• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dalam bahasa inggris disebut dengan research, pada hakekatnya merupakan sebuah upaya pencarian. Lewat penelitian (research) orang mencari (search) temuan-temuan baru, berupa pengetahuan yang benar (truth, true knowledge), yang dapat dipakai untuk menjawab suatu pertanyaan atau untuk memecahkan masalah.50 Sebagaimana dinyatakan dalam buku Legal Research, yaitu “Legal research is an essential component of legal practice. It is the prosess of finding the law that governs an activity and materials that explain or analyze that law”51, bahwa penelitian hukum itu merupakan komponen penting dari praktik hukum, ini merupakan proses untuk menemukan hukum yang

50 M., Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT RaJaGrafindo Persada, Jakarta, h. 1

51 Morris L. Cohen & Kent C. Olson, 2000, Legal Research, In A Nutshell, West Group,ST. Paul, Minn, Printed in the United States of America, h.1

mengatur suatu aktifitas yang menjelaskan atau menganalisa hukum material tersebut.Soerjono Soekanto mengemukakan, dalam ilmu hukum terdapat dua jenis penelitian hukum, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis atau empiris.52

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dikualifikasikan sebagai penelitian hukum normatif, karena penelitian ini beranjak dari adanya konflik dalam norma yaitu antara Pasal 1 ayat (2) dengan Pasal 8 ayat (2) UU Nomor 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah pertanian.

Nama lain dari penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum doktrinal atau disebut juga sebagai penelitian perpustakaan. Disebut penelitian hukum doktrinal karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain, sedangkan disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen karena penelitian ini lebih banyak dilakukan pada bahan hukum yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.53

Penelitian hukum normatif merupakan sebuah upaya untuk mencari dan menemukan asas-asas hukum, aturan-aturan hukum positif yang dapat diterapkan untuk menjawab atau menyelesaikan permasalahan atau isu hukum tertentu. Penelitian hukum ini termasuk dalam penelitian teoritik (theoretical research). Theoretical research sebagaimana dinyatakan oleh Terry Hutchinson “Research

52 Soerjono Soekanto1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI Press) , Jakarta, h. 51

53 Bambang Waluyo, 1991, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h. 31

which fosters a more complete understanding of the conceptual bases of legal principles and of the combined effects of a range of rules and procedures that touch on a particular area of activity54, bahwa penelitian teoritik adalah penelitian yang menyajikan suatu pemahaman yang lebih mendalam terhadap dasar konseptual dari sebuah prinsip hukum dan mengkombinasikan hasil antara peraturan dan prosedur yang berlaku pada suatu area aktifitas.

Penelitian ini berangkat dari adanya konflik norma dengan berlandaskan pada doktrin positivisme, dimana hukum dikonsepkan pada kaidah-kaidah hukum positif yang berlaku sekarang di Indonesia, dan terbit sebagai suatu produk dari suatu sumber kekuasaan yang memiliki legitimasi.

Penelitian hukum normatif dalam tulisan ini, maksudnya adalah menganalisa permasalahan hukum yang berpedoman pada landasan hukum yaitu peraturan bidang pertanahan, serta pandangan dari pakar hukum yang terkait dengan permasalahan.

Sebagai suatu penelitian hukum normatif, penelitian ini bermaksud meneliti bahan-bahan hukum yang ada dalam rangka menjawab masalah tentang dasar kewenangan pemerintah dalam menentukan penguasaan dan pemilikan tanah pertanian yang melampaui batas maksimum dan di bawah batas minimum yang bersifat teoritis. Dengan kata lain, penelitian ini beranjak dari kontradikksi norma yang dijumpai dalam norma hukum. Oleh karena itu, dalam membahas pokok permasalahan dalam tulisan ini akan didasarkan pada hasil penelitian

54 Terry Hutchinson, 2002, Researching and Writing in Law, Lawbook CO, Sydney, Australia, h. 9

kepustakaan, baik terhadap bahan hukum primer, sekunder, maupun bahan hukum tersier.

