• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain

Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan desain survei, dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan (TB/U) dan perkembangan kognitif dan motorik yang ada di kelompok tertentu. Penelitian ini termasuk penelitian survei dimana penyebab dan efek diobservasi pada saat yang sama, akan tetapi data yang diambil juga meliputi data yang menggambarkan kondisi masa lalu. Pengambilan data dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dan menilai hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

Lokasi

Penelitian dilakukan di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kecamatan Ciampea terletak sekitar 30 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten, 130 km dari pusat Ibukota Propinsi, dan 60 km dari pusat Ibukota Negara. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa prevalensi balita pendek di Kabupaten Bogor mencapai 25.5% (Riyadi et al. 2006) dan tergolong masalah publik yang sedang menurut acuan WHO karena berada pada kisaran 20-29%. Waktu

Persiapan penelitian meliputi pemilihan lokasi dan sasaran, pembuatan kuesioner, uji coba kuesioner, dan pengambilan data di lapangan. Penelitian ini berlangsung selama 2 Bulan yaitu dari bulan Juni 2013 sampai bulan Agustus 2013.

Teknik Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah anak berusia 3-5 tahun yang berada di Desa Cibanteng. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan data yang ada di posyandu Desa Cibanteng. Pemilihan contoh anak usia 3-5 tahun didasarkan atas pertimbangan bahwa kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia yang sedang mengalami perkembangan fase awal yang cukup pesat meliputi perkembangan kognitif dan motorik (Chamidah 2009). Usia 3-5 tahun merupakan usia transisi dari lingkungan keluarga menuju lingkungan sekolah dimana pada usia ini anak mulai disiapkan untuk memasuki masa sekolah sehingga mulai diberikan stimulasi psikososial (Khomsan et al. 2012). Dari seluruh anak berusia 3-5 tahun yang ada di posyandu Desa Cibanteng, dipilih contoh secara purposive dengan kriteria inklusi: 1) berusia 3-5 tahun; 2); mempunyai orang tua lengkap dan bersedia diambil data; 3) mempunyai data berat badan dan tinggi badan saat lahir; 4) tidak mempunyai cacat atau kelainan bawaan. Kriteria eksklusi penelitian adalah anak sedang menjalani pengobatan atau sedang sakit.

23

Pertimbangan penggunaan kriteria inklusi adalah untuk menghindari terjadinya bias seleksi karena adanya kemungkinan pengaruh yang berbeda dari status gizi yang berbeda terhadap perkembangan kognitif dan motorik balita. Pertimbangan penggunaan kriteria eksklusi adalah peneliti ingin melihat kemampuan kognitif dan motorik anak sehari-hari, tidak dipengaruhi oleh status kesehatan balita pada saat diambil data. Anak yang sedang sakit cenderung lebih rewel ketika akan diambil data sehingga tidak diikutsertakan dalam penelitian. Pengambilan contoh dilakukan dengan cara melakukan screening untuk mengetahui anak yang masuk kedalam kriteria inklusi dan eksklusi penelitian melalui penelusuran data posyandu. Ukuran sampel dihitung berdasarkan rumus pendugaan proporsi seperti yang dikemukakan oleh Ariawan (1997).

Dimana:

n = jumlah minimal sampel yang diambil 1-α = 95% (peluang)

p = 25.5% proporsi balita stunting di kabupaten bogor (Riyadi et al. 2006) d = kesalahan yang dapat ditaksir (presisi) = 0.1

Sehingga:

= 73

Berdasarkan hasil survei lokasi penelitian sebelumnya, diketahui bahwa jumlah posyandu yang berada di Desa Cibanteng berjumlah 12 posyandu. Dari jumlah tersebut maka diambil contoh secara proporsional sebanyak 73 balita sehingga tiap posyandu diambil balita kurang lebih sebanyak 6 atau 7 orang balita yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung melalui pengukuran yang meliputi data karakteristik keluarga, data pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak pada ibu, data karakteristik anak, data perkembangan anak (kognitif dan motorik), data pertumbuhan anak (TB/U), data pola konsumsi anak, dan data lingkungan pengasuhan anak yang meliputi praktek pengasuhan gizi, kesehatan, dan stimulasi psikososial oleh ibu. Data sekunder didapatkan dengan penelusuran literatur yang meliputi data mengenai gambaran umum lokasi penelitian serta jumlah dan karakteristik anak prasekolah yang ada di posyandu Desa Cibanteng. Secara lebih rinci, cara pengumpulan data dan pengolahan data untuk masing-masing variabel atau peubah ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Peubah, cara pengumpulan data, dan pengolahan data

