• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Petani Responden

Pengambilan petani responden dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek yang dikaji yaitu: umur responden, tingkat pendidikan, jenis kelamin, luas lahan pengusahaan cengkeh dan status kepemilikan lahan. Responden dipilih sebanyak 14 orang dalam satu kecamatan, yaitu petani yang melakukan usahatani cengkeh. Petani responden tidak hanya menanam cengkeh sebagai komoditi utama, tetapi juga menanam berbagai komoditi perkebunan antara lain seperti kelapa, coklat, dan pala. Dalam satu lahan, petani memisahkan berbagai komoditas dalam beberapa area lahan. Sehingga dapat dikatakan pula usahatani cengkeh merupakan mata pencaharian sampingan, karena musim panennya yang setahun sekali.

Umur petani yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar 40-50 tahun yakni sekitar 42.85 persen. Luas penguasaan lahan berkisar antara 1-3 hektar dimana status lahan bukan milik sendiri. Sebagian besar petani sudah bertani selama minimal lima tahun terakhir. Tingkat pendidikan petani responden terendah yaitu tamatan SD sebesar 7.14 persen, sedangkan tamatan SLTP dan SMA masing-masing adalah 35.71 dan 57.14 persen. Sedangkan jenis kelamin petani responden yaitu semuanya laki-laki. Tabel 9. Karakteristik petani responden cengkeh di Kecamatan Amahai menyajikan jumlah petani responden berdasarkan kriteria umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pengalaman.

Tabel 9. Karakteristik petani responden komoditi cengkeh di Kecamatan Amahai Umur (tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

30-40 4 28.57 40-50 6 42.85 >50 4 28.57 Tingkat Pendidikan Tamat SD 1 7.14 Tamat SLTP 5 35.71 Tamat SLTA 8 57.14 Tingkat pengalaman ≤ 5 tahun 1 7.14 ≥ 6 tahun 13 92.86

Dari Tabel 9. Karakteristik petani responden komoditi cengkeh di Kecamatan Amahai diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan petani responden yang tamat sekolah dasar sebanyak 7.14 persen. Merupakan petani yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal tersebut terjadi karena kesadaran pentingnya pendidikan dimasa itu relatif masih rendah. Namun pada periode selanjutnya kesadaran akan pentingnya pendidikan semakin tinggi. Terlihat dari jumlah petani responden yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah menengah pertama dan atas adalah sebesar 35.71 persen. Sebagian besar petani yang menjadi responden memiliki pengalaman bertani lebih dari lima tahun. Hal ini karena

22

kegiatan usahatani di Kecamatan Amahai telah dilakukan secara turun-temurun dan sifat dari tanaman cengkeh sendiri yang berbunga bagus setelah usia tanam lebih dari 4 tahun.

Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah laki-laki dengan pertimbangan sebagai kepala keluarga dalam rumah tangga, untuk perempuan bertugas membantu suami dalam pengerjaan kegiatan pertanian terutama usahatani cengkeh yang dilaksanakan dengan anggota keluarga lainnya. Pengalaman bertani juga mempengaruhi keberhasilan usahatani cengkeh, petani yang sudah berpengalaman dalam usahatani cengkeh akan lebih mengerti dan memahami cara budidaya yang baik, namun hingga kini petani masih menggnakan teknik bertani yang masih tradisional secara turun-temurun.

Petani responden di Kecamatan Amahai untuk berproduksi cengkeh belum dilakukan secara optimal hal ini dikarenakan karakteristik petani di Kecamatan Amahai masih sangat bergantung terhadap iklim. Karena cengkeh memiliki syarat tumbuh dan berbunga yang spesifik. Akibatnya apabila iklim tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya, maka dapat satu tahun petani responden tidak panen. Hal ini yang menyebabkan sering terjadi fluktuatif produksi cengkeh dipasar, hal ini berimplikasi terhadap output yang tersedia dipasar terkadang untuk satu komoditi produksi belum memenuhi jumlah permintaan pasar sehingga mengakibatkan produk langka dan menjadikan harga suatu komoditi tersebut mengalami peningkatan harga. Hal sebaliknya terjadi terhadap komoditi yang banyak tersedia dipasar. Untuk menyiasati hal tersebut petani responden melakukan metode penanaman dengan sistem tumpangsari yaitu menanam beberapa komoditi dalam satu petak lahan, metode seperti ini yang dominan dilakukan oleh petani perkebunan di wilayah Kecamatan Amahai.

