar yang tinggi.

Penentuan Harga, Produk dan Promosi

Penentuan harga jual pada umumnya didasarkan atas komponen biaya yang dikeluarkan dan berapa besar margin atau keuntungan yang akan diperoleh. Berdasarkan penelitian Maria (2004), harga jual ternak domba ditentukan berdasarkan pengeluaran biaya, pendapatan yang ingin didapat dan faktor faktor yang mempengaruhi harga jual domba. Komponen biaya terdiri atas biaya pembelian, biaya transportasi, biaya pejualan dan biaya pemeliharaan. Biaya penjualan meliputi biaya retribusi, biaya transaksi, biaya sewa tempat, biaya keamanan. Adapun biaya pemeliharaan meliputi biaya tenaga kerja, biaya pakan dan biaya kandang. Komponen pendapatan yang diperoleh tiap penjual domba beragam dan tergantung dengan skala penjualan mereka. Pada pasar Leuwiliang, Jonggol dan Parung, rata rata pendapatan penjual domba adalah Rp 7 900 400 /tahun, Rp 7 554 600 /tahun dan Rp. 9 763 400 /tahun. Faktor faktor lain yang mempengaruhi harga jual domba, menurut analisis regresi adalah biaya pemeliharaan, lingkar dada dan jenis kelamin.

(26)

yang hendak membeli. Sebab, kebanyakan pembeli membayar dalam bentuk cash, sementara harga yang tidak pasti ini memungkinkan pembeli tidak bisa membayar dalam jumlah yang pasti apalagi bila pembeli berasal dari wilayah lain yang menggunakan biaya transportasi yang tinggi.

Penetapan harga ternak domba menurut Arifianto (2007) dilakukan berdasarkan harga karkas (tulang dan daging) /kilogram yang berlaku di Pasar Ternak Regional (PTR) yang kemudian dikalikan dengan perkiraan berat karkas domba setelah pemasok menilai domba. Penilai berat karkas dari domba hidup yang dilakukan oleh para pedagang pemasok hanya dilihat dari bentuk badan (dedegan) domba kemudian memegang bagian-bagian tertentu dari tubuh domba (dada, paha, dan punuk) yang kemudian perkiraan berat karkas dapat ditentukan.

Strategi penetapan produk dan promosi menurut Prastiwi (2012) merupakan bagian dari perilaku perusahaan di pasar untuk mendapatkan kinerja yang diharapkan seperti tingkat keuntungan tertentu dan efisiensi. Adapun strategi produk digunakan untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen terhadap produk yang dijual oleh perusahaan. Sedangkan strategi promosi digunakan untuk meningkatkan penjualan dengan cara menginformasikan keberadaan produk kepada konsumen yang pada penelitian ini memanfaatkan media iklan, diskon, product display, sponsorship, dll.

Penentuan produk dilakukan berdasarkan daur hidup produk (Product Life Cycle) yang terdiri atas fase perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan penurunan. Pada fase perkenalan, produk belum terlalu dikenal sehingga perusahaan mealakukan upaya untuk memasarkan produk salah satunya dengan riset dan pengembangan serta modifikasi produk dan membangun jaringan distribusi. Kemudian, produk akan mengalami peningkatan permintaan dan stabilnya penjualan yang menyebabkan munculnya banyak pesaing produk ke dalam industri untuk menggeser perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengantisipasi cara untuk tetap bersaing yakni dengan penguatan dan peningkatan kinerja dsb. Bila tidak, maka perusahaan akan tergeser oleh pesaing dan akhirnya penjualan produk akan menurun sampai titik akhir siklus produk yakni penurunan. Pada fase ini, perusahaan sebaiknya harus banyak berinovasi agar kembali mendapatkan pangsa pasar seperti dengan menciptakan produk baru atau membuat difersifikasi produk.

Kinerja pasar dan Kinerja finansial

(27)

ini semakin besar nilai PCM dan X-EFF maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan atau industri.

Terdapat kinerja lainya selain kinerja pasar dalam model SCP yakni kinerja finansial. Erwansyah et al. (2013) menggunakan beberapa informasi yang harus didapat untuk melihat kinerja financial di dalam suatu usaha atau bisnis diantaranya adalah informasi biaya total (TC), penerimaan total (TR), dan pendapatan. Adapun kinerja financial dilihat melalui efisiensi usaha (R/C), rentabilitas usaha (R), break event point (BEP), payback periode (PP), dan unit cost.

Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam hal ini adalah biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Penerimaan total (TR) merupakan nilai atas produk atau perkalian atas harga produk dengan jumlah produk yang dihasilkan. Adapun pendapatan merupakan selisih antara TR dan TC. Terkait dengan kinerja financial yang pertama yakni efisiensi usaha (R/C). Efisiensi usaha R/C merupakan rasio TR terhadap TC. Kemudian, rentabilitas usaha (R) merupakan rasio antara modal (M) terhadap profit atau laba bersih (L). Terkait dengan BEP, terdapat dua jenis BEP yakni BEP hasil dan BEP harga. BEP hasil merupakan rasio TC terhadap harga output dan BEP harga merupakan rasio biaya total (TC) terhadap produksi. Adapun payback periode merupakan rasio antara modal yang ditanam terhadap laba tunai rata-rata. Terakhir unit cost merupakan rasio antara total biaya produksi terhadap jumlah output yang diproduksi.

Identifikasi Faktor Pendukung dan Penghambat Pasar

Identifikasi terhadap faktor pendukung dan penghambat biasanya terdapat di dalam penelitian dengan topik strategi pengembangan bisnis atau strategi pemasaran. Pada topik tersebut, identifikasi faktor pendukung dan penghambat terhadap suatu perusahaan akan memiliki metode lanjutan yang menilai faktor faktor tersebut sehingga dapat disusun di dalam suatu rencana dan strategi pengembangan bisnis atau strategi pemasaran. Namun, di dalam penelitian mengenai analisis situasi pasar kambing ini, hanya mengidentifikasi terhadap faktor pendukung dan penghambat saja. Hal itu disebabkan oleh ruang lingkup analisis situasi pasar hanya terletak pada identifikasi deskriptif tanpa harus menyusun rencana strategis untuk pengembangan pasar.

Pada dasarnya baik pasar maupun perusahaan memiliki faktor yang menjadi penghambat dan pendukung. Di dalam analisis situasi pasar ini, faktor pendukung dan penghambat adalah berasal dari pengalaman pedagang yang berdagang di dalam suatu pasar. Faktor pendukung dan penghambat menurut Santoso (2008) dapat dilihat dari aspek eksternal dan aspek internal. Faktor pendukung dan penghambat pada aspek eksternal adalah aspek peluang dan aspek ancaman. Sedangkan faktor pendukung dan penghambat pada aspek internal adalah aspek kekuatan dan aspek kelemahan yang dimiliki oleh usaha kambing skala kecil dan menengah Desa Cikarawang (Tabel 8).

(28)

pasar tersebut sebagai tempat yang berperan penting untuk transit ternak sapi dan kerbau dari luar daerah Sumatera Barat ke daerah-daerah di Sumtera Barat. Potensi selanjutnya ada faktor fasilitas dan fisik yang terbilang memadai seperti bangunan kantor, kandang, tambahan ternak, timbangan ternak, area parker kendaraan, sarana transportasi serta fasilitas penunjang pemasaran yang meliputi wilayah operasi pasar yang luas, dukungan masyarakat dan pemerintah terhadap kegiatan pasar seperti penetapan biaya retribusi rendah pasar, kemudahan cara pembayaran produk, dan kebebasan keluar masuk pasar secara administratif.

Tabel 8 Faktor pendukung dan penghambat usaha kambing skala kecil dan menengah Desa Cikarawang

Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan

Dukungan kebijakan

Pesaing baru Pemasaran cukup efektif dengan

Sumber : diolah dari Santoso (2008).

Kelemahan yang dimiliki dari aspek fisik adalah kurangnya penggunaan fasilitas secara optimal, belum adanya tempat pembuangan limbah permanen, dan kedekatan lokasi dengan pemukiman warga yang dapat menimbulkan situasi kurang kondusif. Kelemahan lain dari aspek pemasaran adalah saluran pemasaran yang masih panjang, marjin pemasaran tinggi, belum adanya pusat informasi harga ternak dan cara penetapan harga ternak. Lokasi pasar ini cukup strategis karena terletak di pinggir jalan lintas sumatera dan berdekatan dengan beberapa daerah penghasil ternak.