No Peubah

cara pengumpulan

data Pengolahan data

Data Primer

A. Data Karateristik Keluarga 1. Besar keluarga

Wawancara Kecil (≤4 orang)

Sedang(5-7 orang) Besar(>7 orang) (BKKBN 2003)

2. Pendidikan orang tua Wawancara Lama menempuh pendidikan formal (tahun)

3. Pekerjaan orang tua Wawancara Kategorikal

4. Pendapatan/kapita keluarga Wawancara BPS (2012) dan gold standard (Sukandar et al.

2008) 5. Tinggi badan ibu Pengukuran

langsung

<150 cm, 150-155 cm atau >155cm

6. Usia orang tua Wawancara Dalam tahun dan bulan 7. Status merokok keluarga Wawancara Merokok/Tidak merokok 8. Riwayat penyakit kehamilan Wawancara, buku

KIA atau catatan kehamilan

Jenis penyakit yang diderita ibu selama hamil

B. Data Pengetahuan Ibu 9. Pengetahuan gizi Wawancara Rendah: <60% Sedang: 60%-79% Tinggi: ≥80% 10. Pengetahuan kesehatan 11. Pengetahuan pengasuhan anak C. Data Praktek Ibu

12. Praktek pengasuhan gizi Wawancara Wawancara

Rendah: <60% Sedang: 60%-79%

Tinggi: ≥80%

13. Praktek pengasuhan kesehatan

14. Praktek Pengasuhan anak HOME inventory (55 poin)

Rendah: 0-29 Sedang: 24-32 Tinggi: 46-55 D. Data Pola Konsumsi Anak

15. Tingkat kecukupan gizi FFQ modifikasi Depkes (1996) 16. Riwayat pemberian ASI dan

MP-ASI

Wawancara Lama pemberian ASI eksklusif dan jenis MP-ASI yang diberikan

17. Kebiasaan makan Wawancara Deskriptif E. Data Karakteristik Anak

18. Umur Wawancara Dalam tahun dan bulan

19. Jenis kelamin Wawancara Laki-laki/perempuan

20. Status kesehatan Wawancara Jenis dan lama penyakit yang diderita oleh anak sejak lahir dan satu bulan terakhir 21. Berat badan lahir Wawancara dan

melihat KMS

<2.500 gram

≥2.500 gram

22. Panjang badan lahir Wawancara dan melihat KMS

Pendek: <48 cm

Normal: ≥48 cm

23. Prematuritas Wawancara dan melihat KMS

Cukup bulan (≥37 minggu)

25

No Peubah

cara pengumpulan

data Pengolahan data

F. Data Perkembangan Anak 24. Perkembangan kognitif Tes perkembangan anak (Puskur 2004) Rendah: <60% Sedang: 60%-79% Tinggi: ≥80% 25. Perkembangan motorik Tes perkembangan anak (Puskur 2004) Rendah: <60% Sedang: 60%-79% Tinggi: ≥80%

G. Data Pertumbuhan Anak 26. TB/U Wawancara dan Pengukuran langsung Z-score TB/U Data Sekunder

27. Profil wilayah penelitian Penelusuran literatur 28. Jumlah anak Data posyandu

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik. Data karakteristik keluarga, praktek pengasuhan gizi, praktek pengasuhan kesehatan, pengetahuan gizi ibu, pengetahuan kesehatan ibu, pengetahuan pengasuhan anak pada ibu, karakteristik anak, status merokok keluarga, kebiasaan makan, dan riwayat pemberian ASI dan MP-ASI diambil dengan menggunakan kuesioner. Data tingkat kecukupan gizi anak diukur dengan menggunakan metode food frequency yang dimodifikasi. Metode FFQ yang dimodifikasi berguna untuk mengetahui gambaran pola konsumsi anak sejak masa lalu hingga masa kini yang ditambahkan dengan komponen ukuran rumah tangga untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi tertentu yang berkaitan dengan pertumbuhan anak seperti energi, protein, besi, kalsium, fosfor, dan vitamin A sejak anak mulai diperkenalkan dengan MP-ASI.

