• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi (Gambar 3). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan alasan Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi penghasil karet yang dalam beberapa tahun terakhir ini banyak terjadi konversi tanaman karet menjadi kelapa sawit. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data time series dan cross section. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dengan petani karet dan petani kelapa sawit yang awalnya adalah petani karet. Selain itu juga digunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perkebunan Kabupaten Batang Hari, Kecamatan Pemayung, Bappeda Kabupaten Batang Hari, Kantor penyuluh Pertanian dan Perkebunan, dan BPS.

Metode Pengambilan Sampel

Pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive

berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki dan dipandang mempunyai keterkaitan yang erat dengan ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh responden yang mengusahakan komoditas karet dan komoditas kelapa sawit pada lahan yang sebelumnya merupakan lahan karet. Berdasarkan kriteria tersebut dilakukan pendataan di lapangan bersama tokoh

masyarakat dan petugas lapangan, sehingga diperoleh total populasi sebanyak 107 orang yang terdiri dari 67 petani kelapa sawit ditambah petani karet sebanyak 40 orang, selanjutnya seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian ini. Responden yang digunakan berasal dari beberapa desa di Kecamatan Pemayung, yaitu Desa/Kelurahan Jembatan mas (24 orang), Tebing Tinggi (4 orang), Simpang Kubu Kandang (6 orang), Kuap (6 orang), Awin (7 orang), Serasah (13 orang), Pulau Betung (7 orang), Ture (4 orang), Lubuk Ruso (3 orang), Teluk (13 orang), Kaos (14 orang), dan Teluk Ketapang (6 orang). Desa-desa tersebut merupakan desa yang sebagian besar penduduknya adalah petani karet yang melakukan konversi tanaman karet menjadi kelapa sawit.

Metode Analisis

Analisis data dilakukan dengan cara mengolah data yang didapat untuk mencapai tujuan yang dibangun dalam penelitian ini. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Analisis Laju Konversi Lahan Karet

Analisis ini menggunakan data yang bersumber dari publikasi BPS deret waktu tahun 2003-2011. Konversi lahan didefinisikan sebagai konversi lahan neto (Ilham et al. 2005 ). Secara matematika dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:

Lt = Luas lahan karet tahun t ( hektar)

Ct = Pencetakan lahan karet baru (hektar)

At = Lahan karet yang dikonversi (hektar)

Lt-1= Luas lahan karet tahun sebelumnya (hektar)

Luas lahan karet tahun t akan mengalami peningkatan jika luas pencetakan karet baru lebih besar dari luas lahan karet yang dikonversi menjadi penggunaan selain karet (Ct > At) atau hanya dilakukan pencetakan lahan karet baru.

Sebaliknya jika konversi lahan karet lebih besar dari pencetakan lahan karet baru (Ct < At) atau hanya terjadi konversi lahan karet maka luas lahan karet pada tahun t akan mengalami penurunan.

Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan dalam kegiatan usahatani ini didukung oleh data dalam penerimaan usahatani, kemudian dianalisis tingkat pendapatan yang diperoleh dengan mempertimbangkan besaran penerimaan dan biaya. Penerimaan usahatani pada dasarnya merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang ada, secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Qy . Py

TC = TFC + TVC

Dimana:

TR = Penerimaan Total (Rp) Qy = Jumlah output (Kg) Py = Harga output (Rp)

Π = Keuntungan (Rp)

TFC = Biaya tetap total (Rp) TVC = Biaya Variabel total (Rp) TC = Biaya Total

Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh oleh produk total dikalikan dengan harga jual di tingkat petani. Jumlah produksi total menggambarkan hasil penjualan produk dan hasil penjualan produk sampingan. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan petani untuk pembelian sarana produksi. Biaya tunai dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi besarnya produksi dan sifat penggunaannya tidak habis pakai dalam satu kali proses produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak, bunga pinjaman, dan sewa lahan. Biaya variable merupakan biaya yang berhhubungan langsung dengan jumlah produksi, seperti biaya pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, dan upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dibebankan pada usahatani untuk penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan alat- alat. Biaya ini digunakan untuk menghitung pendapatan kerja petani jika biaya modal, sewa lahan, dan nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan.

Setelah besarnya penerimaan dan biaya di analisis, maka pada tahap selanjutnya akan di analisis tingkat pendapatan yang diperoleh. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya (Soekartawi 1995). Menurut Soekartawi (1995), terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh dari analisis usahatani, diantaranya adalah:

a) Data produktivitas dapat dipakai sebagai ukuran apakah produktivitas yang diperoleh itu sudah cukup tinggi, sedang atau masih rendah.

b) Data pendapatan usahatani dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat apakah usahatani itu menguntungkan atau merugikan dan sampai seberapa besar keuntungan atau kerugian tersebut.

c) Data sebaran penggunaan input dapat dipakai untuk memberikan informasi bagaimana alokasi input dan berapa besar biaya yang di alokasikan pada masing-masing input.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk melihat secara keseluruhan investasi yang dimiliki oleh petani dalam kegiatan usahatani karet dan kelapa sawit. Dalam analisis kelayakan finansial, dibutuhkan data arus penerimaan dan pengeluaran usahatani karet dan kelapa sawit sampai dengan berakhir periode penilaian. Data tersebut dibutuhkan untuk mengetahui pendapatan bersih pada usahatani karet dan kelapa sawit. Arus penerimaan dan pengeluaran disajikan dalam bentuk cashflow.

