• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Proposal Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Kedokteran(S.Ked)

Oleh:

Ferry Krisnamurti 04111001065

F A K U L T A S K E D O K T E R A N

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)

Oleh:

Ferry Krisnamurti 04111001065

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memeroleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Palembang, 13 Januari 2015

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Pembimbing I

Merangkap penguji I

dr. H. Rizal Sanif, SpOG (K) ... NIP. 19621005 198903 1 006

Pembimbing II

Merangkap penguji II

dr. Erial Bahar, MSc ... NIP. 19511114 197701 1 001

Penguji III

dr. H. Irawan Sastradinata, SpOG (K) ... NIP. 19681018 199603 1 002

Mengetahui, Pembantu Dekan I

(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Sriwijaya maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian Saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Palembang, Januari 2015 Yang membuat pernyataan

(4)

iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sriwijaya, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ferry Krisnamurti

NIM : 04111001065

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas : Kedokteran

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN

PERDARAHAN POSTPARTUM

(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir Saya tanpa meminta izin dari Saya selama tetap mencantumkan nama Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Palembang

Pada tanggal: 13 Januari 2015 Yang Menyatakan

(5)

v

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN POSTPARTUM (Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin

Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)

(Ferry Krisnamurti, Januari 2015, 52 halaman)

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan obstetris, terutama perdarahan postpartum. Angka kejadian perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang meningkat pada beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor risiko perdarahan postpartum adalah usia ibu. Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) berisiko untuk mengalami atonia uteri, sehingga menimbulkan perdarahan postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Data diambil dari rekam medik di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh pasien perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2013 yang berjumlah 112 pasien. Populasi kontrol adalah pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum dengan matching kategori jumlah paritas. Sampel diambil bila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Regresi Logistik.

Hasil: Usia ibu risiko tinggi pada populasi kasus lebih banyak daripada populasi kontrol dan terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dan perdarahan postpartum (p=0,016) dengan OR=2,503. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara berat badan lahir, jarak antarkelahiran, gemeli, riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum. Dari analisis statistik penelitian ini hanya usia ibu dan jarak antarkelahiran yang berhubungan dengan perdarahan postpartum. Usia ibu memiliki ORadj 3,266 setelah dikontrol jarak

antarkelahiran.

Kesimpulan: Usia ibu risiko tinggi mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum dibandingkan usia ibu risiko rendah.

(6)

vi

THE ASSOCIATION BETWEEN MATERNAL AGE AND POSTPARTUM HEMORRHAGE

(A Case Control Study of Inpatient at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang on January 1st 2013 until December 31st 2013)

(Ferry Krisnamurti, January 2015, 52 pages)

Faculty of Medicine Sriwijaya University

ABSTRACT

Introduction: The incidence of postpartum hemorrhage increases in the recent years at RSUP dr. Mohamamad Hoesin Palembang. One of the risk factors of postpartum hemorrhage is maternal age. High-risk maternal age (<20 and >35 years old) could cause atonia uteri, leading to postpartum hemorrhage. Therefore, the aim of this study was to determine the association between maternal age and postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Method: This study was a case control study. Data was taken from the medical records in the Medical Record Installation at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang period January 1st 2013-December 31st 2013. Case population in this

study was all patients with postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang on 2013 with a total of 112 patients. Control population was the patients without postpartum hemorrhage by matching the parity. Samples who passed the criteria of inclusion and exclusion were included. Results were analyzed using Chi-Square and logistic regression test.

Results: High-risk maternal age on case population was higher than control population and there was a significant association between maternal age and postpartum hemorrhage (p=0,016;OR=2,503). There were no association between infant weight, delivery interval, gemeli, history of postpartum hemorrhage and postpartum hemorrhage. Maternal age and delivery interval were associated with postpartum hemorrhage from the statistical analysis. ORadj of maternal age was

3,266 after being controlled by delivery interval.

Conclusion: Postpartum hemorrhage is 2,503 times higher for mothers with high-risk maternal age compared to those with low-high-risk maternal age.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas nikmat kesehatan, kesempatan dan karunia yang diberikan, dan atas kehendakNya lah skripsi yang berjudul “Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum (Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)”

dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dr. H. Rizal Sanif, SpOG(K) dan dr. Erial Bahar, MSc yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing saya dengan penuh kesabaran dan pengertian dalam penyusunan skripsi ini, juga kepada dr. H. Irawan Sastradinata, SpOG(K) yang telah memberi masukan yang kritis selaku penguji.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk kebaikan kita bersama. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pembaca.

Palembang, Januari 2015

(8)

viii

yang senantiasa memberikan perlindungan dan kemudahan dalam hidup ini. Sholawat dan salam saya ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menjadi teladan yang

sempurna dalam segala perilaku hidup ini.

Skripsi ini saya persembahkan untuk Papa (Tunjang Sudiyono, SP) dan Mama (Jum Hartati, SPd), kedua orangtuaku yang tercinta yang selalu menemani di saat suka maupun duka serta

tak pernah letih melantunkan doa-doa dalam setiap sujud untuk anakmu ini. Entah bagaimana caranya bisa membalas kebaikanmu. Anakmu ini hanya bisa minta maaf bila belum bisa membuat kalian bangga. Terima kasih sudah menjadi orangtua paling sempurna selama ini. Terima kasih pula untuk kakakku, Toni Widi Haryono, SH dan adikku my ciput,

Putri Anggitasari karena telah menghibur dan memberi semangat dalam pengerjaan skripsi ini. Selamat datang khusus buat dedek bayi-nya Mbak Yuni dan Kak Toni yang InshaAllah

lahir beberapa minggu lagi,

Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pembimbing I, dr.H.Rizal Sanif, SpOG(K) karena sudah menjadi dosen yang baik hati, dan sabar dalam membimbing serta memberikan arahan. Kedua kepada pembimbing II, dr.Erial Bahar, MSc sosok pengajar yang sangat ideal dan

memiliki pengetahuan yang luas, terima kasih atas kesabarannya mengajari metodologi maupun materi, serta selalu mengingatkan tentang esensi utama penulisan skripsi ini yaitu “Proses Belajar”. Ketiga kepada dr.H.Irawan Sastradinata, SpOG (K) sebagai penguji super yang memberikan saran kritis dan membangun sehingga skripsi ini bisa lebih baik lagi. Sekali

lagi arigatou gozaimasu untuk “A+” yang sudah diberikan.

