• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode percobaan. Percobaan yang dilakukan meliputi penentuan ukuran mata jaring lintasan masuk, sudut kemiringan lintasan masuk bubu, ukuran dan bentuk pintu masuk bubu. Selain itu, dilakukan uji coba konstruksi bubu yang telah dimodifikasi dan bubu standar di dalam bak percobaan. Seluruh proses penelitian dilakukan di laboratorium.

3.3.1 Penentuan ukuran mata jaring lintasan masuk bubu

Penelitian ditujukan untuk mendapatkan ukuran mata jaring yang mudah dilintasi oleh kepiting bakau. Ukuran mata jaring yang di uji coba adalah 0,5; 0,75; 1 dan 1,25 inci. Ukuran mata jaring yang terpilih dijadikan sebagai ukuran mata jaring pada lintasan masuk bubu dan digunakan pada pengujian sudut kemiringan lintasan masuk bubu. Urutan percobaannya mengikuti tahapan berikut:

1. Percobaan diawali dengan meletakkan model lintasan masuk yang terbuat dari jaring dengan ukuran mata 0,5 inci di tengah akuarium percobaan membentuk sudut kemiringan α = 20o yang merupakan sudut kemiringan dari bubu standar;

2. Kepiting bakau diletakkan di depan model lintasan;

3. Bagian belakang model lintasan masuk ditempatkan umpan untuk menarik kepiting bakau agar mau bergerak melewati lintasan;

pergerakannya di atas lintasan diamati secara visual;

5. Pengujian diulang tiga kali untuk kepiting bakau yang sama;

6. Sebanyak enam kepiting bakau dengan ukuran lebar karapas mulai dari 6,28- 9,8 cm digunakan untuk proses pengujian ini; dan

7. Tahapan kerja yang sama juga dilakukan dengan menggunakan lintasan yang terbuat dari jaring dengan ukuran mata 0,75; 1 dan 1,25 inci.

Pada Gambar 15 dijelaskan ilustrasi posisi kepiting bakau di dalam akuarium pada uji penentuan ukuran mata jaring lintasan masuk bubu.

Gambar 15 Ilustrasi posisi kepiting bakau, jaring lintasan dan umpan pada uji penentuan ukuran matajaringlintasan masuk bubu

3.3.2Penentuan sudut kemiringan lintasan masuk bubu

Percobaan bertujuan untuk mendapatkan sudut kemiringan pada lintasan masuk bubu yang mudah dilalui kepiting bakau saat memasuki bubu. Sudut kemiringan yang digunakan sebesar 20o, 40o dan 60o. Dasar penggunaan sudut- sudut tersebut untuk mendapatkan hasil yang berbeda secara signifikan. Sudut kemiringan yang terpilih dari percobaan digunakan pada lintasan masuk bubu modifikasi. Tahap percobaan dalam menentukan sudut kemiringan lintasan masuk sebagai berikut:

1. Percobaan diawali dengan meletakkan model lintasan masuk yang terbuat dari jaring dengan ukuran mata jaring 1 inci (diperoleh dari percobaan sebelumnya) di tengah akuarium dengan sudut kemiringan α = 20o;

2. Kepiting bakau diletakkan di depan model lintasan masuk;

3. Umpan diletakkan di belakang model lintasan masuk supaya kepiting bakau bergerak mendekati dan melintasi model lintasan;

4. Kepiting bakau dibiarkan bergerak melintasi model lintasan dan setiap

Arah gerak

pergerakannya diamati secara visual;

5. Hasil pengujian dan pengamatan dicatat pada datasheet;

6. Pengujian dilakukan sebanyak 18 ulangan dengan menggunakan 8 kepiting bakau yang memiliki ukuran mulai dari 6,28-10,1 cm; dan

7. Tahapan uji coba yang sama dilakukan pada 2 sudut selanjutnya, yaitu 40o dan 60o.

Berikut adalah ilustrasi posisi kepiting bakau dalam penentuan sudut kemiringan lintasan yang ditunjukkan pada Gambar 16.

