• Tidak ada hasil yang ditemukan

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Pertumbuhan pada anak merupakan merupakan cerminan dari keadaan sosial ekonomi masyarakat karena hal tersebut erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi dalam waktu yang lama seperti kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang, kesehatan lingkungan yang kurang baik, pola asuh yang kurang baik dan rendahnya tingkat pendidikan. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang tercermin dari keadaan tubuh yang pendek sehingga melewati defisit 2SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi. Anak usia dini yang mengalami stunting biasanya mempunyai masalah dalam perkembangan, walaupun faktor pengasuhan turut berperan dalam membentuk perkembangan anak.

Anak dengan gangguan pertumbuhan (stunting) cenderung mengalami penurunan kinerja sistem syaraf, terlihat dari kemampuan kognitif yang rendah di akhir masa remaja. Penurunan fungsi motorik pada anak stunting dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan mekanik dari sistem otot tricep surae sehingga menghambat kemampuan motorik mereka. Oleh karena itu, gangguan pertumbuhan (stunting) mungkin dapat mempengaruhi fungsi motorik dan kognitif secara bersamaan.

Gangguan pertumbuhan dapat terjadi secara luas baik di lingkungan yang miskin maupun di lingkungan yang relatif surplus bahan pangan. Dalam suatu populasi, seorang anak dapat menjadi stunted atau tidak. Oleh sebab itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang mengapa dan bagaimana anak-anak menjadi stunting baik pada tingkat individu maupun ekologi. Stunting pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor ekonomi, sosial, maupun budaya. Hal tersebut tercermin dalam karakteristik anak, karakteristik keluarga anak, dan konsumsi anak. Ketiga aspek tersebut seringkali dipertimbangkan sebagai faktor-faktor yang dapat menjadi risiko dalam munculnya gangguan pertumbuhan pada anak usia prasekolah.

Usia dan jenis kelamin termasuk variabel karakteristik anak yang penting dan seringkali menjadi dasar dalam klasifikasi demografi pada penelitian survei. Jenis kelamin dapat menyebabkan pola asuh gizi dan pengeluaran energi yang berbeda sehingga diduga dapat menyebabkan magnitud stunting yang berbeda pada kedua jenis kelamin. Stunting adalah proses kumulatif yang dimulai dalam rahim dan terus berlanjut sampai sekitar tiga tahun setelah kelahiran, sehingga dalam beberapa studi ditemukan hubungan yang signifikan antara kejadian stunting dan usia anak.

Gangguan pertumbuhan juga dikaitkan dengan status kesehatan khususnya diare. Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan malnutrisi pada anak sehingga efek jangka panjangnya dapat menyebabkan stunting. Selain status kesehatan, status kelahiran juga turut berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Bayi dengan panjang lahir dibawah normal menandakan telah terjadi retardasi pertumbuhan ketika masih dalam kandungan, sedangkan bayi dengan berat lahir rendah mempunyai kejar tumbuh (catch up growth) yang tidak sempurna di kemudian hari sehingga pertumbuhan anak tersebut tehambat.

Karakteristik keluarga turut berperan dalam munculnya gangguan pertumbuhan pada anak. Ukuran rumah tangga yang besar biasanya menjadi faktor penentu dalam memilih jenis bahan makanan dan distribusi pangan dalam keluarga. Pada kondisi tersebut, faktor kuantitas lebih diutamakan daripada faktor kualitas sehingga diharapkan seluruh anggota keluarga mendapatkan makanan. Pekerjaan orang tua khususnya ibu turut mempengaruhi intensitas dan kualitas pola-pola hubungan yang terbentuk dalam keluarga, termasuk pola asuh gizi dan kesehatan pada anak. Ibu yang mempunyai pekerjaan di luar berarti mempunyai pekerjaan ganda selain sebagai ibu rumah tangga, hal tersebut mempengaruhi kelekatan hubungan dengan anak karena rendahnya kualitas dan kuantitas komunikasi yang terbentuk

Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola asuh anak karena berhubungan dengan cara berpikir dan keterbukaan terhadap informasi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli terhadap makanan menjadi rendah dan konsumsi pangan keluarga kurang bergizi yang akhirnya akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi keluarga. Gangguan pertumbuhan juga banyak ditemukan pada keluarga dengan orang tua yang merokok hal tersebut berkaitan dengan alokasi pengeluaran untuk pangan atau konsekuensi klinis dari tembakau terhadap status gizi dan penundaan pertumbuhan skeletal. Selain faktor eksternal, faktor internal seperti genetik juga berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Orang tua dengan tinggi badan yang pendek berpeluang melahirkan anak yang pendek pula.

Konsumsi zat gizi yang berasal dari makanan atau ASI pada anak balita menjadi faktor lain yang sering dikaitkan dengan gangguan pertumbuhan pada anak. Konsumsi zat gizi anak meliputi pemberian kolostrum, lama pemberian ASI, jenis makanan, usia pertama kali diperkenalkan MP-ASI, dan pola asuh makan. ASI dan kolostrum memberikan efek protektif terhadap balita dan bayi yang baru lahir. Akan tetapi, durasi menyusui yang semakin lama dapat meningkatkan risiko stunting pada anak disebabkan ibu cenderung tidak memberikan MP-ASI dengan cukup sesuai usia anak. MP-ASI sangat dibutuhkan anak untuk memenuhi kebutuhan gizi yang tidak cukup dari ASI.

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal bukan hanya dengan menyediakan pangan dalam jumlah dan kualitas yang baik, tetapi juga harus memperhatikan pola asuh makan yang tepat bagi anak. Sebuah wilayah surplus pangan tidak menjamin penduduknya terbebas dari masalah stunting. Hal tersebut dapat terjadi karena status gizi dan perkembangan anak secara signifikan dipengaruhi oleh lingkungan pengasuhan. Praktek pengasuhan gizi dan kesehatan yang dilakukan oleh seorang ibu merupakan hasil dari proses panjang yang dimulai dari adanya pengetahuan yang disebabkan oleh suatu stimuli tertentu. Stimuli tersebut dapat berasal dari lingkungan sosial maupun media informasi.

21

Gambar 1 Kaitan pertumbuhan dengan perkembangan kognitif dan motorik pada anak usia prasekolah

Pertumbuhan anak: Perkembangan anak:

motorik Karakteristik anak:

Jenis kelamin Status kesehatan Berat badan lahir Panjang badan lahir Prematuritas

Pola konsumsi anak: tingkat kecukupan gizi riwayat pemberian ASI dan MP-ASI

kebiasaan makan

Praktek pengasuhan anak oleh ibu

Karakteristik keluarga: Besar keluarga

dapatan perkapita keluarga Pekerjaan orang tua

Status merokok keluarga

Riwayat penyakit kehamilan ibu Pengetahuan gizi dan

kesehatan pada ibu

Pengetahuan pengasuhan anak pada ibu

Praktek pengasuhan gizi dan kesehatan oleh ibu

4

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain

Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan desain survei, dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan (TB/U) dan perkembangan kognitif dan motorik yang ada di kelompok tertentu. Penelitian ini termasuk penelitian survei dimana penyebab dan efek diobservasi pada saat yang sama, akan tetapi data yang diambil juga meliputi data yang menggambarkan kondisi masa lalu. Pengambilan data dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dan menilai hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

Lokasi

Penelitian dilakukan di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kecamatan Ciampea terletak sekitar 30 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten, 130 km dari pusat Ibukota Propinsi, dan 60 km dari pusat Ibukota Negara. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa prevalensi balita pendek di Kabupaten Bogor mencapai 25.5% (Riyadi et al. 2006) dan tergolong masalah publik yang sedang menurut acuan WHO karena berada pada kisaran 20-29%. Waktu

Persiapan penelitian meliputi pemilihan lokasi dan sasaran, pembuatan kuesioner, uji coba kuesioner, dan pengambilan data di lapangan. Penelitian ini berlangsung selama 2 Bulan yaitu dari bulan Juni 2013 sampai bulan Agustus 2013.

