• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian kuantitatif didesain deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan, merangkum berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan yang terjadi di lapangan (Bungin 2011). Jenis penelitian deskriptif pada penelitian ini bersifat korelasional, yaitu mempelajari hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan derajat hubungan variabel dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi (Sugiyono 2011). Pendekatan kualitatif digunakan untuk menggambarkan realitas di lapangan yang kompleks dan untuk memperoleh keakuratan fakta di lapangan dengan interpretasi yang tepat.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan antara variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik kelompok, peran penyuluh pendamping, kontribusi pekarangan sebagai variabel bebas, dan komunikasi partisipatif dalam KWT sebagai variabel terikat. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner dan ditunjang dengan pengumpulan data melalui dokumentasi serta wawancara mendalam dengan responden.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu pada Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan berdasarkan informasi bahwa KWT di daerah tersebut banyak yang berdiri atas swadaya masyarakatnya sendiri dan salah satu kelompok swadaya tersebut telah mendapatkan penghargaan sebagai juara nasional pelaksana optimalisasi pemanfaatan pekarangan pada tahun 2013, serta penghargaan Adikarya Pangan Nusantara (APN). Proses KWT dalam mendapatkan prestasi tersebut telah melalui berbagai tahapan dialog dan tindakan kolektif dengan banyak pihak. Jangkauan interaksi dan diskusi KWT yang telah mendapatkan juara hingga tingkat nasional pun juga semakin luas. KWT yang telah mendapatkan juara hingga tingkat nasional ini terbiasa berdiskusi dengan pemerintahan pusat, KWT dari daerah lain yang juga menjadi peserta lomba, hingga pengusaha dan stakeholder lainnya. Berdasarkan hal tersebutlah maka penelitian mengenai komunikasi partisipatif kelompok dilakukan pada KWT di Kecamatan Kajoran. Waktu yang digunakan untuk pengumpulan data selama dua bulan, mulai bulan Juli 2014 hingga Agustus 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini merupakan kelompok penerima program optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan baik itu P2KP,KRPL, Prima Tani maupun kelompok swadaya di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan secara sensus, yaitu seluruh kelompok wanita tani (KWT) penerima program optimalisasi pemanfaatan pekarangan di Kecamatan Kajoran.

Informasi kelompok didapatkan dari pengurus kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris dan Bendahara Kelompok Wanita Tani (KWT), yang kemudian dirata- rata sebagai data kelompok. Berdasarkan informasi yang diperoleh, terdapat 6 kelompok swadaya dan 6 kelompok P2KP di Kecamatan Kajoran. Masing-masing kelompok, diambil sampel sebanyak 3 pengurus kelompok, sehingga didapatkan sebanyak 36 pengurus kelompok.

Data dan Instrumen Penelitian

Data dikonsepkan sebagai segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan keterangan tentang suatu fakta dan fakta tersebut ditemui oleh peneliti di lokasi penelitian (Bungin 2011). Sumber data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah :

(1) Data Primer, yang meliputi :

a. Informasi mengenai komunikasi partisipatif yang berlangsung dalam KWT, yag meliputi adanya dialog, kesempatan menyampaikan aspirasi dan bentuk refleksi-aksi KWT.

b. Informasi mengenai karakteristik kelompok yang berupa umur kelompok serta pengalaman kelompok serta luas lahan.

c. Informasi mengenai kontribusi pekarangan yang dirasakan responden meliputi tingkat kemampuan pekarangan dalam memenuhi kebutuhan pangan harian rumah tangga dan tingkat kemampuan pekarangan dalam memberikan tambahan penghasilan.

d. Informasi mengenai peran penyuluh pendamping dalam mendampingi KWT yang berupa peran fasilitatif dan peran edukatif.

e. Hasil observasi di lapangan mengenai aktivitas komunikasi dan keterlibatan anggota KWT dalam setiap kegiatan program optimalisasi lahan pekarangan.