Gambar 16 Ilustrasi posisi kepiting bakau, jaring lintasan dan umpan pada uji penentuan sudut kemiringan lintasan masuk bubu

3.3.3 Penentuan ukuran dan bentuk pintu masuk bubu

Percobaan dilakukan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk pintu masuk bubu yang mudah dilalui kepiting bakau, tapi kepiting bakau tidak dapat keluar dari pintu masuk bubu. Ukuran dan bentuk pintu masuk bubu disesuaikan dengan tingkah laku dan ukuran kepiting bakau, yaitu tebal tubuh kepiting bakau yang sudah layak tangkap. Urutan proses penentuan ukuran dan bentuk mulut masuk bubu sebagai berikut:

1. Percobaan diawali dengan meletakkan model lintasan di tengah akuarium membentuk sudut kemiringan α = 20o dengan jaring yang memiliki ukuran mata 1 inci;

2. Sekeping kaca diletakkan di atas model lintasan hingga membentuk sebuah celah yang lebarnya disesuaikan dengan ketebalan kepiting bakau layak tangkap;

3. Kepiting bakau diletakkan di depan model lintasan masuk;

Arah gerak

α

4. Umpan diletakkan di belakang model lintasan supaya kepiting bakau mau bergerak dan melewati celah mulut yang terbentuk;

5. Kepiting bakau dibiarkan bergerak dan seluruh pergerakannya diamati secara visual;

6. Ketinggian dan posisi keping kaca dapat dirubah untuk membentuk suatu celah yang mudah dilewati kepiting bakau dan sulit kembali ke posisi semula; 7. Posisi keping kaca dan model lintasan yang membentuk celah masuk

digambar agar tidak terjadi pengulangan;

8. Ukuran dan bentuk mulut masuk tersebut dijadikan acuan untuk merancang mulut masuk bubu; dan

9. Pengujian dilakukan tiga kali ulangan dengan menggunakan tiga kepiting bakau yang memiliki ukuran mulai dari 6,86-9,05 cm.

Berikut adalah ilustrasi posisi kepiting bakau dalam menentukan ukuran dan bentuk pintu masuk bubu yang ditunjukkan pada Gambar 17.

Gambar 17 Ilustrasi susunan jaring lintasan dan kepingan kaca pada penentuan ukuran dan bentuk pintu masuk bubu

3.3.4 Perbandingan jumlah kepiting yang tertangkap pada bubu lipat standar (S) dan bubu lipat modifikasi (M)

Percobaan ini dilakukan setelah semua pengujian di atas selesai dilakukan. Percobaan yang dilakukan di dalam bak percobaan ini bertujuan untuk membandingkan jumlah kepiting bakau yang tertangkap pada bubu standar dengan bubu modifikasi. Banyaknya kepiting bakau yang tertangkap, tingkah laku dan kemudahan kepiting bakau saat memasuki bubu akan menggambarkan

Model lintasan masuk

α

Tinggi pintu masuk Kaca

keefektifan dari kedua bubu dalam menangkap kepiting bakau. Berikut adalah tahapan pengujian efektivitas bubu lipat:

1. Dua bubu standar dan dua bubu modifikasi ditempatkan di dalam bak percobaan dengan posisi masing-masing bubu yang sama saling berhadapan. Setiap bubu diisi umpan;

2. Sebanyak 30 kepiting bakau dengan ukuran yang bervariasi, baik ukuran kecil, sedang dan besar yang telah diketahui ukuran panjang, lebar dan tebal karapasnya dimasukkan ke dalam bak percobaan (Lampiran 1);

3. Pergerakan kepiting bakau di dalam bak percobaan diamati; 4. Percobaan dilakukan sebanyak 20 kali ulangan;

5. Setiap percobaan diberi waktu 20 menit; dan

6. Kepiting-kepiting yang tertangkap di dalam bubu dihitung dan dicatat pada

datasheet.

Pada Gambar 18 dijelaskan susunan dari kedua jenis bubu di dalam bak percobaan.

Gambar 18 Ilustrasi posisi bubu standar (S) dan bubu modifikasi (M) pada pengujian keefektifan bubu dalam menangkap kepiting bakau

S S M M Ø 1,5 m Tbak = 0,75 m Tair = 0,3 m Masuk M M S S

Dokumen terkait