• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah yang dipilih merupakan salah satu sentra produksi Cengkeh di Provinsi Maluku. Kecamatan Amahai memiliki jumlah produksi cengkeh sebesar 2 039 ton pada tahun 2009. Kecamatan Amahai

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Tataniaga Cengkeh di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku

Sistem Tataniaga Cengkeh di Kecamatan Amahai

Pasca dihapuskannya BPPC terjadi Peningkatan harga cengkeh

Bertambahnya saluran tataniaga cengkeh

Bagaimana Sistem Tataniaga Cengkeh di Kec. Amahai

Analisis Farmers Share

Lembaga Fungsi Saluran Struktur Pasar

Sistem Tataniaga Cengkeh Efisien

Analisis Marjin Tataniaga

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

18

selain sebagai sentra produksi cengkeh juga merupakan sentra produksi hasil perkebunan yang lain diantaranya, kelapa, kopi dan pala. Pengambilan cengkeh sebagai sampel komoditas untuk penelitian juga dipertimbangkan dengan melihat harga yang terjadi pada komoditas tersebut. Harga yang terjadi pada selang waktu penelitian untuk komoditas cengkeh sedang mengalami peningkatan harga yang terjadi di pasaran, dengan peningkatan harga yang terjadi di pasar sangat menguntungkan bagi pelaku usaha cengkeh di Kecamatan Amahai. Pengumpulan data dilapangan dilakukan pada bulan April – Juli 2011.

Data dan Instrumentasi

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan (observasi) di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak yang terkait dengan tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai, yaitu petani, pedagang pengumpul tingkat pertama, pedagang kabupaten. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait yang berhubungan dengan penelitian seperti BPS Indonesia, Kementerian Pertanian Indonesia, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Maluku Tengah serta instansi terkait lainnya.

Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai bulan April - Juli 2011. Metode yang digunakan selama pengumpulan data, antara lain metode observasi langsung, wawancara, kuesioner, maupun browsing internet.

Metode Penentuan Responden

Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan panduan kuisioner dengan para responden. Pengambilan petani responden dilakukan secara sengaja (purposive) terhadap petani yang membudidayakan cengkeh di Kecamatan Amahai dan mengambil sampel sebanyak 19 orang. Pengambilan sampel 19 orang responden adalah mengacu kepada sumber informasi berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai di Kecamatan Amahai yang menyebutkan daerah-daerah yang menjadi penghasil cengkeh, dari informasi tersebut dilakukan penelusuran ke daerah lokasi petani penanam cengkeh, kemudian dilakukan pengambilan sampel menggunakan metode kuisioner.

Karakteristik petani di Kecamatan Amahai tergolong homogen, yaitu pengambilan responden 14 petani mempertimbangkan dengan pola pemasaran yang sama yaitu setiap petani cengkeh rata-rata melakukan pola pemasaran yang sama. Disamping itu saluran tataniaga yang digunakan pun sama yaitu dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan supplier di Surabaya. Terdiri dari petani pertama (sebagai titik awal) yang menjadi responden, yakni petani yang memiliki pengalaman usahatani di bidang perkebunan cengkeh dan memiliki luas lahan cengkeh minimal 1 ha. Sementara penentuan responden pedagang dilakukan dengan menggunakan teknik snow ball sampling. Pedagang tersebut terdiri atas pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan supplier di Surabaya. Berdasarkan karakteristik tersebut, pengambilan sampel sebanyak 19 responden didasarkan pada sumber informasi yang didapat dari Kecamatan Amahai. Penentuan responden untuk lembaga pemasaran cengkeh didapat melalui metode snow ball sampling yaitu dengan cara mengikuti alur pemasaran hingga produk

19 sampai ke konsumen dengan menelusuri saluran pemasaran cengkeh di daerah penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku pasar yaitu mulai dari tingkat petani sampai pedagang kabupaten. Diperoleh 14 responden petani dari dua Desa Sepa dan Desa Tamilao, terdiri dari 8 petani di Desa Sepa dan 6 petani di Desa Tamilao. Pedagang pengumpul desa terdiri dari 3 responden pedagang pengumpul desa, 2 di Desa Sepa dan 1 Desa Tamilao. Terdapat dua pedagang besar di Kabupaten Masohi.