Teknik Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah anak berusia 3-5 tahun yang berada di Desa Cibanteng. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan data yang ada di posyandu Desa Cibanteng. Pemilihan contoh anak usia 3-5 tahun didasarkan atas pertimbangan bahwa kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia yang sedang mengalami perkembangan fase awal yang cukup pesat meliputi perkembangan kognitif dan motorik (Chamidah 2009). Usia 3-5 tahun merupakan usia transisi dari lingkungan keluarga menuju lingkungan sekolah dimana pada usia ini anak mulai disiapkan untuk memasuki masa sekolah sehingga mulai diberikan stimulasi psikososial (Khomsan et al. 2012). Dari seluruh anak berusia 3-5 tahun yang ada di posyandu Desa Cibanteng, dipilih contoh secara purposive dengan kriteria inklusi: 1) berusia 3-5 tahun; 2); mempunyai orang tua lengkap dan bersedia diambil data; 3) mempunyai data berat badan dan tinggi badan saat lahir; 4) tidak mempunyai cacat atau kelainan bawaan. Kriteria eksklusi penelitian adalah anak sedang menjalani pengobatan atau sedang sakit.

23

Pertimbangan penggunaan kriteria inklusi adalah untuk menghindari terjadinya bias seleksi karena adanya kemungkinan pengaruh yang berbeda dari status gizi yang berbeda terhadap perkembangan kognitif dan motorik balita. Pertimbangan penggunaan kriteria eksklusi adalah peneliti ingin melihat kemampuan kognitif dan motorik anak sehari-hari, tidak dipengaruhi oleh status kesehatan balita pada saat diambil data. Anak yang sedang sakit cenderung lebih rewel ketika akan diambil data sehingga tidak diikutsertakan dalam penelitian. Pengambilan contoh dilakukan dengan cara melakukan screening untuk mengetahui anak yang masuk kedalam kriteria inklusi dan eksklusi penelitian melalui penelusuran data posyandu. Ukuran sampel dihitung berdasarkan rumus pendugaan proporsi seperti yang dikemukakan oleh Ariawan (1997).

Dimana:

n = jumlah minimal sampel yang diambil 1-α = 95% (peluang)

p = 25.5% proporsi balita stunting di kabupaten bogor (Riyadi et al. 2006) d = kesalahan yang dapat ditaksir (presisi) = 0.1

Sehingga:

= 73

Berdasarkan hasil survei lokasi penelitian sebelumnya, diketahui bahwa jumlah posyandu yang berada di Desa Cibanteng berjumlah 12 posyandu. Dari jumlah tersebut maka diambil contoh secara proporsional sebanyak 73 balita sehingga tiap posyandu diambil balita kurang lebih sebanyak 6 atau 7 orang balita yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung melalui pengukuran yang meliputi data karakteristik keluarga, data pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak pada ibu, data karakteristik anak, data perkembangan anak (kognitif dan motorik), data pertumbuhan anak (TB/U), data pola konsumsi anak, dan data lingkungan pengasuhan anak yang meliputi praktek pengasuhan gizi, kesehatan, dan stimulasi psikososial oleh ibu. Data sekunder didapatkan dengan penelusuran literatur yang meliputi data mengenai gambaran umum lokasi penelitian serta jumlah dan karakteristik anak prasekolah yang ada di posyandu Desa Cibanteng. Secara lebih rinci, cara pengumpulan data dan pengolahan data untuk masing-masing variabel atau peubah ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Peubah, cara pengumpulan data, dan pengolahan data

