III. METODOLOG
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan proses pendekatan yang dikemukakan oleh Goodchild (1990), meliputi tahap survey, identifikasi tapak, analisis dan assessment, serta sintesis. Adapun, penjelasan mengenai tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut (Gambar 3) :
1. Survey
Merupakan tahap pengambilan dan pengumpulan data dengan metode survey dan penelusuran sejarah. Data yang dikumpulkan meliputi aspek sejarah, aspek fisik, dan aspek sosial (Tabel 2). Secara teknis tahap pengambilan dan pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Observasi lapang, untuk mengetahui langsung kondisi tapak, yaitu kondisi fisik lanskap bersejarah, karakter lanskap dan lingkungan sekiarnya, elemen bersejarah, serta pola pemukiman dan penggunaan lahan saat ini.
b. Wawancara/kuesioner, untuk memperoleh data dan informasi dari masyarakat sekitar, pengelola, tokoh masyarakat dan pihak-pihak yang bersangkutan mengenai kondisi lanskap, sejarah perkembangan kota Bogor dan kawasan, serta persepsi masyarakat.
c. Studi Literatur, untuk mendapatkan data dan informasi sekunder sebagai penunjang yang tidak didapatkan dari observasi lapang melalui kepustakaan/dokumen yang dapat diperoleh dari perpustakaan, pemda, dan instansi terkait mengenai sejarah perkembangan kota Bogor dan kawasan Empang, peta kawasan tahun 1900-2005, RTRW Kecamatan Bogor selatan, dan data demografi Kelurahan Empang.
Tabel 2. Aspek, Jenis, Bentuk, Sumber, dan Analisis Data Aspek dan Jenis Data Bentuk
Data Sumber Data Analisis Data Aspek Sejarah
1. Sejarah perkembangan Kota Bogor dan kawasan Empang
Foto, peta, dan teks
Tokoh masyarakat, ahli sejarah, Pemda, Tropenmuseum
Spasial- Deskriptif 2. Elemen sejarah pembentuk lanskap
kawasan Empang
Foto dan teks
Tapak, ahli sejarah, Pemda
Deskriptif 3. Kebijakan, peraturan, dan
pengelolaan terkait elemen bersejarah dalam kawasan
Teks Pemda, pengelola, masyarakat
Tabel 2. Lanjutan
Aspek dan Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Analisi Data Aspek Fisik
1. Pola pemukiman Peta dan teks Tapak Spasial-
Deskriptif 2. Karakter lanskap, arsitektur bangunan,
dan ruang terbuka
Foto, gambar, dan teks Tapak, Literatur Spasial- Deskriptif 3. Tata guna lahan Kelurahan Empang Peta, tabel,
dan teks
Tapak, Pemda Spasial- Deskriptif 4. RTRW Kecamatan Bogor Selatan
tahun 2002-2012
Peta dan teks Bappeda Spasial- Deskriptif
Aspek Sosial
1. Data demografi Tabel dan teks Kelurahan
Empang
Deskriptif 2. Persepsi, pendapat, dan keinginan
masyarakat Frekuensi dan tabel Responden Statistik- Deskriptif 2. Identifikasi tapak
Identifikasi perkembangan lanskap sejarah kawasan Empang dianalisis secara deskriptif menggunakan metode penelusuran sejarah sehingga dapat diketahui tahap perkembangan kawasan sejak awal terbentuk sampai sekarang. Peta kawasan Empang tahun 1920 digunakan untuk mengidentifikasi tatanan dan elemen lanskap sejarah kawasan Empang. Peta tersebut dianalisis secara spasial deskriptif sehingga dapat diketahui zonasi karakteristik lanskap sejarah kawasan Empang pada masa lalu dan elemen lanskap sejarah yang berperan dalam pembentukan karakteristik kawasan. Kondisi elemen lanskap sejarah saat ini diketahui dengan melakukan pengecekan langsung di lapang. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (BCB) menjadi dasar dalam mengidentifikasi elemen lanskap sejarah kawasan Empang yang ada sekarang, dengan kriteria sebagai berikut :
Batas usia benda cagar budaya sekurang-kurangnya 50 tahun.
Bernilai estetik berkaitan dengan aspek arsitektural yang menggambarkan suatu zaman atau gaya/langgam tertentu.