Ucapan selamat saya ucapkan kepada diri sendiri karena telah menyelesaikan “Masterpiece” ini dengan masa pengerjaan berbulan-bulan. Terima kasih sudah menahan rasa ego dan

menekan rasa penat sehingga skripsi ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku terutama Jim Lau, Prass Apdio, Anggun Manc, Kiki Hayum, Bangrey Fixkelah, Randa Jaim, Devin Ais, Samiun Sotoy, Adam Bies yang banyak membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Walaupun secara harfiah tertawa dulu baru dibantu, tapi itulah sahabat yang sebenarnya. Ucapan terima kasih spesial diberikan kepada teman seperjuangan dan teman sebimbingan Arasy, karena telah banyak membantu pengerjaan skripsi ini. Terima kasih pula untuk teman

sejawat PDU Reguler 2011,Yuk Venty, Ayam BangHas, PM, Gembul, WS, BangRio yang telah memberi nutrisi yang cukup sehingga sanggup menyusun skripsi ini hingga selesai, serta

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 2

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Landasan Teori ... 4

2.1.1 Perdarahan Postpartum ... 4

2.1.1.1 Definisi ... 4

2.1.2 Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum ... 16

2.2 Kerangka Teori... 18

2.3 Kerangka Konsep ... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 20

3.1 Jenis Penelitian ... 20

(10)

x

3.2.1 Waktu Penelitian ... 20

3.2.2 Tempat Penelitian... 20

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

3.3.1 Populasi Penelitian ... 20

3.3.2 Sampel Penelitian ... 20

3.3.3 Kriteria Inklusi ... 22

3.3.3.1 Kasus ... 22

3.3.3.2 Kontrol ... 22

3.3.4 Kriteria Eksklusi... 22

3.4 Variabel Penelitian ... 22

3.4.1 Variabel Dependen ... 22

3.4.2 Variabel Independen ... 22

3.4.3 Variabel Perancu ... 22

3.5 Definisi Operasional... 23

3.5.1 Perdarahan postpartum ... 23

3.5.2 Usia ... 23

3.5.3 Jarak antarkelahiran ... 23

3.5.5 Gemeli ... 23

3.5.6 Berat bayi lahir ... 23

3.5.7 Riwayat perdarahan postpartum ... 24

3.6 Cara Pengumpulan Data ... 24

3.7 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 24

3.7.1 Rencana Cara Pengolahan ... 24

3.7.2 Analisis Data ... 25

3.8 Kerangka Operasional ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil ... 28

4.1 Pembahasan ... 40

4.1 Keterbatasan Penelitian ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.1 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 53

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Diagnosis Perdarahan Postpartum ... 10

2. Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 25

3. Contoh Tabel Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 25

4. Contoh Tabel Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 25

5. Distribusi Jumlah Sampel Kasus Kontrol Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 29

6. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 29

7. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013... 30

8. Distribusi Matching Sampel Berdasarkan Kategori Paritas ... 31

9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia ... 31

10. Perbandingan Karakteristik Usia ... 32

11. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan Lahir ... 32

12. Perbandingan Karakteristik Berat Badan Lahir (BBL) ... 33

13. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak Antarkelahiran ... 33

14. Perbandingan Karakteristik Jarak Antarkelahiran ... 33

15. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli ... 34

16. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat Perdarahan Postpartum ... 34

17. Distribusi Kadar Hb Postpartum ... 35

18. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum ... 35

19. Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013... 36

20. Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 37

21. Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 37

22. Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 38

23. Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 39

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kompresi Bimanual Eksterna ... 12 2. Kompresi Bimanual Interna ... 12

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penelitian ... 55

2. Hasil Pengolahan Data ... 64

3. Artikel Ilmiah ... 74

4. Lembar Konsultasi Skripsi ... 84

5. Surat Telaah Etik ... 85

6. Sertifikat Etik ... 86

7. Surat Izin Penelitian ... 87

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

PPP : Perdarahan Postpartum

BBL : Berat Badan Lahir

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

IU : International Unit

IM : Intramuskuler

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meskipun kemajuan di bidang medis telah menurunkan bahaya melahirkan secara dramatis, kematian akibat perdarahan masih merupakan penyebab utama kematian ibu (Cunningham et al, 2012). Hingga kemudian dikenal dengan istilah tiga penyebab klasik kematian ibu, yaitu infeksi, preeklampsia, dan perdarahan. Kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8%, dan penyebab lain 7% (WHO, 2008).

Salah satu jenis dari perdarahan tersebut adalah perdarahan postpartum. Insidensi perdarahan postpartum di negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan di negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% karena atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio plasenta serta gangguan pembekuan darah (Parisaei et al, 2008).

Menurut data di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Lampung tahun 2008 terdapat 412 kasus perdarahan postpartum (19,75%) dari 1.725 persalinan. Sementara pada tahun 2009 kasusnya menurun menjadi 204 kasus (7,40%) dari 1.758 persalinan (Dewi dan Yamin, 2011). Hal ini berbeda dengan angka kejadian perdarahan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang dari tahun 2009-2011 yang terus meningkat, yaitu 113 kasus (4,5%) pada tahun 2009, menjadi 155 kasus (11,7%) pada tahun 2010, dan menjadi 160 kasus (12%) pada tahun 2011 (Christy, 2012).