Data praktek pengasuhan anak oleh ibu diambil dengan menggunakan HOME (Home Observation for Measurements of the Environment) untuk anak usia 3-5 tahun. HOME (Home Observation for Measurement of the Enviroment Inventory) dianggap sebagai pendekatan yang paling populer guna mengukur lingkungan pengasuhan di rumah berupa stimulasi psikososial baik secara kualitas maupun kuantitas, yang dirancang oleh Caldwel dan Bradley (1984). Instrumen HOME terdiri dari 2 versi yaitu untuk mengukur lingkungan pengasuhan yang diselenggarakan orang tua untuk kelompok usia bayi (0-3 tahun) dan anak usia prasekolah (3-6 tahun). Terdapat delapan dimensi dalam instrumen HOME yang biasa digunakan untuk memprediksi perkembangan kognitif anak usia prasekolah yaitu stimulasi belajar, stimulasi bahasa, stimulasi akademik, variasi stimulasi, hukuman, modeling, kehangatan dan penerimaan, serta lingkungan fisik.

Data pertumbuhan anak (TB/U) diambil dengan mengukur secara langsung tinggi badan anak menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm, sedangkan data usia anak didapat dengan wawancara atau melihat KMS. Data prematuritas, berat, dan panjang lahir anak didapat dengan wawancara atau melihat KMS. Data status kesehatan anak dan riwayat penyakit selama kehamilan ibu didapat melalui wawancara dan melihat buku KIA atau catatan kehamilan. Data tinggi badan orang tua diambil melalui pengukuran langsung dengan menggunakan microtoise. Data perkembangan kognitif dan motorik diambil dengan mengisi tes berdasarkan instrumen yang dikembangkan oleh Pusat

Kurikulum Anak Usia Dini Departemen Pendidikan Nasional (2004). Instrumen penilaian perkembangan anak Depdiknas (2004) terdiri dari serangkaian tes yang disesuaikan menurut usia dan tahap perkembangan anak. Data sekunder yang meliputi data mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan jumlah anak diperoleh melalui posyandu dan penelusuran literatur.

Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dalam beberapa tahap yaitu: 1) penyusunan kode untuk memudahkan proses entry data; 2) pembersihan data atau cleaning data untuk menghindari kesalahan dalam memasukan data; 3) skoring terhadap nilai pengetahuan gizi, nilai pengetahuan kesehatan anak, nilai pengetahuan pengasuhan anak, perkembangan kognitif, perkembangan motorik, praktek pengasuhan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak; 4) kategorisasi terhadap data skor; 6) analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 16 for Windows dan SAS.

Skoring terhadap nilai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak didapatkan dari 20 pertanyaan dengan tiga kategori jawaban. Setiap jawaban benar pada pertanyaan tentang pengetahuan bernilai satu dan jawaban selain itu bernilai 0. Skoring terhadap nilai praktek pengasuhan gizi dan kesehatan didapatkan dari 20 pertanyaan dengan dua kategori jawaban. Setiap jawaban diberi nilai 1 apabila menjawab ya, dan 0 apabila menjawab tidak. Tingkat pengetahuan dan praktek merupakan persentase dari jumlah skor aktual terhadap jumlah skor yang diharapkan dikali dengan 100%. Tingkat pengetahuan dan praktek dikategorikan rendah jika bernilai kurang dari 60%, dikategorikan sedang jika bernilai 60%-79%, dan dikategorikan tinggi jika bernilai lebih dari sama dengan 80% (Khomsan 2000).

