Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Ngarip, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung selama dua bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2011. Desa ini dipilih secara sengaja menjadi wilayah penelitian karena beberapa pertimbangan, yaitu berada di Kabupaten Tanggamus yang merupakan wilayah pengembangan HKm, memiliki kelengkapan data pendukung yang baik dan desa ini telah mendapatkan izin HKm pada tahun 2007.
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder yang meliputi data biofisik dan sosial ekonomi. Data primer terdiri dari data vegetasi dan data sosial ekonomi dalam kondisi aktual dan kondisi yang direncanakan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara terstruktur dan semi terstruktur dan studi literatur. Data sekunder meliputi data iklim (curah hujan, suhu, ketinggian tempat) dan jenis tanah. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Kecamatan Ulu Belu, Pekon Ngarip, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, BPS, BPDAS Provinsi Lampung, literatur-literatur dan institusi yang terkait.
Data biofisik yang dperlukan dalam penelitian ini adalah data vegetasi meliputi jenis dan jumlah tanaman. Data sosial ekonomi meliputi: (1) jumlah anggota keluarga (jenis kelamin, usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan), (2) luas lahan (lahan HKm dan lahan milik), (3) status kepemilikan, (4) produksi usahatani, biaya dan pendapatan dari seluruh komponen usahatani aktual per tahun, (5) pendapatan dan biaya dari usahatani yang direncanakan per tahun (6) input produksi meliputi bibit, pupuk, pestisida, peralatan dan jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakan, (7) total pendapatan petani dan (8) total pengeluaran petani. (9) persepsi dan perspektif petani terhadap HKm. Sasaran, metode dan kegunaan data disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Sasaran, metode dan kegunaan data
No Sasaran pengumpulan data Metode pengumpulan
data Kegunaan data
1 Jenis tanaman dan pola tanam di lahan HKm (aktual)
Pengamatan langsung secara deskriptif
Untuk mengetahui jenis pola tanam aktual
2 Jenis tanaman dan pola tanam yang direncanakan
Wawancara terstruktur (kuisioner)
Untuk mengetahui jenis pola tanam yang direncanakan 3 Sosial dan ekonomi
(produksi, biaya, pendapatan dan pengeluaran) dari usahatani aktual dan luar usahatani
Wawancara terstruktur (kuisioner)
Untuk menentukan
karakteristik sosial ekonomi, ukuran garis kemiskinan, kebutuhan hidup layak, kebutuhan luas lahan dan modal yang tersedia 4 Sosial dan ekonomi
(produksi, biaya dan pendapatan) dari usahatani yang direncanakan
Wawancara terstruktur (kuisioner)
Untuk menentukan pola tanam optimal dan kebutuhan luas lahan
5 Persepsi dan perspektif petani Wawancara semi terstruktur (kuisioner)
Untuk mengetahui prospek pengembangan HKm
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pola tanam dilakukan secara purposive sampling.
Responden yang diambil sebagai sampel adalah petani yang memiliki lahan HKm dan memiliki pola tanam yang berbeda. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian minimal sebanyak 30 sampel (Sugiyono 2009). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 66 responden dan tersebar di berbagai pola tanam.
Analisis Pola tanam
Analisis pola tanam dilakukan terhadap pola tanam aktual dan pola tanam yang direncanakan. Analisis pola tanam aktual dilakukan dengan mengamati jenis tanaman, jumlah setiap jenis dan pola tanam secara langsung di lapangan. Analisis pola tanam yang direncanakan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Identifikasi jenis tanaman yang ingin dikembangkan
Identifikasi jenis tanaman dilakukan terhadap jenis-jenis tanaman yang ingin dikembangkan oleh petani secara deskriptif. Jenis tanaman tersebut dikelompokkan berdasarkan kelompok tanaman tajuk tinggi, sedang dan rendah. 2) Identifikasi pola tanam yang direncanakan
Hasil identifikasi jenis digunakan untuk mengidentifikasi pola tanam yang direncanakan petani.