(29)

kekuatan yang dimiliki Pasar Ternak Regional (PTR) adalah adanya dukungan dari pemerintah sehingga diperoleh beberapa bantuan fasilitas seperti halaman parkir, rumah potong hewan, kantor pasar, kandang penitipan ternak, los sapi terbuka, los sapi tertutup, los kambing tertutup, lapangan adu domba, tempat penurunan ternak dan bahkan tersedia fasilitas lain seperti toilet umum, masjid, tempat penginapan peternak dsb.

Tabel 9 Faktor pendukung dan penghambat di dalam Pasar Kambing

Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan

Dukungan kebijakan

Pesaing baru Pemasaran cukup efektif dengan

Sumber : diolah dari Putri (2001); Arifianto (2007); dan Santoso ( 2008).

Adapun kekurangan yang dimiliki oleh PTR adalah masih kurangnya minat peternak di kabupaten Majalengka dan pembeli dari daerah lain untuk melaksanakan transaksi di PTR. Selain itu transaksi pada hewan ternak besar seperti sapi dan unggas jarang terjadi setiap hari, hanya ternak kecil seperti domba yang rutin bahkan ramai terjadi setiap hari hingga mencapai 150-400 ekor. Kehadiran calo dalam jumlah besar yakni 35-50 orang/hari yang mendatangi penjual dan pembeli dalam PTR membuat transaksi semakin tidak kondusif.

(30)

penghambat suatu pasar guna memudahkan perumusan masalah terkait pengembangan pasar.

Aspek yang menjadi peluang dan ancaman suatu pasar merupakan aspek eksternal. Berdasarkan hasil tersebut aspek yang menjadi peluang di dalam suatu pasar kambing adalah dukungan kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi yang baik, jumlah populasi yang meningkat, permintaan yang tinggi, tersedianya teknologi untuk komunikasi, hubungan baik dengan pelanggan dan pemasok, dan dukungan masyarakat terhadap pasar. Adapun aspek yang menjadi ancaman terhadap pasar kambing adalah perdagangan bebas, presepsi kambing sebagai pemicu darah tinggi, munculnya pesaing baru, adanya produk subtitusi yakni daging sapi dan kambing, ketidakpastian dari pedagang pemasok yang berpotensi menurunkan marjin penjualan, dan kurangnya dukungan masyarakat termasuk peternak untuk bertransaksi di pasar (Tabel 9).

Aspek yang menjadi kekuatan dan kelemahan pasar merupakan aspek internal. Adapun aspek yang menjadi kekuatan diantaranya adalah penyediaan kambing yang berkualitas, pengelolaan hubungan dengan mitra secara kekeluargaan, adanya potensi pemasaran efektif yang diliat dari pelanggan tetap, serta potensi, fungsi dan fasilitas yang dimiliki oleh pasar.Sedangkan aspek yang menjadi kelemahan suatu pasar adalah minimnya penggunaan obat obatan dan pakan untuk meningkatkan bobot, tidak adanya pencatatan penjualan seperti laporan keuangan, pengetahuan produksi dan pasar yang terbatas, tidak agresifnya melakukan promosi, tidak lengkapnya fasilitas dan sarana yang dimiliki oleh pasar.

Relokasi Pasar

Pengembangan pasar perlu dilakukan sebab pasar merupakan sarana atau pelayanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat dan bahkan pasar berpotensi memberikan penerimaan bagi daerah. Yulianti (2011) menyebutkan salah satu bentuk pengembangan pasar Nagari Muaralabah adalah relokasi pasar. Relokasi pasar tersebut disebabkan oleh pertimbangan lokasi pasar. Pertimbangan ini didasarkan atas kondisi pasar yang sudah tidak layak lagi yang dilihat dari segi ketertiban, keindahan dan kebersihan pasar. Selain itu, pasar terletak di lokasi yang menimbulkan rawan kemacetan lalu lintas.