Untuk proses penjualan hasil panen petani responden mayoritas menjual hasil panennya ke tengkulak atau pedagang pengumpul desa sehingga ketergantungan tehadap pedagang pengumpul desa dalam hasil penjualan panen masih sangat besar, walaupun terdapat beberapa petani yang menjual cengkeh langsung ke pasar atau ke beberapa pedagang besar. Beberapa petani yang menjual langsung ke pasar mempertimbangkan dengan volume hasil panen yang dihasilkan dan dihubungkan dengan biaya transportasi serta proses pengangkutan.

Petani yang langsung menjual hasil panennya ke pasar atau pedagang besar mempertimbangkan biaya transportasi karena untuk volume hasil panen Cengkeh yang sedikit sekali pengiriman jika dijual kepasar akan banyak membutuhkan biaya transportasi yang besar, tidak efisien jika petani dengan hasil panen skala kecil dijual langsung ke pasar atau pedagang besar hal tersebut yang menyebabkan mayoritas petani dengan skala usaha kecil menjual hasil panennya melalui pedagang pengumpul desa. Hal kedua yang dipertimbangkan adalah proses pengangkutan, untuk petani cengkeh dengan skala usaha kecil melakukan pengangkutan hasil panen cengkeh digabungkan dengan hasil panen komoditi lain sehingga hal ini akan menghemat biaya transportasi melalui efisiensi proses pengangkutan. Petani dengan keterbatasan sarana dan prasarana khususnya dalam hal transportasi dan pengangkutan hasil panen ke pasar melakukan penyewaan kendaraan angkutan umum, yaitu angkutan kota untuk pasar terdekat.

23 Karakteristik Pedagang Responden

Pedagang responden yang ada dalam saluran pemasaran cengkeh di Kecamatan Amahai sesuai dengan metode snow ball sampling adalah terdiri dari tiga pedagang desa, dua pedagang besar. Enam pedagang pengumpul desa berasal dari wilayah Kecamatan Amahai yang berdomisili dari Desa Sepa dan Tamilao. Sedangkan dua pedagang besar berasal dari Kota Masohi.

Dari setiap lembaga pemasaran memiliki berbagai karakter yang berpengaruh terhadap kinerja dan usaha yang dilakukan dalam menjalankan usahanya. Pengalaman sangat dibutuhkan karena dengan pengalaman seseorang yang menjalankan suatu usaha dapat mengidentifikasikan kemungkinan yang terjadi, baik peluang maupun resiko yang akan dihadapi. Pendidikan formal pedagang memberikan sudut pandang yang berbeda dalam menekuni usaha berdagang hasil bumi khususnya cengkeh. Tabel dibawah ini menyajikan karakteristik pedagang responden komoditas cengkeh.

Tabel 10. Karakteristik pedagang responden komoditas cengkeh di Kecamatan Amahai

Karakter Pedagang Responden

Pedagang Desa Pedagang Besar

Orang % Orang % Umur(Tahun) 45-50 3 100.00 1 50.00 >50 0 0 1 50.00 Pendidikan Tamat SMA 3 100.00 1 50.00 Diploma 0 0 1 50.00 Pengalaman(Tahun) ≤ 5 2 66.67 0 0 ≥5 1 33.33 2 100.00

Bedasarkan tabel 11 tentang karakteristik pedagang responden mayoritas berusia 45-50 tahun mulai dari pedagang desa sampai pedagang besar. Presentase terbesar terjadi pada pedagang Desa mencapai 100 persen. Selain karena usia kematangan sebagai pedagang, juga mengingat daur panen Cengkeh yang tidak setiap tahun Panen. Dengan demikian pedagang yang berusia antara 45-50 tahun memiliki pengalaman dalam berniaga cengkeh, serta mengetahui karakteristik komoditas cengkeh itu sendiri. Pedagang desa yang menjadi responden memiliki latar belakang pendidikan SMA sebesar 100 persen. Sementara pada pedagang besar 50 persen telah menyelesaikan pendidikan menengah atas. Pendidikan memberikan sudut pandang yang berbeda pada masing-masing tingkatan. Sementara pengalaman dalam melakukan perdagangan cengkeh, lembaga tataniaga memiliki pengalaman lebih dari lima tahun. Pedagang desa dan pedagang besar semua sudah berpengalaman lebih dari lima tahun.