Kelayakan finansial dari suatu investasi dinilai dengan menggunakan metode arus tunai terpotong (Discounted Cashflow). Metode ini adalah suatu cara

penilaian manfaat atau penilaian kelayakan investasi dari suatu proyek dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang. Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis kelayakan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao adalah NPV, IRR dan Net B/C. (Gray et al. 1992):

a. Net Present Value (NPV)

Metode ini merupakan selisih manfaat dan biaya selama umur ekonomis usahatani yang diukur dengan nilai uang sekarang dengan menggunakan

discount rate . Rumus :

NPV =

Keterangan :

NPV = Jumlah pendapatan bersih diwaktu sekarang selama n tahun (Rp) Bt = Penerimaan usahatani pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Biaya usahatani pada tahun ke-t (Rp)

n = Umur ekonomis usahatani

i = Tingkat diskonto (%) b. Internal Rate of Returnt (IRR)

Internal Rate of return adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Internal rate of return merupakan arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Rumus :

=

Ketarangan :

i” = IRR (%) B = Manfaat

C = Biaya yang dikeluarkan t = Umur tanaman

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C adalah perbandingan antara present value dari total benefit positif dengan total benefit negatif. Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya.

Rumus :

Net B/C =

Keterangan :

Bt = Manfaat pada waktu ke-t

Ct = Biaya pada waktu ke-t

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Konversi lahan Karet

Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik (logit) untuk variabel independen biner diduga sebagai faktor yang mempengaruhi konversi lahan karet menjadi kelapa sawit. Model logit adalah model yang dikembangkan dari Model Probabilitas Linier dimana data Y terdiri dari 0 dan 1. Dalam model logit data terdiri dari 0 dan 1 diubah sedemikian rupa sehingga menajdi data interval. Regresi logistik terdiri dari regresi logistik biner dan regresi logistic multinomial.

Analisis logit biner dilakukan terhadap variable bebas yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi konversi karet menjadi kelapa sawit. Sedangkan data Y terdiri dari nilai 0 yang berarti responden tidak melakukan konversi dan nilai 1 yang berarti responden melakukan konversi. Kondisi ini memungkinkan terjadinya perbedaan hasil logit dengan proporsi sebaran responden, sebab memungkinkan terjadi suatu kondisi dimana responden yang melakukan konversi menganggap faktor Xi adalah faktor yang mempengaruhi konversi dan sebaliknya.

Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik yang dapat dispesifikkan sebagai berikut (Pindyck and Rubinfeld 1998):

Pi = F (Zi)……….……….. (1)

sehingga:

Π (x) = α +β1 X1 +β1X1 +….+ βnXn………….……...(5) Keterangan :

Pi = Peluang petani dalam memilih/mengelola lahan karet (1 = lahan karet dikonversi menjadi kelapa sawit dan 0 = lahan karet tidak dikonversi)

α = Intersept

β1 .. βi = Koefisien regresi

X1....Xi= Variabel bebas yang mempengaruhi lahan karet yang dikonversi

menjadi kelapa sawit)

X1 : kendala curahan waktu penyadapan karet X2 : kondisi tanaman karet rusak

X3 : kendala serangan hama karet X4 : jumlah tenaga kerja keluarga X5 : pengalaman usahatani karet

X6 : ketersediaan sarana produksi modal X7 : luas kepemilikan lahan

X8 : Faktor coba-coba X9 : harga TBS

Analisis Risiko

Beberapa ukuran yang digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah (Fariyanti 2008): varian (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation).

a. Variance

σ2

= Keterangan:

σ2

= Variance dari return Pi = peluang suatu kejadian Ri = return = ekspektasi return b. Standard Deviation σi = Keterangan : σ2 = varian σi = standar deviasi c. Coefficient Variation (CV) CV = σi / Keterangan : CV = Coefficient variation σi = standar deviasi = ekspektasi return Analisis Portofolio

Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko. Teori portofolio membantu petani dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya petani tidak menanam hanya satu jenis komoditas tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis komoditas.

Perhitungan expected return pada portofolio dua aset adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):

Rp = kRA + (1-k) RB

Dimana:

k = Fraction portofolio pada aset pertama (1 – k) = Fraction portofolio pada aset kedua RA = Expected return pada aset pertama

Fraction (proporsi) dari masing-masing aset adalah :

k + (1-k) = 1

Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):

dimana :

σ

p 2

= Variance portofolio untuk investasi aset i dan j

σij

= Covariance antara investasi aset i dan j

k = Fraction portofolio pada investasi aset i (1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset j

Jika σij = ρij σi σi dimana ρij merupakan koefisien korelasi antara investasi aset i dan j maka persamaan variance portofolio dari dua aset dapat dituliskan menjadi sebagai berikut :

Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak bersama-sama.

