3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Padang dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Kota Padang memiliki kawasan rawan longsor yang telah dimanfaatkan sebagai wilayah permukiman
2. Lokasi terpilih mempunyai karakteristik wilayah yang mendukung terjadinya longsor dengan tingkat bahaya yang relatif beragam.
Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan disertasi selama 15 bulan, yaitu dari bulan Maret 2008 sampai dengan bulan Mei 2009.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa peta dan citra serta peralatan untuk survei fisik lahan dan survei penelitian sosial masyarakat. Bahan dan alat penelitian dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Alat Penelitian
No Bahan dan Alat Kegunaan Sumber
A Peta dan Citra
1 Peta Administrasi Lokasi Penelitian Mengetahui Batas Administratif Lokasi Penelitian Bappeda Kota Padang 2 Peta Curah Hujan Mengetahui Distribusi
Curah Hujan BMG Tabing Padang
3 Peta Penggunaan Lahan
Mengetahui Pola dan Distribusi Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian
Bappeda Kota Padang
4 Citra Landsat 5+TM tahun 1985
Untuk melihat tutupan lahan di lokasi penelitian tahun 1985
PPLH IPB Bogor, Biotrop, LAPAN
5 Citra Landsat 7+ETM tahun 1994
Untuk melihat tutupan lahan di lokasi penelitian tahun 1994
PPLH IPB Bogor, Biotrop, LAPAN
6 Citra Landsat 7+ETM tahun 2006
Untuk melihat tutupan lahan di lokasi penelitian tahun 2006
PPLH IPB Bogor, Biotrop, LAPAN
Tabel 2. (Lanjutan)
No Bahan dan Alat Kegunaan Sumber
7 Peta Kemiringan Lereng
Mengetahui Kelas Lereng di Lokasi Penelitian
Bappeda Kota Padang 8 Peta Jenis Tanah Mengetahui Distribusi Jenis
Tanah di Lokasi Penelitian Puslit Tanah
9 Peta Geologi Mengetahui Struktur
Geologi Lokasi Penelitian
Direktorat Geologi Bandung
10 Peta Bentuk Lahan Mengetahui Sebaran Bentuk Lahan Lokasi Penelitian
Bappeda Kota Padang 11 Peta Satuan Lahan Mengetahui Sebaran Satuan
Lahan di Lokasi Penelitian
Bappeda Kota Padang B Peralatan Survei dan Analisis Laboratorium
12
Peralatan Survei (bor tanah, ring sampel, altimeter, GPS, abney level,
Munshell Soil Color Chart, palu geologi, pisau lapang, kamera digital, meteran, sekop, cangkul, dll)
Solum Tanah, Tekstur Tanah, Struktur Tanah, C- Organik, Bulk Density, Permeabilitas, Kemiringan Lereng, Panjang Lereng, Struktur Lapisan Batuan, Tingkat Pelapukan Batuan, Kriteria Kedalaman Pelapukan Batuan, Kedalaman Muka Air Tanah, Land Use, Curah Hujan
Laboratorium Geografi Fisik UNP
13
Bahan dan Alat Analisis Laboratorium
Untuk Melakukan Analisis Plastisitas, Kembang-Kerut, Permeabilitas, Tekstur, dan Morfologi Tanah
Puslit Tanah
14 Kertas dan Alat Tulis
Untuk Menyusun Angket Penelitian dan Mencatat Data Lapangan
C Peralatan Analisis Data
15
Perangkat Keras dan Lunak Komputer serta Software GIS Arc View 3.3, ERDAS 8.6, dan SPSS 15
Untuk Analisis Data Penelitian
3.3. Rancangan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian dan metode analisis untuk menjawab tujuan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
29
Gambar 2. Tahap Penelitian dan Alat Analisis
MULAI
Peta Land Use Skala 1:50.000
