• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai bulan Desember 2009. Pengambilan ikan contoh di lakukan pada bulan Desember 2008, Januari – Maret 2009, dan Oktober – Desember 2009 mewakili musim barat. Ikan contoh didapatkan dari hasil penangkapan ikan oleh para nelayan di sekitar perairan Cirebon dan kemudian didaratkan di PPI Gebang Mekar, Cirebon, Jawa Barat. Sampel tersebut kemudian dibawa ke Bogor untuk dilakukan analisa aspek reproduksi seperti Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Indeks Kematangan Gonad (IKG). Analisis terhadap ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Makro 1, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini pada saat di lokasi pengambilan sampel dan di laboratorium, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan, serta kegunaan

Jenis Kegunaan

A. Alat

1. Jaring Rampus dengan mesh size 1.75 Untuk menangkap ikan P 2. Penggaris dengan ketelitian 0.1 cm Mengukur panjang total ikan 3 3. Timbangan kasar Menimbang berat ikan

3 4. Timbangan digital 0.0001 Menimbang berat gonad 4 5. Mikroskop dan mikrometer okuler

serta objektif

Untuk mengukur diameter telur

6. Alat bedah Membedah ikan

7. Cawan petri, gelas ukur 10ml, gelas objek, dan pipet tetes

Menganalisis gonad ikan

8. Botol film dan plastik Wadah untuk mengawetkan gonad ikan

9. Hand tally counter 10. Baki

11. Tissue

Untuk menghitung jumlah telur Tempat menyimpan bahan Alat pembersih

B. Bahan

1 1. Ikan Banban (Engraulis grayi) Objek penelitian

2. Larutan formalin 10% dan 4% Mengawetkan ikan dan gonad ikan

3.3. Metode Kerja

3.3.1. Prosedur kerja di lapang

Ikan yang diamati diambil dari Pangkalan Pendaratan Ikan Gebang Mekar, Cirebon dengan dua tahap pengambilan. Pada tahap pertama pengambilan contoh ikan dilakukan oleh Enumerator dimulai dari tanggal 28 Desember 2008 sampai dengan tanggal 31 Maret 2009 dan dilanjutkan dari tanggal 1 Oktober 2009 hingga tanggal 31 Desember 2009. Ikan yang diambil dikhususkan hanya ikan betina saja, setiap harinya diambil 3 – 5 ekor ikan, kemudian diukur panjang total ikan menggunakan penggaris ketelitian 0,1 cm dan menimbang berat total ikan menggunakan timbangan kasar, serta dibedah untuk diambil gonadnya. Contoh gonad ikan diawetkan dengan larutan formalin 4% kemudian contoh tersebut dikirim ke Bogor untuk diamati aspek reproduksinya di laboratorium Biologi Makro 1, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pengambilan contoh ikan pada tahap kedua dikhususkan untuk analisis histologi, sehingga ikan harus tetap segar. Ikan diambil sebanyak 24 ekor, dihitung panjang-berat tubuh kemudian di bedah dan diambil gonadnya. Gonad dengan TKG I,II,III dan IV diawetkan dengan menggunakan larutan Bouin`s. Kemudian melakukan validasi berat yaitu membandingkan antara berat dari timbangan kasar yang digunakan oleh Enumerator dengan timbangan digital dengan ketelitian 0,01, sehingga didapatkan rumus dengan nilai R2= 99,4% dan N = 70.

Keterangan :

TD : Timbangan Digital 0.01 TK : Timbangan Kasar

3.3.2. Prosedur kerja di laboratorium

3.3.2.1. Pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG)

Sampel gonad ikan banban yang akan dianalisis, dipisahkan terlebih dahulu menurut hari dan bulan pengambilan sampel tersebut. Penentuan tingkat kematangan gonad dilakukan secara morfologis dan histologis. Secara morfologis didasarkan

pada bentuk gonad, berat gonad, ukuran panjang gonad, warna gonad, dan perkembangan isi gonad (Effendie 1997), sedangkan dengan penentuan histologi gonad berdasarkan anatomi gonad secara mikroskopik Angka (1990) in Nasution (2004). Dalam menentukan ciri-ciri morfologisnya mengikuti dasar atau acuan dari klasifikasi tingkat kematangan gonad menurut penelitian Bellido et al. (2000) pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi tingkat kematangan gonad (Engraulis encrasicolus L. 1758) menurut Bellido et al. (2000) :

Tingkat Betina

I Ikan muda

Gonad seperti sepasang benang yang memanjang pada sisi lateral rongga peritoneum bagian depan, berwarna bening dan permukaan licin.