Berada dalam jumlah yang terbatas dari jenis atau fungsinya. Dapat juga merupakan warisan terakhir, perwakilan satu-satunya dalam suatu lingkungan atau wilayah dan tidak terdapat di daerah lain.
Bernilai ilmu pengetahuan berkaitan dengan sejarah/peristiwa perkembangan wilayah, perjuangan bangsa, ketokohan, sosial, politik, budaya, dan arsitektur. Keberadaannya dapat memperkuat dan meningkatkan kualitas atau citra
kawasan disekitarnya.
3. Analisis dan asssesment lanskap
Assessment lanskap sejarah dilakukan untuk mengetahui nilai signifikansi lanskap sejarah kawasan Empang. Penilaian dilakukan terhadap beberapa aspek penting menurut Harris dan Dines (1988), meliputi penilaian keaslian (originality) dan keunikan (uniqueness). Penilaian terhadap aspek tersebut dihitung menggunakan metode skoring yang dikemukakan oleh Selamet (Selamet, 1983 dalam Allindani 2007) dengan rumus interval kelas :
Tinggi = SMi + 2IK + 1 sampai SMa Sedang = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK) Rendah = SMi sampai SMi + IK
Kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian untuk mengetahui tingkat keaslian dan keunikan disajikan pada Tabel 3 dan 4. Selanjutnya skor penilaian dijumlahkan untuk mengetahui tingkat keaslian dan keunikan dari setiap zona yang dinilai.
Tabel 3. Kriteria Penilaian Keaslian (Originality)
No. Kriteria Skor
1 (Rendah) 2 (Sedang) 3 (Tinggi)
1. Pola Penggunaan Lahan Mengalami perubahan penggunaan lahan >50%. Mengalami perubahan penggunaan lahan 25- 50%. Tidak mengalami perubahan penggunaan lahan atau berubah <25% . 2. Pola pemukiman Tidak terdapat elemen lanskap yang menjadi pusat pemukiman. Pola pemukiman linear.
Terdapat elemen lanskap yang menjadi pusat pemukiman. Pola pemukiman linear-konsentrik.
Terdapat elemen lanskap yang menjadi pusat pemukiman. Pola pemukiman konsentrik.
Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) – Skor Minimum (SMi) Jumlah Kategori
Tabel 3. Lanjutan
3. Bangunan Elemen bangunan mengalami perubahan struktur dan elemen. Tidak mewakili karakter dan gaya arsitektur masa lalu. Terdapat sedikit bangunan kuno dengan umur >50 tahun.
Elemen bangunan mengalami asimilasi struktur dan elemen namun masih mewakili karakter dan gaya arsitektur masa lalu. Terdapat cukup banyak bangunan kuno dengan umur >50 tahun. Elemen bangunan tidak mengalami perubahan karakter, struktur, dan elemen sehingga sangat mewakili gaya arsitektur masa lalu. Terdapat banyak bangunan kuno dengan umur >50 tahun.
4. Pola Sirkulasi Jaringan jalan mengalami
penambahan ruas dan merubah karakteristiknya. Jaringan jalan mengalami penambahan ruas namun masih mempertahankan karakteristiknya.
Jaringan jalan tetap, relatif tidak mengalami penambahan ruas, dan karakteristiknya masih asli.
(Sumber : Harris dan Dines, 1988)
Tabel 4. Kriteria Penilaian Keunikan (Uniqueness)
(Sumber : Harris dan Dines, 1988)
No. Kriteria Skor
1 (Rendah) 2 (Sedang) 3 (Tinggi)
1. Asosiasi Kesejarahan Lanskap/elemen tidak memiliki hubungan kesejarahan. Lanskap/elemen memiliki hubungan kesejarahan yang lemah. Lanskap/elemen memiliki hubungan kesejarahan yang kuat.
2. Integritas Elemen lanskap sejarah tersebar dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak membentuk kesatuan lanskap bersejarah yang harmonis.
Elemen lanskap sejarah tersebar dalam jumlah yang cukup banyak sehingga membentuk kesatuan lanskap bersejarah dengan karakter lemah. Elemen lanskap sejarah menyatu dalam jumlah yang cukup banyak sehingga membentuk kesatuan lanskap bersejarah dengan karakter kuat. 3. Keragaman yang berbeda dari kebiasaan Lanskap memiliki > 5 perwakilan elemen bersejarah pada suatu kawasan.
Lanskap memiliki 2-5 perwakilan elemen bersejarah pada suatu kawasan.
