• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai bulan Oktober 2013. Lokasi penelitian adalah di Taman Nasional Gunung Leuser, Resort Sei Betung, Kabupaten Langkat. Peta lokasi penelititan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera digital, alat tulis, komputer, Arc View 3.3, ERDAS Imagine 8.5,SPSS 17.0. Bahan yang digunakan adalah peta kawasan restorasi Sei Betung,

citra Landsat 8, titik pemukiman terdekat, titik sumber air pada setiap jalur transek, track jalan berupa polyline, titik sebaran orangutan dan data bioekologi habitat orangutan pada titik sebaran orangutan.

Jenis Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian. Data primer yang dikumpulkan merupakan data spasial berupa :

1. Peta batas kawasan penelitian 2. Titik pemukiman terdekat

3. Titik sumber air pada jalur transek 4. Track jalan berupa polyline

5. Citra landsat 8

6. Jenis jenis pohon dan tumbuhan untuk identifikasi ketersedian pakan. 7. Data lapangan yaitu titik sebaran orangutan dan data bioekologi habitat

pada titik sebaran orangutan.

Data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang digunakan untuk mendukung data lapangan dan analisis data. Data ini diperoleh dari buku, literatur, jurnal dan sumber pustaka lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Data peta digital berupa peta batas kawasan penelitian (Resort Sei Betung) diperoleh dari OIC. Sedangkan citra Landsat 8 diunduh dari situs

earthexplorer.usgs.gov. Titik pemukiman, titik sumber air, titik sebaran orangutan, dan polyline track jalan diproleh dengan menggunakan GPS.

Potensi mengenai ketersediaan pohon pakan di setiap jalur transek akan diinventarisasi untuk mengetahui jenis-jenis pohon pakan yang tersedia di kawasan resort Sei Betung. Pohon pakan yang disukai orangutan akan diketahui dengan melakukan studi literatur dari berbagai buku maupun hasil penelitian yang sudah dilakukan. Data ini digunakan sebagai data tambahan yang dapat mendukung mengenai kesesuaian habitat orangutan di resort Sei Betung.

Lokasi sebaran orangutan akan ditentukan melalui identifikasi titik keberadaan orangutan dengan menggunakan GPS. Identifkasi titik dilakukan dengan mendeteksi jejak. Dalam hal ini jejak yang dimaksud adalah sarang orangutan, karena menurut Meijard dkk (2001) sarang adalah bukti keberadaan orangutan yang paling mudah diamati, karena sangat mencolok berada diatas pohon dengan bentuk berbeda dengan sekelilingnya.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data titik sarang untuk identifikasi keberadaan orangutan adalah metode transek. Transek dilakukan di sekitar Pondok Resort Sei Betung yang berjumlah 3 pondok, yaitu Pondok TN 1, Pondok TN 8, dan Pondok Lalang. Jumlah transek yang dilalui adalah sebanyak enam jalur. Lima transek dilakukan pada kawasan areal restorasi Sei Betung. Jumlah ini dianggap cukup karena didasarkan dengan penjelasan pekerja areal restorasi yang khusus menangani bidang penelitian. Selain itu, sebelum dilakukan pengambilan titik sebaran orang utan, sudah terlebih dahulu dilakukan survey hampir di seluruh kawasan restorasi Sei Betung. Adapun satu jalur lagi dilakukan di luar kawasan restorasi, jalur ini digunakan sebagai perbandingan dan informasi data tambahan. Panjang jalur transek adalah sepanjang 1 km untuk setiap transek. Selain data titik sarang, data bioekologi habitat juga didata pada setiap jalur

transek. Data bioekologi habitat akan digunakan sebagai data pendukung dalam menjelaskan kesesuaian habitat orangutan.

Tahapan Penelitian

Penyusunan model spasial habitat orangutan dimulai dengan pengumpulan data yang terdiri dari penelusuran literatur, data peta digital dan survey lapang. Data input atau data masukan bersumber pada peta digital diperoleh dari analisis peta dan observasi lapang. Proses analisis peta ini menghasilkan 4 peta tematik (layer) yang digunakan dalam pemodelan spasial habitat, yaitu peta jarak dari desa, peta jarak dari jalan, peta jarak dari sumber air dan peta nilai Normalization Difference Vegetation Index (NDVI).

Kemudian data titik sebaran atau peta distribusi orangutan diidentifikasi

(Summarize zone) komponennya terhadap tiap layer dan dianalisis dengan menggunakan Principle Component Analysis (PCA. Selanjutnya semua layer ditumpang tindihkan (overlay) sesuai dengan bobotnya masing-masing yang ditentukan berdasarkan pemberian skor sehingga didapatkan model berupa peta kesesuaian habitat. Model yang telah didapatkan berupa peta kesesuaian habitat kemudian dilakukan validasi (pengujian) berdasarkan data dari observasi lapang. Validasi model dilakukan agar dapat ditentukan tingkat akurasinya. Secara umum bagan alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Analisis Peta

Peta Jarak Dari Desa

Identifikasi Titik (ArcView)

Analasis Statistik (PCA)