No Peubah

cara pengumpulan

data Pengolahan data

Data Primer

A. Data Karateristik Keluarga 1. Besar keluarga

Wawancara Kecil (≤4 orang) Sedang(5-7 orang) Besar(>7 orang) (BKKBN 2003)

2. Pendidikan orang tua Wawancara Lama menempuh pendidikan formal (tahun)

3. Pekerjaan orang tua Wawancara Kategorikal

4. Pendapatan/kapita keluarga Wawancara BPS (2012) dan gold standard (Sukandar et al.

2008) 5. Tinggi badan ibu Pengukuran

langsung

<150 cm, 150-155 cm atau >155cm

6. Usia orang tua Wawancara Dalam tahun dan bulan 7. Status merokok keluarga Wawancara Merokok/Tidak merokok 8. Riwayat penyakit kehamilan Wawancara, buku

KIA atau catatan kehamilan

Jenis penyakit yang diderita ibu selama hamil

B. Data Pengetahuan Ibu 9. Pengetahuan gizi Wawancara Rendah: <60% Sedang: 60%-79% Tinggi: ≥80% 10. Pengetahuan kesehatan 11. Pengetahuan pengasuhan anak C. Data Praktek Ibu

12. Praktek pengasuhan gizi Wawancara Wawancara

Rendah: <60% Sedang: 60%-79%

Tinggi: ≥80%

13. Praktek pengasuhan kesehatan

14. Praktek Pengasuhan anak HOME inventory (55 poin)

Rendah: 0-29 Sedang: 24-32 Tinggi: 46-55 D. Data Pola Konsumsi Anak

15. Tingkat kecukupan gizi FFQ modifikasi Depkes (1996) 16. Riwayat pemberian ASI dan

MP-ASI

Wawancara Lama pemberian ASI eksklusif dan jenis MP-ASI yang diberikan

17. Kebiasaan makan Wawancara Deskriptif E. Data Karakteristik Anak

18. Umur Wawancara Dalam tahun dan bulan

19. Jenis kelamin Wawancara Laki-laki/perempuan

20. Status kesehatan Wawancara Jenis dan lama penyakit yang diderita oleh anak sejak lahir dan satu bulan terakhir 21. Berat badan lahir Wawancara dan

melihat KMS

<2.500 gram

≥2.500 gram

22. Panjang badan lahir Wawancara dan melihat KMS

Pendek: <48 cm

Normal: ≥48 cm

23. Prematuritas Wawancara dan melihat KMS

Cukup bulan (≥37 minggu)

25

No Peubah

cara pengumpulan

data Pengolahan data

F. Data Perkembangan Anak 24. Perkembangan kognitif Tes perkembangan anak (Puskur 2004) Rendah: <60% Sedang: 60%-79% Tinggi: ≥80% 25. Perkembangan motorik Tes perkembangan anak (Puskur 2004) Rendah: <60% Sedang: 60%-79% Tinggi: ≥80%

G. Data Pertumbuhan Anak 26. TB/U Wawancara dan Pengukuran langsung Z-score TB/U Data Sekunder

27. Profil wilayah penelitian Penelusuran literatur 28. Jumlah anak Data posyandu

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik. Data karakteristik keluarga, praktek pengasuhan gizi, praktek pengasuhan kesehatan, pengetahuan gizi ibu, pengetahuan kesehatan ibu, pengetahuan pengasuhan anak pada ibu, karakteristik anak, status merokok keluarga, kebiasaan makan, dan riwayat pemberian ASI dan MP-ASI diambil dengan menggunakan kuesioner. Data tingkat kecukupan gizi anak diukur dengan menggunakan metode food frequency yang dimodifikasi. Metode FFQ yang dimodifikasi berguna untuk mengetahui gambaran pola konsumsi anak sejak masa lalu hingga masa kini yang ditambahkan dengan komponen ukuran rumah tangga untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi tertentu yang berkaitan dengan pertumbuhan anak seperti energi, protein, besi, kalsium, fosfor, dan vitamin A sejak anak mulai diperkenalkan dengan MP-ASI.