(16)

berusia 20 sampai 35 tahun (Dina et al, 2013). Pada wanita berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum berkembang dengan sempurna, pinggul terlalu kecil sehingga dapat terjadi partus macet. Pada keadaan partus macet, ibu akan mengalami kelelahan sehingga kontraksi miometrium tidak optimal. Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya sudah mengalami penurunan (Manuaba et al, 2009). Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan proses penuaan tersebut akan menyebabkan tonus otot tidak adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum (Karkata, 2010).

Meskipun penelitian ini bukan penelitian baru, namun apabila penelitian dilakukan dengan populasi yang berbeda, tempat, dan waktu yang baru akan menghasilkan data penelitian yang berbeda pula. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari hubungan antara usia ibu dan kejadian perdarahan postpartum pada pasien yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan mendapatkan hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

(17)

b. Mengidentifikasi usia ibu yang tidak mengalami perdarahan postpartum yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

c. Menganalisis hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

d. Mengidentifikasi faktor risiko seperti jarak antarkelahiran, gemeli, berat bayi lahir, dan riwayat perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. e. Menganalisis hubungan perdarahan postpartum dengan jarak antarkelahiran,

gemeli, berat bayi lahir, dan riwayat perdarahan postpartum pada pasien rawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum.

1.5.1 Manfaat Penelitian

(18)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perdarahan Postpartum 2.1.1.1 Definisi

Definisi perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam atau setara dengan 1000 ml pada seksio sesarea (Wiludjeng, 2007). Cunningham et al (2012) juga menjelaskan bahwa perdarahan postpartum yaitu kehilangan 500 ml lebih darah setelah selesainya kala 3 persalinan.

2.1.1.2 Klasifikasi

Karkata (2010) menyebutkan bahwa berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum (PPP) dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebabnya adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri.

2. Perdarahan postpartum sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utamanya adalah sisa plasenta.

2.1.1.3 Etiologi

Secara ringkas etiologi perdarahan postpartum lebih diingat sebagai 4T, yaitu Tone, Trauma, Tisssue, dan Thrombin.

1. Tone

(19)

uteri didiagnosis, itu artinya sebanyak 500-1000 cc darah sudah keluar dari pembuluh darah, namun masih terperangkap dalam uterus.

Tonus menggambarkan kontraksi otot-otot uterus setelah melahirkan. Adanya abnormalitas kontraksi akan menyebabkan terjadinya perdarahan. Kontraksi ini diperlukan untuk menjepit arteri-arteri di tempat bekas plasenta berinsersi di uterus (Evensen dan Anderson, 2013).

Atonia uteri bisa disebabkan akibat anastesi, distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion), partus lama, partus kasep, partus presipitatus/partus terlalu cepat, persalinan karena induksi oksitosin, multiparitas, korioamnionitis, dan riwayat atonia uteri pada kelahiran sebelumnya (Karkata, 2010).

2. Tissue

Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sulit dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Adanya jaringan tertinggal baik plasenta, fragmen plasenta, dan gumpalan darah dapat mencegah uterus untuk berkontraksi secara optimal, sehingga terjadi perdarahan (Evensen dan Anderson, 2013).

Karkata (2010) menyebutkan sisa plasenta bisa disebabkan karena kotiledon atau selaput ketuban tersisa, plasenta susenteriata, dan plasenta akreta, inkreta, serta perkreta.

Bila plasenta sampai menembus desidua basalis dan nitabuch layer

maka disebut sebagai plasenta akreta, bila plasenta sampai menembus miometrium disebut sebagai plasenta inkreta, sedangkan bila vili korialis sampai menembus perimetrium disebut plasenta perkreta (Karkata, 2010).

3. Trauma

(20)

4. Thrombin

Kausal perdarahan postpartum karena gangguan pembekuan darah (thrombin) baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Pada gangguan pembekuan darah akan terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan, perdarahan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain-lain (Karkata, 2010).

2.1.1.4Faktor Risiko

Faktor risiko perdarahan postpartum adalah faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya perdarahan postpartum. Secara umum B-Lynch et al (2006) membagi faktor risiko perdarahan postpartum menjadi dua, yaitu faktor risiko antenatal dan intrapartum. Faktor risiko antenatal diantaranya yaitu usia ibu, indeks massa tubuh, paritas, jarak antarkelahiran, partus lama, janin besar, hamil lebih dari satu, kondisi medis lainnya, riwayat perdarahan postpartum, dan riwayat seksio sesarea. Sementara itu faktor risiko intrapartum terdiri dari durasi persalinan, induksi persalinan, analgetik, metode persalinan, episiotomi, dan korioamnionitis.

Beberapa faktor risiko perdarahan postpartum diantaranya yaitu: a. Paritas

Pada ibu dengan paritas tinggi akan memengaruhi keadaan uterus ibu, karena semakin sering ibu melahirkan maka fungsi reproduksi akan mengalami penurunan, otot uterus terlalu regang dan kurang dapat berkontraksi dengan normal sehingga kemungkinan terjadi perdarahan postpartum lebih besar.

Berdasarkan penelitian Dina et al (2013) dari perhitungan Odd Ratio

(21)

b. Jarak antarkelahiran

BKKBN (2007) menyebutkan bahwa jarak antarkelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya hingga kelahiran berikutnya. Jarak antarkelahiran 2-4 tahun dibutuhkan agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya. Jarak antarkelahiran yang terlalu dekat dapat menimbulkan komplikasi dalam kehamilan, karena persalinan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat akan menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal. Padahal kontraksi uterus dibutuhkan untuk menutup sumber perdarahan dari tempat implantasi plasenta. Sehingga bila kontraksi uterus tidak adekuat tentu akan memengaruhi timbulnya perdarahan postpartum.

c. Gemeli

Gemeli didefinisikan sebagai suatu keadaan ibu mengandung ≥2 janin pada satu kehamilan. Gemeli dapat menyebabkan distensi berlebihan pada uterus, akhirnya otot miometrium tidak berkontraksi secara adekuat. Sehingga timbul atonia uteri yang akhirnya menyebabkan perdarahan postpartum (Karkata, 2010).

d. Berat bayi lahir

Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam 1 jam pertama postpartum. Secara umum berat bayi lahir dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu (Kosim et al, 2009):

 Bayi berat lahir rendah: berat badan lahir <2500 gram.