Setyaningsih dan Susilo [Tahun tidak diketahui] menambahkan bahwa salah satu bentuk pengembangan Pasar Ngasem adalah relokasi pasar yang merupakan bagian dari revitalisasi pasar atas dasar pertimbangan tata ruang wilayah daerah Yogyakarta dan atas dasar pertimbangan lokasi lain yang lebih strategis untuk memajukan pasar. Meski demikian, pengembangan pasar ini harus melibatkan kesepakatan atas pihak internal pasar dan pihak pemerintah guna menghindari dari konflik di kemudian hari. Namun, kebijakan relokasi pasar ini memberikan dampak sosial ekonomi yang bersifat positif dan negatif bagi pedagang dan pembeli selaku pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat di dalam pasar.

(31)

pasar yang baru yang lebih tertata dengan rapih, beberapa fasilitas penunjang pasar yang disediakan yang lebih baik, tidak adanya gangguan dari pihak-pihak yang merugikan seperti preman dan terbentuknya kelembagaan atau paguyuban guna mempererat interaksi hubungan antara pedagang. Adapun dampak ekonomi positif adalah adanya peningkatan pendapatan dari 71% sampel pedagang.

Dampak sosial dan ekonomi akibat relokasi merupakan bagian dari kekurangan yang harus diantisipasi oleh pihak yang berwenang di dalam merelokasi pasar. dampak sosial terdiri atas kurangnya tingkat keamanan pasar yang ditunjukan adanya beberapa kasus pencurian, adanya konflik dengan pedagang musiman dan adanya persaingan harga yang cukup ketat akibat belum adanya informasi pasar yang sempurna. Adapun dampak ekonomi negatif adalah adanya penurunan pendapatan dari 29% sampel pedagang.

Selain pentingnya mengetahui dampak sosial ekonomi, perlu diketahui pula presepsi pedagang di dalam pasar terkait relokasi pasar tersebut. Terdapat tiga presepsi pedagang yakni senang, tidak senang dan biasa saja. Presepsi senang ditunjukan oleh 76% sampel pedagang meliputi presepsi tentang tempat pasar yang lebih nyaman, luas dan tertata dengan rapih; kondisi lingkungan pasar yang strategis serta tidak jauh dari pusat kota, adanya media promosi dengan harapan meningkatkan pendapatan pedagang. Adapun presepsi tidak senang ditunjukan oleh 14% sampel pedagang yang meliputi presepsi tentang menurunya pendapatan pedagang, lokasi pasar yang jauh dari rempat tinggal pedagang, banyak pesaing dengan produk sama, menurunnya jumlah pelanggan, hari pasar yang terjadi pada waktu-waktu tertentu saja sementara sebelumnya terjadi di beberapa waktu, serta semakin banyaknya pesaing di dalam pasar.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Analisis Situasi Pasar

Analisis situasi pasar adalah bagian dari analisis situasi yang membahas kondisi situasi pasar. Secara umum, kajian analisis situasi ditentukan berdasarkan aspek yang ingin dianalisis. Wimmer et al. (2000) menyebutkan bahwa model analisis situasi ditentukan berdasarkan kajian yang ingin dianalisis seperti situasi korporasi, situasi pasar, situasi produk, situasi produksi dan situasi manajemen.

(32)

akhir rencana perancangan dan strategi (project design and strategy). Berdasarkan hal tersebut analisis situasi pasar merupakan langkah awal yang digunakan di dalam perancangan strategi pada pasar sebelum dibuat keputusan akhir pada perancangan strategi tersebut.

Menurut Mursyid (2010) analisis situasi dapat dibagi ke dalam beberapa bagian yakni

1. Bagian latar belakang yang meliputi data penjualan maupun laba dalam beberapa tahun terakhir yang biasanya disajikan dalam lima tahun terakhir. 2. Bagian peramalan yang merupakan tindak lanjut dari latar belakang dan

biasanya peramalan dilakukan dengan banyak cara misalnya menggunakan presentase tetap dalam kenakan/perubahan, persamaan regresi, dan lain lain. 3. Bagian peluang dan ancaman yang dapat diketahui setelah pimpinan

mengidentifikasi sebagai lanjutan dari kegiatan peramalan. Peluang harus didukung dengan berbagai keunggulan sedangkan ancaman berdasarkan berbagai kelemahanya sehingga dapat diatasi. Pada bagian ini, biasanya perusahaan menyiapkan tindakan apa yang hatus dilakukan.