(2) Data sekunder, yaitu data ataupun informasi yang diperoleh dari :

a. Kantor pemerintahan yang menangani kegiatan P2KP, mengenai program pemanfaatan lahan pekarangan yang akan dilaksanakan di tiap Kecamatan, proposal yang diajukan oleh KWT untuk memperoleh bantuan dana optimalisasi lahan pekarangan.

b. Kantor Kecamatan yang menangani kegiatan kelompok swadaya, mengenai informasi jadwal pertemuan antara Penyuluh Pendamping dengan anggota KWT, data mengenai jumlah pelaksana program dan informasi mengenai laporan pelaksanaan program.

c. Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang mengenai data statistik Kecamatan Kajoran dalam angka.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian ditanyakan kepada responden (Bungin 2011). Pertanyaan kuesioner dikelompokkan menjadi empat bagian. Bagian pertama terdiri dari pertanyaan yang terdiri dari karakteristik kelompok yaitu umur kelompok, pengalaman kelompok dan luas lahan pekarangan. Bagian kedua berisi tentang peran penyuluh pendamping selama mendampingi KWT dalam pelaksanaan kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan, yang terdiri dari peran edukatif dan peran fasilitatif. Sementara itu pada bagian ketiga pertanyaan berisi tentang kontribusi pekarangan

yang didapatkan oleh anggota KWT. Bagian terakhir berisi mengenai aktivitas komunikasi partisipatif di KWT yang terdiri dari voice, dialog dan refleksi-aksi. Kuesioner dibuat terpisah antara pengumpulan data kelompok dan individu. Kuesioner yang mengumpulkan informasi kelompok terdiri dari pertanyaan untuk umur kelompok, pengalaman kelompok, peran fasilitatif dan edukatif penyuluh, serta aktivitas komunikasi partisipatif di KWT. Sementara untuk kuesioner yang mengumpulkan informasi individu dari tiap anggota KWT terdiri dari luas lahan pekarangan, kontribusi pekarangan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan kontribusi pekarangan dalam memenuhi pendapatan. Pengumpulan data kualitatif juga dilakukan dengan observasi langsung yaitu mengikuti dan mengamati pertemuan rutin KWT, mengamati aktivitas gotong royong KWT dalam melaksanakan piket mingguan dan minggu bersih di laboratorium lapang serta kebun bibit, wawancara mendalam dengan informan untuk menggali informasi yang tidak tertera dalam kuesioner dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara mendalam dilakukan dengan beberapa anggota KWT serta petugas penyuluh lapangan.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan pengertian mengenai beberapa variabel yang diukur. Variabel-variabel tersebut diukur dengan cara meminta pendapat dan respon dari para responden tentang beberapa hal yang berhubungan dengan karakteristik kelompok, peran penyuluh, kontribusi pekarangan dan komunikasi partisipatif. Khusus untuk variabel karakteristik kelompok pada bagian luas lahan pekarangan dan variabel kontribusi pekarangan, data diperoleh dari tiap anggota KWT, yang kemudian dirata-rata sebagai data kelompok. Sementara untuk variabel lainnya yaitu karakteristik kelompok (umur kelompok dan pengalaman kelompok), peran penyuluh pendamping dan kontribusi pekarangan, data diperoleh dari tiga pengurus dalam setiap KWT, yang kemudian dirata-rata sebagai data kelompok. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan definisi operasional sebagai berikut :

(1) Karakteristik Kelompok.

Karakteristik kelompok merupakan ciri-ciri yang melekat pada kelompok yang tergabung dalam kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Karakteristik kelompok diduga berhubungan dengan komunikasi partisipatif, karena setiap kelompok mempunyai latar belakang sosial budaya yang berbeda dengan yang lainnya. Karakteristik kelompok dalam penelitian ini meliputi :

a. Umur, yaitu lama berdirinya kelompok dihitung dalam satuan tahun sejak pertama kali kelompok berdiri hingga pada waktu penelitian dilaksanakan, diukur dalam skala ordinal, yaitu (1) ≤ 2 tahun, (2) 2-3 tahun, dan (3) > 3 tahun.

b. Pengalaman kegiatan adalah tingkat keaktifan kelompok dalam mengadakan pertemuan rutin kelompok dan kegiatan yang dilaksanakan dalam optimalisasi pemanfaatan pearangan berupa kegiatan studi banding dan perlombaan baik di tingkat Kecamatan, Kabupaten maupun Nasional, dihitung dalam skala ordinal, yaitu (1) rendah (5-7), (2) sedang (8-11), dan (3) tinggi (11-14).

c. Luas lahan pekarangan merupakan satuan ukuran dalam meter persegi untuk menyatakan luas lahan pekarangan yang digunakan untuk

membudidayakan komoditas pilihan. Data mengenai luas lahan pekarangan diperoleh dari data tiap anggota KWT yang kemudian dirata- rata sebagai jumlah luas lahan dalam satu kelompok. Luas lahan pekarangan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu (1) pekarangan sempit (24.45 m2-27.87m2, (3) pekarangan sedang (27.88m2-43.02m2) dan (4) pekarangan luas (43.03m2-52.33m2).

