• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN (Halaman 89-104)

Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013) Ferry Krisnamurti1, Rizal Sanif2, Erial Bahar3

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kasus kontrol (case control) berdasarkan data sekunder rekam medik di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Populasi target penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013-31 Desember 2013. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 202 samoel yang terdiri dari 101 kasus dan 101 kontrol. Penelitian dilakukan di Installasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober hingga Desember 2014.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah perdarahan postpartum, usia ibu, berat badan lahir, jarak antarkelahiran, gemeli dan riwayat perdarahan postpartum. Setelah data dikumpulkan, data tersebut dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis bivariat akan menggunakan uji Chi Square, sedangkan analisis multivariat akan menggunakan uji regresi logistik. Data akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

3. Hasil

Hasil penelitian ini didapatkan dengan informasi dari data sekunder yaitu rekam medik pasien perdarahan postpartum sebagai kasus dan rekam medik pasien dengan persalinan spontan normal sebagai kontrol di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari sampai 31 Desember 2013.Jumlah populasi kasus yang tercatat di bagian rekam medik tahun 2013 sebanyak 112 kasus perdarahan postpartum, namun hanya 101 data rekam medik pasien perdarahan postpartum yang ditemukan. Untuk populasi kontrol diambil rekam medik pasien yang melahirkan tanpa perdarahan postpartum dengan jumlah yang sama dengan populasi kasus setelah dilakukan matching dengan kategori paritas. Sehingga juga didapat data sebanyak 101 data.

Karakteristik Sampel Penelitian

Distribusi Kasus Perdarahan Postpartum

Pada tahun 2013 didapatkan 101 kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, dengan perdarahan postpartum primer sebanyak 89 (88,12%) sampel dan perdarahan postpartum sekunder sebanyak 12 (11,88%) sampel. Distribusi frekuensi kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 n Persentase (%) Perdarahan postpartum primer Perdarahan postpartum sekunder 89 12 88,12 11,88 Jumlah 101 100

Distribusi Etiologi Perdarahan Postpartum

Dari data hasil penelitian etiologi perdarahan postpartum dibagi menjadi 4 penyebab dasar dan penyebab campuran. Gangguan tone didapatkan sebanyak 5 (4,95%) sampel, yaitu atonia uteri 4 (3,96%) sampel dan subinvolusi uterus 1 (0,99%) sampel. Gangguan tissue didapatkan sebanyak 57 (56,5%) sampel, yaitu retensio plasenta 34 (33,67%) sampel dan sisa plasenta 23 (22,77%) sampel. Gangguan pada

trauma didapatkan sebanyak 31 (30,7%) sampel, yaitu laserasi jalan lahir 27 (26,73%) sampel, ruptur perineum 2 (1,98%) sampel, hematom 1 (0,99%) sampel, dan luka episiotomi 1 (0,99%) sampel. Sedangkan etiologi campuran didapatkan sebanyak 8 (7,92%) sampel, dan tidak didapatkan kasus dengan gangguan thrombin. Etiologi terbanyak kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 adalah retensio plasenta dengan 34 (33,67%) kasus. Distribusi etiologi kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad

Hoesin Palembang Tahun 2013

n Persentase (%) Tone Atonia Uteri Subinvolusi Uterus Tissue Retensio Plasenta Sisa Plasenta Trauma

Laserasi Jalan Lahir Ruptur Perineum Hematom Luka Episiotomi

Thrombin

Kelainan Koagulasi Darah

Campuran

Atonia Uteri dan Sisa

Plasenta

Atonia Uteri dan Laserasi Jalan Lahir

Retensio Plasenta dan

Laserasi Jalan Lahir

Sisa Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir 4 1 34 23 27 2 1 1 0 2 1 1 4 3,96 0,99 33,67 22,77 26,73 1,98 0,99 0,99 0 1,98 0,99 0,99 3,96 Jumlah 101 100

Pada penelitian ini matchingjumlah paritas berdasarkan kategori primipara (paritas 1), multipara (paritas 2-4), dan grandemultipara (Paritas ≥5)9. Dari 101 sampel kasus diperoleh kategori primipara sebanyak 25 (24,75%) sampel, multipara sebanyak 68 (67,32%) sampel dan kategori grandemultipara sebanyak 8 (7,92%) sampel. Kemudian dicari populasi kontrol dengan jumlah yang sama berdasarkan kategori paritas tersebut.

