• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KUD Giri Tani Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Pemilihan kasus dilakukan dengan pertimbangan bahwa KUD Giri Tani merupakan KUD yang mendapat akreditasi B dari Deputi bidang Pengkajian dan Sumber Daya UKMK Kementrian Negara Koperasi dan UKM. Akreditasi ini merupakan suatu bentuk pengakuan pemerintah kepada KUD Giri Tani mengenai kinerja koperasi baik dari sisi manajemen, keuangan, pemasaran, dan sebagainya. Selain itu, KUD Giri Tani merupakan KUD yang telah berdiri sejak tanggal 26 Maret 1973 dan mulai mengembangkan usahanya pada tahun 1985. Hal ini menunjukkan bahwa KUD telah memiliki banyak pengalaman dalam membantu pengembangan ekonomi rakyat melalui wadah koperasi. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai Mei 2016.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data primer didapatkan melalui observasi lapang, wawancara dengan pengurus KUD Giri Tani, dan penyebaran kuesioner kepada anggota aktif KUD Giri Tani. Observasi lapang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari pihak-pihak yang berperan besar dalam pengambilan keputusan. Sementara penyebaran kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data mengenai anggota serta karyawan yang berada di koperasi. Selain data primer, digunakan juga data sekunder yang didapat dari studi literatur melalui buku, skripsi, data koperasi, internet, jurnal maupun data-data publikasi lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen berdasarkan konsep/teori yang disusun dalam bentuk definisi operasional kemudian dirumuskan kedalam indikator dan butir pertanyaan. Metode penentuan responden untuk wawancara dalam kegiatan pembobotan Balanced Scorecard dilakukan dengan menggunakan judgment sampling dengan responden ketua KUD Giri Tani, sekretaris KUD Giri Tani, dan bendahara KUD Giri Tani karena dianggap memahami visi dan misi Koperasi. Metode penentuan responden untuk penyebaran kuesioner dalam kegiatan pengukuran tingkat kepuasan baik anggota dilakukan dengan menggunakan purposive sampling berdasarkan tujuan pengambilan responden yaitu dari anggota aktif KUD Giri Tani. Jumlah sampel untuk pengisian kuesioner kepuasan anggota dan karyawan diambil menurut pendapat Umar (2004)

yang menyatakan ukuran sampel dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian metode deskriptif korelasional yaitu minimal 30 subjek, sehingga jumlah responden yang digunakan untuk pengisian kuesioner untuk mengetahui tingkat kepuasan anggota sebanyak 30 responden.

Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode Deskriptif

Metode deskriptif merupakan metode yang meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem, pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang (Supranto 2006). Tujuan dari penelitian dengan metode deskriptif untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang sedang diselidiki. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mendefinisikan dan menerjemahkan visi dan misi koperasi serta mengidentifikasikan sasaran strategis, ukuran hasil, dan pencapaian kinerja pada setiap perspektif.

Teknik Pembobotan

Teknik Pembobotan dilakukan untuk mengukur tingkat kepentingan dalam jangka pendek antara setiap perspektif, sasaran strategi, dan ukuran hasil (Rangkuti 2011), sehingga pembobotan dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan (pairwised comparison). Pada saat pemberian bobot akan dilakukan perbandingan antara satu variabel dan variabel lain yang disajikan dalam bentuk tabulasi. Perbandingan dilakukan dengan memberikan skala 1-5. Nilai 1 berarti variabel pada baris horizontal dianggap tidak penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal. Nilai 2 berarti variabel pada baris horizontal dianggap kurang penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal. Nilai 3 berarti variabel pada baris horizontal dianggap sama penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal. Nilai 4 berarti variabel pada baris horizontal dianggap lebih penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal. Nilai 5 berarti variabel pada baris horizontal dianggap sangat penting dibandingkan dengan variabel pada baris vertikal.

Tabel 9 Matriks perbandingan berpasangan Pembanding Yang Dibandingkan A1 A2 A3 … Aj Bobot (%) A1 A2 A3 … Ai βˆ‘ Sumber: Kinnear (1991).