1.6.2. Jenis Pendekatan

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, yakni pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan Perbandingan (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach).55 Untuk membahas permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan yang berdasar pada :

a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach) yaitu dilakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan permasaahan hukum tanah, yakni dilakukan untuk meneliti peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, dan Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian dan Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian, dan peraturan perundang-undangan lainnya. Selanjutnya pendekatan perundang-undangan diterapkan untuk mendapatkan ketentuan-ketentuan hukum yang melandasi kewenangan Pemerintah dalam menetapkan luas tanah pertanian, dan tanggung jawab Warga Negara Indonesia sebagai pemegang hak atas tanah.

55 Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 93-95.

b. Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach) yaitu pendekatan untuk menemukan konsep-konsep yang berkaitan dengan kewenangan pemerintah dalam menentukan batas maksimum penguasaan dan pemilikan tanah pertanian, bagaimana hak dan kewajiban masyarakat yang menguasai dan memiliki tanah pertanian yang melampaui batas maksimum dan di bawah batas minimum pada daerah cukup padat. Pendekatan konseptual ini dilakukan untuk menemukan pengertian hukum/konsep hukum tentang penguasaan tanah, pemilikan tanah, beserta tanggung jawabnya. Mengingat dalam UUPA menganut asas tanah berfungsi sosial, asas manfaat, dan asas keadilan, dengan demikian penguasaan dan pemilikan luas tanah yang melampaui batas merupakan konsep hukum yang mempunyai makna menyimpang dari asas-asas yang ada dalam UUPA.

c. Pendekatan Historis (Historical Approach) yaitu pendekatan untuk pelacakan sejarah lembaga hukum dari waktu ke waktu. Pendekatan ini sangat membantu untuk memahami filosofi dari aturan-aturan hukum agraria, khususnya dalam memahami perubahan dan perkembangan peraturan-peraturan tentang Pertanahan dan pelaksanaan dari aturan-aturan tersebut. Maraknya persoalan-persoalan tentang tanah dewasa ini, banyak pihak yang mempersoalkan kembali relevansi UUPA. Walau begitu, upaya meninjau kembali relevansi UUPA selayaknya melihat kembali perjalanan politik agraria sejak masa kolonial hingga sekarang. Tanpa pemahaman sejarah, proses yang akan ditempuh dan hasil yang akan dicapai sekedar

akan dibelenggu oleh aliran pikir yang bertanding saat ini saja, dan tak mampu mengenali apa sesungguhnya mandat yang diberikan rakyat kepada pemerintah, sebagaimana yang dimaksudkan pada awal mula pendirian Negara Republik Indonesia.

1.6.3. Sumber Bahan Hukum

Sebagai sumber bahan hukum pokok dari penelitian ini adalah berasal dari hasil penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan serta bahan-bahan bacaan terkait dengan pokok permasalahan, yang pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis bahan hukum, yakni bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier ( sebagai penunjang data primer dan data sekunder).

Sebagai bahan hukum primer dari penelitian ini berasal dari penelitian terhadap peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah pertanian, yaitu yang melandasi dalam menetapkan penguasaan dan pemilikan luas tanah pertanian, dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Mengenai bahan hukum sekunder dalam penelitian ini antara lain diperoleh dari bahan-bahan bacaan (buku) dibidang hukum keperdataan, bidang hukum Agraria, dan bidang hukum yang berhubungan dengan pertanahan. Bahan-bahan hukum tersier diperoleh dari ensiklopedi tentang peralihan dan perolehan hak atas tanah, kamus hukum, serta dokumen-dokumen penunjang lainnya yang dapat

mendukung maupun memperjelas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

1.6.4. Teknik Pengumpulan Sumber Bahan Hukum

Tehnik yang diterapkan dalam pengumpulan bahan hukum adalah dengan cara mengumpulkan dan menginventarisasi bahan hukum primer yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yang selanjutnya diklafikasikan menurut kelompoknya sesuai dengan hierarkhi peraturan perundang-undangan. Terhadap bahan hukum sekunder dan tersier dikumpulkan dengan menggunakan telaahan kepustakaan (studi document).