Data perkembangan kognitif dan motorik anak diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum Anak Usia Dini Departemen Pendidikan Nasional (2004) berdasarkan usia anak. Instrumen perkembangan motorik anak meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus yang dibedakan berdasarkan usia anak. Skor tes perkembangan anak diakumulasi untuk setiap jenis perkembangan. Tingkat perkembangan kognitif dan motorik anak merupakan persentase dari jumlah skor aktual terhadap jumlah skor yang diharapkan dikali dengan 100%. Tingkat perkembangan kognitif dan motorik anak dikategorikan rendah apabila skornya kurang dari 60%, sedang jika skornya 60%-79%, dan tinggi jika skornya lebih dari sama dengan 80% (Khomsan et al. 2013). Praktek pengasuhan anak dinilai dari kuesioner dengan menggunakan alat ukur HOME inventory. Instrumen ini terdiri dari 55 butir pertanyaan yang menggambarkan kualitas lingkungan anak yang dibagi atas delapan sub skala yaitu stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik, model, variasi stimulasi, dan hukuman. Masing-masing pertanyaan diberi skor 1 (apabila sesuai pertanyaan) dan 0 (apabila tidak sesuai pertanyaan). Semakin tinggi skor HOME, maka semakin baik pula perkembangan anak (Anwar 2002).

Data tingkat pendidikan orang tua diukur dari jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang dikategorikan kedalam jenjang pendidikan Sekolah Dasar

27

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Perguruan Tinggi (PT). Data besar keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu pengelolaan keuangan bersama dan kemudian dikategorikan ke dalam keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar (BKKBN 2003). Data pendapatan keluarga diukur dengan menjumlahkan pendapatan seluruh anggota keluarga yang berasal dari pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, atau sumber-sumber lainnya yang dihitung selama satu tahun. Data pendapatan keluarga dibagi dengan ukuran keluarga untuk menentukan pendapatan per kapita keluarga. Keluarga dikategorikan miskin apabila pendapatan per kapita keluarga dibawah garis kemiskinan wilayah. Garis kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2010 adalah sebesar Rp 214.338/kapita/bulan (BPS 2012). Jika menggunakan pendekatan gold standard, maka garis kemiskinan untuk wilayah pedesaan setara dengan 2.29 gram emas murni atau setara dengan Rp 1.147.290/kap/bulan (Sukandar et al. 2008). Data tinggi badan ibu dikategorikan menjadi <150cm, 150-155 cm dan >155 cm (Zottarelli et al. 2007). Data riwayat penyakit kehamilan ibu meliputi infeksi TORCH (toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex), malaria, preeklampsia-eklampsia, hiperemesis, dan gejala anemia (Nasikhah 2012). Data prematuritas anak dikelompokan menjadi usia kelahiran prematur (<37 minggu) dan usia kelahiran normal (≥37 minggu), sementara data panjang badan lahir anak dikelompokan menjadi pendek (<48 cm) dan normal (≥48 cm) (Kemenkes 2010). Data pertumbuhan anak (TB/U) dikategorikan berdasarkan kesepakatan ahli gizi di Indonesia berdasarkan standar WHO/NCHS (LIPI 2000) (Tabel 4).

Tabel 4 kategori pertumbuhan anak berdasarkan TB/U Indikator Kategori status gizi Keterangan Tinggi badan menurut

umur (TB/U)

Sangat pendek z-score <-3 Pendek -3 ≤ z-score < -2

Normal z-score ≥-2

Sumber: LIPI (2000)

Data tingkat kecukupan gizi anak diolah dengan menggunakan FFQ yang dimodifikasi dengan menambahkan komponen ukuran rumah tangga sehingga diketahui jumlah konsumsi energi, protein, besi, kalsium, fosfor, dan vitamin A. Instrumen yang digunakan dalam menghitung kandungan gizi adalah daftar komposisi bahan makanan. Tingkat kecukupan gizi masing-masing zat gizi merupakan perbandingan konsumsi zat gizi aktual terhadap angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai dengan kelompok umurnya, kemudian dikalikan dengan 100%. Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral yaitu kurang (<77% AKG) dan cukup (≥77 % AKG) (Gibson 2005). Sedangkan untuk kriteria tingkat kecukupan energi dan protein menggunakan cutoff yang didasarkan atas kriteria Depkes (1996). Secara lebih rinci diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kriteria tingkat kecukupan energi dan protein (Depkes 1996)