24

Gambaran Usahatani Cengkeh di Kecamatan Amahai

Budidaya cengkeh meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman, perlindungan tanaman dan perawatan yang dilakukan hingga panen. Faktor-faktor produksi yang umumnya digunakan adalah bibit/benih, peralatan dan tenaga kerja. Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau kambing, sedangkan petani jarang menggunakan pupuk kimia.

Kegiatan budidaya cengkeh terdiri dari beberapa tahap antara lain persiapan lahan, pelubangan, pemberian pupuk kandang, penanaman, perawatan lahan tanaman, pemupukan dan panen. Untuk usahatani cengkeh di Kecamatan Amahai petani responden memiliki luasan lahan rata-rata sebesar 500-1000 m2. Namun tidak semuanya digunakan sebagai lahan budaya cengkeh, melainkan digunakan pula sebagai lahan budidaya kelapa, coklat, dan pala. Kegiatan pengolahan tanah, perawatan kebun dan panen dilakukan secara bergotong royong diantara petani, tidak ada sistem pengupahan disini. Hanya memberikan konsumsi kepada petani yang turut berpartisipasi dalam gotong royong tersebut.

Tenaga kerja yang digunakan untuk pengolahan tanah dan perawatan kebun dilakukan oleh tenaga kerja dari keluarga. Tenaga kerja pria mengerjakan pengolahan tanah. Sedangkan petani menggunakan pekerja wanita untuk jenis pekerjaan perawatan kebun, perawatan kebun dilakukan pada saat tertentu yaitu ketika lahan yang ditanami tanaman ditumbuhi gulma atau alang-alang yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman, dalam satu bulan petani melakukan proses perawatan kebun sebanyak 2 kali per bulan dan dilakukan selama satu hari. Sementara untuk pemanenan petani menggunakan sistem bagi hasil bagi yang bekerja untuknya. Artinya setiap hasil cengkeh yang dipetik selama memanen harus dibagi dua dengan pemilik kebun. Hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga kerja dan masa panen cengkeh yang relatif singkat. Petani akan merasa rugi jika cengkeh akan tua di pohon dan terjatuh ke tanah. Sehingga menggunakan sistem bagi hasil untuk membayar upah untuk memanen cengkeh.

Sistem Tataniaga

Sistem tataniaga cengkeh di wilayah Kecamatan Amahai melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu petani yang berperan sebagai produsen, pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan pedagang pengecer, serta tanpa melibatkan lembaga pemasaran lain. Pada umumnya cengkeh yang diproduksi di Kecamatan Amahai sebagian besar dipasarkan keluar kecamatan. Melalui pedagang yang berada di Kota Masohi, cengkeh dipasarkan ke Surabaya, hal ini disebabkan permintaan cengkeh banyak dipasok untuk industri rokok.

Berdasarkan informasi yang didapat dari pelaku usaha atau lembaga pemasaran yang terlibat dalam alur sistem tataniaga cengkeh di wilayah Kecamatan Amahai, komoditi cengkeh merupakan komoditi yang hanya panen setahun sekali. Oleh sebab itu harga cengkeh di pasaran sangat berfluktuasi. Pada saat panen harga cenderung rendah, sementara disaat komoditi sudah tidak ada, harga cengkeh akan berada di harga yang tinggi. Komoditi cengkeh di Kecamatan Amahai merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dibandingkan dengan komoditi perkebuanan lain karena harga cengkeh yang relatif lebih tinggi. Namun karena tidak setiap tahunnya panen, maka cengkeh

25 dianggap sebagai bonus oleh petani. Harga yang berfluktuatif dipengaruhi ketersediaan Cengkeh di pasar. Pada saat pengambilan sampel dalam penelitian ini untuk cengkeh harganya sedang meningkat, disebabkan ketersediaan Cengkeh dipasar relatif terbatas dibandingkan komoditi lain.

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah adalah serangkaian organisasi atau lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses alur produk barang dan jasa yang dipasarkan mulai dari tingkat produsen yaitu petani sampai kepada konsumen akhir yaitu konsumen. Pengambilan sampel konsumen sebagai konsumen akhir ketika cengkeh yang dijual pada tingkat konsumen belum berubah bentuk, dalam hal ini konsumen dibedakan menjadi konsumen domestik(pengguna dalam skala kecil) dan konsumen(supplier rokok di Surabaya).