Peta Jenis Tanah Skala 1:50.000 Peta Geologi Skala 1:50.000 Peta Lereng Skala 1:50.000 Peta Curah Hujan Skala 1:50.000 Peta Bentuk Lahan Skala 1:50.000
Interpretasi
Model Spasial Tingkat Bahaya Longsor MAFF-Japan
Penelitian Tingkat Bahaya Longsor (Zuidam dan Concelado, 1979)
Arc View 3.3
Survei
Verifikasi
Model Spasial Tingkat Bahaya Longsor Kota Padang
Citra Landsat 5+TM Tahun 1985 Citra Landsat 7+ETM Tahun 1994 Citra Landsat 7+ETM Tahun 2006
Perubahan Tutupan Lahan untuk Permukiman
Dinamika Permukiman Kota Padang Dinamika Permukiman pada Tingkat Bahaya Longsor
Peta Administratif Kota Padang
Overlay
Overlay Overlay
Arahan Teknik Pencegahan Longsor
1. Profil Data Sosial Masyarakat 2. Bantuan Pembangunan
Orientasi Data
Faktor-Faktor Sosial Pengubah Tutupan Lahan menjadi Lahan
Permukiman
Multiple Regresion SPSS 15
Rumusan Kebijakan Pengembangan Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor
Deskriptif SELESAI ERDAS 8.6 I II III IV
Prioritas Kebijakan Pengembangan Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor
AHP
Spasial Pengembangan Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor
Deskriptif GIS
Kegiatan penelitian ini dilakukan secara sistematik dengan mengacu pada metode dan tahap-tahap penelitian sebagai petunjuk operasional sebagai berikut: 3.3.1. Jenis dan Sumber Data
3.3.1.1. Data Primer
Data primer terdiri dari data-data hasil survei lapangan pada setiap titik sampel penelitian. Data primer penelitian tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Data dan Sumber Data Primer Penelitian
No Data Primer Teknik Pengumpulan Data Sumber
A. Data Fisik Lingkungan Penelitian Tingkat Bahaya Longsor Zuidam dan Concelado (1979)
1. COLE Survei dan Analisis Laboratorium Lapang-Laboratorium 2. Permeabilitas Survei dan Analisis Laboratorium Lapang-Laboratorium 3. Tekstur Tanah Survei dan Analisis Laboratorium Lapang-Laboratorium
4. Kedalaman Solum/Efektif Survei Lapang
5. Kemiringan Lereng Survei Lapang
6. Bentuk Lereng Survei Lapang
7. Panjang Lereng Survei Lapang
8. Mata Air Survei Lapang
9. Kedalaman Muka Air Tanah Survei Lapang
10. Banjir Survei dan Dokumentasi Lapang-Dinas Pengairan
11. Drainase Survei Lapang
12. Batuan Kecil dalam Tanah Survei Lapang
13. Batuan Besar dalam Tanah Survei Lapang
14. Batuan/Kerikil Survei Lapang
15. Hamparan Batuan Survei Lapang
16. Curah Hujan Dokumentasi BMG Tabing
17. Tingkat Pelapuan Batuan Survei Lapang
18. Erosi Survei Lapang
B. Data Fisik Lingkungan Penelitian Kesesuaian Lahan untuk Pemukiman (USDA 1971)
1 Draiane Kondisi drainase Survei lapang
2 Banjir Frekuensi banjir Survei lapang
3 Kemiringan lereng Persentase Lereng Survei lapang 4 Tekstur Tanah Persentase Pasir, Debu, Liat Survei Lapang dan
Laboratorium 5 Batuan/Kerikil Sebaran dan Singkapan Batuan Survei Lapang 6 Kedalam Efektif Kedalaman Solum Tanah Survei lapang
7 Erosi Bahaya Erosi Survei lapang
C. Data Fisik Lingkungan Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan
Lahan menjadi Lahan Pemukiman
1. Kedalaman Muka Air Tanah Survei Lapang
D. Data Sosial Masyarakat Penelitian Prioritas Kebijakan Penggunaan Lahan dan Pemukiman
1.
