• Tidak ada hasil yang ditemukan

36

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Jenis Penelitian

Sesuai dari adanya norma kabur yaitu norma yang berasal dari Pasal 66 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, maka dalam penelitian ini peneliti mempergunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji peraturan

perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum

tertentu yang dalam hal ini adalah permasalahan tentang fungsi Majelis Kehormatan Notaris dalam pemberian persetujuan terhadap penyidik bagi Notaris yang tersangkut kasus pidana terhadap akta yang dibuatnya.

Penelitian normatif seringkali disebut dengan penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma dalam hukum positif.39 Dalam peneltian normatif hukum dipandang identik dengan norma-norma tertulis, yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang dan meninjau hukum sebagai suatu sistem normatif yang otonom, mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat nyata.40

1.6.2. Jenis Pendekatan

Pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil-hasil temuan ilmu hukum dan ilmu-ilmu lain untuk kepentingan dan analisis serta penjelasan hukum tanpa mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif.

39

Johny Ibrahim, 2012, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia, Malang, hal. 295.

40

Ronny Hanitijo Soemitro, 2008, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Alumni, Jakarta, hal 13-14.

37

Dalam kaitannya dengan penelitian normatif dapat digunakan beberapa pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach). 2. Pendekatan Konsep (conceptual approach).

3. Pendekatan Perbandingan (comparative approach). 4. Pendekatan Historis (historical approach).

5. Pendekatan Filsafat (philosophical approach). 6. Pendekatan Kasus (case approach).

7. Pendekatan Teleologis.41

Pendekatan-pendekatan tersebut dapat digabung sehingga dalam suatu penelitian hukum normatif dapat saja menggunakan dua pendekatan atau lebih yang sesuai.

Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah metode pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konsep (conceptual approach) dan Pendekatan Historis (historical approach), mengingat permasalahan yang diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai fungsi Majelis Kehormatan Notaris dalam pemberian persetujuan terhadap penyidik bagi Notaris yang tersangkut kasus pidana terhadap akta yang dibuatnya. Selain kedua pendekatan tersebut, dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan komparatif untuk membandingkan Majelis Pengawas Daerah dengan Majelis Kehormatan Notaris.

1.6.3. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian hukum normatif terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.42 Bahan hukum tersebut antara lain :

41

38

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji, terdiri dari :

a. UUD NRI Tahun 1945.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

c. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432).

d. Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491).

e. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris.

2. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, serta simposium yang dilakukan para pakar terkait dengan objek kajian penelitian hukum ini.43 3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, Surat kabar, majalah mingguan, bulletin dan internet juga dapat menjadi bahan bagi penelitian ini sepanjang

42 Bambang Waluyo, 2001, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, hal. 18.

43

39

memuat informasi yang relevan dengan objek kajian penelitian hukum ini.44

1.6.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam pengumpulan bahan hukum ini harus ditegaskan permasalahan mengenai jenis, sifat dan kategori bahan hukum serta perlakuan terhadap bahan hukum yang dikumpulkan. Tujuannya agar pengumpulan bahan hukum dan penganalisaan terhadap bahan hukum dapat sesuai dengan tujuan dari penelitian.45

Teknik pengumpulan bahan hukum yang akan digunakan adalah studi pustaka atau studi dokumen yaitu mengumpulkan data sekunder mengenai obyek penelitian yang berupa bahan-bahan hukum bersifat normative-prespektif, dilakukan dengan cara penelusuran, pengumpulan data sekunder mengenai objek penelitian, baik secara konvensional maupun dengan menggunakan teknologi informasi seperti internet, dan lain-lain.

1.6.5. Teknik Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum normatif yang dianalisis bukanlah data, melainkan melalui bahan hukum seperti tersebut di atas. Dengan demikian, erat kaitannya antara metode analisis dengan pendekatan masalah. Analisis bahan hukum yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini akan dilakukan secara interpretatif, evaluatif, argumentatif dan deskriptif.

44 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 14-15.

45 Ibid.

40

a. Teknik Interpretatif berupa penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum seperti penafsiran historis, sistematis. Selanjutnya bahan Hukum tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik evaluatif, sistematis dan argumentatif.

b. Teknik evaluatif yaitu memberikan penilaian terhadap suatu pandangan,

proporsi, pernyataan, rumusan norma, keputusan,baik yang tertera dalam

baik dalam hukum primer maupun dalam hukum sekunder.

c. Teknik Sistematif berupaya mencari kaitan rumus suatu konsep hukum atau konsep hukum antara perundang-undangan yang sederajat maupun tidak sederajat.

d. Teknik Argumentatif tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum.

e. Teknik deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara mendalam mengenai perumusan tindak pidana dan sanksi pidananya.46

46

Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, 2008, Program Studi Magister Hukum, Universitas Udayana, hal. 14.

41 BAB II

TINJAUAN TENTANG NOTARIS, AKTA NOTARIS, MAJELIS