Kriteria Cutoff

Lebih ≥120% AKG

Normal 90-119 % AKG Defisit tingkat ringan 80-89 % AKG Defisit tingkat sedang 70-79 % AKG Defisit tingkat berat < 70 % AKG

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 for Windows. Analisis deskriptif menggambarkan sebaran variabel yang diteliti berdasarkan persen dan rataan. Analisis korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara: 1) karakteristik keluarga, karakteristik anak, TKG anak, perkembangan (kognitif dan motorik) dan tinggi badan anak menurut umur; 2) karakteristik keluarga dengan pengetahuan ibu mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak; 3) karakteristik keluarga dan pengetahuan ibu dengan praktek ibu mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak); dan 4) praktek ibu mengenai gizi dan kesehatan dengan tingkat kecukupan gizi anak. Untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (TB/U) dan perkembangan (kognitif dan motorik) anak, digunakan analisis regresi berganda dengan model: Model 1:

y1 = β0 + β1 X1 2X2+ β3X34X4+ β5X56X67X7 + β8X8 9X9 Keterangan:

y1 = z-score (TB/U) β0 = Intersep

β1X1 = Panjang badan lahir anak β2X2 = Prematuritas anak ketika lahir β3X3 = Status kesehatan anak sejak lahir β4X4 = Tinggi badan ibu

β5X5 = Usia mulai diperkenalkan MP-ASI β6X6 = Konsumsi energi

β7X7 = Konsumsi protein

β8X8 = Pendapatan perkapita keluarga β9X9 = Status merokok anggota keluarga ε = Galat (error)

Model 2:

y2 = β0 1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X56X6 + β7X7 + β8X8 + ε Keterangan:

y2 = Perkembangan motorik halus anak prasekolah β0 = Intersep

β1X1 = Status kesehatan anak sejak lahir β2X2 = Lama mengikuti PAUD

β3X3 = Usia anak

β4X4 = Lama pendidikan ibu β5X5 = z-score (TB/U)

β6X6 = Praktik ibu terhadap pengasuhan anak (HOME) β7X7 = Perkembangan kognitif anak

β8X8 = Perkembangan motorik kasar anak ε = Galat (error)

Model 3:

y2 = β0 1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X56X6 + β7X7 + β8X8 + ε Keterangan:

29

y2 = Perkembangan motorik kasar anak prasekolah β0 = Intersep

β1X1 = Status kesehatan anak sejak lahir β2X2 = Lama mengikuti PAUD

β3X3 = Usia anak

β4X4 = Lama pendidikan ibu β5X5 = z-score (TB/U)

β6X6 = Praktik ibu terhadap pengasuhan anak (HOME) β7X7 = Perkembangan kognitif anak

β8X8 = Perkembangan motorik halus anak ε = Galat (error)

Model 4:

y2 = β0 1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ β5X56X6 + β7X7 + β8X8 + ε Keterangan:

y2 = Perkembangan kognitif anak prasekolah β0 = Intersep

β1X1 = Status kesehatan anak sejak lahir β2X2 = Lama mengikuti PAUD

β3X3 = Usia anak

β4X4 = Lama pendidikan ibu β5X5 = z-score (TB/U)

β6X6 = Praktik ibu terhadap pengasuhan anak (HOME) β7X7 = Perkembangan motorik halus anak

β8X8 = Perkembangan motorik kasar anak ε = Galat (error)

Setelah diketahui faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan variabel terikat, maka dilakukan analisis regresi ulang dengan menggunakan software SAS untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari masing-masing faktor tersebut terhadap variabel terikat.