2.Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

Adapun ragam tingkat keuntungan portofolio karet dan kelapa sawit adalah sebagai berikut.

σ

p

=

p

Keterangan : σ2

p = ragam tingkat keuntungan portofolio

σp = simpangan baku tingkat keuntungan portofolio

σ2

i = ragam tingkat keuntungan komoditas Karet

σ2

j = ragam tingkat keuntungan komoditas Kelapa sawit

ρij = koefisien korelasi komoditas Karet dan Kelapa sawit

Untuk memilih alternatif yang memberikan risiko paling rendah dalam mengharapkan suatu hasil dari berbagai kombinasi yang ada, digunakan rumus koefisien variasi (CV) atau risiko per unit:

CV = σp / Rp

Keterangan :

Rp = tingkat hasil yang diharapkan dari diversifikasi komoditas A dan B

σp = Simpangan baku dari diversifikasi komoditas A dan B

Asumsi Dasar yang Digunakan

Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Umur proyek ditentukan berdasarkan umur ekonomis tanaman karet dan kelapa

sawit, yaitu 25 tahun

2. Seluruh biaya investasi dikeluarkan pada tahun nol. Selain itu biaya-biaya lain yang dikeluarkan adalah biaya operasional usahatani.

3. Harga yang digunakan adalah harga konstan. Harga jual dan harga input merupakan harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan, yaitu tahun 2013

4. Dalam perhitungan cash flow, semua produksi yang dihasilkan petani terserap pasar

5. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 10% per tahun

6. Sumber modal seluruhnya yang digunakan merupakan modal sendiri

7. Penyadapan tanaman karet dilakukan lima kali seminggu dan panen TBS (tandan buah segar) kelapa sawit dilakukan dua minggu sekali atau sebulan dua kali.

8. Dalam perhitungan risiko portofolio, menggunakan tiga skenario fraction yang berdasarkan pada luas lahan yang digunakan untuk menanam karet dan kelapa sawit. Dimana penentuan besarnya disesuaikan dengan data beberapa petani di lapangan. Diantaranya:

a. Proporsi luas lahan yang digunakan untuk menanam karet lebih tinggi dibandingkan untuk menanam kelapa sawit (fraksi karet:fraksi kelapa sawit = 60%:40%)

b. Proporsi luas lahan yang digunakan untuk menanam karet dan kelapa sawit sama (fraksi karet:fraksi kelapa sawit = 50%:50%).

c. Proporsi luas lahan yang digunakan untuk menanam karet lebih kecil dibandingkan untuk menanam kelapa sawit (fraksi karet:fraksi kelapa sawit = 40%:60%).

Definisi Operasional

1. Petani karet adalah seseorang yang mengusahakan tanaman karet di lahan milik sendiri dan menyadapnya sendiri dan atau menggunakan tenaga kerja luar keluarga.

2. Petani kelapa sawit adalah seseorang yang mengusahakan tanaman kelapa sawit pada lahan sendiri yang sebelumnya adalah lahan tanaman karet secara swadaya.

3. Perkebunan karet adalah lahan yang diatasnya ditanami karet oleh petani dengan melakukan kegiatan perawatan dan pemeliharaan.

4. Perkebunan kelapa sawit adalah lahan yang diatasnya ditanami kelapa sawit oleh petani pada lahan yang sebelumya adalah lahan karet secara swadaya dengan melakukan kegiatan perawatan dan pemeliharaan.

5. Luas lahan perkebunan adalah luas lahan yang ditanami karet dan kelapa sawit oleh petani (ha)

6. Pupuk kimia adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia hasil produksi pabrik antara lain: pupuk urea, SP 36 dan KCL (Rp/kg)

7. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik dan kotoran hewan (Rp/kg)

8. Upah tenaga kerja adalah upah yang dibayarkan pada pekerja selama satu hari orang kerja. Satu hari orang kerja sama dengan delapan jam sehari (HOK) 9. Harga lahan adalah harga lahan yang belum diolah dan ditanami tanaman

pertanian yang berlaku di tempat penelitian.

10. Harga di tingkat petani adalah harga jual getah karet dan tandan buah segar petani di lokasi penelitian (RP)

11. Umur tanaman adalah umur tanaman sejak ditanam (tahun)

12. Pengalaman usahatani adalah lamaya petani mengusahakan tanaman karet dan kelapa sawit (tahun)

13. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung.

14. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi.

15. Return merupakan hasil yang diterima dari setiap kejadian, return yang digunakan yaitu produktivitas yang diterima petani.

16. Variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return

dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. 17. Standard deviation merupakan dari akar kuadrat dari nilai variance.

18. Coefficient variation merupakan rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return).

Dokumen terkait