 Bayi berat lahir normal: berat badan lahir antara 2500-4000 gram.  Bayi berat lahir lebih: berat badan lahir >4000 gram.

(22)

e. Riwayat perdarahan postpartum

Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi pada persalinan sebelumnya. Bila ibu pada persalinan sebelumnya telah mengalami perdarahan postpartum, kemungkinan besar hal yang serupa akan dialaminya kembali pada persalinannya saat ini.

2.1.1.5Patofisiologi

Selama proses persalinan, uterus mampu berkontraksi ke bawah secara signifikan untuk mereduksi volume dari uterus. Hal seperti ini dapat menyebabkan plasenta terpisah dari permukaan uterus. Setelah plasenta terpisah dan terlepas maka otot polos uterus akan menginisiasi rangkaian proses kontraksi secara terkoordinasi, memperpendek serat-serat ototnya dan membentuk suatu jahitan fisiologis (Keman, 2010). Namun, apabila uterus gagal untuk berkontraksi atau plasenta tidak dapat terpisah ataupun terlepas, maka perdarahan yang signifikan akan terjadi. Arteri spiral yang seharusnya tertutup oleh kontraksi uterus, bila tonus uterus tidak ada atau kontraksi uterus lemah, maka sumber perdarahan tersebut akan tetap terbuka. Darah akan terus mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke kavum uteri hingga pada akhirnya darah tersebut keluar per vaginam (El-Refaey, 2003).

Adanya jaringan yang tertinggal baik plasenta, fragmen plasenta, dan gumpalan darah dapat mencegah uterus untuk berkontraksi secara optimal, sehingga terjadi perdarahan (Evensen dan Anderson, 2013). Perdarahan postpartum juga dapat disebabkan karena trauma yang terjadi saat persalinan menyebabkan laserasi dan hematoma. Sehingga akan timbul perdarahan dari tempat trauma yang terjadi. Perdarahan dapat diperberat bila terdapat gangguan pembekuan darah, karena proses pembekuan darah pada mekanisme normal tidak terjadi. Hingga akhirnya sumber perdarahan akan terus mengeluarkan darah.

2.1.1.6 Gejala Klinis

(23)

kehilangan darah >20%. Gejala klinik berupa perdarahan per vaginam yang terus-menerus setelah kala III persalinan. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu kesadaran penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Stanford, 2009).

2.1.1.7 Diagnosis

(24)

Berikut ini tabel diagnosis perdarahan postpartum berdasarkan etiologinya:

Tabel 1. Diagnosis Perdarahan Postpartum

No Gejala dan tanda yang selalu ada

Gejala dan tanda yang

kadang-kadang ada

Diagnosis kemungkinan

1 - Uterus tidak berkontraksi dan lembek - Perdarahan segera setelah anak lahir

(PPP Primer)

- Syok Atonia uteri

2 - Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap

- Perdarahan segera (PPP Primer)

- Uterus

3 - Perdarahan segera (PPP Primer) (Perdarahan intraabdominal/vaginam)

- Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir (PPP Primer) - Uterus kontraksi baik

- Plasenta lengkap

5 - Plasenta belum lahir setelah 30 menit - Perdarahan segera (PPP Primer) - Uterus kontraksi baik

- Tali pusat putus

- Lumen vagina terisi massa - Tampak tali pusat (jika plasenta

belum lahir)

- Perdarahan segera (PPP Primer) - Nyeri sedikit atau berat

- Syok neurogenik

- Perdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan (PPP sekunder)

- Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi)

- Anemia

Sumber : Saifuddin, 2009.

(25)

2.1.1.8 Tatalaksana

1. Penanganan Umum

Penanganan umum bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum pasien dan mengidentifikasi secara cepat penyebab dari perdarahan postpartum. Penanganan tersebut ialah sebagai berikut (Saifuddin, 2009):

 Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk).

 Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan postpartum)

 Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama postpartum (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).

 Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

 Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi

 Atasi syok

 Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit.

 Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.

 Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.  Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan  Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

2. Penanganan Berdasarkan Etiologi

(26)

a. Atonia Uteri

Bila penanganan umum telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan, penolong persalinan dapat melakukan tindakan spesifik yaitu kompresi bimanual eksterna, kompresi bimanual interna, dan kompresi aorta abdominalis.

Gambar 1. Kompresi Bimanual Eksterna Sumber: www.edukia.org

Kompresi bimanual eksterna dilakukan dengan cara menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Lakukan pemantauan aliran darah yang keluar, bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil mengatasi perdarahan, dapat dilakukan kompresi bimanual interna.

(27)

Cara melakukan kompresi bimanual interna adalah uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, dapat dilakukan kompresi aorta abdominalis.

Dalam melakukan kompresi aorta abdominalis, kita harus meraba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri terlebih dahulu dan pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilicus secara tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akan menghentikan atau mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.

Gambar 3. Kompresi Aorta Abdominalis Sumber : ambulance.qld.gov.au

(28)

b. Retensio Plasenta

Jika plasenta belum terlepas maka tidak akan menimbulkan perdarahan yang banyak, namun harus diantisipasi dengan segera melakukan plasenta manual dan dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika. Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual. Arti manual adalah dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukan langsung ke dalam kavum uteri. Jika dengan cara manual juga tidak dapat mengeluarkan plasenta dan plasenta masih tertanam di dinding uterus maka dapat dilakukan histerektomi (Saifuddin, 2009).

c. Sisa Plasenta

Apabila terdapat beberapa bagian plasenta yang tertinggal di dalam rahim maka harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim, sisa plasenta dikeluarkan secara manual yaitu dengan kuretase dan pemberian uterotonika untuk menghentikan perdarahan (Mannuaba, 2007).

d. Trauma Jalan Lahir

Trauma jalan lahir dapat berupa laserasi atau luka lecet yang ringan, ruptur perineum, robekan dinding vagina, robekan pada serviks, dan bahkan yang terberat yaitu ruptura uteri. Apabila kontraksi uterus baik dan plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lakukan eksplorasi untuk memastikan apakah terjadi laserasi. Segera identifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan, semua sumber perdarahan harus dijepit dengan klem, lakukan ligasi dengan benang yang dapat diserap, dan lakukan penjahitan luka (Saifuddin, 2009).

e. Kelainan Pembekuan darah

(29)

2.1.1.9 Pencegahan

Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan risiko tinggi akan memudahkan penyelenggara kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan memiliki risiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah perdarahan postpartum. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut (Karkata, 2010):

1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut dalam keadaan optimal.