Lanskap hanya memiliki satu perwakilan elemen bersejarah
pada suatu kawasan. 4. Kualitas
estetik
Elemen lanskap tidak memiliki
estetika/gaya arsitektur yang dapat menunjukkan kekhasannya pada masa lalu Elemen lanskap masih memiliki estetika/gaya arsitektur yang dapat menunjukkan kekhasannya pada masa lalu Elemen lanskap memiliki estetika/gaya arsitektur masa lalu yang khas pada hampir semua bagian, termasuk detail ornamennya
Hasil penilaian kedua aspek tersebut menghasilkan peta kaslian dan peta keunikan yang menampilkan skor-skor dengan skala (Goodchild, 1990) :
Skor 1 = tingkat keaslian/keunikan rendah, mengalami banyak perubahan, namun lanskap sejarah di beberapa lokasi masih dipertahankan. Skor 2 = tingkat keaslian/keunikan sedang, mengalami sedikit perubahan. Skor 3 = tingkat keaslian/keunikan tinggi,lanskap sejarah tidak mengalami
perubahan.
Penilaian gabungan aspek keaslian dan keunikan menghasilkan peta komposit yang kemudian dianalisis secara spasial deskriptif untuk mengetahui zona di kawasan Empang dengan nilai signifikansi sejarah rendah, sedang, dan tinggi. Kriteria rendah diberikan untuk zona yang memiliki nilai gabungan kedua aspek berada pada interval kelas antara 8-13, kriteria sedang diberikan untuk zona yang memiliki nilai gabungan kedua aspek berada pada interval kelas antara 14- 18, dan kriteria sedang diberikan untuk zona yang memiliki nilai gabungan kedua aspek berada pada interval kelas antara 19-24. Peta komposit selanjutnya dioverlay dengan peta rencana penggunaan lahan kawasan Empang yang termuat dalam Rencana Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2002-2012 (Pemda, 2002). Hasil overlay kedua peta tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui keberlanjutan lanskap sejarah kawasan terhadap rencana penggunaan lahan yang ada, sehingga dapat diputuskan tindakan yang harus dilakukan untuk setiap zona dalam upaya pelestarian lanskap sejarah kawasan Empang yang dapat mendukung rencana tata ruang Kota Bogor pada tahap selanjutnya.
Sementara analisis persepsi dilakukan dengan menggunakan metode statistik-deskriptif untuk mendeskripsikan persepsi, pendapat, dan keinginan masyarakat terhadap kawasan Empang. Penilaian dilakukan dengan menjawab pertanyaan dalam bentuk kuesioner tertutup (Lampiran 1 dan Lampiran 2) oleh 60 orang responden. Penyebaran kuesioner menggunakan teknik purposive sampling dimana responden terpilih merupakan masyarakat Kota Bogor yang bermukim dalam kawasan Empang (n=30) dan di luar kawasan Empang (n=30).
4. Sintesis
Merupakan tahapan pengolahan hasil analisis. Pada tahap ini dibuat suatu rekomendasi pelestarian lanskap sejarah kawasan Empang berikut deliniasi kawasan, elemen yang perlu dilestarikan, serta tindakan yang dikenakan pada elemen lanskap sejarah pembentuk kawasan dalam upaya pelestarian lanskap sejarah kawasan Empang yang dapat mendukung perencanaan tata ruang kota Bogor.
SURVEY
ANALISIS
SINTESIS
Gambar 3. Tahapan Penelitian
Kawasan Empang
Aspek Sejarah
1. Sejarah
perkembangan Kota Bogor dan kawasan Empang 2. Elemen sejarah pembentuk lanskap kawasan Empang 3. Kebijakan, peraturan, dan pengelolaan elemen bersejarah dalam kawasan
Aspek Fisik Aspek Sosial
1. Data demografi 2. Persepsi, pendapat, dan keinginan masyarakat 1. Pola pemukiman 2. Karakter lanskap, arsitektur bangunan, dan ruang terbuka 3. Pola penggunaan
lahan Kelurahan Empang
4. RTRW Kecamatan Bogor Selatan
Rekomendasi Pelestarian Lanskap Sejarah Kawasan Empang
Penelusuran Sejarah Perkembangan Kawasan Empang
Identifikasi Tatanan Lanskap Sejarah Kawasan Empang Saai Ini
Assessment Lanskap Sejarah Kawasan Empang