3) Analisis keuntungan pola tanam yang direncanakan
Analisis keuntungan merupakan taksiran keuntungan yang akan diterima petani dari pola tanam-pola tanam yang direncanakan pada saat semua tanaman telah berproduksi. Analisis keuntungan dilakukan terhadap jenis tanaman yang ingin dikembangkan petani menggunakan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis) yang terdiri dari penerimaan, biaya dan pendapatan (Soeharjo dan Patong 1973, Newnan 1990, Sinaga 1992, Brigham dan Gapenski 1991, Mulyadi 1992, Soekartawi 2002, Umar 2003). Perhitungan keuntungan per jenis tanaman ditentukan dengan struktur sebagai berikut:
1. Total penerimaan per jenis tanaman (TR) merupakan perkalian antara
produksi tanaman dengan harga produk yang akan diterima ketika sudah menghasilkan dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
TR = YP Keterangan:
TR= penerimaan per jenis tanaman (Rp/btg) Y = jumlah produksi tanaman (kg/btg) P = harga komoditas tanaman (Rp/btg)
2. Total biaya per jenis tanaman (TC) merupakan semua rencana biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi baik langsung maupun tidak langsung untuk setiap jenis tanaman. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi pajak lahan, iuran kelompok dan lain- lain. Biaya tidak tetap meliputi biaya bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, pengangkutan dan lain-lain. Total biaya per jenis tanaman dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
TC = FC + VC Keterangan:
TC = total biaya per jenis tanaman (Rp/btg) FC = biaya tetap (Rp/btg)
VC = biaya tidak tetap (Rp/btg) 3. Keuntungan per jenis tanaman
Keuntungan per jenis tanaman adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya yang dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:
Π = TR – TC Keterangan:
Π = keuntungan per jenis tanaman (Rp/btg)
Harga komoditas dan produktivitas tanaman menggunakan data-data yang berlaku di lapangan pada saat penelitian. Harga komoditas menggunakan harga-harga yang berlaku di tingkat petani. Harga komoditas diperoleh melalui literatur, wawancara atau menggunakan harga di tempat lain yang terdekat jika tanaman belum berproduksi. Data produktivitas tanaman diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan literatur.
4) Analisis optimalisasi
Analisis optimalisasi dilakukan terhadap masing-masing pola tanam yang direncanakan petani dengan beberapa pendekatan dan asumsi sebagai berikut:
a) Hubungan antar variabel penentu adalah linear untuk fungsi yang
dioptimalkan dan kendala-kendala
b) Produktivitas dan harga dianggap konstan c) Selera petani terhadap jenis dianggap tetap
d) Modal usaha tani yang dibutuhkan menggunakan pendekatan biaya yang
digunakan selama proses produksi yang direncanakan petani
e) Perhitungan optimalisasi dinilai pada tahun ke-7, yaitu ketika semua jenis tanaman telah berproduksi dan diasumsikan semua tanaman dapat hidup
f) Ketentuan jumlah tanaman tajuk rendah yang dapat hidup di bawah naungan kopi dianggap sama di bawah semua jenis tanaman tajuk sedang lainnya. g) Jarak tanam semua tanaman tajuk sedang diasumsikan sama
Analisis optimalisasi menggunakan linear programming dengan dua kelompok persamaan, yaitu persamaan fungsi tujuan dan persamaan kendala fungsional dengan struktur data sebagai berikut (Bungiorno dan Gilles 2003): a) Variabel keputusan (decision variable)
Variabel keputusan adalah jumlah tanaman ke-i yang dinotasikan dalam Xi dalam satuan batang per hektar.
b) Fungsi tujuan
Fungsi tujuan dalam model ini adalah memaksimumkan keuntungan (Z) dengan rumus sebagai berikut:
� Πi�i≥Z
� �=1
Keterangan:
Πi = keuntungan tanaman ke-i (Rp/btg)
Xi = jumlah tanaman ke-i (Btg/ha)
Z = jumlah keuntungan seluruh tanaman (Rp/ha/th) c) Kendala Fungsional
Kendala-kendala fungsional pada model ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Ketersediaan modal
Perhitungan modal menggunakan pendekatan biaya (cost approach).
Perhitungan modal dalam penelitian ini meliputi biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi seperti biaya bibit, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja, alat-alat pertanian, pajak lahan dan lain-lain. Pola tanam yang direncanakan tidak melebihi jumlah modal yang dimiliki petani (Mi ≤ M).
2 Ketersediaan HOK
Ketersediaan HOK adalah jumlah hari kerja yang tersedia untuk mengelola usahatani tertentu dengan satuan hari orang kerja (HOK). Ketersediaan HOK setiap jenis dihitung sehingga diperoleh total kebutuhan HOK setiap pola
agroforestry. Jumlah HOK pola tanam yang direncanakan harus melebihi jumlah HOK yang tersedia agar pola tanam terbentuk (HOKi ≥ HOK).
3 Kendala jumlah tanaman per hektar
Jumlah tanaman harus disesuaikan dengan kapasitas lahan menumbuhkan tanaman yang optimal. Jumlah tanaman minimal ditentukan berdasarkan jumlah tanaman aktual yang ada di lahan petani maupun dari studi literatur. Jumlah minimal tanaman tajuk sedang adalah 1.300 tanaman per hektar dan jumlah maksimal adalah 1.600 tanaman per hektar. Penentuan jumlah ini berdasarkan jarak tanam yang dianjurkan oleh Dirjen Perkebunan 2006 untuk tanaman kopi. Jumlah maksimal tanaman tajuk tinggi adalah 150 batang per hektar. Penentuan ini berdasarkan tabel tegakan jenis kayu industri pada akhir daur (Suharlan et al. 1975). Komposisi MPTS dan kayu-kayuan menggunakan perbandingan 70% dan 30%. Jumlah maksimal tanaman tajuk rendah adalah 3.200 batang per hektar. Penentuan jumlah ini berdasarkan hasil wawancara
dengan petani yang mengemukakan bahwa penanaman tumpang sari tanaman tajuk rendah yang baik dilakukan dengan perbandingan 2 : 1 terhadap tanaman kopi, artinya dua tanaman tajuk rendah dinaungi oleh satu tanaman kopi. Penaung tidak hanya tanaman kopi, tetapi semua tanaman tajuk sedang.