Data praktek pengasuhan anak oleh ibu diambil dengan menggunakan HOME (Home Observation for Measurements of the Environment) untuk anak usia 3-5 tahun. HOME (Home Observation for Measurement of the Enviroment Inventory) dianggap sebagai pendekatan yang paling populer guna mengukur lingkungan pengasuhan di rumah berupa stimulasi psikososial baik secara kualitas maupun kuantitas, yang dirancang oleh Caldwel dan Bradley (1984). Instrumen HOME terdiri dari 2 versi yaitu untuk mengukur lingkungan pengasuhan yang diselenggarakan orang tua untuk kelompok usia bayi (0-3 tahun) dan anak usia prasekolah (3-6 tahun). Terdapat delapan dimensi dalam instrumen HOME yang biasa digunakan untuk memprediksi perkembangan kognitif anak usia prasekolah yaitu stimulasi belajar, stimulasi bahasa, stimulasi akademik, variasi stimulasi, hukuman, modeling, kehangatan dan penerimaan, serta lingkungan fisik.

Data pertumbuhan anak (TB/U) diambil dengan mengukur secara langsung tinggi badan anak menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm, sedangkan data usia anak didapat dengan wawancara atau melihat KMS. Data prematuritas, berat, dan panjang lahir anak didapat dengan wawancara atau melihat KMS. Data status kesehatan anak dan riwayat penyakit selama kehamilan ibu didapat melalui wawancara dan melihat buku KIA atau catatan kehamilan. Data tinggi badan orang tua diambil melalui pengukuran langsung dengan menggunakan microtoise. Data perkembangan kognitif dan motorik diambil dengan mengisi tes berdasarkan instrumen yang dikembangkan oleh Pusat

Kurikulum Anak Usia Dini Departemen Pendidikan Nasional (2004). Instrumen penilaian perkembangan anak Depdiknas (2004) terdiri dari serangkaian tes yang disesuaikan menurut usia dan tahap perkembangan anak. Data sekunder yang meliputi data mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan jumlah anak diperoleh melalui posyandu dan penelusuran literatur.

Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dalam beberapa tahap yaitu: 1) penyusunan kode untuk memudahkan proses entry data; 2) pembersihan data atau cleaning data untuk menghindari kesalahan dalam memasukan data; 3) skoring terhadap nilai pengetahuan gizi, nilai pengetahuan kesehatan anak, nilai pengetahuan pengasuhan anak, perkembangan kognitif, perkembangan motorik, praktek pengasuhan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak; 4) kategorisasi terhadap data skor; 6) analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 16 for Windows dan SAS.

Skoring terhadap nilai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak didapatkan dari 20 pertanyaan dengan tiga kategori jawaban. Setiap jawaban benar pada pertanyaan tentang pengetahuan bernilai satu dan jawaban selain itu bernilai 0. Skoring terhadap nilai praktek pengasuhan gizi dan kesehatan didapatkan dari 20 pertanyaan dengan dua kategori jawaban. Setiap jawaban diberi nilai 1 apabila menjawab ya, dan 0 apabila menjawab tidak. Tingkat pengetahuan dan praktek merupakan persentase dari jumlah skor aktual terhadap jumlah skor yang diharapkan dikali dengan 100%. Tingkat pengetahuan dan praktek dikategorikan rendah jika bernilai kurang dari 60%, dikategorikan sedang jika bernilai 60%-79%, dan dikategorikan tinggi jika bernilai lebih dari sama dengan 80% (Khomsan 2000).