Penentuan persentase bobot setiap variabel dapat digunakan persamaan yaitu jumlah nilai setiap variabel dibagi dengan jumlah nilai keseluruhan variabel yang dibobotkan. Dirumuskan dengan:

Bobot Ai = βˆ‘π΄π‘–

βˆ‘π΄π‘–π‘—Γ— 100%

Jika bobot telah diperoleh, maka dapat dilakukan pengukuran kinerja dengan konsep Balanced Scorecard. Pengukuran dilakukan dengan menghitung tingkat pencapaian ukuran hasil yaitu persentase hasil yang diperoleh pada suatu periode tertentu (t) dengan target yang diterapkan. Pencapaian ukuran hasil dirumuskan sebagai berikut:

Pencapaian = π»π‘Žπ‘ π‘–π‘™ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘π‘’π‘Ÿπ‘œπ‘™π‘’β„Ž π‘π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘π‘’ 𝑑

π‘‡π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘’π‘‘ Γ— 100%

Langkah selanjutnya setelah melakukan perhitungan pencapaian ukuran hasil adalah menghitung skor kinerja yang dihasilkan masing-masing ukuran hasil. Skor kinerja diperoleh melalui perkalian antara tingkat pencapaian dan bobot yang ditetapkan (Rangkuti 2011). Skor kinerja dari setiap ukuran hasil dalam satu perspektif merupakan skor kinerja perspektif tersebut. Hasil kinerja keseluruhan didapat dengan menjumlah skor kinerja masing-masing perspektif. Total skor kinerja ini dapat digolongkan pada kinerja sangat sehat, kurang sehat, sehat atau tidak sehat. Kriteria dari penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 10 Kriteria total skor kinerja

Keterangan Total Skor (TS) Kriteria

Sangat Sehat AAA β‰₯95

AA 80<TS<95 A 65<TS<80 Kurang Sehat BBB 50<TS<65 BB 40<TS<50 B 30<TS<40 Tidak Sehat CCC 20<TS<30 CC 10<TS<20 C TS<10 Sumber: Rangkuti (2011).

Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard

Pengukuran Balanced Scorecard digunakan dengan memperhatikan perspektif keuangan dan non keuangan. Analisis empat perspektif Balanced Scorecard adalah berikut:

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan gambaran kemampuan koperasi dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumberdaya manusia dengan indikator intensitas pelatihan dan pendidikan koperasi, frekuensi penyuluhan dan evaluasi koperasi. Perspektif ini berfokus pada upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Indikator dalam analisis untuk menilai kinerja

pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah kompetensi karyawan yang terdiri dari jumlah kehadiran karyawan dalam kegiatan pelatihan dan jumlah karyawan yang mampu menggunakan komputer, intensitas penyuluhan yang dilakukan koperasi kepada anggota, dan jumlah rapat evaluasi yang terlaksana. Analisis yang dilakukan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan akan ditinjau dari kompetensi karyawan KUD Giri Tani, penyuluhan koperasi kepada anggota, dan evaluasi kinerja KUD Giri Tani.

Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif proses bisnis internal merupakan gambaran kemampuan bisnis koperasi dalam menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh anggota koperasi dengan indikator volume usaha, pelayanan sosial kepada anggota, inovasi dan kualitas produk yang dihasilkan. Perspektif proses bisnis internal menunjukan kemampuan bisnis untuk menghasilan barang atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Koperasi sebagai suatu badan usaha bertujuan menunjang kegiatan usaha para anggotanya melalui pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan anggota. Indikator yang digunakan dalam analisis perspektif proses bisnis internal adalah volume produksi susu, jumlah kemitraan, dan kualitas produksi susu yang diukur berdasarkan grade kualitas susu. Analisis yang dilakukan pada perspektif proses bisnis internal adalah volume produksi susu, jalinan kemitraan, dan kualitas susu.

Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan merupakan gambaran kinerja koperasi dalam mengelola keuangan koperasi dengan indikator perolehan pendapatan koperasi yang didapatkan dari iuran anggota dan SHU koperasi. Koperasi perlu melakukan tinjauan terhadap kinerja berdasar perspektif keuangan karena mendatangkan deskripsi mengenai kemampuan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh koperasi tersebut dalam rangka memberikan sisa hasil usaha (SHU) sebagai ukuran dari tingkat kesejahteraan yang diberikan kepada anggota. Anggota koperasi yang semakin sejahtera berarti ada kemampuan dari koperasi untuk membagikan sisa hasil usaha yang besar kepada anggota koperasi.

Kinerja perspektif keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan analisis rasio dan pendapatan SHU. Analisis rasio yang digunakan sebagai tolak ukur dalam kinerja keuangan koperasi disesuaikan dengan laporan keuangan koperasi sehingga pegukuran yang digunakan terhadap rasio likuiditas, rasio solvabilitas serta rasio rentabilitas adalah sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Perhitungan yang digunakan pada rasio ini adalah Current Ratio.

Current Ratio = Aktiva Lancar

Hutang Lancar

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kemampuan koperasi dalam menjalankan kegiatan

operasional yang dibiayai oleh modal pinjaman baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perhitungan yang digunakan pada rasio ini adalah debt ratio.

Debt Ratio = Total Hutang

Total Aktiva

c. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui efektivitas manajemen dalam mengelola koperasi. Efektifitas ini kemudian meningkatkan atau menurunkan laba dari usaha yang dikelola pada periode tertentu. Perhitungan yang digunakan pada rasio ini adalah Return on Invesment.

Return on Invesment = Sisa Hasil Usaha

Total Aktiva

Pengukuran rasio keuangan berdasarkan standar yang digunakan dalam pengukuran kinerja koperasi menurut Kementerian Koperasi dan UKM RI (Ni’mah 2011) yang terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11 Standar penilaian ratio keuangan koperasi

Sumber: Ni’mah (2011).

Selain menggunakan ratio keuangan tersebut, kinerja perspektif keuangan juga akan diidentifikasi dari total pendapatan SHU koperasi. Perhitungan total pendapatan SHU koperasi dibandingkan dengan target SHU koperasi. Data yang

Komponen Standar (persen) Nilai Kriteria

Likuiditas

a. Current Ratio 175-200 100 Sangat Baik

150-174 75 Baik

125-149 50 Cukup Baik

100-125 25 Kurang Baik

<100 0 Buruk

b. Quick Ratio 175-200 100 Sangat Baik

150-174 75 Baik

100-125 50 Cukup Baik

125-149 25 Kurang Baik

<100 0 Buruk

c. Cash Ratio 175-200 100 Sangat Baik

150-174 75 Baik 100-125 50 Cukup Baik 125-149 25 Kurang Baik <100 0 Buruk Solvabilitas a. Ratio Total Hutang dengan Total Aktiva ≀40 100 Sangat Baik 50-39 75 Baik 60-49 50 Cukup Baik 80-59 25 Kurang Baik >80 0 Buruk b. Ratio Hutang Jangka Panjang dengan Modal Sendiri ≀40 100 Sangat Baik 50-39 75 Baik 60-49 50 Cukup Baik 80-59 >80 25 0 Kurang Baik Buruk Rentabilitas a. Return on Investment β‰₯10 100 Sangat Baik 7-10 75 Baik 3-6 50 Cukup Baik 1-2 25 Kurang Baik <1 0 Buruk b. Rentabilitas Modal Sendiri β‰₯21 100 Sangat Baik 15-20 75 Baik 10-14 50 Cukup Baik 3-9 25 Kurang Baik <3 0 Buruk

digunakan untuk melakukan analisis terhadap perspektif keuangan dilihat dari laporan keuangan koperasi.

Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan merupakan gambaran kinerja anggota koperasi sebagai pelanggan dengan indikator yang digunakan adalah kepuasan pelanggan ketika melakukan kegiatan pembelian di koperasi sesuai dengan usaha yang dikembangkan. Tinjauan terhadap perspektif pelanggan merupakan faktor yang sangat berarti dalam koperasi. Pelanggan yang dimaksud dalam koperasi adalah anggota dari koperasi itu sendiri. Hal ini disebabkan karakteristik dari koperasi yaitu dari anggota dan untuk kesejahteraan anggota. Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan persepektif pelanggan pada balanced scorecard atau dikenal sebagai persepektif anggota dapat ditinjau berdasarkan jumlah anggota aktif sebagai pelanggan dan tingkat kepuasan anggota.

Pada kepuasan anggota digunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Pengukuran kepuasan dilakukan dengan menghitung nilai CSI yang didapatkan dari kegiatan penyebaran kesioner terhadap 30 responden anggota aktif koperasi. Kepuasan konsumen diartikan sebagai suatu keadaan ketika harapan konsumen terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen tersebut tentang kemampuan produk tersebut. Menurut Novel (2006) terdapat lima dimensi dalam kualitas jasa yang terdiri atas:

a. Reliability (keandalan)

Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan kemampuan untuk dipercaya terutama memberikan jasa secara tepat waktu dengan cara yang sama sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

b. Responsiveness (daya tanggap)

Kemauan atau keinginan para karyawan untuk membantu dan memberikan jasa yang dibutuhkan konsumen. Membiarkan konsumen menunggu, terutama tanpa alasan yang jelas akan menimbulkan kesan yang tidak baik, kecuali jika ditanggapi dengan cepat, maka dapat menjadi sesuatu yang berkesan dan menjadi pengalaman yang menyenangkan.

c. Assurance (jaminan)

Jaminan yang meliputi pengetahuan, kemampuan, keramahan, sopan dan sifat dapat dipercaya dari kontak personel untuk menghilangkan sifat keragu-raguan konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan resiko.

d. Empathy (empati)

Empati meliputi sikap kontak personel maupun perusahaan untuk memahami kebutuhan maupun kesulitan konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, kemudahan dalam melakukan komunikasi atau hubungan.

e. Tangibles (bukti fisik)

Tersedianya fasilitas fisik, perlengkapan dan sarana komunikasi serta yang lainnya yang dapat dan harus ada dalam proses jasa.

Analisis CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat harapan dan kinerja dari atribut-atribut kualitas jasa yang diukur dengan menggunakan skala likert. Hasil dari metode ini didapat dari pengukuran terhadap kepentingan dan tingkat kinerja yang berguna untuk pengembangan program kepuasan konsumen

(Supranto 2006). Besaran CSI dapat diketahui dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mentukan Mean Importance Score (MIS) berdasarkan rata-rata kepentingan setiap responden. MIS = (βˆ‘ π‘Œπ‘– 𝑛 𝑖=1 ) 𝑛 n = Jumlah Responden

Yi = Nilai kepentingan atribut Y ke-i

b. Membuat Weight Factors (WF) yang merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.

WF = βˆ‘ 𝑀𝐼𝑆𝑖

𝑀𝑙𝑆𝑖

𝑝 𝑖=1

Γ— 100% p = Atribut kepentingan ke-p

c. Membuat Weight Score (WS) yang merupakan perkalian antara WF dan rata-rata tingkat kepuasan (MSS).

Wsi= Wfi x MSS d. Menentukan CSI CSI = βˆ‘ π‘Šπ‘ π‘– 𝑝 𝑖=1 𝐻𝑠 Γ— 100% p = Atribut kepentingan ke-p

HS = Skala Maksimum yang digunakan

Penentu tingkat kepuasan anggota dapat dilihat dari kriteria nilai CSI. Menurut Simamora (2002) kriteria penilaian CSI adalah sebagai berikut:

Tabel 12 Kriteria penilaian CSI Nilai CSI Kriteria CSI 0.00-0.20 Sangat tidak puas

0.21-0.40 Tidak Puas

0.41-0.60 Cukup puas

0.61-0.80 Puas

0.81-1.00 SangatPuas

Dokumen terkait