Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cogreg, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Responden adalah peternak ayam ras pedaging baik yang bermitra maupun yang tidak bermitra (mandiri). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor yang memiliki karakteristik khas dibandingkan daerah sentra produksi lainnya.
Usaha ternak ayam ras pedaging di Desa Cogreg umumnya berskala kecil dengan kapasitas di bawah 10 000 ekor dan proses produksi yang digunakan masih tergolong tradisional. Masih tradisionalnya proses produksi terlihat dari kandang beserta peralatan yang digunakan. Kandang-kandang yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan ayam masih sederhana, bukan kandang closed house
yang kondisi di dalam kandang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Alat pemanas yang digunakan selama masa brooding juga masih menggunakan tong yang diisi kayu bakar.
Selain skalanya yang kecil dan proses produksinya yang masih tergolong tradisional, usaha ternak ayam ras pedaging di Desa Cogreg banyak diusahakan dengan pola kemitraan. Kemitraan yang dijalankan di desa ini juga memiliki perpedaan dengan kemitraan ayam ras pedaging pada umumnya. Perbedaan yang paling utama adalah tidak adanya harga kontrak baik untuk input maupun hasil produksi. Pengumpulan data dilakukan pada pertengahan bulan Januari hingga Maret 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara terhadap responden dengan alat bantu berupa pengisian kuisioner. Wawancara dilakukan kepada pihak perusahaan inti serta peternak ayam ras pedaging, baik yang berternak secara mandiri maupun yang menjalin kemitraan. Data primer meliputi data faktor produksi, harga faktor produksi, biaya produksi, dan data penerimaan usahatani.
Data sekunder meliputi monografi Desa Cogreg, data produksi dan produktivitas, serta data konsumsi ayam ras pedaging. Data sekunder diperoleh dari informasi tertulis yang berasal dari literatur-literatur yang relevan sepeti buku, hasil penelitian terdahulu, informasi dari Dinas Peternakan, Badan Pusat Statistik, Perpustakaan IPB, dan instansi lain yang dapat membantu ketersediaan data.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh dapat primer adalah observasi dan wawancara langsung kepada peternak ayam ras pedaging yang mandiri maupun peternak yang bermitra. Wawancara dilakukan dengan
teknik wawancara individual dengan alat bantu wawancara berupa kuisioner. Data sekunder diperoleh dari dengan menggunakan literatur review dari berbagai sumber informasi yang relevan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak ayam ras pedaging baik yang mandiri maupun yang menjalin kemitraan dengan perusahaan inti. Peternak ayam ras pedaging yang menjalin kemitraan dengan perusahaan inti berjumlah 87 orang, sedangkan peternak mandiri berjumlah 6 orang. Dari populasi tersebut seluruh peternak yang tidak bermitra akan dijadikan responden, sedangkan peternak yang bermitra akan dipilih 30 untuk dijadikan sampel. Metode penarikan sampel bagi peternak yang bermitra akan menggunakan
probability sampling dimana penarikan sampel dilakukan dengan memberi peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan adalah simple random sampling yaitu dengan memilih secara acak anggota dari sampling frame yang telah tersedia.
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses lanjutan setelah dilakukannya proses pengumpulan data. Kegiatan ini bertujuan agar data yang telah dikumpulkan dapat lebih berarti serta dapat memberikan informasi. Adanya hasil analisis terhadap data tersebut dapat memberikan berbagai jawaban atas perumusan masalah dalam penelitian ini. Sebelum melakukan analisis data diperlukan pengelompokan data menjadi data kualitatif dan data kuantitatif.
Analisis deskriptif diperlukan untuk menganalisis data kualitatif sehingga dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti. Analisis data kuantitatif digunakan untuk melihat pengaruh kemitraan terhadap pendapatan peternak secara kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan perhitungan pendapatan usahatani dan R/C rasio. Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk melihat besarnya pendapatan peternak ayam ras pedaging baik pada peternak mandiri maupun pada peternak mitra. Sedangkan analisis R/C rasio digunakan untuk melihat kelayakan usaha ternak ayam ras pedaging secara finansial. Data kuantitatif diolah dengan bantuan kalkulator dan Software Microsoft Office Excel.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan data kualitatif seperti keragaan usahatani ayam ras pedaging, karakteristik lokasi penelitian, karakteristik responden, dan gambaran mengenai pelaksanaan kemitraan antara perusahaan inti dan peternak mitra ayam ras pedaging.