Berdasarkan hasil kuisioner, pemasaran cengkeh di Kecamatan Amahai memiliki dua pola saluran pemasaran dan melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat diantaranya adalah petani, pedagang pengumpul desa, dan pedagang pengumpul besar. Jumlah produksi rata-rata cengkeh berdasarkan sampel 14 petani responden untuk setiap kali produksi adalah sebesar 845 kg dengan masa produksi satu tahun dan masa panen 45 hari. Harga rata-rata yang diterima oleh petani rata-rata antara 49 000 rupiah per kilogram sampai 54 000 rupiah per kilogram. Pola saluran pemasaran cengkeh yang terbentuk di Kecamatan Amahai sebagai berikut:

1. Saluran I : Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Besar – Konsumen (Supplier di Surabaya)

2. Saluran II : Petani – Pedagang Besar - Konsumen (Supplier di Surabaya)

Proses tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai diawali dari penjualan oleh petani kepada pedagang pengumpul desa kemudian dijual ke beberapa lembaga pemasaran yang lain. Petani yang menjual ke pedagang pengumpul desa dikarenakan kondisi petani mengalami hal-hal sebagai berikut ;

1. Petani tidak perlu mencari pasar dan menghemat waktu 2. Volume penjualan petani yang relatif sedikit

3. Biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran untuk transportasi tidak sedikit jika harus ke lembaga pemasaran yang lokasinya jauh

4. Terdapat ketergantungan petani akan kebutuhan sehari-hari kepada pedagang pengumpul desa,

Sebanyak 8 orang petani melakukan penjualan cengkeh melalui pedagang pengumpul desa, namun ada 6 petani yang menjual cengkehnya melalui pedagang Gambar 4. Saluran Pemasaran Cengkeh di Kecamatan Amahai Tahun 2011

26

besar. Komoditi cengkeh yang dijual melalui pedagang besar oleh petani dipertimbangkan dengan kondisi ketika petani akan pergi ke Kota Masohi, jika tidak beberapa petani berkumpul di desa tersebut untuk kemudian akan menjual hasil cengkehnya ke pedagang besar bersama-sama. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan biaya angkut.

Pola saluran 1 merupakan saluran terpanjang dalam rantai tataniaga cengkeh yang terdapat di Kecamatan Amahai, yang terdiri dari petani - Pedagang Pengumpul Desa (PPD) – Pedagang Besar – Konsumen (Supplier di Surabaya). Dari 14 petani responden dalam sampel yang diambil terdapat 8 petani responden atau 57.14 % yang menjual cengkeh melalui pedagang Pengumpul Desa (PPD), terdapat enam petani yang menjual hasil panen cengkeh tersebut ke pedagang besar dengan memperhatikan faktor harga dan biaya.

Alasan petani kelompok pertama menjual keseluruhan hasil panennya melalui PPD adalah karena petani tidak perlu memasarkan sendiri hasil panennya, sehingga dapat menghemat biaya pengangkutan. Cengkeh yang dijual petani melalui PPD kemudian diangkut menuju lembaga pemasaran selanjutnya. Petani tidak bertanggung jawab atas kerusakan cengkeh yang dijual PPD kepada pedagang besar. Selain hal tersebut, hasil panen cengkeh dianggap sebagai bonus akhir tahun oleh petani, yang terkadang dijadikan jaminan petani kepada pedagang pengumpul desa saat akan meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan putra-putrinya sekolah atau kebutuhan produksi pertanian. Sementara kelompok kedua, petani yang menjual sebagian saja hasil panen cengkeh merupakan petani yang tidak memiliki keterikatan modal kepada PPD, sehingga petani dapat menjualnya ke pedagang besar ataupun pedagang pengumpul.

Petani yang menjual hasil panen cengkeh ke pedagang besar mempertimbangkan faktor harga dan efisiensi pengiriman. Petani yang melakukan penjualan melalui pedagang besar mengkombinasikan dengan komoditi lain atau mengirim dengan volume pengiriman dan penjualan yang cukup besar yaitu 400 kg untuk komoditi. Sedangkan rata-rata penjualan cengkeh dari petani ke PPD adalah 300 kg saat musim panen. Harga rata-rata yang diterima petani untuk komoditi cengkeh selama musim panen adalah 45 000 rupiah sampai 55 000 rupiah per kilogram.