Data Sosial Masyarakat (masyarakat pengguna lahan, kelompok pakar/ahli/LSM, pemerintah, LKAAM, pengusaha pengembang
31 3.3.1.2. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari data-data hasil observasi pada instansi terkait. Data sekunder penelitian tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Data dan Sumber Data Sekunder Penelitian
No Data Sekunder Skala/Path- Row/Teknik Pengumpulan Data Sumber Tahun
A. Data Peta dan Citra Penelitian Tingkat Bahaya Longsor MAFF-Japan
1. Citra Landsat 7+ETM P 127-R 61 PPLH IPB Bogor, Biotrop, dan Lapan 2006
2. Peta Penggunaan Lahan 1:50.000 Bappeda Kota 2007
2. Peta Curah Hujan 1:50.000 BMG Tabing Padang 2007
3. Peta Kemirngan Lereng 1:50.000 Bappeda Kota 2007
4. Peta Jenis Tanah 1:50.000 Puslit Tanah 2007
5. Peta Geologi 1:50.000 Direktorat Geologi 2007
6. Peta Bentuk Lahan 1:50.000 Bappeda Kota 2007
7. Peta Topografi 1:50.000 Bappeda Kota 2007
8. Peta Administratif 1:50.000 Bappeda Kota 2007
B.Data Peta dan Citra Satelit Penelitian Dinamika Pemukiman
1 Peta Administratif 1:50.000 Bappeda Kota 2007
2 Citra Landsat 5+TM P 127 – R 61 PPLH IPB Bogor, Biotrop, dan Lapan 1985
3. Citra Landsat 7+ETM P 127 – R 61 PPLH IPB Bogor, Biotrop, dan Lapan 1994
4. Citra Landsat 7+ETM P 127 – R 61 PPLH IPB Bogor, Biotrop, dan Lapan 2006
5. Peta Tingkat Bahaya
Longsor
Skala 1:250.000
Hasil Analisis Tingkat Bahaya Longsor
2008
C. Data Peta dan Citra Penelitian Kesesuaian Lahan untuk Pemukiman
1. Peta Satuan Lahan 1:50.000 Bappeda Kota 2007
D. Data Sosial Masyarakat Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Lahan menjadi Lahan Pemukiman
1. Jumlah Kepala Keluarga Dokumentasi BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
2. Jumlah Keluarga Petani Dokumentasi BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
3. Jumlah Pemilik Lahan Dokumentasi BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
4. Jumlah Pemilik sekaligus Penggarap Lahan Dokumentasi BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006 5. Jumlah Penyewa sekaligus Penggarap Lahan Dokumentasi BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006 6. Jumlah Keluarga Prasejahtera Dokumentasi BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
7. Bantuan Pembangunan Dokumentasi Laporan 1985, 1994, 2006
8. Kepadatan Penduduk Dokumentasi BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data
3.3.2.1. Meneliti Tingkat Bahaya Longsor
Penelitian tingkat bahaya longsor dilakukan secara komprehensif melalui penggabungan pendekatan keruangan, pendekatan geomorfologi, dan pendekatan tanah yang dilakukan melalui 2 cara, yaitu: (1) analisis sekunder data ruang, yaitu analisis yang dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder, termasuk data
spasial melalui penggunaan peta-peta yang berkaitan dengan karakteristik fisik lahan dan (2) analisis primer data ruang, yaitu analisis yang dilakukan melalui penyelidikan langsung ke lapang, melalui pengambilan data tanah dan data lahan, yang kemudian di analisis secara spasial. Rekomendasi hasil penelitian tingkat bahaya longsor melalui pendekatan penataan ruang adalah tersusunnya struktur dan pola ruang sesuai tipologi tingkat bahaya longsor (Myester, 1997; Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2007).