Keragaan usaha ternak ayam ras pedaging digambarkan mulai dari kegiatan persiapan praproduksi, penyediaan sarana produksi ternak, kegiatan produksi atau masa pemeliharaan ternak, kegiatan pemanenan, hingga kegiatan pemasaran ayam ras pedaging hasil produksi selama satu periode.
Gambaran mengenai kemitraan usaha ternak ayam ras pedaging di Desa Cogreg yang dapat dianalisis antara lain adalah pola kemitraan yang diterapkan, kesepakatan dalam kemitraan, persyaratan menjadi peternak mitra, hak dan kewajiban kedua belah pihak, serta pelaksanaan kemitraan.
Analisis Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (1986), analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usahatani yang dilakukan oleh petani atau peternak. Pendapatan usahatani dapat dihitung menggunakan :
Pendapatan ( ) = TR –TC
= (P x Q) – (biaya tunai + diperhitungkan) Keterangan : : Pendapatan Usahatani (Rp) TR : Total Penerimaan (Rp) TC : Total Biaya (Rp) P : Harga (Rp) Q : Jumlah (satuan)
Seperti yang ada pada rumus diatas, biaya usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian input dan pembayaran upah tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh petani/peternak, namun pada kenyataannya tidak dibayarkan dalam bentuk uang. Contoh biaya diperhitungkan yang paling sering ditemui adalah penyusutan dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya penyusutan dapat dihitung dengan rumus :
Biaya penyusutan = Keterangan :
Nb : Nilai Pembelian (Rp) Ns : Tafsiran Nilai Sisa (Rp) N : Umur Ekonomis (tahun)
Secara sistematis, pendapatan usahatani dapat dihitung dengan menggunakan bantuan Tabel 5.
Tabel 5 Perhitungan pendapatan usahatani dan R/C rasio
Uraian Keterangan
Penerimaan tunai A
Penerimaan yang diperhitungkan B
Total penerimaan C = A + B
Biaya tunai D
Biaya yang diperhitungkan E
Total pengeluaran F = D + E
Total pendapatan G = C - F
Pendapatan atas biaya tunai H = C - D
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)
Analisis R/C Rasio digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usaha. R/C Rasio ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Analisis R/C Rasio juga dibedakan menjadi R/C Rasio Tunai dan R/C Rasio Total.
R/C Rasio Tunai = R/C Rasio Total =
Menurut Soekartawi (2006), analisis R/C Rasio dapat juga dirumuskan sebagai berikut : a = R/C R = Py. Y C = FC + VC a = Keterangan : a : Analisis Rasio (R/C) R : Penerimaan C : Biaya Py : Harga Output Y : Output
FC : Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC : Biaya Variabel (Variable Cost)
Menurut Hernanto (1989), analisis R/C Rasio digunakan untuk menganalisis usahatani dalam periode tertentu. Apabila dari hasil perhitungan R/C didapatkan nilai lebih dari 1, berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada setiap satuan biaya yang dikeluarkan, atau dengan kata lain usahatani yang dilakukan meenguntungkan. Sedangkan apabila R/C rasio bernilai kurang dari 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari tiap biaya yang dikeluarkan, hal ini berarti usaha yang dijalankan tidak menguntungkan.
Komponen pendapatan usahatani dan R/C rasio dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan perbandingan tiga skala pada masing-masing kelompok peternak, baik peternak mitra maupun peternak mandiri. Pengelompokan skala didasarkan pada kapasitas produksi peternak ayam ras pedaging. Karena variasi kapasitas produksi ayam per periode berkisar antara 2 000 hingga 8 000 ekor ayam per peternak, maka skala usaha dibagi menjadi tiga katagori dengan proporsi kapasitas yang sama. Skala I merupakan peternak yang memiliki kapasitas produksi 2 000 – 4 000 ekor ayam dalam satu periode produksi. Peternak yang tergolong skala II memiliki kapasitas 4 001 – 6 000 per periode produksi. Sedangkan peternak skala III adalah yang memiliki kapasitas produksi 6 001 – 8 000 per periode produksinya. Analisis dengan menggunakan
perbandingan ketiga skala ini ditujukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan struktur biaya dan penerimaan yang dipengaruhi oleh skala usaha.