Distribusi Usia

Berdasarkan penelitian ini didapatkan pada populasi kasus yang termasuk dalam kategori usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 29 pasien (67,4%) dan pada populasi kontrol sebanyak 14 (32,6%) sampel. Sedangkan untuk usia risiko rendah (20-35 tahun) pada populasi kasus sebanyak 72 (45,3%) dan pada populasi kontrol sebanyak 87 (54,7%) sampel. Distribusi usia pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia

Usia Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n % Usia risiko tinggi 29 67,4 14 32,6 43 100 Usia risiko rendah 72 45,3 87 54,7 159 100 Jumlah 101 50 101 50 202 100

Distribusi Berat Badan Lahir

Dalam penelitian ini didapatkan dari 7 pasien yang

memiliki berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5

(71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan berat badan lahir <4000 gram didapatkan 195 sampel, dengan 96 (49,02%) sampel pada populasi kasus dan 99 (50,8%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi berat badan lahir pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n % BBL ≥4000 gram 5 71,4 2 28,6 7 100 BBL <4000 gram 96 49,2 99 50,8 195 100 Jumlah 101 50 101 50 202 100

Pada penelitian ini untuk variabel jarak antarkelahiran hanya digunakan 126 sampel (63 sampel pada populasi kasus dan 63 sampel pada populasi kontrol), karena termasuk kategori primipara atau rekam medik tidak mencantumkan jarak antarkelahiran. Setelah dianalisis

dari 19 pasien yang memiliki jarak risiko tinggi (≤2

tahun) didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan jarak risiko rendah (>2 tahun) didapatkan 107 sampel, dengan 51 (47,7%) sampel pada populasi kasus dan 56 (52,3%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi jarak antarkelahiran pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak Antarkelahiran

Jarak Antarkelahiran

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n % Jarak risiko tinggi 12 63,2 7 36,8 19 100 Jarak risiko rendah 51 47,7 56 52,3 107 100 Jumlah 63 50 63 50 126 100 Distribusi Gemeli

Dalam penelitian ini hanya didapatkan 1 (100%) sampel gemeli pada populasi kontrol sedangkan pada populasi kasus tidak dijumpai sampel gemeli (0%).Distribusi gemeli pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli

Gemeli

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Gemeli 0 0 1 100 1 100

Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100

Jumlah 101 50 101 50 202 100

Distribusi Riwayat Perdarahan Postpartum

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 2 ibu yang memiliki riwayat perdarahan postpartum didapatkan 2 (100%) sampel pada populasi kasus dan 0 (0%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi riwayat perdarahan postpartum pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Perdarahan Postpartum

Riwayat Perdarahan Postpartum

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n % Riwayat perdarahan postpartum + 2 100 0 0 2 100 Riwayat perdarahan postpartum - 99 49,5 101 50,5 200 100 Jumlah 101 50 101 50 202 100

Distribusi Kadar Hb dan Trombosit

Dari penelitian didapatkan distribusi kadar Hb postpartum yaitu Hb normal sebanyak 11 (11,8%) sampel, anemia ringan 20 (21,5%) sampel, anemia sedang 34 (36,6%), dan anemia berat sebesar 28 (30,1%) sampel. Sedangkan distribusi kadar trombosit didapatkan trombositopenia sebanyak 15 (16,7%) sampel, trombosir normal 72 (80,0%) sampel, dan trombositosis sebanyak 3 (3,3%) sampel. Distribusi kadar Hb dan kadar trombosit dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Distribusi Kadar Hb Postpartum

Kadar Hb n Persentase (%) Hb normal Anemia ringan Anemia sedang Anemia berat 11 20 34 28 11,8 21,5 36,6 30,1 Jumlah 93 100

Tabel 9. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum

Kadar Trombosit n Persentase

(%) Trombositopenia Trombosit normal Trombositosis 15 72 3 16,7 80,0 3,3 Jumlah 90 100 Analisis Bivariat

Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum Setelah analisis diperoleh nilai p=0,016, yang berarti ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan usia 20-35 tahun.Hubungan antara usia dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 10 berikut:

Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Usia Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n % Usia risiko tinggi 29 67,4 14 32,6 43 100 Usia risiko rendah 72 45,3 87 54,7 159 100 Jumlah 101 50 101 50 202 100 P value 0,016 OR(95% CI) 2,503 (1,230-5,092)

Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum

Setelah analisis diperoleh nilai p=0,445, yang berarti tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang

melahirkan bayi dengan berat ≥4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak dengan berat <4000 gram. Hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Berat Badan Lahir

