• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan di Bogor, yaitu di Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (Balai PATP) serta di tempat inventor dan perusahaan penerima lisensi berada. Waktu penelitian dimulai bulan Februari hingga Juli 2015.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu kualitatif dan kuantitatif serta sumber data primer dan sekunder. Data kualitatif merupakan data yang dapat diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data, seperti wawancara, analisis dokumen, Focus Grup Discussion (FGD), rekaman, maupun observasi (pengamatan). Data kuantitatif diperoleh melalui wawancara terstruktur (kuisioner). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara non terstruktur sebagai data awal untuk menentukan variabel indikator pada kualitas produk dan pelayanan. Wawancara non terstruktur dalam pelaksanaannya melibatkan para inventor yang invensinya telah berhasil dan belum berhasil dikembangkan, para staf BPATP yang melakukan pelayanan alih teknologi, serta beberapa pihak penerima lisensi baik yang telah maupun yang belum berhasil mengembangkan invensi yang dilisensi. Data primer untuk penelitian lebih lanjut juga diperoleh secara kuantitatif melalui wawancara terstruktur (kuisioner) terhadap para penerima lisensi. Kuisioner tersebut menggunakan jenis pertanyaan tertutup dengan lima skala likert sehingga jawaban responden dibatasi pada jawaban yang telah disediakan. Pada kuisioner juga terdapat pertanyaan terbuka. Setiap responden yang mewakili perusahaan merupakan pihak yang terlibat dalam kegiatan alih teknologi dan mengetahui hal- hal yang terkait dengan kegiatan alih teknologi. Pada kuisioner juga terdapat pertanyaan terbuka. Data sekunder yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari laporan kegiatan dan laporan tahunan Balai PATP, serta berbagai jurnal, buku dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode sensus yang melibatkan 35 responden. Ini didasarkan pada terbatasnya jumlah mitra kerjasama Balitbangtan dan jumlah data minimal yang direkomendasikan SEM PLS, yaitu berkisar 30-100 data (Ghozali, 2008).

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh secara kualitatif melalui wawancara pendahuluan bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel indikator pada kualitas produk dan pelayanan. Wawancara pendahuluan dilakukan terhadap beberapa inventor, para staf pelayanan alih teknologi, dan pihak penerima lisensi. Inventor yang dipilih dalam wawancara tersebut, mewakili kelompok yang invensinya berhasil dikembangkan maupun yang invensinya gagal dikembangkan oleh perusahaan penerima lisensi, serta mewakili keempat kelompok penerima lisensi berdasarkan perilaku melisensi. Variabel-variabel indikator pada kualitas produk dan pelayanan hasil wawancara pendahuluan, selanjutnya digunakan sebagai variabel indikator produk dan pelayanan pada penelitian ini. Variabel tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan terstruktur (kuisioner) guna memperoleh data dari penerima lisensi. Sebelum kuisioner disebarkan sebagai alat untuk memperoleh data, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian

tersebut bertujuan untuk mengetahui validitas item-item instrumen (pertanyaan) dan konsistensi instrumen yang digunakan, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya.

Pengolahan secara kuantitatif dilakukan menggunakan teknik statistik. Teknik pengolahan dan analisis data secara statistik menggunakan SEM (Struktural Equation Modeling) berbasis variance atau SEM dengan pendekatan PLS (Partial Least Square) untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel yang kompleks.

Structural Equation Modeling (SEM)

Menurut Santoso (2011) Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat analisa statistik, dimana penyusunan model dan cara kerjanya merupakan gabungan antara analisis faktor dan analisis regresi. Alat analisis SEM yang dikembangkan Joreskog dan Sorbom pada tahun 1970-an, dapat menjelaskan hubungan antara variabel-variabel, mengukur variabel laten dengan sejumlah indikator dan hubungan di antara keduanya, (Santoso, 2011), serta mampu menganalisis jalur (path) antar variabel laten (Ghozali, 2008; Santoso, 2011). SEM memiliki dua model, yaitu SEM berbasis covariance (Component Based SEM) dan SEM berbasis variance menggunakan pendekatan PLS (Partial Least Square). SEM berbasis covariance dapat diselesaikan menggunakan software AMOS dan LISREL, sedangkan SEM dengan pendekatan PLS dapat diselesaikan menggunakan software Smart PLS, PLS Graph, Visual PLS, dan PLS GUI (Ghozali, 2008).

SEM dengan pendekatan PLS merupakan SEM dengan metode alternatif, dimana distribusi data tidak dipermasalahkan; skala pengukuran dapat berupa nominal, ordinal, interval maupun ratio; model komplek menggunakan 100 variabel indikator, dapat dianalisis menggunakan data yang relatif sedikit (minimal 30 data); serta model pengukuran indikator dapat reflektif maupun formatif, lebih cenderung pada model prediksi (Ghozali, 2008). Hal ini berbeda dengan Covariance Based SEM (CBSEM) yang mengharuskan pengembangan model yang dianalisis berdasarkan teori yang kuat dan tujuan penggunaan CBSEM adalah mengkonfirmasi model yang dikembangkan dengan data empiris.