Cengkeh yang terkumpul di PPD dalam saluran satu kemudian dipasarkan melalui pedagang besar yang berada di Kota Masohi. Berdasarkan hasil kuisioner pedagang besar di Kota Masohi, pada saat panen cengkeh yang dapat dipasarkan mencapai 2-3 ton untuk satu responden pedagang besar dengan kisaran harga 46 000 rupiah sampai 75 000 rupiah per kilogram.

Komoditi cengkeh yang terkumpul di pedagang besar di Masohi kemudian dipasarkan kepada perusahaan pengumpul/supplier di Surabaya, yang mana cengkeh tersebut akan disuplai ke perusahaan rokok yang berada di Jawa Timur. Pedagang besar yang berada di Masohi mampu memasarkan Cengkeh mencapai 500 – 700 ton. Dengan kisaran harga yang diterima Pedagang Besar mencapai Rp. 56.000,00 – Rp. 125.000,00 per kilogram.

Saluran pemasaran dua merupakan saluran yang terdiri dari Petani – Pedagang Besar - Konsumen (Supplier di Surabaya). Pada saluran dua terdapat jalur pemasaran cengkeh langsung dikirim dari petani ke pedagang besar yang di

27 Kota Masohi. Terdapat dua pedagang besar responden yang mengirimkan cengkeh ke pihak supplier, dan harga cengkeh ditingkat pedagang besar untuk supplier adalah 56 000 – 125 000 rupiah per kilogram.

Pedagang besar membeli komoditi cengkeh dari petani dengan harga 46.000 - 75.000 rupiah per kilogram, dan volume rata-rata pembelian yang dilakukan oleh pedagang besar adalah 700 kg per hari. Berdasarkan kuisioner dari 19 responden terdapat 5 petani yang menjual langsung hasil panennya langsung ke pedagang besar, selanjutnya cengkeh yang telah terkumpul di tingkat pedagang besar disortir kembali untuk dijual ke supplier di Surabaya. Diangkut menggunakan kapal yang berlabuh dari Pelabuhan Amahai menuju Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya.

Khusus saluran dua, Supplier di Surabaya menjadi tujuan utama dari penjualan cengkeh tersebut. Berdasarkan dua sampel pedagang responden yang menjual hasilnya ke suplaier, cengkeh yang dijual adalah kualitas yang baik melalui penyortiran yang teliti sesuai standar yang ditentukan oleh supplier. Jika produk yang dihasilkan kurang baik maka cengkeh yang dikirim tersebut akan mendapat potongan lebih tinggi dari supplier, sehingga pihak pedagang akan mengalami kerugian.

Salah satu pihak yang selama ini baik dalam lembaga pemasaran pedagang besar yang menjual hasil cengkehnya ke supplier Surabaya adalah Toko Yulia yang didirikan oleh Bapak Johny selaku pemilik dan pendiri. Untuk memenuhi permintaan cengkeh yang berkualitas dengan standar tinggi oleh supplier,maka Toko Yulia melakukan penyortiran, sehingga cengkeh yang kurang kering misalnya di keringkan terlebih dahulu sebelum dikirim.

Pengiriman Toko Yulia ke supplier yakni sekitar 550-700 ton setiap kali pengiriman. Toko Yulia tidak memfokuskan diri pada satu komoditi, selain cengkeh terdapat komoditi lain pula yang diusahakan yakni pala, kopra, dan cokelat.

Fungsi Tataniaga Pada Setiap Lembaga Pemasaran

Fungsi tataniaga diperlukan dalam kegiatan tataniaga untuk memperlancar proses distribusi barang dan jasa dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat didalam proses system tataniaga cengkeh. Lembaga yang terlibat dalam fungsi pemasaran antara lain, Pedagang pengumpul Desa, Pedagang Besar, dan Konsumen (Pedagang Pengecer dan Supplier. Lembaga-lembaga pemasaran di dalam sistem tataniaga melakukan fungsi-fungsi tataniaga yaitu fungsi fisik, fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas.