4. Keampuhan dan kelemahan merupakan indikator dalam menentukan peluang dan ancaman.

Terkait dengan analisis situasi pasar, Wimmer et al. (2000) di dalam menganalisis situasi pasar, secara garis besar harus memperhatikan dua hal yakni kondisi alamiah produk dan area pasar yang dijadikan sasaran pemasaran. Pada aspek produk, faktor yang diperhatikan biasanya meliputi kegunaan produk yang diterima oleh pelanggan saat dibeli dan kategori produk berdasarkan pengaruh lingkungan atau kondisi tertentu seperti perhatian konsumen pada kondisi ramah lingkungan sehingga diciptakan produk yang ramah lingkungan. Adapun area pasar biasanya melibatkan perhatian terhadap faktor berikut yakni

1. Ukuran dan tingkat persaingan perusahaan di dalam area pasar. 2. Segmen pasar yang dituju oleh perusahaan.

3. Kecenderungan lingkungan yang mempengaruhi persaingan seperti aturan pemerintah, perhatian konsumen, dan kampanye lingkungan jumlah.

4. Banyaknya perusahaan yang ada dan aktif bersaing di area pasar (termasuk pesaing potensial di pasar dan pesaing di luar pasar)

5. Pendekatan yang digunakan oleh pesaing yang telah aktif dipasar untuk masuk ke lingkungan pemsaran dan diterima oleh pelanggan.

6. Pengaruh dan dampak isu lingkungan sehingga mempengaruhi siklus hidup produk.

7. Faktor internal apa saja yang dimiliki oleh perusahaan (seperti sistem informasi, kendaraan, relasi, dsb) sehingga memerikan posisi yang terbaik di dalam persaingan di pasar.

Pengertian Pemasaran dan Pasar

(33)

yang menguntungkan dengan sasaran pemasaran yani menarik pelanggan baru dengan cara menjanjikan keunggulan nilai serta dan menumbuhkan pelanggan yang ada dengan cara memberikan kepuasan. Adapun definisi secara luas menurutnya adalah proses sosial dan manajerial yang melibatkan pribadi atau organisasi dalam memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Kohls and Uhl (2002) menjelaskan bahwa jantung dari kegiatan pemasaran adalah fungsi pertukaran pada sistem pemasaran, pembelian dan penjualan. ketiga hal ini sejatinya sangat mudah ditemukan di dalam pasar berdasarkan definisi pasar tersebut.

Definisi pasar menurut Armstrong dan Kotler (2008) adalah hasil dari konsep pertukaran dan hubungan sehingga pasar dapat didefinisikan sebagai kumpulan pembeli aktual dan potensial dari suatu produk yang memilki kesamaan kebutuhan atau keungunan tertentu yang dapat dipuaskan melalui hubungan pertukaran. Amir (2005) menambahkan bahwa di dalam konteks pemasaran, pasar dirumuskan sebagai mereka yang membeli barang sekarang, termasuk mereka yang potensial membeli barang dari kita. Konteks pasar saling dikaitkan dengan konteks pemasaran. Oleh karena itu, apabila pemasar semakin kreatif menciptakan permintaan, sama artinya dengan menciptakan pasar pasar baru.

Jenis-jenis Pasar

Mursyid (2010) mengatakan bahwa pasar pada hakikatnya dikelompokan ke dalam empat golongan yaitu :

1. Pasar Konsumsi yang ditujukan untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau keluarga untuk penggunaan pribadi (tidak untuk bisnis). 2. Pasar Industri yang ditujukan untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa

oleh prorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual ataupun untuk disewakan.

3. Pasar Reseller yang terdiri dari perorangan dan organisasi, biasanya dapat disebut sebagai pedagang-pedagang menengah yang rerdiri atas : dealer, distributor, grossier, agents, dan retailer. Kesemua jenis pedagang ini untuk keperluan penjualan kembali atau menyewakanya kepada orang lain dengan memperoleh keuntungan.

4. Pasar Government yang terdiri dari unit-unit pemerintah pusat dan daerah, maupun departemen yang membeli atau menyewa barang untuk menjalani tugas-tugas dari pemerintah. Di dalam pasar ini kita dapat mengenal anggaran belanja untuk beberapa macam yakni pertahanan, pendidikan, perhubungan dan kesehatan.