(2) Peran penyuluh pendamping

Peran penyuluh dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan penyuluh pendamping dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator yaitu mendampingi dan memfasilitasi aliran informasi antara komunitas dan stakeholder dalam mewujudkan tujuan pembangunan. Peran penyuluh pendamping secara garis besar meliputi peran fasilitatif dan peran edukatif. Peran fasilitatif meliputi kemampuan mengembangkan partisipasi, mediasi dan negosiasi, memberikan dukungan, membangun konsensus, memfasilitasi kelompok, berorganisasi, memanfaatkan keterampilan dan sumber. Peran edukatif meliputi kemampuan menumbuhkan kesadaran, memotivasi, memberikan informasi dan pelatihan. Peran penyuluh pendamping dalam pelaksanaan program pemanfaatan lahan pekarangan meliputi:

a. Peran fasilitatif, merupakan kemampuan penyuluh pendamping memfasilitasi KWT untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang meliputi kemampuan mediasi, membangun hubungan, memfasilitasi kebutuhan kelompok, memanfaatkan keterampilan dan penghubung dengan sumber ahli. Pengukuran dilakukan dengan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut : (1) rendah (22-23), (2) sedang (24-25), dan (3) tinggi (26-28).

b. Peran edukatif, merupakan kemampuan penyuluh pendamping dalam memberikan materi serta mendampingi KWT. Kemampuan penyuluh pendamping dalam peran edukatif meliputi kemampuan menumbuhkan kesadaran, kemampuan memotivasi, kemampuan melatih keterampilan serta kemampuan mendampingi pelaksanaan program. Pengukuran dilakukan dengan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut: (1) rendah (20-22.66), (2) sedang (22.67 – 25.32), dan (3) tinggi (25.33-28). (3) Kontribusi pekarangan.

Pekarangan berkontribusi dalam menyediakan kebutuhan pangan, sebagai sumber pendapatan bagi rumah tangga. Sumber pendapatan yang diperoleh dari kontribusi lahan pekarangan diperoleh dari hasil penjualan komoditas pekarangan baik yang berupa sayuran, non sayuran hingga makanan olahan dari pekarangan dan jumlah sayuran hasil pekarangan yang dimasak untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara untuk kontribusi pekarangan dalam memenuh kebutuhan pangan rumah tangga didapatkan dari banyaknya jumlah sayuran yang mampu dipenuhi dari hasil pekarangan dibandingkan dengan pembelian sayur dari luar (pasar, warung atau tukang sayur) dan banyaknya jumlah bahan kebutuhan pangan lain yang bisa diperoleh dari hasil barter. Indikator yang digunakan untuk mengukur kontribusi pekarangan yang diperoleh KWT yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan bahan pangan rumah tangga, merupakan tingkat sejauhmana pekarangan mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan untuk dikonsumsi oleh keluarga anggota kelompok wanita tani sehari-hari.

Indikator untuk melihat tingkat kemampuan memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga adalah, jumlah sayuran hasil pekarangan yang dikonsumsi perhari dibanding dengan jumlah pengeluaran untuk membeli sayuran di luar, jumlah hasil pekarangan yang bisa digunakan untuk barter dengan bahan pangan lain, frekuensi keluarga anggota kelompok wanita tani dalam mengkonsumsi sayuran hasil pekarangan per hari. Data yang diperoleh dikonversikan ke dalam rupiah untuk mengetahui besaran jumlah kontribusi pekarangan dalam memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Responden penelitian pada indikator ini merupakan seluruh anggota KWT. Hasil pengumpulan data kemudian dirata-rata per kelompok, untuk digunakan sebagai data kelompok dan dikategorikan sebagai berikut: (1) rendah (6-7.33), (2) sedang (7.34-8), dan (3) tinggi (8.1-10).