2. Mengenal faktor predisposisi seperti multiparitas, anak besar, hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan risiko tinggi lainnya yang risikonya akan muncul saat persalinan.

3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam untuk pencegahan partus lama.

4. Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan. 5. Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan

menghindari persalinan dukun.

(30)

2.1.2 Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum

Usia ibu merupakan faktor predisposisi yang sangat penting pada perdarahan postpartum. Usia paling aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu antara 20-35 tahun, karena berada dalam masa reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu yang hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun dan usia >35 tahun akan meningkat secara bermakna, karena terpapar pada komplikasi baik medis maupun obstetrik yang dapat membahayakan jiwa ibu (Mannuaba et al, 2009).

Pada wanita berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya sudah mengalami penurunan (Mannuaba

et al, 2009). Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan penurunan fungsi tersebut akan menyebabkan tonus otot kurang adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum (Karkata, 2010).

(31)

reproduksi mulai menurun sehingga tidak mampu lagi menampung kehamilan yang terjadi, bahkan dapat mengakibatkan kontraksi uterus tidak kuat lagi yang berakibat menjadi perdarahan postpartum.

(32)

2.2 Kerangka Teori

(33)

2.3 Kerangka Konsep

Usia Ibu

Perdarahan Postpartum

Variabel Perancu

Anak Lahir Besar Jarak Antarkelahiran

Gemeli

(34)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kasus kontrol (case control) berdasarkan data sekunder rekam medik di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu

Penelitian dilakukan dari Oktober 2014 hingga Desember 2014.

3.2.2 Tempat

Penelitian dilakukan di Installasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

a. Populasi Target

Populasi target penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah data rekam medik ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum dan ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan yang dirawat di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sejak 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

3.3.2 Sampel Penelitian

(35)

Besar sampel dalam penelitian dihitung menggunakan rumus studi kasus kontrol untuk pengujian hipotesis terhadap Odd Ratio:

P = (1 + R)R n1=n2=

{Z2+ Z√PQ}2

(𝑃−12)2

Keterangan :

n = besar sampel minimal pada kasus dan kontrol

Z = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu (=0.05 adalah 1.96) Z = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu (=0.2 adalah 0.842) Q = 1-P

R = odd ratio yang dianggap bermakna

Penentuan besar sampel berdasarkan variabel usia dengan OR = 3,1 diambil dari penelitian terdahulu (Dina et al, 2013), sehingga didapat n:

P = (1 + 3,1) = 3,1 3,1 4,1

n =

{1,962 + 0,842√3,14,1 x4,1}1 2

(3,14,1 −12)2

n = {0,98 + 0,362}(0,256)2 2

n = 1,800 0,066

= 27,26 ≈ 27

Maka diperoleh 27 sampel minimal yang dapat diterapkan pada kelompok kasus (ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum) dan jumlah sampel yang sama pada kelompok kontrol (ibu bersalin tanpa perdarahan postpartum). Data kasus dipilih jika rekam medik berisi variabel yang dicari, sementara data kontrol dipilih jika data berisi variabel penelitian yang dicari setelah dilakukan

(36)

3.3.3 Kriteria Inklusi 3.3.3.1 Kriteria Kasus

- Ibu yang bersalin di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2013.

- Ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum. - Kehamilan aterm (>37 minggu).

3.3.3.2 Kriteria Kontrol

- Ibu yang bersalin di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2013.

- Ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum.

- Memiliki variabel jumlah paritas dalam kategori sama dengan sampel kasus. - Kehamilan aterm (>37 minggu).

3.3.4 Kriteria Eksklusi

- Ibu bersalin yang data rekam mediknya tidak bisa ditemukan, berkasnya tidak terbaca atau datanya tidak lengkap.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perdarahan postpartum.

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah usia ibu.

3.4.3 Variabel Perancu

Variabel perancu (confounder) dalam penelitian ini yaitu selain variabel usia ibu yang tercantum lengkap dalam rekam medik yang dapat memengaruhi timbulnya perdarahan postpartum, diantaranya yaitu:

 Jarak antarkelahiran  Gemeli

 Berat bayi lahir

(37)

3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam atau >1000 ml pada seksio sesarea atau sebagaimana diagnosis yang tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Perdarahan postpartum dan 2. Bukan perdarahan postpartum.

3.5.2 Usia

Usia adalah lamanya hidup pasien yang dinyatakan dalam tahun, dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Usia risiko tinggi (<20 atau >35 tahun) dan 2. Usia risiko rendah (20-35 tahun).

3.5.3 Jarak antarkelahiran

Jarak antarkelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya sampai kelahiran berikutnya atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Jarak risiko tinggi (≤2 tahun) dan 2. Jarak risiko rendah (>2 tahun).

3.5.4 Gemeli

Gemeli didefenisikan sebagai suatu keadaan ibu melahirkan ≥2 bayi pada satu kehamilan atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Gemeli (≥ 2 janin) dan 2. Tidak gemeli (1 janin).

3.5.5 Berat bayi lahir

(38)

3.5.6 Riwayat Perdarahan Postpartum

Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi pada persalinan sebelumnya atau sebagaimana tercatat dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Ada riwayat Perdarahan Postpartum dan 2. Tidak ada riwayat perdarahan postpartum.