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga, lembaga dan fungsi-fungsi tataniaga, serta struktur pasar. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin tataniaga,

farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Analisis dengan metode kuantitatif diolah dengan bantuan kalkulator, software Microsoft excel dan sistem tabulasi data.

Analisis Lembaga Dan Fungsi Tataniaga

Analisis tataniaga ini digunakan untuk mengetahui fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga. Analisis fungsi-fungsi digunakan untuk mengetahui kegiatan tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan cengkeh dari petani sebagai produsen hingga ke konsumen dan digunakan untuk mengevaluasi biaya tataniaga.

Analisis fungsi tataniaga dapat dilihat dari (1) fungsi pertukaran yang terdiri atas aktivitas penjualan dan pembelian; (2) fungsi fisik meliputi aktivitas penyimpanan, pengolahan, pengangkutan, dan pengemasan produk; serta (3) fungsi fasilitas berupa standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan, dan informasi pasar.

Analisis Saluran Tataniaga

Analisis ini digunakan untuk mengetahui saluran tataniga yang dilalui oleh komoditas cengkeh dari produsen sampai konsumen. Dari analisis saluran tataniaga ini dapat diketahui berapa banyak jumlah lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga cengkeh tersebut. Selain itu juga dapat diketahui pola saluran tataniaga yang terjadi berdasarkan pelaku tataniaga yang terlibat, sehingga akan terbentuk peta rantai saluran tataniaga. Semakin panjang rantai saluran tataniaga, maka saluran tersebut akan semakin tidak efisien karena marjin tataniga yang terjadi antara produsen dan konsumen akan semakin besar.

Analisis Struktur Pasar

Analisis struktur pasar diperlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar tersebut akan cenderung mendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar tersebut ke suatu struktur tertentu. Struktur pasar dapat diidentifikasi dengan mengetahui jumlah pembeli dan penjual yang terlihat, sifat atau heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi atau keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar, serta informasi perubahan harga pasar.

20

Analisis Marjin Tataniaga

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga dari petani sampai konsumen akhir. Marjin tataniaga merupakan perbedaan harga di tingkat petani dnegan harga di tingkat konsumen akhir. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

MT = Marjin tataniaga

Pr = Harga di tingkat retail (konsumen akhir) Pf = Harga di tingkat petani

Analisis Farmers Share

Farmer’s share digunakan untuk menghitung efisiensi suatu saluran tataniaga dnegan membandingkan seberapa besar bagian yang diterima petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. Berdasarkan farmer’s share akan dilihat apakah saluran tataniaga tersebut memberikan balas jasa yang seimbang kepada semua pihak yang terlibat dalam tataniaga. Secara matematis, farmer’s share

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Fs=farmer’s share

Pf=harga di tingkat petani

Pr= harga di tingkat retail (konsumen akhir)

Farmer’s share memiliki hubungan yang negatif dengan marjin tataniaga, sehingga semakin besar marjin tataniaga maka bagian yang diperoleh petani akan semakin rendah atau kecil.

Analisis Rasio Keuntungan Dan Biaya

Tingkat efisiensi sebuah sistem tataniaga dapat juga dilihat dari rasio keuntungan terhadp biaya tataniaga. Dengan semakin meratanya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga, maka secara teknis (operasional) sistem tataniaga tersebut semakin efisien. Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Πi=keuntungan tataniaga pada tingkat lembaga ke-i

Ci= biaya tataniaga pada tingkat lembaga ke-i

MT = Pr – Pf

Fs=

Rasio keuntungan dan biaya (R/C)=

21

Dokumen terkait