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n % Berat badan lahir ≥4000 5 71,4 2 28,6 7 100 Berat badan lahir <4000 96 49,2 99 50,8 195 100 Jumlah 101 50 101 50 202 100 P value 0,445 OR(95% CI) 2,578 (0,688-5,150)

Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum

Setelah analisis diperoleh nilai p=0,319, yang berarti tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu

bersalin dengan jarak antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan jarak antarkelahiran >2

perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 12 berikut:

Tabel 12. Hubungan Jarak Antarkelahiran Dengan Perdarahan Postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2013

Jarak Antarkelahiran

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n % Jarak risiko tinggi 12 63,2 7 36,8 19 100 Jarak risiko rendah 51 47,7 56 52,3 107 100 Jumlah 63 50 63 50 126 100 P value 0,319 OR(95% CI) 1,882 (0,688-5,150)

Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum

Setelah analisis diperoleh nilai p=1,000, yang berarti tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.Hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13. Hubungan Gemeli Dengan Perdarahan Postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2013

Gemeli Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Gemeli 0 0 1 100 1 100

Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100

Jumlah 101 50 101 50 202 100

P value 1,000

Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan Postpartum

Setelah analisis diperoleh nilai p=0,498, yang berarti tidak ada hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.Hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Riwayat Perdarahan Postpartum

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n % Ada riwayat perdarahan postpartum 2 100 0 0 2 100 Tidak ada riwayat perdarahan postpartum 99 49,5 101 50,5 200 100 Jumlah 101 50 101 50 202 100 P value 0,498 Analisis Multivariat

Berdasarkan analisis multivariat didapatkan 2 variabel yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu dengan usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol variabel jarak antarkelahiran. Model akhir uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

Tabel 14. Model Akhir Uji Regresi Logistik

Variabel B Sig Exp(B)/

(ORadj) 95% C.I. forEXP(B) Lower Upper Usia 1,184 0,011 3,266 1,304 8,178 Jarak antarkelahiran 0,681 0,195 1,975 0,705 5,533 Constant -3,377 4. Pembahasan

Etiologi Perdarahan Postpartum

Dalam penelitian ini penyebab utama perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013 adalah retensio plasenta yaitu sebesar 33,67%, diikuti laserasi jalan lahir 26,73%, sisa plasenta 22,77%, atonia uteri 3,96%, dan lain-lain.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, yang menemukan bahwa penyebab utama perdarahan postpartum adalah retensio plasenta (53,7%), diikuti laserasi jalan lahir (29,3%), atonia uteri (14,6%), dan inversio uteri (2,4%)10. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh Parisaei et al bahwa

atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio plasenta serta gangguan pembekuan darah3. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Sari dan Sukamto di RS dr. H. Anshari Shaleh Banjarmasin bahwa perdarahan postpartum disebabkan karena atonia uteri 40 (48,8%) sampel, retensio plasenta 23 (28%) sampel, dan laserasi jalan lahir 19 (23,2%) sampel11.

Hal ini menunjukkan etiologi perdarahan postpartum di setiap daerah sangat beragam. Sehingga penyebab utama perdarahan postpartum tidak bisa diprediksikan secara pasti berdasarkan epidemiologi dari daerah lain. Retensio plasenta terjadi karena kelainan pada dinding uterus ibu sendiri. Plasenta tidak lepas dari dinding uterus sehingga tidak lahir dalam waktu setengah jam setelah janin lahir. Kontraksi uterus kurang kuat ataupun plasenta melekat erat pada dinding uterus sehingga plasenta tidak dapat lahir. Memijat uterus dan mendorongnya ke bawah secara paksa sementara plasenta belum terlepas dari dinding uterus dapat menyebabkan atonia uteri. Usaha untuk mengeluarkan plasenta ditunggu sampai 30 menit. Bila plasenta belum lahir, maka dilakukan manual plasenta12.

Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum Berdasarkan hasil penelitian, dari 43 ibu yang memiliki usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) didapatkan 29 (67,4%) sampel pada populasi kasus dan 14 (32,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan usia 20-35 tahun.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di RSUD Majene oleh Dina et al yang menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun6. Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman

et al bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang berusia di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berusia 20 sampai 29 tahun13.