Definisi Operasional

Anak usia prasekolah adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 3-5 tahun.

Status kesehatan anak adalah lama dan jenis penyakit yang telah atau sedang diderita oleh anak sejak lahir dan selama satu bulan terakhir.

Berat badan lahir anak adalah berat badan anak prasekolah pada saat lahir yang diketahui dengan melihat KMS, dikelompokkan menjadi BBLR (<2500 gram) dan normal (≥2500 gram) (Kemenkes 2010).

Panjang badan lahir anak adalah panjang badan anak prasekolah pada saat lahir yang diketahui dengan melihat KMS, dikelompokan menjadi pendek (<48 cm) dan normal (≥48 cm) (Kemenkes 2010).

Prematuritas adalah usia kehamilan saat anak lahir, dikelompokan menjadi prematur (<37 minggu) dan normal (≥37 minggu) (Kemenkes 2010).

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu pengelolaan keuangan keluarga, kemudian dikategorikan ke dalam keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar.

Pendapatan perkapita keluarga adalah pendapatan keluarga dibagi dengan besar keluarga, kemudian dikategorikan miskin apabila pendapatan per kapita keluarga dibawah Rp 204.199/kapita/bulan.

Pertumbuhan anak adalah keadaan anak usia prasekolah yang diakibatkan oleh konsumsi, pencernaan, penyerapan, penggunaan, dan pengeluaran zat gizi yang diukur menggunakan indikator TB/U.

Perkembangan motorik fenomena perkembangan anak yang meliputi perkembangan motorik kasar dan halus. Motorik kasar melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan otot yang lebih besar. Motorik halus melibatkan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot kecil.

Pengukuran perkembangan motorik adalah serangkaian tes yang dilakukan untuk melihat perkembangan motorik anak prasekolah dengan menggunakan instrumen perkembangan anak yang terdiri dari pertanyaan motorik halus dan motorik kasar (Puskur Diknas 2004).

Perkembangan kognitif adalah fenomena perkembangan anak mengenai konsep atau pengertian, meliputi pengenalan warna, suara, rasa, tekstur, nama, dan konsep yang lebih abstrak dan majemuk (Yusuf 2006).

Pengukuran perkembangan kognitif adalah serangkaian tes yang dilakukan untuk melihat perkembangan kognitif anak prasekolah dengan menggunakan instrumen perkembangan anak (Puskur Diknas 2004). Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah penguasaan materi ibu yang

berhubungan dengan pangan, gizi, dan kesehatan anak yang dinilai berdasarkan persentase total jawaban benar dari serangkaian pertanyaan yang diajukan.

Pengetahuan pengasuhan anak adalah penguasaan materi ibu yang berhubungan dengan pengasuhan anak yang dinilai berdasarkan persentase total jawaban benar dari serangkaian pertanyaan yang diajukan.

Praktek gizi dan kesehatan adalah kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak yang meliputi penyediaan makanan anak dan pemeliharaan kesehatan anak.

Praktek pengasuhan anak adalah kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak yang meliputi stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan kasih sayang, stimulasi akademik, model, pengalaman, dan hukuman yang diukur dengan menggunakan instrumen HOME Inventory yang terdiri dari 55 pertanyaan dan bernilai maksimal 55 poin.

Asupan gizi adalah jumlah energi, protein, dan mikronutrien (besi, kalsium, fosfor, vitamin A) yang dikonsumsi anak usia prasekolah yang diukur dengan menggunakan metode FFQ yang domodifikasi.

Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan jumlah konsumsi zat gizi terhadap angka kecukupan gizi tersebut sesuai dengan kelompok umur, dikalikan dengan 100%.

31

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keadaan Geografis

Desa Cibanteng merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 162,185 Ha, terdiri dari 45 RT (Rukun Tetangga) dan 8 RW (Rukun Warga) dengan luas areal pesawahan 20,9 Ha dan tanah atau daratan seluas 141.285 Ha. Desa Cibanteng berbatasan dengan Desa benteng di sebelah utara, Desa Babakan di sebelah timur, Desa Cihideung Ilir dan Cihideung Udik di sebelah selatan, serta Desa Bojong Jengkol di sebelah barat.