b. Memenuhi pendapatan rumah tangga, merupakan kemampuan pekarangan dalam memberikan penghasilan dari hasil menjual sayuran. Indikator untuk melihat tingkat kemampuan memenuhi pendapatan rumah tangga diantaranya adalah jumlah keseluruhan pendapatan penjualan sayuran hasil pekarangan baik berupa sayuran maupun buah-buahan, jumlah pendapatan yang diperoleh dari penjualan makanan olahan hasil pekarangan dan jumlah sayuran hasil pekarangan yang dimasak sehari-hari dikonversikan dalam bentuk rupiah. Responden penelitian pada indikator ini merupakan seluruh anggota KWT. Pengukuran dilakukan dengan mengambil jumlah rata-rata anggota KWT dan dikonversikan menjadi data kelompok dengan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut: (1) rendah (7-9.33), (2) sedang (9.34-11.68), dan (3) tinggi (11.69-14).

(4) Komunikasi partisipasi pada kegiatan optimalisasi pemanfatan lahan pekarangan.

Komunikasi partisipatif pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan merupakan kegiatan komunikasi antara responden, stakeholder dan penyuluh pendamping yang difasilitasi oleh penyuluh pendamping dalam bertukar inspirasi (voice) dengan jalan berdialog untuk merefleksikan masalah dan kebutuhan dalam bentuk tindakan bersama. Indikator yang digunakan untuk mengukur komunikasi partisipatif pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan terdiri dari voice, dialog dan refleksi aksi. Indikator yang digunakan untuk mengukur voice , merupakan tingkat kesamaan hak anggota kelompok dalam menyuarakan pendapatnya, tingkat keaktifan anggota kelompok dalam mengajukan gagasan, tingkat kemampuan anggota dalam menghargai pendapat anggota lainnya. Sementara itu pada indikator dialog, diukur melalui tingkat kemampuan anggota kelompok dalam bertukar informasi antar kelompok, kemampuan anggota kelompok berdiskusi dengan penyuluh pendamping, tingkat keaktifan anggota kelompok dalam bermusyawarah, dan tingkat keaktifan anggota kelompok dalam mendiskusikan kebutuhan dan masalah kelompok. Refleksi-aksi, diukur berdasarkan tingkat keaktifan anggota kelompok dalam bentuk tindakan kolektif (kerja bakti, piket harian, dan kegiatan minggu bersih), tingkat pertanggungjawaban anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan kelompok yang telah disepakati bersama, tingkat kepedulian anggota kelompok dalam menjaga fasilitas bersama yang dimiliki kelompok. Pengukuran indikator voice, dialog dan

refleksi aksi diukur pada setiap tahapan kegiatan dalam program pemanfaatan lahan pekarangan, dari proses perencanaan, pembentukan kelompok, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan, pelatihan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut: (1) rendah (32-39.32), (2) sedang (39.33-46.66), dan (3) tinggi (46.67-54).

Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2008), pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Alat ukur yang tidak valid adalah yang memberikan hasil ukuran menyimpang dari tujuannya. Upaya yang dilakukan untuk memperoleh validitas instrumen yang baik dilakukan dengan konsultasi dengan ahli yang menguasai materi pertanyaan yang ditanyakan, konsultasi dengan dosen pembimbing dan pertanyaan diuji coba dengan peserta yang memiliki karakteristik yang sama. Suatu instrumen dikatakan layak untuk digunakan dalam pengukuran apabila telah memenuhi syarat dalam validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan). Instrumen dalam penelitian ini disusun sedemikian rupa sebelum digunakan dalam penelitian, sehingga alat pengukur atau instrumen yang digunakan benar-benar teruji validitas dan reliabilitasnya. Untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas dilakukan uji coba terhadap 12 Kelompok Wanita tani (n=12KWT) di Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.

Validitas Instrumentasi

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah korelasi produk momen (product moment correlation). Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antar skor masing-masing items pertanyaan dengan skor total pada setiap peubah dengan persen kelonggaran (5%) dan derajat bebas adalah n-2=10, didapat nilai rtabel adalah 0.632. Jika nilai rhitung > 0.632 maka items valid dan digunakan dalam

penelitian, sedangkan item pertanyaan atau pernyataan yang tidak valid maka kemudian dimodifikasi kembali susunan kata-kata atau kalimatnya agar lebih dipahami oleh responden.