Penelitian ini menggunakan SEM dengan pendekatan PLS. Model SEM yang digunakan pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3. Variabel indikator eksogen (bebas) pada kualitas produk terdiri dari tujuh indikator, sedangkan indikator pada kualitas pelayanan terdiri dari 13 indikator. Variabel indikator endogen (terikat) pada perceived value, terdiri atas harga produk yang kompetitif, kesesuaian antara harga produk dengan kualitas produk, serta kesesuaian antara harga produk dengan kualitas pelayanan. Variabel indikator endogen pada kepuasan terdiri atas rasa senang melakukan kerjasama pengembangan teknologi Balitbangtan, rasa senang menggunakan pelayanan Balitbangtan, dan pengalaman secara umum yang dirasakan penerima lisensi dalam melakukan kerjasama alih teknologi. Variabel indikator endogen pada loyalitas terdiri atas kesediaan melakukan kerjasama alih teknologi kembali untuk teknologi yang sama (teknologi yang dikerjasamakan sebelumnya), kesediaan melakukan kerjasama alih teknologi kembali untuk teknologi baru, kesediaan merekomendasikan teknologi Balitbangtan, serta kesediaan mengatakan hal positif mengenai Balitbangtan.

Hipotesis Penelitian

Ha1: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap perceived value

Ha2: Kualitasproduk (teknologi) berpengaruh terhadap perceived value Ha3: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

Ha4: Kualitas produk (teknologi) berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Ha5: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan

Ha6: Kualitas produk (teknologi) berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Ha7: Perceived value berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

Gambar 3 Model SEM Kualitas produk Ha7 Ha3 Kualitas pelayanan

Perceived value Loyalitas

Ha1 Ha2 Ha4 Kepuasan Ha8 Ha5 Ha6

4 GAMBARAN UMUM BADAN LITBANG PERTANIAN

SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA INDUSTRI

Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) merupakan Unit Kerja Eselon I di bawah Kementerian Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanian. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Balitbangtan memiliki fungsi dalam penyiapan perumusan kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian, perumusan program penelitian dan pengembangan pertanian, pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian, evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian, serta pelaksanaan administratif Badan.

Balitbangtan dalam menjalankan tugas penelitian dan pengembangan pertanian, dibantu oleh beberapa Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis di bawahnya, yaitu Balai-Balai Penelitian dan Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (Balai PATP). Balai Penelitian memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) melakukan kegiatan penelitian dan menghasilkan invensi serta inovasi di bidang pertanian, sedangkan Balai PATP memiliki tupoksi melaksanakan kegiatan pengelolaan HKI dan alih teknologi atas hasil kegiatan penelitian yang bernilai ekonomi kepada dunia industri. Balai PATP berdiri pada tahun 2007. Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, mewajibkan lembaga litbang dan perguruan tinggi untuk melaksanakan alih teknologi hasil litbang guna menyebarluaskan teknologi hasil litbang sehingga dapat dikembangkan oleh dunia industri. Invensi (teknologi) hasil penelitian harus dapat dirasakan manfaatnya oleh pengguna akhir (end user) sehingga teknologi tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan dapat berkontribusi dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Selanjutnya, dalam UU No. 18 Tahun 2002, pasal 13 disebutkan perlunya pembentukan sentra HKI di perguruan tinggi dan lembaga litbang guna meningkatkan pengelolaan kekayaan intelektual (invensi hasil litbang). Alih teknologi dapat dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu mekanisme komersial dan non komersial. Pelaksanaan alih teknologi secara non komersial, dimana Balitbangtan sebagai lembaga pelayanan publik.

Teknologi hasil Balitbangtan harus dialihkan kepada dunia industri (perusahaan mitra kerjasama Balitbangtan) agar dapat dikembangkan secara massal menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan jejaring kerjasama antara Balitbangtan dengan dunia industri (perusahaan) sebagai mitra kerjasama alih teknologi. Proses kerjasama yang saat ini telah dilakukan salah satunya adalah kerjasama lisensi. Promosi teknologi dan kerjasama alih teknologi di lingkup Balitbangtan, dilakukan oleh Balai PATP. Kegiatan tersebut merupakan pemasaran teknologi hasil litbang kepada dunia industri. Promosi teknologi saaat ini dilakukan melalui media cetak (buku atau katalog teknologi hasil Balitbangtan), media elektronik (website Balitbangtan), serta Round Table Agroinovasi (RTA), pameran, dan forum bisnis. Keberhasilan pengembangan teknologi secara massal merupakan keuntungan bagi masyarakat, perusahaan, lembaga litbang dan pemerintah. Keuntungan bagi masyarakat adalah terpecahkannya masalah yang dihadapi, khususnya masalah di bidang pertanian. Keuntungan bagi perusahaan adalah diperolehnya keuntungan ekonomi sebagai hasil pengembangan teknologi dan penjualan produk. Keuntungan bagi lembaga

litbang adalah diperolehnya pendapatan dari perusahaan mitra kerjasama alih teknologi sebagai fee hasil pengembangan teknologi. Pendapatan tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan pengembangan bagi lembaga litbang dan lembaga pelayanan alih teknologi. Sedangkan keuntungan bagi pemerintah adalah pemanfaatan teknologi dalam negeri sebagai solusi bagi permasalahan di Indonesia, khususnya masalah pertanian.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait