• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei 2017 sampai Juni 2017 di Desa Pintu Air, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian di lapangan yang meliputi pengukuran beberapa paramenter fisika kimia perairan dan sedimen, serta analisis di laboratorium meliputi kelimpahan makrozoobentos dan kandungan sedimen. Indentifikasi makrozoobentos dan analisis data sedimen akan dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Peta Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), saringan makrozoobentos, pH meter, Keping Secci, termometer, hand refraktometer, DO meter, sediment trap, soil tester, bola duga, sekop, timbangan analitik, oven, alat tulis, dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air, sampel sedimen, kantongan plastik, botol sampel, kertas label, dan alkohol 70%.

Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel Stasiun 1

Lokasi pengambilan sampel pada Stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

Stasiun 1 berada pada titik koordinat 98°16’35,6” BT dan 04°06’29,0” LU.

Stasiun 1 merupakan daerah yang dekat dengan permukiman dan tempat nelayan untuk menyandarkan perahu.

Gambar 3. Stasiun 1

Stasiun 2

Lokasi pengambilan sampel pada Stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.

Stasiun 2 berjarak kurang lebih 100 meter dari stasiun 1, merupakan daerah yang dekat tambak udang dan merupakan alur pelayaran untuk kegiatan penangkapan ikan.

Gambar 4. Stasiun 2

Stasiun 3

Lokasi pengambilan sampel pada Stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.

Stasiun 3 berada pada titik koordinat 98°16’39,0” BT dan 04°06’37,2” LU.

Stasiun 3 berjarak kurang dari 100 meter dari Stasiun 2 dan merupakan alur pelayaran dan dekat dengan daerah perkebunan kelapa sawit yang tidak beroperasi dengan kondisi mangrove hanya terlihat pada bagian pinggir badan air.

Gambar 5. Stasiun 3

Stasiun 4

Lokasi pengambilan sampel pada Stasiun 4 dapat dilihat pada Gambar 6.

Stasiun 4 berada pada titik koordinat 98°16’26,2” BT dan 04°06’45,0” LU.

Stasiun 4 berjarak lebih dari 100 meter dari Stasiun 3 merupakan daerah yang masih alami dan tidak ditemukan kegiatan masyarakat.

Gambar 6. Stasiun 4 Stasiun 5

Lokasi pengambilan sampel pada Stasiun 5 dapat dilihat pada Gambar 7.

Stasiun 5 berada pada titik koordinat 98°16’49,6” BT dan 04°06’45” LU. Stasiun ini merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan laut dan dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan ikan.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dibagi menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data pengukuran parameter fisika dan kimia perairan serta sedimen secara insitu dan exsitu, sedangkan data sekunder merupakan data pasang surut dan curah hujan yang diperoleh dari BMKG.

Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan dan Sedimen

Pengukuran parameter fisika kimia perairan dan sedimen dilakukan pada setiap stasiun selama penelitian. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali pada waktu pasang dengan interval waktu 14 hari. Parameter fisika dan kimia perairan yang dianalisis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Fisika Kimia Perairan dan Sedimen

Parameter Satuan Alat/Metode Analisis Metode Analisis Perairan

Suhu °C Termometer Insitu

Oksigen Terlarut mg/L DO Meter Insitu

pH - pH Meter Insitu

Salinitas ‰ Refraktometer Insitu

Kecerahan - Keping Seccri Insitu

Kedalaman m Tali Berskala Insitu

Kecepatan Arus m/detik Bola Duga Insitu

Sedimen bagian atas pipa PVC dipasang (sekat-sekat) dan di bagian bawah di beri penutup.

Cara pemasangan sediment trap yaitu tabung sediment trap dikaitkan pada tiang kayu dengan menggunakan kawat lalu ditancapkan pada ketinggian 20 cm dari dasar perairan. Sediment trap diletakkan pada transek 1 m x 1 m sebanyak 2 sediment trap dengan tiga kali ulangan di setiap stasiun. Sediment trap diletakkan pada saat perairan surut dan dibiarkan selama dua minggu, kemudian sampel sedimen diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik, yang kemudian dibawa ke laboratorium Fisika dan Konservasi Air dan Tanah Ilmu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk dianalisis laju sedimentasinya.

Gambar Sediment Trap untuk penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Modifikasi Sediment Trap untuk penelitian

Rumus Perhitungan Laju Sedimentasi menurut APHA (1975):

𝐿𝑆 = 10000

Jumlah Hari x π𝑟2 (A − B) Keterangan :

LS = Laju sedimentasi (gram/m2/hari)

A = Berat kertas filter dan sedimen setelah dipanaskan dalam oven 103+2 °C B = Berat Aluminium foil

π = 3,14

r = Jari-jari lingkaran sediment trap (cm) 20 cm

Tekstur Sedimen

Tekstur sedimen adalah perbandingan kandungan partikel substrat berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu masa substrat yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Tekstur substrat dianalisis dengan metode gravimetri dan dilakukan pembacaan berdasarkan perbandingan pasir, liat dan debu pada Segitiga USDA.

Tipe Substrat berdasarkan segitiga USDA dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tipe Substrat berdasarkan USDA (The United States Departement of Agriculture) ((Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Pengambilan Sampel Makrozoobentos

Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali pada waktu surut dengan interval waktu 14 hari. Sampel makrozoobentos diambil pada setiap stasiun

menggunakan transek kuadrat 1 m x 1 m selama penelitian. Setiap stasiun dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Setiap ulangan transek kuadrat yang dibuat, dilakukan dua kali pengambilan makrozoobentos menggunakan sekop dengan yang memiliki bukaan 30 cm x 30 cm sampai kedalaman 30 cm, setelah itu sampel makrozoobentos disaring dengan menggunakan saringan makrozoobentos ukuran 2 mm. Makrozoobentos yang sudah berada dalam botol sampel diawetkan dengan alkohol 70% dan diberi label yang berisi data tentang lokasi dan waktu pengambilan sampel kemudian dibawa ke Laboratorium Terpadu Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara untuk diidentifikasi.

Analisis Makrozoobentos Kepadatan Populasi (K)

Menurut Brower dkk., (1990), kepadatan populasi diidentifikasikan sebagai jumlah individu dari suatu spesies yang terdapat dalam satu satuan luas atau volume. Penghitungan kepadatan populasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: .

K =𝑛𝑖 𝐴 Keterangan :

K : Kepadatan makrozoobentos jenis ke-i (Individu/m2) ni : Jumlah individu jenis ke-i

A : Luas area (m2)

Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman dihitung dengan rumus Shannon-Wiener:

𝑠

Keterangan:

H’ : Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener

Pi : Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhadap jumlah individu total yaitu Pi = ni/N dengan ni : jumlah suatu spesies i; dan N : total jumlah spesies.

Kriteria:

H’ < 1 : keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah, dan komunitas biota rendah (tidak stabil).

1 < H’ < 3 : keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies komunitas dalam keadaan labil, karena tekanan ekologi.

Hubungan Laju Sedimentasi terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mencari drajat keeratan hubungan dan arah antara sedimentasi dengan struktur komunitas makrozoobentos.

Semakin tinggi nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1.

Analisis dilakukan dengan metode komputerisasi SPSS (Trihendradi, 2005).

Tabel 2. Kekuatan hubungan dalam korelasi

Nilai Keterangan

0,00-0,19 Sangat rendah

0,20-0,39 Rendah

0,40-0,59 Sedang

0,60-0,79 Kuat

0,80-1,00 Sangat Kuat

Dokumen terkait