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap instrumen yang digunakan dengan SPSS versi 20.0, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut, peran edukatif penyuluh memiliki tujuh pertanyaan, dan dua di antaranya mempunyai nilai kurang dari 0.632. Komposisi nilai tertinggi menunjukkan angka 0,766, sementara angka terendah 0.213 menunjukkan angka korelasi terendah yaitu 0.381 dan tertinggi yaitu 0.668. Selanjutnya untuk pertanyaan mengenai peran fasilitatif penyuluh, dari delapan pertanyaan terdapat dua pertanyaan yang angka korelasinya di bawah angka kritis pada taraf lima persen (r = 0.632). Angka korelasi pada pertanyaan tersebut mencapai 0.728, dan angka terendah berapa pada 0.176. Variabel berikutnya mengenai kontribusi pekarangan pada indikator memenuhi kebutuhan pangan. Hasil uji validitas menunjukkan dari tiga pertanyaan, dua diantaranya melewati batas kritis yaitu 0.710 dan 0.867, sementara satu pertanyaan berada di bawah angka kritis yaitu 0.573. Masih dalam variabel yang sama yaitu kontribusi pekarangan, pada indikator meningkatkan pendapatan diperoleh angka maksimum 0.820 dan angka minimum yaitu 0.363.

total pertanyaan pada indikator tersebut sebanyak empat butir. Pertanyaan selanjutnya merupakan variabel komunikasi partisipatif. Terdapat 14 pertanyaan, di mana dua di antaranya berada di bawah angka kritis yaitu 0.578 dan 0.567. sementara angka korelasi tertinggi pada pertanyaan tersebut menunjukkan angka 0.759. Berdasarkan hasil pengujian pada pertanyaan tersebut, maka butir-butir pertanyaan yang berada di bawah angka kritis (r = 0.632), direvisi pertanyaannya. Cara merevisi adalah dengan memperbaiki susunan katanya, ataupun diganti dengan pertanyaan yang lebih cocok dengan keadaan dan peristiwa komunikasi yang ada di KWT Kecamatan Kajoran.

Reliabilitas Instrumentasi

Reliabilitas menunjukkan kepercayaan suatu alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 2005). Reliabilitas (keterandalan) instrumen dilakukan dengan cara uji kuesioner. Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat keterandalan instrumen kuesioner dengan cara mengoptimalkan keragaman kesalahan dengan mengungkapkan pertanyaan secara tepat, memberikan pertanyaan pendukung dengan satu pertanyaan yang sama dan mutunya, serta memberikan petunjuk pengisisan kuesioner secara tepat dan jelas. Untuk mencapai reliabilitas alat ukur yang maksimal maka akan dilakukan penyempurnaan instrumen melalui pengujian dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Riduan 2004) sebagai berikut :

Penggunaan uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan baik segi efektivitas, waktu, dan biaya yang digunakan. Dalam menghitung reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan adalah koefisien reliabilitas Cronbach Alpha.

Hasil uji reliabilitas menggunakan uji reliabilitas Cronbach Alpha menunjukkan angka sebagai berikut; variabel peran edukatif penyuluh menghasilkan nilai r sebesar 0.737, variabel peran penyuluh pada indikator peran fasilitatif menghasilkan nilai r sebesar 0.741, variabel motivasi kerja menghasilkan nilai r sebesar 0.747, selanjutnya untuk indikator kinerja pendamping menghasilkan nilai r sebesar 0.753. pertanyaan berikutnya pada variabel kontribusi pekarangan, untuk indikator memenuhi kebutuhan pangan menghasilkan nilai r sebesar 0.788, dan indikator meningkatkan pendapatan nilai r mencapai 0.734. terakhir adalah pertanyaan pada variabel komunikasi partisipatif yang mencapai nilai r sebesar 0.757. Hasil uji coba tersebut dapat membuktikan bahwa kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data sudah reliabel. Nilai tersebut menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian termasuk konsisten dalam mengukur gejala yang sama. Nilai koefisien reliabilitas instrumen terdapat pada Lampiran 4.

keterangan :

r11 = nilai reliabillitas k = jumlah item

Ʃsi = jumlah varian skors tiap-tiap item St = Varian total

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah :

1. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder. Data yang dikumpulkan berupa dokumentasi luas lahan pekarangan, aktivitas dialog dalam pertemuan kelompok, aktivitas kerja bakti sebagai bagian dari refleksi aksi, tanaman sayuran yang dibudidayakan di pekarangan, pelatihan yang diberikan oleh penyuluh pendamping.