3.3.2.1.1. Tingkat Bahaya Longsor Model MAFF-Japan (Zain, 2002)
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data penelitian tingkat bahaya longsor Model MAFF-Japan (Zain, 2002) adalah:
1.Perumusan peta penggunaan lahan lokasi penelitian. Rumusan peta penggunaan lahan dilakukan berdasarkan pada interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 2006 dengan alat analisis ERDAS 8.6. Klasifikasi penggunaan lahan di analisis dengan teknik supervised classification, sehingga dirumuskan enam pola penggunaan lahan sementara, yaitu: (1) hutan, (2) kebun campuran, (3) semak, (4) lahan terbuka, (5) sawah, dan (6) pemukiman. Survei lapang dilakukan untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan hasil analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola penggunaan lahan yang tepat dan akurat untuk dijadikan sebagai peta penggunaan lahan lokasi penelitian. Untuk mengeluarkan data atribut-nya di analisis melalui toolsVector (raster to vector) dan di analisis lanjut dengan GIS Arc View 3.3. Menurut Suwedi et al. (2006) proses pengolahan citra mengunakan perangkat analisis ERDAS 8.6, yang mencakup: (1) koreksi radiometrik guna meminimalkan pengaruh tutupan awan, (2) koreksi geometrik untuk standarisasi citra ke dalam standar geodetik peta rupa bumi, (3) interpretasi dan klasifikasi jenis tutupan lahan, dan (4) konversi data citra ke dalam format vektor. Dari data yang sudah diperoleh dilakukan analisis dan simulasi model dengan perangkat analisis Arc View 3.3. 2.Peta Bentuklahan Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 (Bappeda Kota
Padang) di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
33 3.Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian skala 1:50.000 tahun 2005 (Bappeda Kota
Padang) di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
4.Peta Curah Hujan Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 (BMG Tabing Padang) di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
5.Peta Geologi Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 (Bappeda Kota Padang) di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut-nya. 6.Peta Lereng Kota Padang skala 1:50.000 tahun 205 (Bappeda Kota Padang) di
analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut-nya.
7.Peta Administrasi Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 (Bappeda Kota Padang) di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
3.3.2.1.2. Tingkat Bahaya Longsor Zuidam dan Concelado (1979)
Analisis distribusi tingkat bahaya longsor menurut Zuidam dan Concelado (1979) dilakukan melalui survei lapang (Cooke dan Doornkamp, 1994), berdasarkan pada Peta Bahaya Longsor Model MAFF-Japan. Penelitian tingkat bahaya longsor dilakukan dengan metode survei berdasarkan pada Peta Tingkat Bahaya Longsor Model MAFF-Japan (Peta Sampel Penelitian Tingkat Bahaya Longsor: Lampiran 1; hal.133).
Teknik penentuan titik sampel adalah stratified random sampling dengan
stratum tingkat bahaya longsor model MAFF-Japan. Pada masing-masing stratum
ditentukan 2 titik sampel secara acak, dan masing-masing titik sampel dibuat
profil tanah yaitu:
1. Zona tingkat bahaya longsor rendah 2 profil tanah 2. Zona tingkat bahaya longsor sedang 2 profil tanah 3. Zona tingkat bahaya longsor tinggi 2 profil tanah 4. Zona tingkat bahaya longsor sangat tinggi 2 profil tanah
Dengan demikian, jumlah profil tanah untuk penelitian tingkat bahaya longsor menurut Zuidam dan Concelado (1979) adalah 8 profil tanah. Sampel tanah diambil pada setiap lapisan tanah, baik secara utuh (sampel tanah utuh) maupun secara tidak utuh atau komposit (sampel tanah tidak utuh) dan data lahan
juga diambil pada masing-masing titik sampel. Analisis sifat-sifat tanah, baik melalui sampel tanah utuh ataupun sampel tanah komposit dilakukan di Laboratorium Tanah, Tanaman, dan Air Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami, Solok Sumatera Barat. Data untuk menganalisis tingkat bahaya longsor Zuidam dan Concelado (1979) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data untuk Menganalisis Tingkat Bahaya Longsor berdasarkan Zuidam dan Concelado (1979)
No Jenis Data Jenis Informasi yang
Diperoleh
Pengumpulan Data dan Sumber
1 Solum Tanah Ketebalan solum tanah Survei lapang
2 Tekstur Tanah Persentase tekstur tanah Analisis laboratorium
3 Struktur Tanah Tipe struktur tanah Survei lapang
4 Bulkdensity Berat isi tanah Analisis laboratorium
5 Permeabilitas Infiltrasi air Analisis laboratorium
6 COLE Kembang kerut tanah Analisis Laboratorium
7 Kemiringan Lereng Tingkat kemiringan lereng Survei lapang
8 Panjang Lereng Panjang lereng Survei lapang
9 Bentuk Lereng Bentukan lereng Survei lapang
10 Ketinggian Relief Ketinggian dari muka laut Survei lapang
11 Struktur Lapisan Batuan Tipe struktur pelapisan batuan Survei lapang
12 Tingkat Pelapukan Batuan Tingkat pelapukan batuan Survei lapang
13 Kriteria Kedalaman Pelapukan
Batuan
Tingkat kedalaman pelapukan
batuan Survei lapang
14 Keterdapatan Mata Air Tanah Sebaran mata air Survei lapang
15 Kedalaman Muka Air Tanah Posisi muka air tanah Survei lapang
16 Land Use Jenis land use Survei lapang
17 Curah Hujan Dinamika curah hujan BMG Tabing Padang
Sumber: Zuidam dan Concelado (1979); Cooke dan Doornkamp (1994) 3.3.2.2. Dinamika Permukiman
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian untuk merumuskan dinamika permukiman (Zain, 2002; Zain, 2006; dan Pribadi et al., 2006), adalah:
1. Perumusan dinamika permukiman pada setiap kecamatan di lokasi penelitian a. Melakukan interpretasi Citra Landsat 5+TM tahun 1985 dengan alat
analisis ERDAS 8.6.
b. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 1994 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
c. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 2006 dengan alat analisis ERDAS 8.6
d. Klasifikasi tutupan lahan di analisis dengan teknik supervised classification pada masing-masing citra, sehingga dirumuskan enam pola
35 tutupan lahan sementara, yaitu: (1) hutan, (2) kebun campuran, (3) semak, (4) lahan terbuka, (5) sawah, dan (6) permukiman.
e. Melakukan survei lapang untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan hasil analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola tutupan lahan yang tepat dan akurat untuk dijadikan sebagai peta tutupan lahan lokasi penelitian. Untuk mengeluarkan data atribut-nya di analisis melalui tools Vector (raster to vector) dan di analisis lanjut dengan GIS Arc View 3.3. f. Melakukan analisis perubahan luas lahan (ha) pada masing-masing tutupan
lahan, terutama perubahan tutupan lahan untuk permukiman pada setiap kecamatan dengan ERDAS 8.6., dengan tools Interpreter (GIS Analysis-
Matrix)
g. Perumusan peta administrasi penelitian di analisis kembali dengan GIS
Arc View 3.3 untuk mengeluarkan data atribut-nya.
2. Perumusan dinamika permukiman pada setiap tingkat bahaya longsor di lokasi penelitian
a. Melakukan interpretasi Citra Landsat 5+TM tahun 1985 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
b. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 1994 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
c. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 2006 dengan alat analisis ERDAS 8.6
d. Klasifikasi tutupan lahan di analisis dengan teknik supervised classification pada masing-masing citra, sehingga dirumuskan enam pola tutupan lahan sementara, yaitu: (1) hutan, (2) kebun campuran, (3) semak, (4) lahan terbuka, (5) sawah, dan (6) permukiman.
e. Melakukan survei lapang untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan hasil analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola tutupan lahan yang tepat dan akurat untuk dijadikan sebagai peta tutupan lahan lokasi penelitian. Untuk mengeluarkan data atribut-nya di analisis melalui tools Vector (raster to vector) dan di analisis lanjut dengan GIS Arc View 3.3. f. Peta tingkat bahaya longsor hasil analisis Model MAFF-Japan
g. Peta administrasi penelitian di analisis kembali dengan GIS Arc View 3.3
3.3.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Lahan menjadi Lahan Permukiman
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan untuk merumuskan faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman periode tahun 1985-1994 dan periode tahun 1994-2006. Perumusan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman di Kota Padang ditinjau dari aspek sosial masyarakat berdasarkan pada karakteristik kependudukan. Data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Teknik Penarikan Sampel untuk Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Lahan menjadi Lahan Permukiman
No Jenis Data Jenis Informasi yang Diperoleh Pengumpulan Data dan Sumber
1
Peta Dinamika Perubahan Tutupan Lahan
Untuk melihat perubahan perkembangan perumahan (ha) pada kawasan rawan longsor
Hasil analisis data citra Landsat 7+ETM tahun 1985, 1995, dan 2005 dengan ERDAS 8.6 2 Data Jumlah Kepala Keluarga (KK)
Untuk mengetahui jumlah kepala keluarga dan anggota keluarga pada kawasan rawan longsor BPS Kota Padang 3 Persentase Keluarga Petani (KKP)
Untuk mengetahui persentase masyarakat yang terlibat langsung dalam mengelola lahan pada kawasan rawan longsor