II Masa Perkembangan

Gonad berukuran lebih besar, berwarna putih kekuningan, telur-telur belum bisa dilihat satu persatu dengan mata telanjang.

III Dewasa

Gonad mengisi hampir setengah rongga peritoneum, telur-telur mulai terlihat dengan mata telanjang berupa butiran halus, gonad berwarna kuning kehijauan.

IV Matang

Gonad mengisi sebagian besar ruang peritoneum, warna menjadi hijau kecoklatan dan lebih gelap. Telur-telur jelas telihat dengan butiran-butiran yang jauh lebih besar dibandingkan pada tingkat III.

V Setelah Matang

Gonad berkerut, dinding tebal, butir telur sisi terdapat di dekat pelepasan. Banyak telur seperti pada tingkat II

3.3.2.2. Analisis struktur histologis gonad

Untuk penentuan tingkat kematangan gonad secara histologis, hanya diperlukan dari gonad betina yaitu gonad dengan TKG I, TKG II, TKG III, dan TKG IV. Sampel gonad yang akan dibuat menjadi preparat histologis menggunakan gonad yang masih segar serta tidak mengandung formalin maupun zat lain.

Pembuatan preparat histologis dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan.

3.3.2.3. Fekunditas dan diameter telur

Penentuan fekunditas dilakukan dengan cara campuran, cara ini dilakukan dengan mengambil gonad ikan betina yang memiliki tingkat kematangan gonad (TKG) IV sebanyak 10 contoh gonad secara acak pada setiap bulannya. Berat gonad contoh diambil 0,1 gram yakni dari bagian posterior, median dan anterior. Selanjutnya dienceran dengan 10 ml akuades dan dihitung fekunditas pada 1 ml contoh gonad dengan menggunakan kaca pembesar. Setelah penghitungan fekunditas dilanjutkan dengan pengukuran diameter telur dengan mikrometer okuler dan mikroskop binokuler pada perbesaran 40 kali. Diameter telur ikan yang diukur merupakan telur yang memiliki bentuk yang teratur dan diambil secara acak sebanyak 150 butir tiap gonadnya.

3.4. Analisis Data

3.4.1. Sebaran frekuensi panjang

Sebaran frekuensi panjang ikan dtentukan berdasarkan data panjang total ikan banban yang tertangkap di perairan Cirebon dan didaratkan di PPI Gebang Mekar. Tahap untuk menganalisis data frekuensi panjang ikan yaitu :

a. Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan b. Menentukan lebar selang kelas

c. Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing kelas dengan memasukkan panjang dan masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan.

3.4.2. Aspek pertumbuhan dan reproduksi 3.4.2.1. Hubungan panjang-berat

Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Untuk mencari hubungan antara panjang total ikan dengan beratnya digunakan persamaan eksponensial sebagai berikut (Effendie 1997) :

W = aLb Keterangan : W : berat total ikan (gr) L : panjang total ikan (mm) a dan b : konstanta hasil regresi

Nilai – nilai konstanta a, b diperoleh dengan membuat linier persamaan di atas :

log W = log a + b log L

Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat). Bila n ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, jika b > 3 maka hubungannya bersifat allometrik positif (pertambahan berat lebih dominan dari pertambahan panjangnya), sedangkan bila b < 3 maka hubungan yang terbentuk bersifat allometrik negatif (pertambahan panjang lebih dominan dari pertambahan beratnya).

3.4.2.2. Faktor kondisi

Faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan berat ikan contoh dengan rumus sebagai berikut (Effendie 1979) :

Jika nilai b = 3 maka rumus yang digunakan adalah : W L K 3 5 10 

Dan jika b ≠ 3 maka digunakan rumus :

b

aL W

Keterangan : K : Faktor kondisi

W : Berat ikan contoh (gram) L : Panjang ikan contoh (cm) a dan b : Konstanta

3.4.2.3. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad ditentukan dengan menggunakan standar kematangan gonad secara morfologi dari (Engraulis encrasicolus L. 1758) menurut

Bellido et al. (2000), sedangkan secara histologi berdasarkan anatomi gonad secara

mikroskopik menurut Angka (1990) in Nasution (2004). Penentuan Tingkat kematangan gonad (TKG) dilakukan terhadap semua ikan contoh yang diambil. Sementara penentuan secara histologi diambil pada gonad ikan yang masih segar dengan gonad TKG I hingga TKG IV. Untuk menduga ukuran pertama kali ikan matang gonad berdasarkan selang kelas dimana terdapat ikan yang memiliki tingkat kematangan gonad yang matang yakni gonad TKG IV dengan menggunakan rumus Spearman Karber :

; Ragam = ; Keterangan:

X = selisih log nilai tengah kelas Xi = log nilai tengah kelas panjang Pi = Nb / Ni

Nb = jumlah ikan matang gonad pada kelas ke-i Ni = jumlah ikan pada kelas ke-i

Qi = 1 – Pi

3.4.2.4. Indeks kematangan gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad diukur dengan menggunakan rumus (Yustina and Arnentis 2002): % 100 ) : (   Bg Bt IKG

Keterangan : IKG : Indeks Kematangan Gonad Bg : Berat gonad ( gram ) Bt : Berat tubuh ( gram )

3.4.2.5. Fekunditas

Fekunditas ditentukan dengan metode gabungan, yaitu dengan menggunakan rumus (Effendie 1979) : F = Q f V G  

Keterangan : F : fekunditas total (butir)

F : fekunditas dari subgonad (butir) G : berat gonad total (gram)

Q : berat subgonad V : volume pengenceran

Selanjutnya Effendie (1997) menyatakan hubungan fekunditas dengan panjang dan bobot melalui persamaan berikut :

Hubungan Fekunditas dengan Panjang total : F = a Lb atau log F = log a + b log L

Hubungan Fekunditas dengan Bobot tubuh : F = a + Bw Keterangan : F : fekunditas (butir)

L : panjang total ikan (mm) W : berat tubuh ikan (gram) a dan b : konstanta hasil regresi

3.4.2. Mortalitas dan laju eksploitasi

Laju mortalitas dan pendugaaan parameter pertumbuhan (Linf dan K) digunakan program FISAT (FAO-ICLARM Stock Assesment Tools) II versi 1.2.2. Analisis parameter pertumbuhan digunakan metode ELEFAN I (Electronic Length- Frequency Analysis). Sementara parameter-parameter laju mortalitas yang meliputi laju mortalitas total (Z) digunakan model Beverton dan Holt berbasis data panjang dengan model sebagai berikut :

) (L"-L' ) L" - (Linf K Z

Keterangan : K = koefisien pertumbuhan (per tahun) Linf = Panjang asimtotik (mm)

L’ = batas bawah dari interval kelas panjang yang memiliki tangkapan terbanyak (mm)

Z = Laju mortalitas total (pertahun)

Selajutnya laju mortalitas alami (M) digunakan rumus empiris Pauly yaitu :

T ) 0,4634log( K) 0,6543log( inf) 0,279log(L - -0,0066 (M) log   

Keterangan : M = Laju mortalitas alami (per tahun) Linf = panjang asimtotik

K = koefisien pertumbuhan (per tahun) T = suhu rata-rata perairan (0C)

Setelah laju mortalitas total (Z) dan laju mortalitas alami (M) diketahui maka laju mortalitas penangkapan dapat ditentukan melalui rumus :

M Z

F  

Selanjutnya Pauly (1984) menyatakan laju eksploitasi dapat ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z)

Z F E

Keterangan : F = laju mortalitas penangkapan (per tahun), Z = laju mortalitas total (per tahun), M = laju mortalitas alami (per tahun), E = tingkat eksploitasi

Dokumen terkait