Amir (2005) menjelaskan bahwa penciptaan permintaan sama halnya dengan penciptaan pasar. Oleh karena itulah pasar dibagi menjadi dua golongan : 1. Pasar Konsumen, yaitu mereka yang membeli barang untuk dikonsumsi

langsung sebagai pengguna akhir. Dalam hal ini, konsumen bertindak sebagai ndividu, mahasiswa, ibu rumah tangga, seorang ayah, dan seterusnya.

(34)

Menurut Rahardi dan Hartono (2003) secara fisik pasar dalam agribisnis peternakan dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Pasar umum, dengan produk peternakan yang umumnya dijual adalah ternak hidup seperti (ayam, itik dan kambing), telur maupun produk olahan seperti daging dan susu.

2. Pasar Swalayan, dengan produk peternakan yang umumnya dijual adalah daging ternak, telur, susu, dan produk olahanya seperti kornet, sosis, mentega dan keju.

3. Pasar Hewan, dengan produk peternakan yang umumnya dijual khusus hewan ternak yang masih hidup seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing, baik untuk dipelihara kembali atau untuk siap dipotong. Biasanya berlokasi di daerah sentra produksi ternak.

4. Pasar khusus, dengan ciri pasar tersebut sengaja diciptakan oleh produsen yang ingin memasarkan produknya ke konsumen, misalnya restoran, hotel dan pabrik pengolahan.

5. Koperasi, seperti gabungan koperasi susu Indonesia.

Pasar, Industri dan Model SCP

Pasar dan industri memiliki definisi yang berbeda dan memiliki batasan istilah masing-masing. Hasibuan (1993) menjelaskan bahwa berdasarkan batasan istilahnya, pasar dan industri memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut adalah di dalam suatu industri dapat terjadi beberapa pasar. Industri merupakan kumpulan dari perusahaan yang menghasilkan produk yang dapat saling menggantikan. Pada setiap perusahaan tersebut, dapat ditemukan kegiatan transaksi jual dan beli dengan konsumen. Kegiatan transaksi tersebut merupakan bagian dari definisi pasar yang merupakan fungsi atau tempat yang melakukan kegiatan pertukaran atau transaksi jual dan beli antara penjual dan pembeli. Berdasarkan hal itu, di dalam suatu industri dapat ditemukan beberapa pasar.

Analisis yang umumnya dilakukan pada suatu industri adalah analisis ekonomi industri melalui model SCP atau Struktur Conduct and Performance. Kuncoro (2007) menjelaskan bahwa ekonomi industri menjelaskan mengapa pasar diorganisasi dan bagaimana pengorganisasianya mempengaruhi cara kerja industri. Namun, pasar yang dimaksud di dalam definisi ekonomi industri tersebut adalah terkait fungsi pertukaran atau kegiatan transaksi jual dan beli di dalam pasar. Terkait dengan model SCP, Carlton and Perloff (2000) menjelaskan bahwa model tersebut biasanya digunakan oleh para ekonom dalam beberapa dekade terakhir sebagai studi terhadap faktor-faktor yang mendeterminasi kekuatan pasar melalui struktur, perilaku dan kinerja yang dimiliki oleh pasar dalam industri tersebut.

(35)

Secara umum model SCP menjelaskan struktur, perilaku dan kinerja yang terjadi di dalam pasar dengan menggunakan beberapa alat analisis untuk masing-masing kajian tersebut. Salah satu alat analisis yang digunakan di dalam analisis struktur pasar menurut Hasibuan (1993) adalah dengan analisis pangsa pasar dan konsentrasi pasar. Adapun perilaku pasar dan kinerja pasar menurut Asmarantaka (2012) dianalisis salah satunya melalui analisis deskriptif terhadap penentuan produk, harga dan promosi sedangkan kinerja pasar salah satunya dengan analisis rasio laba per cost atau rasio laba per total biaya.