Data perkembangan kognitif dan motorik anak diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum Anak Usia Dini Departemen Pendidikan Nasional (2004) berdasarkan usia anak. Instrumen perkembangan motorik anak meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus yang dibedakan berdasarkan usia anak. Skor tes perkembangan anak diakumulasi untuk setiap jenis perkembangan. Tingkat perkembangan kognitif dan motorik anak merupakan persentase dari jumlah skor aktual terhadap jumlah skor yang diharapkan dikali dengan 100%. Tingkat perkembangan kognitif dan motorik anak dikategorikan rendah apabila skornya kurang dari 60%, sedang jika skornya 60%-79%, dan tinggi jika skornya lebih dari sama dengan 80% (Khomsan et al. 2013). Praktek pengasuhan anak dinilai dari kuesioner dengan menggunakan alat ukur HOME inventory. Instrumen ini terdiri dari 55 butir pertanyaan yang menggambarkan kualitas lingkungan anak yang dibagi atas delapan sub skala yaitu stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik, model, variasi stimulasi, dan hukuman. Masing-masing pertanyaan diberi skor 1 (apabila sesuai pertanyaan) dan 0 (apabila tidak sesuai pertanyaan). Semakin tinggi skor HOME, maka semakin baik pula perkembangan anak (Anwar 2002).

Data tingkat pendidikan orang tua diukur dari jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang dikategorikan kedalam jenjang pendidikan Sekolah Dasar

27

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Perguruan Tinggi (PT). Data besar keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu pengelolaan keuangan bersama dan kemudian dikategorikan ke dalam keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar (BKKBN 2003). Data pendapatan keluarga diukur dengan menjumlahkan pendapatan seluruh anggota keluarga yang berasal dari pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, atau sumber-sumber lainnya yang dihitung selama satu tahun. Data pendapatan keluarga dibagi dengan ukuran keluarga untuk menentukan pendapatan per kapita keluarga. Keluarga dikategorikan miskin apabila pendapatan per kapita keluarga dibawah garis kemiskinan wilayah. Garis kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2010 adalah sebesar Rp 214.338/kapita/bulan (BPS 2012). Jika menggunakan pendekatan gold standard, maka garis kemiskinan untuk wilayah pedesaan setara dengan 2.29 gram emas murni atau setara dengan Rp 1.147.290/kap/bulan (Sukandar et al. 2008). Data tinggi badan ibu dikategorikan menjadi <150cm, 150-155 cm dan >155 cm (Zottarelli et al. 2007). Data riwayat penyakit kehamilan ibu meliputi infeksi TORCH (toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex), malaria, preeklampsia-eklampsia, hiperemesis, dan gejala anemia (Nasikhah 2012). Data prematuritas anak dikelompokan menjadi usia kelahiran prematur (<37 minggu) dan usia kelahiran normal (≥37 minggu), sementara data panjang badan lahir anak dikelompokan menjadi pendek (<48 cm) dan normal (≥48 cm) (Kemenkes 2010). Data pertumbuhan anak (TB/U) dikategorikan berdasarkan kesepakatan ahli gizi di Indonesia berdasarkan standar WHO/NCHS (LIPI 2000) (Tabel 4).

Tabel 4 kategori pertumbuhan anak berdasarkan TB/U Indikator Kategori status gizi Keterangan Tinggi badan menurut

umur (TB/U)

Sangat pendek z-score <-3 Pendek -3 ≤ z-score < -2

Normal z-score ≥-2

Sumber: LIPI (2000)

Data tingkat kecukupan gizi anak diolah dengan menggunakan FFQ yang dimodifikasi dengan menambahkan komponen ukuran rumah tangga sehingga diketahui jumlah konsumsi energi, protein, besi, kalsium, fosfor, dan vitamin A. Instrumen yang digunakan dalam menghitung kandungan gizi adalah daftar komposisi bahan makanan. Tingkat kecukupan gizi masing-masing zat gizi merupakan perbandingan konsumsi zat gizi aktual terhadap angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai dengan kelompok umurnya, kemudian dikalikan dengan 100%. Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral yaitu kurang (<77% AKG) dan cukup (≥77 % AKG) (Gibson 2005). Sedangkan untuk kriteria tingkat kecukupan energi dan protein menggunakan cutoff yang didasarkan atas kriteria Depkes (1996). Secara lebih rinci diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kriteria tingkat kecukupan energi dan protein (Depkes 1996)