2. Wawancara dengan menggunakan kuesioner, yang diberikan kepada pengurus KWT di Kecamatan Kajoran.

3. Wawancara mendalam dengan informan yang memiliki pengalaman dan pengetahuan secara mendetail mengenai pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan pekarangan. sebagian besar informan merupakan anggota KWT yang menjadi pelopor dan dianggap dituakan di dalam KWT, serta anggota yang sering mendapatkan tugas untuk mengikuti studi banding maupun pelatihan ke luar daerah. Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan kajian melalui kegiatan temu muka yang dilakukan pengkajian dengan informan.

4. Observasi Langsung. Metode observasi merupakan metode perolehan informasi yang mengandalkan pengamatan langsung di lapangan, baik menyangkut kegiatan pemanfaatan pekarangan (penanaman,perawatan tanaman, pemupukan dan penanggulangan hama tanaman), kegiatan kelompok wanita tani (pertemuan rutin, arisan, jimpitan, tabungan, simpan pinjam, dana tabungan, dana kas), aktivitas komunikasi dalam kelompok (diskusi, berbagi informasi dan pengalaman, perencanaan pembuatan proposal dana bantuan), serta hubungan maupun kondisi masyarakat, dan lingkungan alam yang berkaitan dengan proses komunikasi partisipatif kelompok wanita tani di Kecamatan Kajoran.

Analisis Data

Berdasarkan pada tujuan penelitian, model teoritis yang dikembangkan dan hipotesis yang diajukan, maka untuk keperluan deskripsi penelitian dipergunakan interprestasi data dari masing-masing variabel dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menggunakan frekuensi dan persentase untuk menganalisis deskripsi variabel karakteristik kelompok, peran penyuluh pendamping, kontribusi pekarangan dan komunikasi partisipatif. Analisis statistik inferensial digunakan untuk melihat hubungan antara variabel (a) Hubungan karakteristik kelompok dengan komunikasi partisipatif KWT, (b) Hubungan peran penyuluh pendamping dengan komunikasi partisipatif KWT, dan (d) Hubungan kontribusi pekarangan dengan komunikasi partisipatif KWT, dan (e) Perbedaan komunikasi partisipatif antara KWT swadaya dan non swadaya. Analisis statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi rank Spearman dan uji beda. Korelasi rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel yang memiliki data ordinal dengan ordinal. Rumus koefisien rank Spearman adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Rs (rho) : Koefisien korelasi rank Spearman

1 : Bilangan konstan

6 : Bilangan konstan

d :Perbedaan antara pasangan jenjang

∑ : Sigma atau jumlah

N : Jumlah individu dalam sampel

Sementara itu untuk menganalisis perbedaan komunikasi partisipatif antara KWT swadaya dan non swadaya dilakukan dengan menggunakan uji beda dengan rumus sebagai berikut (Kriyantono 2009):

̅ ̅

̅ ̅

Keterangan:

t = Nilai statistik (r hitung)

̅ = Rata-rata dari pengamatan komunikasi partisipatif KWT non swadaya

̅ = Rata-rata dari pengamatan komunikasi partisipatif KWT swadaya

̅ ̅ = Standar error kedua KWT

Analisis kualitatif dilakukan sejak dari pengumpulan data di lapangan, berupa observasi dan wawancara mendalam. Analisis data yang dilakukan meliputi mereduksi data, meyajikan data dan membuat kesimpulan. Proses mereduksi data dimulai dengan memilih dan menyederhanakan data dengan merangkum data yang penting sesuai dengan fokus penelitian maupun yang menguatkan data kuantitatif. Langkah selanjutnya, data yang telah direduksi dan dipilih berdasarkan kategorinya disajikan dalam bentuk kalimat kutipan maupun kalimat yang tertera dalam interpretasi data kuantitatif. Data kualitatif di sini berfungsi untuk menguatkan data dan memberikan penjelasan lebih mendalam pada data kuantitatif.

Dokumen terkait