Fungsi fisik adalah kegiatan didalam fungsi tataniaga yang merupakan perlakuan fisik yang berhubungan dengan kegunaan bentuk, tempat dan waktu, yang diperlukan agar komoditas dapat tersedia pada tempat yang diinginkan, sehingga konsumen dapat mengaksesnya pada saat membutuhkan. Fungsi fisik meliputi pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi pertukaran merupakan kegiatan yang memperlancar perpindahan atas hak milik produk komoditas dari barang dan jasa yang dipasarkan. Kegiatan fungsi pertukaran meliputi fungsi pembelian dan fungsi penjualan, fungsi pembelian merupakan penetapan berupa jumlah dan kualitas yang akan dibeli sedangkan fungsi

28

penjualan adalah fungsi yang meliputi keputusan penjualan, cara-cara penjualan yang dilakukan untuk mendapatkan pembeli pada tingkat harga yang menguntungkan.

Fungsi fasilitas adalah segala aspek kegiatan yang bertujuan untuk memfasilitasi proses kegiatan pertukaran barang dan jasa antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas meliputi pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan merupakan kegunaan biaya untuk berbagai aspek-aspek yang memfasilitasi didalam proses tataniaga. Fungsi penanggungan resiko adalah penerimaan terhadap resiko yang akan dihadapi dari kerugian pemasaran produk yang terdiri dari resiko harga dan resiko fisik. Resiko fisik terjadi akibat kerusakan produk sedangkan resiko harga terjadi akibat perubahan nilai harga di pasar. Untuk menghindari hal tersebut dibutuhkan informasi pasar yang akurat yang diperlukan oleh produsen dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat.

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat didalam sistem tataniaga cengkeh di Kecamatan Amahai menjalankan fungsi tataniaga yang berbeda. Tabel 11. Fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran cengkeh menjelaskan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh setiap lembaga pemasaran yang terlibat.

Tabel 11. Fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran cengkeh

Saluran dan Lembaga Pemasaran

Fungsi – fungsi Pemasaran

Pertukaran Fisik Fasilitas

Jual Beli Angkut Simpan Sortasi/

pengeringan

Resiko Biaya Informasi pasar Saluran I Petani _ * _ _ Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar Supplier _ Saluran II Petani _ _ Pedagang Besar Supplier -

Keterangan: √ = Melakukan fungsi pemasaran * = Kegiatan terkadang dilakukan _ = Tidak melakukan fungsi pemasaran

Berdasarkan Tabel 11. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran cengkeh tersebut menjelaskan bahwa fungsi fisik yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran berbeda, yang termasuk kedalam fungsi fisik adalah fungsi pengangkutan dan penyimpanan. Perlakuan untuk masing-masing saluran terhadap fungsi fisik relatif sama terhadap masing-masing lembaga pemasaran. Pada saluran I dan II, pedagang besar melakukan fungsi penyimpanan karena cengkeh pada kedua jalur tataniaga tersebut disimpan dalam jumlah besar oleh pedagang besar. Hal tersebut dipengaruhi oleh kepemilikan modal keuangan

29 guna melakukan proses penyimpan cengkeh dalam jumlah banyak dan dalam waktu agak lama.

Fungsi pertukaran adalah kegiatan – kegiatan yang dilakukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, yang termasuk kedalam fungsi pertukaran adalah fungsi penjualan dan pembelian. Lembaga pemasaran untuk masing – masing saluran terdapat pada Tabel 11. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran cengkeh melakukan fungsi penjualan, dan terhadap fungsi pembelian tidak dilakukan oleh petani. Petani selaku produsen memiliki fungsi sebagai penyedia komoditas cengkeh yang melakukan budidaya dan menghasilkan produk cengkeh.

Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen yang terdiri dari fungsi standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar dan juga fungsi grading. Fungsi standarisasi merupakan kegiatan pengelompokkan barang sesuai dengan penentuan mutu yang diinginkan konsumen. Kegiatan fungsi standarisasi ini di tempat penelitian akan dilakukan jika produk tersebut akan di pasok ke supplier sedangkan pasar lokal biasanya hanya dilihat secara keseluruhan dan tidak mengalami kerusakan dan kering. Fungsi pembiayaan merupakan penyediaan sejumlah uang untuk kegiatan transaksi pembayaran atau disebut juga dana lain atau simpanan sedangkan fungsi

Dokumen terkait