Terkait dengan konsentrasi pasar, Carlton and Perloff (2000) menjelaskan bahwa konsentrasi industri merupakan variabel struktural yang mengukur dan menghitung pangsa pasar perusahaan-perusahaan pada sebuah industri. Hasibuan (1993) menjelaskan bahwa ukuran rasio konsentrasi pada umumnya dilakukan dengan tiga perusahaan terbesar (CR3), empat perusahaan terbesar (CR4) dan delapan perusahaan terbesar (CR8). Kuncoro (2007) menambahkan bahwa secara matematis, model rasio konsentrasi (CR) dihitung berdasarkan peringkat perusahaan dengan pangsa pasar terbesar sehingga rasio konsentrasi seharusnya adalah (CRm) dimana m merupakan jumlah perusahaan yang memiliki pangsa perusahaan terbesar. Bila terdapat dua perusahaan, maka rasio konsentrasi menjadi CR2 dan seterusnya.

Pada dasarnya perlu dilakukan penyederhanaan di dalam analisis ekonomi industri. Hasibuan (1993) menjelaskan bahwa penyederhanaan itu dilakukan karena industri memiliki batasan dan lingkup yang cukup kompleks yakni pada umumnya dikategorikan berdasarkan sektor perdagangan dan komoditas yang dikenal dengan nama International Standard Industrial Classification (ISIC). Selain itu, di dalam analisis industri terutama pada konteks penentuan konsentrasi seharusnya dilakukan pada komoditi industri nasional akan tetapi bukan berarti pengukuran secara regional tidak berlaku. Namun, secara regional kemungkinan struktur industri menjadi monopoli karena di dalam daerah tersebut hanya ada satu perusahaan saja sementara di daerah lainya kemungkinan terdapat perusahaan dengan produk sejenis sehingga struktur tersebut seharusnya bukan monopoli lagi.

Laba dan Efisiensi Usaha

Secara sederhana, laba merupakan marjin atau selisih yang diperoleh antara penerimaan yang diterima dengan biaya keseluruhan yang dikeluarkan. Namun, dalam konsep lain, konsep laba juga harus memperhatikan faktor lain seperti pajak dan bunga. Menurut Sugian (2007), dalam laporan laba rugi, terdapat beberapa konsep laba diantaranya adalah laba operasi (EBIT atau earning before interest and tax), laba bersih sebelum pajak (EBT atau earning before tax) dan pendapatan bersih (EAT atau earning after tax). EBIT merupakan konsep laba paling sederhana yakni selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan tanpa mempertimbangkan pajak (tax) dan bunga (Interest). EBT merupakan nilai EBIT yang telah dikurangi dengan bunga. Adapun EAT merupakan nilai EBT yang telah dikurangi dengan pajak. Selain itu, pada konsep kinerja di dalam analisis ekonomi industri, Asmarantaka (2012) menambahkan bahwa tingkat kinerja dianalisis salah satunya dengan rasio laba per biaya (π/c).

Gambar

Tabel 10 Pertimbangan pemasaran pada tipe produk konsumen
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 11 Jumlah penjualan kambing dan domba setiap pedagang pada bulan
Gambar 2 Peta Wilayah Kelurahan Kebon Melati Tanah Abang1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa apa yang saya tulis dalam skripsi berjudul: KOMUNIKASI NONVERBAL ANTAR LESBIAN (Komunikasi Nonverbal Anggota Kelompok Lesbian di Surabaya) adalah benar adanya

Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja / serikat buruh atau beberapa serikat pekerja / serikat buruh

Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat

Maironio lyrikoje gamta regima ir kaip objektyvi tikrovė, turinti savus dėsnius, savo ciklą.. Gamta žmogų savaip džiugina ir guodžia, padeda susivokti dvasiniame, gyvenime, lemia

Sumber: Data primer diolah, 2020 Dari data tesebut dapat diketahui bahwa setiap stakeholder yang terlibat dalam rantai pasok mempunyai risiko hanya saja jenis faktor

digunakan untuk menyebut suatu nilai hasil dari penghitungan variable. 5) Konsep merupakan rancangan, ide, atau pengertian tentang sesuatu. 6) Definisi merupakan rumusan

Untuk menentukan jumlah CE yang dibutuhkan suatu Node-B, dihitung dengan metode pendekatan kapasitas hardware yang menggunakan parameter HW Capacity UL serta status RAX Board

Ini membantu okus saat membaca. Membaca buku bukanlah membaca kata dan kalimat seluruhnya, tapi membaca makna. Setelah menemukan makna yang sangat menarik maka