Usia ibu merupakan faktor predisposisi yang sangat penting pada perdarahan postpartum. Usia paling aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu

reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu yang hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun dan usia >35 tahun akan meningkat secara bermakna, karena terpapar pada komplikasi baik medis maupun obstetrik yang dapat membahayakan jiwa ibu7. Pada wanita berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya sudah mengalami penurunan7. Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan proses penuaan tersebut akan menyebabkan tonus otot kurang adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum8.

Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 ibu yang memiliki

berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%)

sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,445 yang berarti tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang melahirkan bayi dengan berat

≥4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk

terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak dengan berat <4000 gram. Penelitian ini tidak sejalan dengan teori Cunningham et al bahwa Bayi dengan berat lahir ≥4000 gram

berhubungan dengan perdarahan postpartum, yaitu karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih juga mengakibatkan overdistensi uterus sehingga lebih berisiko menyebabkan atonia uteri dan pada akhirnya menyebabkan perdarahan postpartum1. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Bratakoesoema dan Angsar, yang menyatakan bahwa

Bayi yang dilahirkan dengan berat ≥4000 gram sering

sekali menyebabkan perdarahan postpartum dengan penyebab laserasi jalan lahir. Karena Bayi besar dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan sehingga terjadi robekan pada jalan lahir14.

Pada penelitian ini berat badan lahir tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh berat badan lahir terhadap perdarahan postpartum. Kedua karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Ketiga sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak

bisa saja suatu sampel memiliki usia risiko tinggi, namun pada sampel yang sama jarak antar kelahiran dan berat bayi lahirnya normal, begitu juga sebaliknya. Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan hasil penelitian, dari 19 ibu yang memiliki

jarak antarkelahiran ≤2 tahun didapatkan 12 (63,2%)

sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,319 yang berarti tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu bersalin dengan jarak

antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali

untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan jarak antarkelahiran >2 tahun.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Yamin di RSUD Abdoel Moloek Lampung yang menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan signifikan antara

jarak antarkelahiran ≤2 tahun dan perdarahan

postpartum dengan Odd Ratio 4,2824. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan yang menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%

jarak antarkelahiran ≤2 tahun memiliki hubungan yang

signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan Odd Ratio 3,14310.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori Armagustinibahwa jarak persalinan kurang dari 2 tahun mengakibatkan kelemahan dan kelelahan otot rahim, sehingga cenderung akan terjadi perdarahan postpartum. Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumya kurang dari 2 tahun, kondisi rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, sehingga cenderung mengalami partus lama dan perdarahan postpartum. Disamping itu persalinan yang berturut-turut dalam jarak waktu singkat mengakibatkan uterus menjadi fibrotik, sehingga mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus. Kondisi seperti ini berakibat terjadinya perdarahan postpartum15.

Pada penelitian ini jarak antarkelahiran tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh jarak antarkelahiran terlalu singkat terhadap perdarahan postpartum. Kedua karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa

menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol.

Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel pada populasi kasus dan hanya terdapat 1 (100%) sampel dengan gemeli pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 1,000 yang berarti tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Karkata bahwa gemeli dapat menyebabkan distensi berlebihan pada uterus, sehingga menyebabkan otot miometrium tidak berkontraksi secara adekuat. Akibatnya timbul atonia uteri sebagai penyebab langsung perdarahan postpartum. Selain itu gemeli juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan, sehingga besar kemungkinan timbulnya laserasi jalan lahir8.

Pada penelitian ini gemeli tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama tidak adanya sampel gemeli pada salah satu populasi, sehingga nilai hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum tidak dapat dihitung. Kedua besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh gemeli terhadap perdarahan postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol.

Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel pada populasi kasus dan hanya terdapat 2 (100%) sampel dengan riwayat perdarahan postpartum pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,498 yang berarti tidak ada hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.

dilakukan oleh Dewi dan Yamin di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung yang menyatakan bahwa riwayat perdarahan postpartum memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan Odds Ratio 7,408, 95 %CI: 3,781-14,5174. Pada penelitian ini riwayat perdarahan postpartum tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama tidak adanya sampel dengan riwayat perdarahan postpartum pada salah populasi kontrol, sehingga nilai hubungan antara adanya riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum tidak dapat dihitung. Kedua besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh riwayat perdarahan posrpatum terhadap perdarahan postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol.

Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum setelah Dikontrol Faktor Perancu Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan 2 variabel yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar dibanding ibu dengan usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol variabel jarak antarkelahiran. Apabila dibandingkan pada analisis bivariat jarak

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN (Halaman 89-104)

Dokumen terkait