• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Sesuai pendapat Bogdan dan Taylor (Moleong, 2005: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau dari pelantun royong yang dapat diamati. Penelitian kualitatif mempunyai lima ciri, yaitu: (a) “natural setting” sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai instrumen kunci, (b) bersifat deskriptif, (c) lebih mengutamakan proses daripada hasil, (d) analisis data secara induktif, dan (e) makna atau “meaning” merupakan perhatian utamanya.

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka-angka. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

68

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, fokus pada penelitian ini untuk mendiskripsikan makna, nilai, , dan Implementasi royong dalam pembelajaran muatan lokal. Implementasi yang dimaksud pada penelitian ini berupa pencocokan nilai royong yang terdapat pada materi pembelajaran muatan lokal.

C. Deskripsi Fokus

Untuk memahami penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu diberikan batasan. Istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Karya sastra diharapkan tentunya mengandung nilai-nilai yang seharusnya dapat diimplementasikan dalam segala lini kehidupan, dalam penelitian ini penulisan akan memaparkan implementasi royomg dalam pendidikan.

2. Pembelajaran sastra dalam penelitian ini difokuskan pada pembelajaran sastra pada sekolah dasar.

3. Nilai merupakan kualitas diri sesuatu yang dapat menimbulkan respon penghargaan yang dapat dirasakan oleh setiap manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu.

4. Analisis semiotik yang digunakan dalam peneletian menggunakan analisis semiotik dari analisis semiotik yang dipopulerkan oleh Michael Riffaterre.

5. Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan.

69

6. Jenis folklor yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Folklor lisan (verbal folklore) yakni folklor yang bentuknya memang murni lisan karena disajikan lewat bertutur.

7. Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris oral literaturs. Ada juga yang menyatakan bahwa istilah itu berasal dari bahasa Belanda orale letterkunde.

8. Tradisi lisan mencakup semua kegiatan kebudayaan yang dilestarikan dan diturunkan ke generasi ke generasi secara tidak tertulis. Tradisi lisan merangkumi kearifan lokal, sastra dan bentuk kesenian yang lain, sejarah, obat-obatan, primbon, dan sebagainya.

9. Teks yang akan dikaji oleh peneliti yakni teks yang tertuang dalam naskah royong kemudian dari hasil tuturan pelantun royong atau paroyong.

D. Data dan Sumber Data

Data terdiri atas data primer dan data sekunder. Menurut Umar (2003: 56) data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai objek penulisan. Metode wawancara mendalam atau in-depth interview dipergunakan untuk memperoleh data dengan metode wawancara dengan narasumber yang akan diwawancarai. Wawancara yang dilakukan peneliti merupakan wawancara dengan penggunaan pedoman (interview guide) dimaksudkan untuk wawancara yang lebih mendalam dengan memfokuskan pada persoalan-persoalan yang akan diteliti. Pedoman wawancara biasanya tak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail,

70

tetapi sekadar garis besar tentang data atau informasi apa yang ingin didapatkan dari narasumber. Sumber data primer dari penelitian ini yaitu dari penutur atau paroyong, seniman, tokoh masyarakat, dan guru muatan lokal. Pada penelitian ini, peneliti berhasil menghimpun lima data primer yang berasala dari Kabupaten Takalar. Data primer yang diperoleh peneliti bersumber dari syair Royong Hj. Siyang Daeng Saga (SDS), syair Royong Hj. Syamsiah (HS), syair Royong Billong Daeng Sakking (BDS), syair royong Kartini Daeng Caya (KDC), dan syair royong Patisang Daeng Sannging (PDS)

Sedangkan data sekunder menurut Sugiyono (2005: 62) adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang atau mencari data dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi pustaka yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian. Data Sekunder yang dimaksud adalah data yang berasal dari teks/naskah royong yang tersebar dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Sulawesi selatan yang bersuku Makassar.

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber pustaka yang ada di Kota Makassar. Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat data primer yang diperoleh dari pelantun royong (paroyong). Adapun data sekunder yang berhasil dihimpun oleh peneliti yakni syair royong Cui Nilakborok dari data dokumen pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan dan syair royong dari Chaeruddin Hakim.

71

Provinsi Sulawesi Selatan, ada beberapa Kabupaten/Kota yang bersuku Makassar namun peneliti hanya membatasi lokasi penelitian di Kabupaten Takalar.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen tunggal atau instrument kunci. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2009: 15) yang mengungkapkan, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada postpostifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dan peneliti sebagai instrument kunci.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengabsahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data lapangan menggunakan beberapa cara, yaitu pertama observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang royong. Observasi dimaksudkan untuk mendapatkan sebanyak mungkin fakta yang berkaitan dengan obyek penelitian. Pada tahap ini subyektifitas peneliti memperoleh ruang yang sangat lebar untuk menginterpretasikan dan menafsirkan fakta-fakta yang didapat. Kedua, penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa informan. Jenis wawancara yang dipilih oleh peneliti adalah wawancara terstruktur (Structured interview) (Sugiyono 2009:73).

Pemilihan informan dilakukan secara purposive, yaitu informan dipilih berdasarkan pertimbangan dapat memberikan keterangan sesuai dengan tujuan

72

penelitian. Informan yang terpilih terdiri para penutur royong, tokoh masyarakat, pemerhati budaya, dan akademisi.

Selain itu, peneliti melakukan studi pustaka. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, studi pustaka dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dari literatur-literatur yang mendukung penelitian ini. Informasi dari berbagai literatur dapat memperdalam teori dan konsep guna membantu dalam menganalisis masalah penelitian.

Peneliti juga melakukan perekaman secara audio-visual untuk mendapatkan dokumentasi sebagai pendukung penelitian ini (sebagai alat bantu observasi). Perekaman dilakukan baik ketika royong digelar pada praktik sebenarnya dalam upacara adat yang bersifat ritual maupun saat pertunjukan (di luar upacara adat). Data perekaman ini, akan dijadikan data pendukung untuk melakukan analisis penelitian. 2. Pengabsahan Data

Penelitian ini menggunakan triangulasi data sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Menurut Moleong (2012:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

G. Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya adalah analisis data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini. Data yang telah didapatkan dari lapangan, baik yang berasal dari observasi, wawancara, maupun tuturan lisan, dipilah dan dikelompokkan.

73

Kemudian data tersebut dianalisis, dibuat tafsiran antara fenomena yang ada, Pada tahap ini, konsep Miles dan Huberman akan membantu melihat bagaimana elemen dalam konsep ini berpengaruh terhadap keberadaan royong sebagai produk budaya.

74

BAB IV

Dokumen terkait