1. BPS Kota Padang 2. Survei responden 4 Persentase Pemilik Lahan Sekaligus sebagai Pengarap (GARAP)
Untuk mengetahui persentase pemilik lahan dan sekaligus sebagai pengarap lahan pada kawasan rawan longsor
1. BPS Kota Padang 2. Survei responden 5 Persentase Pemilik Lahan (PEMILIK)
Untuk mengetahui persentase pemilik lahan yang tidak melakukan tindakan dalam mengelola lahan pada kawasan rawan longsor 1. BPS Kota Padang 2. Survei responden 6 Persentase Penyewa Lahan (SEWA)
Untuk mengetahui persentase pengarap sekaligus penyewa lahan pada kawasan rawan longsor
1. BPS Kota Padang 2. Survei responden
7. Kedalaman Muka
Air Tanah (AIR)
Untuk mengetahui rata-rata kedalaman air
tanah (cm) per kecamatan Survei
8. Penduduk (PDD) Untuk mengetahui jumlah penduduk per
kecamatan
1. BPS Kota Padang 2. Survei responden
9. Density
(DENSITY)
Untuk mengetahui kepadatan penduduk per kecamatan
1. BPS Kota Padang 2. Survei responden
10 Keluarga Pra
Sejahtera (PRA)
Untuk mengetahui jumlah keluarga pra sejahtera per kecamatan
1. BPS Kota Padang 2. Survei responden
37 3.3.2.4 Arahan Kebijakan Pengembangan Permukiman pada Kawasan
Rawan Longsor
3.3.2.4.1. Spasial Pengembangan Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan untuk merumuskan arahan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor adalah:
1. Merumuskan zona peruntukan lahan untuk permukiman
a. Analisis GIS model tingkat bahaya longsor (peta tingkat bahaya longsor lokasi penelitian)
b. Analisis GIS model tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman (Teknik Pengumpulan Data Analisis Kesesuaian Lahan untuk Permukiman menurut USDA 1971: Lampiran 2; hal. 134).
c. Analisis GIS batas administrasi kecamatan (peta administrasi lokasi penelitian)
2. Merumuskan kondisi eksisting permukiman pada setiap zona peruntukan lahan untuk permukiman
a. Hasil analisis tumpangsusun (overlay) peta tingkat bahaya longsor dengan peta kesesuaian lahan untuk permukiman lokasi penelitian dan peta sebaran tutupan lahan untuk permukiman tahun 2006
b. Analisis GIS batas administrasi kecamatan (peta administrasi lokasi penelitian)
c. Analisis Matrix dengan ERDAS 8.6 dan GIS Arc View 3.3 untuk menentukan luasan zona peruntukan lahan dan kondisi luasan permukiman pada setiap zona peruntukan lahan secara keseluruhan dan per kecamatan di lokasi penelitian
3.3.2.4.2. Arahan Kebijakan Pengembangan Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan untuk merumuskan arahan kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor dilakukan melalui observasi, dokumentasi, wawancara, dan diskusi pada responden yang telah ditentukan. Data primer yang digunakan adalah data-data hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu data-data perumusan zonasi tingkat bahaya longsor, dinamika permukiman pada kawasan rawan longsor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman pada kawasan rawan longsor.
Merumuskan prioritas arahan kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor, teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, diskusi, dan kuesioner dengan:
1. Masyarakat pengguna lahan (PEMILIK, GARAP, SEWA, PRA) b. Kelompok pakar/ahli/LSM (Perguruan Tinggi, LSM Lingkungan) c. Pemerintah kota (Dinas Tata Ruang, BAPEDA)
d. LKAAM
e. Swasta/pengembang 3.3.3. Teknik Analisis Data
3.3.3.1. Meneliti Tingkat Bahaya Longsor
3.3.3.1.1. Tingkat Bahaya Longsor Model MAFF-Japan
Langkah-langkah analisis untuk perumusan zona tingkat bahaya longsor model MAFF-Japan (Zain, 2002) adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis dan merumuskan data-data digital dari bermacam peta dengan GIS Arc View 3.3.