3.6 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder hasil pencatatan rekam medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. Rekam medik ibu bersalin dikumpulkan lalu diambil sampel kasus dari ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum, dan sampel kontrol dari ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum setelah dilakukan matching jumlah paritas. Secara umum matching jumlah paritas berdasarkan kategori primipara (paritas 1), multipara (paritas 2-4), dan grandemultipara (paritas ≥5) (Mannuaba, 2008 dan Varney, 2006).

3.7 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Rencana Cara Pengolahan

(39)

3.7.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah: 1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memeroleh distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti.

Tabel 2. Contoh Tabel Distribusi Jenis Perdarahan Postpartum pada Ibu Bersalin yang Dirawat di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013.

Jenis Perdarahan Postpartum n Persentase (%) Perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum sekunder Jumlah

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menghubungkan antara variabel dependen dan variabel independen untuk mengetahui interaksi dua variabel tersebut.

Tabel 3. Contoh Tabel Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Usia

*analisis menggunakan uji Chi-Square

Tabel 4. Contoh Tabel Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

(40)

3. Analisis Multivariat

(41)

3.8 Kerangka Operasional

Pengumpulan data rekam medik ibu bersalin yang dirawat di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013

Kasus

Ibu bersalin dengan perdarahan postpartum.

Kontrol

Ibu bersalin tanpa perdarahan postpartum.

Analisis dan pengolahan data

Hasil penelitian Matching jumlah paritas

Usia ibu Jarak antarkelahiran

Gemeli Berat bayi lahir

Riwayat perdarahan postpartum

Usia ibu Jarak antarkelahiran

Gemeli Berat bayi lahir

(42)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian berjudul “Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum: Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013” ini telah dilaksanakan di installasi rekam medik RSUP dr. Mohammad Hoesin selama satu minggu, dimulai sejak tanggal 18 Oktober 2014 sampai 25 Oktober 2014. Dalam penelitian ini digunakan dua populasi, yaitu populasi kasus dan populasi kontrol. Populasi kasus adalah pasien yang mengalami perdarahan postpartum dan populasi kontrol adalah pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum.

Jumlah populasi kasus yang tercatat di bagian rekam medik tahun 2013 sebanyak 112 kasus perdarahan postpartum, namun hanya 101 data rekam medik pasien perdarahan postpartum yang ditemukan. Untuk populasi kontrol diambil rekam medik pasien yang melahirkan tanpa perdarahan postpartum dengan jumlah yang sama dengan populasi kasus setelah dilakukan matching dengan kategori jumlah paritas. Sehingga juga didapat data sebanyak 101 data. Namun dalam proses pengolahan data, jumlah data yang digunakan bervariasi tergantung kelengkapan data dengan perbandingan kasus 1 : 1 kontrol.

(43)

Tabel 5. Distribusi Jumlah Sampel Kasus Kontrol Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

No Variabel Jumlah Kasus

(n)

Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum (PPP) dapat dibagi menjadi perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Penyebab yang tersering adalah sisa plasenta (Karkata, 2010).

Berdasarkan tabel 6 berikut terlihat bahwa pada tahun 2013 didapatkan 101 kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, dengan perdarahan postpartum primer sebanyak 89 (88,12%) sampel dan perdarahan postpartum sekunder sebanyak 12 (11,88%) sampel. Distribusi frekuensi kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Jenis Perdarahan Postpartum n Persentase (%) Perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum sekunder

89 12

88,12 11,88

(44)

b. Distribusi Etiologi Perdarahan Postpartum

Penyebab perdarahan postpartum adalah kelainan salah satu atau gabungan dari empat penyebab dasar. Empat penyebab dasar tersebut meliputi 4T, yaitu tone

atau kurangnya kontraksi uteri setelah persalinan, trauma pada jalan lahir, tissue

atau sisa jaringan produk konsepsi, dan thrombin atau kelainan koagulasi darah (Evensen dan Anderson, 2013).

Gangguan tone didapatkan sebanyak 5 (4,95%) sampel, yaitu atonia uteri 4 (3,96%) sampel dan subinvolusi uterus 1 (0,99%) sampel. Gangguan tissue

didapatkan sebanyak 57 (56,5%) sampel, yaitu retensio plasenta 34 (33,67%) sampel dan sisa plasenta 23 (22,77%) sampel. Gangguan trauma didapatkan sebanyak 31 (30,7%) sampel, yaitu laserasi jalan lahir 27 (26,73%) sampel, ruptur perineum 2 (1,98%) sampel, hematom 1 (0,99%) sampel, dan luka episiotomi 1 (0,99%) sampel. Sedangkan etiologi campuran didapatkan sebanyak 8 (7,92%) sampel, dan tidak didapatkan kasus dengan gangguan thrombin. Etiologi terbanyak kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 adalah retensio plasenta dengan 34 (33,67%) kasus.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Etiologi n Persentase (%)

Atonia Uteri dan Sisa Plasenta Atonia Uteri dan Laserasi Jalan Lahir Retensio Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir Sisa Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir

(45)

c. Distribusi Sampel Menurut Jumlah Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran aterm yang dialami oleh seorang wanita (Mannuaba, 2008). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo, 2009).

Pada tabel 8 di bawah didapatkan bahwa dari 101 sampel kasus, diperoleh kategori primipara sebanyak 25 (24,75%) sampel, multipara sebanyak 68 (67,32%) sampel dan kategori grandemultipara sebanyak 8 (7,92%) sampel. Kemudian dicari populasi kontrol dengan jumlah yang sama berdasarkan kategori paritas tersebut. Penentuan matching sampel (kasus dan kontrol) berdasarkan kategori paritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Distribusi Matching Sampel Berdasarkan Kategori Paritas

Paritas n Persentase (%)

Primipara Multipara Grandemultipara

25 68 8

24,75 67,33 7,92

Jumlah 101 100

d. Distribusi Usia Ibu

Usia adalah lamanya hidup pasien yang dinyatakan dalam tahun, dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Sedangkan usia ibu hamil adalah usia ibu yang diperoleh saat datang ke rumah sakit untuk melahirkan.