Analisis Ukuran Garis kemiskinan
Ada tiga metode yang sering digunakan dalam melihat standar kemiskinan suatu rumah tangga atau seseorang. Pertama, ukuran garis kemiskinan menurut Sajogyo; kedua, ukuran garis kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS); ketiga, ukuran garis kemiskinan menurut Bank Dunia. Ukuran garis kemiskinan atau ukuran kebutuhan fisik minimum (KFM) menurut Sajogyo dihitung berdasarkan nilai tukar beras per kapita per tahun, yaitu 240 - 320 kilogram ×
harga beras (Rp/kg). Harga beras yang berlaku di daerah penelitian pada tahun 2011 adalah Rp 6.500 sehingga ukuran garis kemiskinan menurut Sajogyo adalah Rp 130.000 - Rp 173.000. Ukuran garis kemiskinan menurut BPS (2010) yaitu Rp
189.000. Ukuran ini dinilai untuk tahun 2011 (future value) dengan
mempertimbangkan tingkat inflasi rata-rata, dalam penelitian ini rata-rata diambil selama 3 tahun terakhir (tahun 2009, 2010 dan 2011). Tingkat inflasi rata-rata sebesar 4,5 (BPS 2011). Ukuran garis kemiskinan menurut Bank Dunia US$1 dan Bank Dunia US$2 per kapita per hari adalah Rp 8.900 dan Rp 17.800. US$1 sama dengan Rp 8.900 pada bulan November 2011 (Kemendag 2011). Ukuran- ukuran garis kemiskinan tersebut akan dibandingkan dengan total pendapatan aktual petani untuk mengetahui standar garis kemiskinan di wilayah penelitian. Total pendapatan aktual petani terdiri dari pendapatan dari lahan HKm, lahan milik, usaha ternak, tukang, buruh tani, penjualan kayu bakar, jasa transportasi, pembantu rumah tangga dan usaha lainnya. Satuan yang digunakan disamakan dalam rupiah per kapita per bulan pada tahun 2011.
Analisis Kebutuhan Hidup Layak
Kebutuhan hidup layak (KHL) petani adalah kebutuhan petani meliputi pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, keagamaan, rekreasi, kegiatan sosial dan tabungan hari tua. KHL aktual diukur pada setiap pola tanam
berdasarkan biaya yang dikeluarkan petani untuk memenuhi kebutuhan pangan, pendidikan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, keagamaan, rekreasi, tabungan dan kegiatan sosial. KHL aktual akan dibandingkan dengan standar KHL. Standar KHL adalah 250% dari ukuran garis kemiskinan tertinggi. KHL tertinggi dijadikan dasar dalam penentuan kebutuhan luas lahan yang seharusnya dimiliki petani. Penggunaan standar KHL tertinggi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Ngarip.
Analisis Luas Lahan untuk Pemenuhan KHL
Analisis kebutuhan luas lahan dilakukan terhadap pola tanam aktual dan pola tanam hasil optimalisasi. Pola tanam optimal adalah pola tanam hasil optimalisasi yang mampu memenuhi standar KHL. Standar KHL dipenuhi dengan menambah luas lahan atau tidak menambah luas lahan tergantung dari keuntungan pola tanam hasil optimalisasi. Petani perlu menambah luas lahan apabila keuntungan pola tanam aktual dan hasil optimalisasi tidak memenuhi standar KHL tertinggi ( KHL
π ≥1). Analisis kebutuhan luas lahan dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
Lm =KHLπ × 1 hektar Keterangan:
KHL = Kebutuhan hidup layak (Rp/KK/tahun)
Lm = Luas lahan minimal (ha)
π = Keuntungan dari lahan HKm (Rp)
Analisis Prospek Pengembangan HKm
Analisis mengenai prospek pengembangan HKm dilakukan secara deskriptif. Penilaian persepsi petani terhadap peranan HKm dalam meningkatkan kesejahteraan dilakukan sebagai dasar untuk melihat prospek pengembangan HKm ke depan. Persepsi petani terhadap HKm muncul dari pengalaman- pengalaman petani. Petani akan menilai baik atau buruk HKm berdasarkan pengalaman mereka selama mengelola lahan HKm. Kontribusi pendapatan dari lahan HKm terhadap total pendapatan petani perlu diketahui. Kontribusi pendapatan yang tinggi akan memberikan pandangan positif terhadap HKm,
sebaliknya kontribusi yang rendah akan menimbulkan pandangan negatif terhadap HKm. Persepsi positif akan memunculkan harapan-harapan, keinginan- keinginan dan dorongan-dorongan untuk mengembangkan HKm berdasarkan perspektif mereka.