a.Peta Curah Hujan Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 b.Peta Bentuklahan Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 c.Peta Lereng Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 d.Peta Jenis Tanah Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 e.Peta Geologi Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005
f. Peta Penggunaan Lahan Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2006
Peta penggunaan lahan tahun 2006 diperoleh dari proses pengolahan data citra menjadi data digital. Proses pengolahan citra mengunakan perangkat analisis ERDAS 8.6, yang mencakup: (1) koreksi radiometrik guna meminimalkan pengaruh tutupan awan, (2) koreksi geometrik untuk standarisasi citra ke dalam standar geodetik peta rupa bumi, (3) interpretasi dan klasifikasi jenis tutupan lahan, dan (4) konversi data citra ke dalam format vektor.
2. Dari data yang sudah diperoleh dilakukan analisis dan simulasi model dengan perangkat analisis Arc View 3.3 (Suwedi et al., 2006). Zonasi tingkat bahaya longsor dilakukan dengan simulasi model Ministry of Agriculture Forestry and Fishery-Japan (Hamazaki dan Gesite, 1993; Zain, 2002; Zain et al., 2006a), yaitu:
39 TBL = P + 3 (LU) + 2 (S) + 2 (ST) + G + LF Dimana: P : Curah Hujan; LU : Penggunaan Lahan; S : Lereng; ST : Jenis Tanah; G : Tipe Geologi; LF : Bentuklahan
TBL : Tingkat Bahaya Longsor
Analisis data dilakukan dengan GIS yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) tahap tumpangsusun data spasial, (2) tahap editing data atribut, (3) tahap analisis tabuler, dan (d) presentasi grafis (spasial) hasil analisis. Metode yang digunakan dalam tahap analisis tabuler adalah metode scoring. Setiap parameter penentu tingkat bahaya longsor diberi skor tertentu, dan kemudian pada setiap unit analisis skor tersebut dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor selanjutnya dikalsifikasikan untuk menentukan tingkat bahaya longsor. Klasifikasi tingkat bahaya longsor berdasarkan jumlah skor parameter longsor.
Tabel 7. Harkat Kriteria Tingkat Bahaya Lonsor MAFF-Japan
No Unit Model Kriteria Skor
1 Curah Hujan <2.500 4.5 (mm/tahun) 2.000-2.500 4.0 2.500-3.000 3.5 3.000-3.500 3.0 3.500-4.000 2.5 4.000-4.500 2.0 4.500-5.000 1.5 >5.000 1.0
2 Penggunaan Area Perumahan 3
Lahan (Tipe) Lapangan Golf 3
Taman 3
Kuburan 3
Industri 3
Industrial Estate 3
Sawah (2 kali dalam setahun) 4
Sawah (satu kali dalam setahun) 4
Kebun Campuran 2 Perkebunan 2 Padang Rumput 3 Semak Belukar 3 Kolam/Tambak 4 Rawa 4 Danau 4 Hutan 4 Lahan Kritis 1
Tabel 7. (Lanjutan).
No Unit Model Kriteria Skor
3 Lereng (%) 0-2 5
>2-15 4
15-40 3
>40 1
4 Jenis Tanah Histosols 5
Ferralsols 3 Gleysols 5 Vertisols 5 Acrisols 5 Lithosols 3 Podzols 2 Andosols 3 Regosols 2 Grumusol 5
5 Tipe Geologi Alluvium 1
Pleistocene, endapan sedimen 2
Pliocene, endapan sedimen 4
Pleistocene, endapan vulkanik 2
Miocene, batu kapur 3
Material Vulkanik Muda 1
Material Vulkanik Tua 3
Miocene, Vulkanik 3
6 Bentuklahan Zona Dataran Rendah Pantai 5
Zona Dataran Rendah 5
Zona Dataran Tinggi 3
Zona Perbukitan, kemiringan <15% 4
Zona Perbukitan, kemiringan >=15% - <40% 3
Zona Perbukitan, kemiringan >=40% 2
Zona Pegunungan, kemiringan <15% 3
Zona Pegunungan, kemiringan >=15% - <40% 2
Zona Pegunungan, kemiringan >=40% 1