Telaah kepustakaan dilakukan dengan sistem kartu (card system) yakni dengan cara mencatat dan memahami isi dari masing-masing informasi yang diperoleh dari bahan-bahan hukum primer, sekunder maupun tersier. Penulisan tesis ini lebih menitik beratkan pada penelitian kepustakaan (library research) serta bahan-bahan lain yang dapat menunjang dalam kaitannya dengan pembahasan permasalahan.

Bahan-bahan hukum yang dipakai sebagai sumber penelitian kepustakaan meliputi :

1. Bahan Hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif yang berarti bahwa data-data yang mempunyai otoritas, berupa: UUD NRI Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), Undang-Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian

Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dan peraturan perundang-undangan lainnya.

2. Bahan Hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap data-data primer yaitu :

a. Buku-buku literatur hukum (text book)

b. Karya Ilmiah hukum (makalah atau tesis), atau pandangan praktisi hukum, jurnal hukum.

c. Penjelasan UU terkait penelitian dan Peraturan Pelaksananya d. Internet dengan menyebut nama situsnya

3. Bahan hukum Tersier yaitu yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder yang berupa Kamus Umum, Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris

1.6.5. Tehnik Analisa Bahan Hukum

Analisis dapat dirumuskan sebagai suatu proses penguraian secara sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu.56 Analisis bahan hukum adalah bagaimana memanfaatkan sumber-sumber bahan hukum yang telah terkumpul untuk digunakan dalam memecahkan permasalahan dalam penelitian. Dasar dari penggunaan analisis secara normatif, dikarenakan bahan-bahan hukum dalam penelitian ini mengarah pada kajian-kajian yang bersifat teoritis dalam bentuk asas-asas hukum, konsep-konsep hukum, serta kaidah-kaidah hukum.

56 Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta, Rajawali, h. 137.

Bahan-bahan hukum yang telah berhasil dikumpulkan berkenaan dengan “kewenangan Pemerintah dalam menetapkan penguasaan dan pemilikan tanah pertanian”, serta mengenai “konsekwensi hukum terhadap penguasaan dan pemilikan tanah pertanian yang melampaui batas maksimum dan atau dibawah minimum, dalam hal ini terlebih dahulu dilakukan analisis yakni “deskripsi, interpretasi, evaluasi, dan sistematisasi”. Teknik deskripsi dengan menguraikan (mengabstrasikan) apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum dan non hukum yang dijumpai (fakta-fakta hukum). Teknik interpretasi atau penafsiran menggunakan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum secara normatif terhadap proposisi-proposisi yang dijumpai untuk selanjutnya disistematisasi sesuai pembahasan atas pokok permasalahan tesis ini. Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah, oleh peneliti terhadap suatu pandangan, proposisi, pernyataan rumusan norma, baik yang tertera dalam bahan hukum primer maupun dalam bahan hukum sekunder.

Teknik sistematisasi adalah berupaya untuk mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun yang tidak sederajat. Hasil dari ketiga teknik analisis tersebut kemudian dilakukan analisis menurut isinya (content analysis), serta diberikan argumentasi untuk mendapat kesimpulan atas pokok permasalahan dalam tesis ini.57 Sehingga analisa yang dilakukan dalam tulisan ini tidak menggunakan angka-angka untuk memberikan jawaban berkenaan dengan pokok permasalahan

57

melainkan berupa fakta-fakta. Proses analisis dilakukan secara terus menerus hingga mendapatkan hasil penelitian yang valid sesuai dengan substansi permasalahan yang diteliti.

Dokumen terkait