Apabila diukur dengan menggunakan alat transportasi yang digunakan masyarakat umum di Desa Cibanteng, maka waktu tempuh Desa Cibanteng adalah :

a) jarak ke ibukota Kecamatan : 2 Km

b) jarak ke ibukota Kabupaten : 25 Km

c) jarak ke ibukota Propinsi : 132 Km

d) jarak ke ibukota negara : 56 Km

e) Waktu tempuh untuk ke ibukota Kecamatan : 0,5 jam f) Waktu tempuh untuk ke ibukota Kabupaten : 2 jam

Pemanfaatan lahan di Desa Cibanteng bervariasi. Sebagian besar lahan di Desa Cibanteng digunakan untuk pemukiman penduduk, sedangkan luas lahan yang digunakan untuk sekolah hanya 1.8 Ha. Secara lebih lengkap, Tabel 6 memperlihatkan luas lahan Desa Cibanteng yang digunakan untuk berbagai fungsi.

Tabel 6 Pemanfaatan lahan di Desa Cibanteng

No Pemanfaatan Lahan Luas (Ha)

1 Pemukiman 80 2 Sekolah 1.8 3 Tempat ibadah 1 4 Kuburan 1 5 Jalan 2.7 6 Kantor desa 0.034 7 Irigasi 37 8 Empang 0.3

Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Cibanteng sebanyak 4682 kepala keluarga. Jika dilihat dari usia, maka penduduk yang terdapat di Desa Cibanteng lebih banyak berada pada kelompok usia 26-35 tahun. Sedangkan jumlah balita mencapai 2087 orang. Selain itu, persentase penduduk laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk perempuan. Secara lengkap, jumlah penduduk menurut struktur usia di Desa Cibanteng diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah penduduk menurut struktur usia

Kelompok Usia Jumlah Jiwa Jumlah

Laki-laki Perempuan 0-12 Bulan 411 383 794 13-4 Tahun 672 621 1293 5-6 Tahun 596 483 1079 7-12 Tahun 878 784 1662 13-15 Tahun 605 527 1132 16-18 Tahun 648 589 1237 19-25 Tahun 952 935 1887 26-35 Tahun 1058 1102 2260 36-45 Tahun 902 917 1809 46-50 Tahun 736 755 1491 51-60 Tahun 657 522 1179 61-75 Tahun 496 502 998 76 Th keatas 66 100 166 J u m l a h 8677 8220 16.897

Sebagian besar penduduk Desa Cibanteng bermata pencaharian sebagai buruh harian lepas, sedangkan pendidikan penduduk lebih banyak berada pada tingkat SD/MI. Jika dilihat dari jumlah tenaga kesehatan yang ada di Desa Cibanteng, maka sebagian besar tenaga kesehatan yang tersedia adalah kader posyandu yang dibantu oleh seorang bidan desa (Tabel 8). Idealnya, sebuah posyandu mempunyai kader minimal lima orang. Akan tetapi, di Desa Cibanteng, cukup sulit mencari kader yang mau menjadi sukarelawan di sebuah posyandu. Sebagai contoh di Posyandu Kuntum Mekar 1, hanya terdapat dua kader yang aktif, sedangkan ketiga kader lainnya tidak aktif dikarenakan alasan kurangnya kesejahteraan bagi kader terutama dalam hal insentif. Secara keseluruhan hanya terdapat 40 kader yang terdaftar di kantor desa yang tersebar di seluruh posyandu yang ada di Desa Cibanteng. Jumlah balita di masing-masing posyandu beragam. Akan tetapi belum terdapat pendataan yang baik mengenai jumlah pasti balita yang terdaftar di masing-masing posyandu. Oleh karena itu, cukup sulit untuk mengetahui berapa jumlah pasti balita yang terdaftar di masing-masing posyandu tersebut. Hanya ada beberapa posyandu yang mempunyai pendataan cukup baik,

Dokumen terkait