(46)

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia

Usia Kasus Kontrol Jumlah

n % n % N %

Usia risiko tinggi 29 67,4 14 32,6 43 100

Usia risiko rendah 72 45,3 87 54,7 159 100

Jumlah 101 50 101 50 202 100

Perbandingan karakteristik usia pada populasi kasus dan populasi kontrol dapat dilihat pada tabel 10 berikut:

Tabel 10. Perbandingan Karakteristik Usia Usia

Min Max Mean Standar Deviasi

Usia populasi kasus 18 49 30,28 6,615

Usia populasi kontrol 18 43 28,35 5,611

e. Distribusi Berat Badan Lahir

Berat badan lahir (BBL) adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam 1 jam pertama setelah lahir dan dinyatakan dengan gram (Kosim et al, 2009).

Dalam penelitian ini dari 7 pasien yang memiliki berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan berat badan lahir <4000 gram didapatkan 195 sampel, dengan 96 (49,02%) sampel pada populasi kasus dan 99 (50,8%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi berat badan lahir pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

BBL ≥4000 gram 5 71,4 2 28,6 7 100

BBL <4000 gram 96 49,2 99 50,8 195 100

Jumlah 101 50 101 50 202 100

(47)

Tabel 12. Perbandingan Karakteristik Berat Badan Lahir (BBL) BBL

Min Max Mean Standar Deviasi BBL Populai Kasus 1200 4900 3036,14 582,89 BBL Populasi Kontrol 1300 5000 2968,07 578,84

f. Distribusi Jarak Antarkelahiran

Menurut Gitta (2007) jarak antarkelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya sampai kelahiran berikutnya. Pada penelitian ini untuk variabel jarak antarkelahiran hanya digunakan 126 sampel (63 sampel pada populasi kasus dan 63 sampel pada populasi kontrol), karena sisanya termasuk kategori primipara atau rekam medik tidak mencantumkan jarak antarkelahiran. Setelah dianalisis dari 19 pasien yang memiliki jarak risiko tinggi (≤2 tahun) didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan jarak risiko rendah (>2 tahun) didapatkan 107 sampel, dengan 51 (47,7%) sampel pada populasi kasus dan 56 (52,3%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi jarak antarkelahiran pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak Antarkelahiran

Jarak Antarkelahiran Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Jarak risiko tinggi 12 63,2 7 36,8 19 100

Jarak risiko rendah 51 47,7 56 52,3 107 100

Jumlah 63 50 63 50 126 100

Perbandingan karakteristik jarak antarkelahiran pada populasi kasus dan populasi kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Perbandingan Karakteristik Jarak Antarkelahiran Jarak Antarkelahiran

Min Max Mean Standar Deviasi

Jarak Populasi Kasus 1 17 5,94 3,72

(48)

g. Distribusi Gemeli

Karkata (2010) menyatakan bahwa gemeli adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Dalam penelitian ini gemeli dicatat bila ibu melahirkan ≥2 bayi pada satu kehamilan atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik.

Dalam penelitian ini hanya didapatkan 1 (100%) sampel gemeli pada populasi kontrol sedangkan pada populasi kasus tidak dijumpai kasus gemeli (0%). Distribusi gemeli pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 15 berikut:

Tabel 15. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli

Gemeli Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Gemeli 0 0 1 100 1 100

Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100

Jumlah 101 50 101 50 202 100

h. Distribusi Riwayat Perdarahan Postpartum

Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi pada persalinan sebelumnya atau sebagaimana tercatat dalam rekam medik.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 2 ibu yang memiliki riwayat perdarahan postpartum didapatkan 2 (100%) sampel pada populasi kasus dan 0 (0%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi riwayat perdarahan postpartum pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 16 berikut:

Tabel 16. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat Perdarahan Postpartum

Riwayat Perdarahan Postpartum

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Ada riwayat perdarahan postpartum

2 100 0 0 2 100

Tidak ada riwayat perdarahan postpartum

99 49,5 101 50,5 200 100

Jumlah 101 50 101 50 202 100

i. Distribusi Kadar Hemoglobin dan Trombosit

(49)

tanpa penanganan yang tepat dan akurat akan mengakibatkan hilangnya banyak komponen darah. Termasuk turunnya kadar Hb dan trombosit di bawah nilai normal. Secara umum kadar trombosit dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu trombositopenia (<150.000/mm3), trombosit normal (150.000-450.000/mm3), dan trombositosis (>450.000/mm3). Berdasarkan klasifikasi WHO

kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu Hb normal (Hb≥11 gr%), anemia ringan (Hb 9-11 gr%), anemia sedang (Hb 7-9 gr%), anemia berat (Hb <7 gr%) (Mannuaba, 2009).

Dari penelitian didapatkan distribusi kadar Hb postpartum yaitu Hb normal sebanyak 11 (11,8%) sampel, anemia ringan 20 (21,5%) sampel, anemia sedang 34 (36,6%) sampel, dan anemia berat sebesar 28 (30,1%) sampel. Sedangkan distribusi kadar trombosit didapatkan trombositopenia sebanyak 15 (16,7%) sampel, trombosit normal 72 (80,0%) sampel, dan trombositosis sebanyak 3 (3,3%) sampel. Distribusi kadar Hb dan kadar trombosit dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 17. Distribusi Kadar Hb Postpartum

Kadar Hb n Persentase (%)

Tabel 18. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum

Kadar Trombosit n Persentase (%)

(50)

4.1.2 Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen digunakan uji statistik Chi-Square.

a. Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan hasil penelitian dari 43 ibu yang memiliki usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) didapatkan 29 (67,4%) sampel pada populasi kasus dan 14 (32,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu bersalin dengan usia 20-35 tahun. Hubungan antara usia dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 19 berikut:

Tabel 19. Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Usia

Perdarahan Postpartum

Jumlah

p value OR (95% CI) Perdarahan Tidak

perdarahan

n % n % n %

Usia risiko

tinggi 29 67,4 14 32,6 43 100

0,016 2,503 (1,230-5,092) Usia risiko

rendah 72 45,3 87 54,7 159 100

Jumlah 101 50 101 50 202 100

b. Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum

(51)

terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak dengan berat <4000 gram. Hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 20 berikut:

Tabel 20. Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Berat Badan

c. Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan data hasil penelitian, dari 19 ibu yang memiliki jarak antarkelahiran ≤2 tahun didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,319 yang berarti tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu bersalin dengan jarak antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu bersalin dengan jarak antarkelahiran >2 tahun. Hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 21 berikut:

Tabel 21. Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

(52)

d. Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan data hasil penelitian, hanya terdapat 1 (100%) sampel dengan gemeli pada populasi kontrol, sedangkan pada populasi kasus tidak terdapat data gemeli (0%).

Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 1,000 yang berarti tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi. Hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 22 berikut:

Tabel 22. Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Gemeli

Perdarahan Postpartum

Jumlah p

value

OR (95% CI) Perdarahan Tidak

perdarahan

n % N % N %

Gemeli 0 0 1 100 1 100

1,000 - Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100

Jumlah 101 50 101 50 202 100

e. Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan Postpartum

(53)

Tabel 23. Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan

Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik untuk mendapat model terbaik yang menggambarkan hubungan antara usia dan perdarahan postpartum setelah dikontrol beberapa variabel perancu (Riyanto, 2012).

Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan 2 variabel yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi (<20 dan >35 tahun) mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol variabel jarak antarkelahiran. Model akhir uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel 24 berikut:

Tabel 24. Model Akhir Uji Regresi Logistik

Variabel B Sig Exp(B)

95% C.I. forEXP(B) Lower Upper

Usia 1,184 0,011 3,266 1,304 8,178

Jarak Antarkelahiran 0,681 0,195 1,975 0,705 5,533

(54)

4.2 Pembahasan

a. Etiologi Perdarahan Postpartum

Dalam penelitian ini penyebab utama perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013 adalah retensio plasenta yaitu sebesar 33,67%, diikuti laserasi jalan lahir 26,73%, sisa plasenta 22,77%, atonia uteri 3,96%, dan lain-lain.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryani (2007) di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan, yang menemukan bahwa penyebab utama perdarahan postpartum adalah retensio plasenta (53,7%), diikuti laserasi jalan lahir (29,3%), atonia uteri (14,6%), dan inversio uteri (2,4%). Namun penelitian ini tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh Parisaei et al (2008) bahwa penyebab perdarahan postpartum sebesar 90% karena atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio plasenta serta gangguan pembekuan darah. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Sari dan Sukamto (2011) di RS dr. H. Anshari Shaleh Banjarmasin bahwa perdarahan postpartum disebabkan karena atonia uteri (48,8%), retensio plasenta (28%), dan laserasi jalan lahir (23,2%).

Hal ini menunjukkan etiologi perdarahan postpartum di setiap daerah sangat beragam. Sehingga penyebab utama perdarahan postpartum tidak bisa diprediksi secara pasti berdasarkan epidemiologi dari daerah lain. Perbedaan etiologi ini juga bisa terjadi karena standar penegakkan diagnosis etiologi perdarahan postpartum antara rumah sakit satu dan rumah sakit lainnya berbeda-beda, sehingga sudah pasti terjadi perbedaan persentase etiologi.

(55)

b. Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan hasil penelitian, dari 43 ibu yang memiliki usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) didapatkan 29 (67,4%) sampel pada populasi kasus dan 14 (32,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu bersalin dengan usia 20-35 tahun.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di RSUD Majene oleh Dina et al (2013) yang menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun. Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman et al

(2007) bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang berusia di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berusia 20 sampai 29 tahun.

(56)

c. Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 ibu yang memiliki berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,445 yang berarti tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang melahirkan bayi dengan berat ≥4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak dengan berat <4000 gram.

Penelitian ini tidak sejalan dengan teori Cunningham et al (2012) bahwa Bayi dengan berat lahir ≥4000 gram berhubungan dengan perdarahan postpartum, yaitu karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih juga mengakibatkan overdistensi uterus sehingga lebih berisiko menyebabkan atonia uteri dan pada akhirnya menyebabkan perdarahan postpartum. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Bratakoesoema dan Angsar (2011), yang menyatakan bahwa Bayi yang dilahirkan dengan berat ≥4000 gram sering sekali menyebabkan perdarahan postpartum dengan penyebab laserasi jalan lahir. Karena Bayi besar dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan sehingga terjadi robekan pada jalan lahir.

Gambar

Tabel 1. Diagnosis Perdarahan Postpartum
Gambar 1. Kompresi Bimanual Eksterna
Gambar 3. Kompresi Aorta Abdominalis
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada implementasi Manajemen Berbasis Sekolah tahun 2013-3015. Kapasitas Manajerial Kepala Sekolah Dasar Negeri 18 Pekanbaru Pada Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Penelitian Utami (2013) terhadap 15 sampel diperoleh 5 sampel yang positif mengandung Rhodamin B, 5 sampel tersebut diantaranya merupakan sampel kue ku, sampel tersebut diambil

se#aa stu#tual miip dengan antigen dii dapat memi#u poduksi antibodi atau mengakti'kan lim'osit ) yang beinteaksi dengan antigen asing tesebut

Berikutnya komponen silabus pembelajaran tematik adalah : SK/KD dari beberapa mata pelajaran yang terkait dengan tema, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator

Suatu perdamaian harus ada timbal balik dalam pengorbanan pada diri pihak-pihak yang berperkara maka tiada perdamaian apabila salah satu pihak dalam suatu

16 Kondisi industri yang sangat dinamis tersebut menjadi alasan bagi penulis untuk mengevaluasi implementasi strategi peningkatan dana murah dan penggunaan digital banking

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Vokasi D III Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Bandung..