Bobot Validasi Akurasi Model Survey Lapang Citra Landsat

Peta Jarak Dari Jalan

Peta NDVI Peta Jarak Dari Air

Jalur

(Transect)

Tumpang Tindih (Overlay) a X1 + b X2 + c X3+ d X4

Pengolahan Peta Tematik Parameter Yang Digunakan

Pemodelan kesesuaian habitat orangutan Sumatera merupakan proses peninjauan dan penilaian kebutuhan hidup (life requisites) orangutan terhadap faktor-faktor habitat dan faktor-faktor gangguan. Faktor-faktor habitat yang digunakan adalah ketersediaan air yang diwakilkan oleh jarak dari air dan ketersediaan cover yang diwakilkan oleh nilai Normalization Difference Vegetation Index (NDVI). Faktor gangguan berasal dari aktivitas manusia yang diidentifikasi melalui jarak darijalan dan jarak dari pemukiman.

Pembuatan Peta Tematik

Peta tematik yang dibuat adalah peta jarak dari air, peta jarak dari jalan dan peta jarak dari desa. Peta jarak dari jalan, peta jarak dari sungai, dan peta jarak dari desa dibuat dengan memanfaatkan fasilitas buffer pada Arc View 3.3.

Proses pembuatan peta ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Measure Titik desa, air, dan track jalan

Buffering

Peta jarak ke sungai, peta jarak ke jalan, peta jarak ke desa

Gambar 3. Proses pembuatan peta

Pembuatan peta NDVI

Peta NDVI dibuat dari citra Landsat 8. Produk citra ini mulai open acces

sejak tanggal 30 Mei 2013. Citra Landsat 8 digunakan karena tidak memiliki

striping (kelemahan landsat 7 setelah tahun 2003), sehingga tidak perlu dilakukan penabalan. Citra landsat tersebut kemudian dilakukan stacking dengan menggunakan software Erdas Imagine 8.5. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software Arc View 3.3. Perhitungan NDVI menurut Sudiana dan Diasmara (2008) dilakukan menurut rumus :

Proses pembuatan peta NDVI disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses pembuatan peta NDVI

NIR – Red NDVI =

NIR + Red

Stacking (Erdas Imagine 8.5) Citra Landsat

Subset (Arc View 3.3)

Peta NDVI NDVI (Arc View 3.3)

Categorize(Arc View 3.3)

Analisis Spasial

Titik sebaran orangutan Sumatera dianalisis dengan faktor-faktor spasial yang meliputi jarak dari sumber air, jarak dari jalan, jarak dari desa, dan dari nilai

NDVI. Analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang tindih (overlay), pembagian kelas (class), pengharkatan (skoring) dan pembobotan.

Pemberian klasifikasi kelas didasarkan atas nilai kepentingan atau kesesuaian bagi habitat orangutan sumatera. Klasifikasi kelas kesesuaian terdiri dari 5 kelas. Model Matematika sederhana yang digunakan adalah menurut rumus Oktalina (2010) sebagai berikut :

1. Nilai selang skor klasifikasi kesesuaian habitat orangutan Sumatera ditentukan berdasarkan rumus sederhana berikut :

Keterangan :

Selang = nilai dalam penetapan selang klasifikasi kesesuaian habitat Smaks = nilai tertinggi

Smin = nilai terendah

K = banyaknya klasifikasi kesesuaian habitat

2. Nilai validasi klasifikasi kesesuaian habitat orangutan Sumatera Smaks - Smin Selang = K n Validasi = x 100 % N

Keterangan:

Validasi = persentase kepercayaan

n = jumlah titik pertemuan orangutan yang ada pada satu klasifikasi kesesuaian

N = jumlah total titik pertemuan orangutan hasil survey

Analisis Komponen Utama / Principal Component Analysis (PCA)

Pada dasarnya analisa komponen utama digunakan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linier variabel-variabel, dengan konsep utama mereduksi data dan menginterpretasikannya. Atau dengan kata lain analisis komponen utama digunakan untuk menyusutkan dimensi dari sekumpulan variabel yang tak bertata untuk keperluan analisis dan interpretasi, sehingga variabel yang jumlahnya cukup banyak akan diganti dengan variavel atau fungsi variabel yang jumlahnya lebih sedikit tanpa diiringi hilangnya obyektivitas analisis (Wahana Komputer, 2004).

PCA digunakan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap distribusi orangutan Sumatera, berdasarkan titik distribusi orangutan yang ditemukan dengan masing-masing layer (jarak dari sumber air, jarak dari jalan, jarak dari desa dan nilai NDVI). Berdasarkan hasil tersebut selanjutnya dapat ditentukan bobot dari masing-masing faktor yang mempengaruhi habitat orangutan. Analisis PCA tersebut dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0. Hasil PCA akan menghasilkan persamaan sebagai berikut:

Keterangan :

Y = kesesuaian habitat X2 = jarak dari desa (m)

a-d = nilai bobot PCA tiap variabel X3 = jarak dari sumber air (m)

X1 = jarak dari jalan (m) X4 = nilai NDVI

Dokumen terkait