Kriteria Cutoff

Lebih ≥120% AKG Normal 90-119 % AKG Defisit tingkat ringan 80-89 % AKG Defisit tingkat sedang 70-79 % AKG Defisit tingkat berat < 70 % AKG

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 for Windows. Analisis deskriptif menggambarkan sebaran variabel yang diteliti berdasarkan persen dan rataan. Analisis korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara: 1) karakteristik keluarga, karakteristik anak, TKG anak, perkembangan (kognitif dan motorik) dan tinggi badan anak menurut umur; 2) karakteristik keluarga dengan pengetahuan ibu mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak; 3) karakteristik keluarga dan pengetahuan ibu dengan praktek ibu mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak); dan 4) praktek ibu mengenai gizi dan kesehatan dengan tingkat kecukupan gizi anak. Untuk melihat faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (TB/U) dan perkembangan (kognitif dan motorik) anak, digunakan analisis regresi berganda dengan model: Model 1:

y1 = β0 + β1 X1 +β2X2+ β3X3+β4X4+ β5X5+β6X6 +β7X7 + β8X8 +β9X9 +ε Keterangan:

y1 = z-score (TB/U) β0 = Intersep

β1X1 = Panjang badan lahir anak

β2X2 = Prematuritas anak ketika lahir

β3X3 = Status kesehatan anak sejak lahir

β4X4 = Tinggi badan ibu

β5X5 = Usia mulai diperkenalkan MP-ASI β6X6 = Konsumsi energi

β7X7 = Konsumsi protein

β8X8 = Pendapatan perkapita keluarga β9X9 = Status merokok anggota keluarga ε = Galat (error)

Model 2:

y2 = β0 +β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5 +β6X6 + β7X7 + β8X8 + ε Keterangan:

y2 = Perkembangan motorik halus anak prasekolah β0 = Intersep

β1X1 = Status kesehatan anak sejak lahir

β2X2 = Lama mengikuti PAUD

β3X3 = Usia anak

β4X4 = Lama pendidikan ibu

β5X5 = z-score (TB/U)

β6X6 = Praktik ibu terhadap pengasuhan anak (HOME)

β7X7 = Perkembangan kognitif anak

β8X8 = Perkembangan motorik kasar anak ε = Galat (error)

Model 3:

y2 = β0 +β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5 +β6X6 + β7X7 + β8X8 + ε Keterangan:

29

y2 = Perkembangan motorik kasar anak prasekolah β0 = Intersep

β1X1 = Status kesehatan anak sejak lahir

β2X2 = Lama mengikuti PAUD

β3X3 = Usia anak

β4X4 = Lama pendidikan ibu

β5X5 = z-score (TB/U)

β6X6 = Praktik ibu terhadap pengasuhan anak (HOME)

β7X7 = Perkembangan kognitif anak

β8X8 = Perkembangan motorik halus anak ε = Galat (error)

Model 4:

y2 = β0 +β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ β5X5 +β6X6 + β7X7 + β8X8 + ε Keterangan:

y2 = Perkembangan kognitif anak prasekolah β0 = Intersep

β1X1 = Status kesehatan anak sejak lahir

β2X2 = Lama mengikuti PAUD

β3X3 = Usia anak

β4X4 = Lama pendidikan ibu

β5X5 = z-score (TB/U)

β6X6 = Praktik ibu terhadap pengasuhan anak (HOME)

β7X7 = Perkembangan motorik halus anak

β8X8 = Perkembangan motorik kasar anak ε = Galat (error)

Setelah diketahui faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan variabel terikat, maka dilakukan analisis regresi ulang dengan menggunakan software SAS untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari masing-masing

Dokumen terkait