• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bertipekan deskriptif dalam suatu kajian etnografis. Penelitian deskriptif kualitatif lebih tepat apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam (Bungin, 2007:68-69). Studi ini akan

memberi gambaran mendalam mengenai gejala pluralisme hukum di tanah perbatasan yaitu mengenai pemilihan adat sumondo, manjujur, dan adat ranto dalam sistem perkawinan campuran antara etnis Minangkabau dan Mandailing di Kanagarian Simpang Tonang Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian antropologi hukum ini bersifat holistik9

a. Wawancara Mendalam

, yaitu dengan mempelajari semua budaya yang terkait dan melatarbelakangi peristiwa hukum yang terjadi (Hadikusuma, 2004:22). Penelitian ini tidak hanya mempelajari mengenai hukum yang berlaku di suatu masyarakat saja, akan tetapi juga mempelajari mengenai budaya perilaku manusianya yang berbuat terhadap suatu masalah hukum, dikarenakan adanya faktor-faktor budaya yang mempengaruhinya.

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Untuk melengkapinya maka digunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet. Untuk mendapatkan data-data primer maka digunakan metode pengumpulan sebagai berikut:

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh

9

Pendekatan holistik dalam

kebudayaan sebagai suatu keutuhan atau kesatuan dari berbagai aspek kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. Misalnya aspek sejarah, geografi, ekonomi, teknologi, dan bahasa.

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007:108).

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kanagarian Simpang Tonang Kecamatan Duo Koto Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat yang mengetahui akan adat perkawinan yang berlaku tersebut. Masyarakat Simpang Tonang yang peneliti maksud di sini bukan saja mereka yang tinggal di kampung halaman, mereka yang tinggal di rantau pun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak sembilan orang. Peneliti membatasi jumlah informan sebanyak sembilan orang karena data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dirasa telah cukup. Informan-informan tersebut ialah mereka yang telah melakukan perkawinan atau orang yang pernah terlibat dalam suatu perkawinan. Alasannya ialah karena menurut hemat peneliti mereka sudah mempunyai pengalaman bagaimana dahulu dihadapi oleh berbagai variasi pilihan adat perkawinan. Di samping itu peneliti juga mewawancarai niniak mamak atau tetua adat setempat guna mengetahui sejarah Nagari Simpang Tonang serta adat-istiadat yang berlaku di nagari tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengkategorisasikan informan ke dalam kategori informan pangkal, informan biasa maupun informan kunci, karena semua orang yang memberikan informasi mengenai data-data yang peneliti butuhkan adalah sama pentingnya.

Dalam proses wawancara, maka rapport10

10Rapport adalah keterampilan dalam membina hubungan baik antara peneliti dengan informan.

merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Hal ini akan mengurangi kecurigaan informan terhadap peneliti, sehingga dengan keterbukaan tersebut diharapkan informan dapat memberikan informasi berupa data terkait dengan masalah penelitian. Di sini peneliti memposisikan diri sebagai orang yang tidak mengetahui mengenai masalah pemilihan adat dalam perkawinan campur tersebut dan menunjukkan rasa ketertarikan akan hal tersebut, sehingga mereka menjadi bersemangat untuk menceritakan apa saja pengetahuan yang dimiliki tanpa adanya rasa takut pendapat tersebut benar atau salah. Untuk menjalin rapport ini merupakan suatu keterampilan yang perlu dilatih. Cara-cara yang peneliti lakukan dalam menjalin hubungan baik dengan informan ini yaitu dengan terlebih dahulu memperkenalkan diri dan sering-sering berkunjung. Setelah kehadiran peneliti mulai dapat diterima oleh informan, maka dilakukanlah tahap penjajakan dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan yang ringan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pun semakin mendalam dan menjurus pada inti masalah dalam penelitian ini, sehingga terjadilah jalinan kerja sama dengan informan. Pada tahapan berikut akan terjadi suatu partisipasi, dimana informan memberikan informasi penting yang belum peneliti sadari sebelumnya untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Perlu ditekankan di sini, bahwa dalam menjalin rapport ini terkadang harus dilakukan pertemanuan secara intens (berkali-kali). Hal ini bertujuan agar data yang didapatkan benar-benar mendalam dan menggambarkan apa yang ada di dalam pola fikiran mereka.

Dalam proses wawancara tersebut peneliti membutuhkan tape recorder. Penggunaan alat perekam ini terkait dengan terbatasnya kemampuan daya ingat penulis dalam mengingat setiap kata yang diucapkan oleh informan dan kecepatan tangan yang belum terlatih dalam mecatat kata-kata yang diucapkan informan secara rinci. Hasil wawancara tersebut kemudian dibuatkan transkripnya.

b. Observasi Partisipasi

Obeservasi atau pengamatan adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang melibatkan pancaindra (Bungin, 2007:115). Observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi. Observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan, serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan (Bungin, 2007:116).

Peneliti tinggal dan hidup bersama masyarakat Kanagarian Simpang Tonang Kecamatan Duo Koto Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat selama sebulan untuk mengungkapkan kebudayaan dari sudut pandang mayarakat setempat (native point of vieuw). Selama tinggal dan hidup bersama dengan mereka, peneliti melakukan pengamatan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses perkawinan campuran tersebut, pihak-pihak siapa saja yang terlibat, alat-alat kelengkapan apa saja yang dibutuhkan, bagaimana hubungan kekerabatan yang terjadi akibat perkawinan tersebut, serta bagaimana interaksi atau hubungan sosial yang dijalin dalam berbagai bidang kehidupan.

Karena keterbatasan kemampuan daya ingat, maka perlu dilakukan pencatatan hasil lapangan dalam bentuk sebuah catatan lapangan (field note). Di

samping itu, juga akan dihasilkan karya-karya visual etnogarafi dalam bentuk rekaman video dan foto. Data-data ini nantinya dapat membantu penulis untuk memperjelas data-data yang didapatkan melalui wawancara, serta sebagai bukti otentik keberadaan penulis di lapangan. Penggunaan alat-alat tersebut terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari informan.

Untuk melengkapi data primer tersebut, maka dibutuhkan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dari berbagai buku ilmiah, jurnal, artikel, internet, dan hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Proses analisis data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan on going analysis (analisis berkelanjutan). Dengan kata lain, analisis tersebut telah dilakukan sebelum terjun ke lapangan (analisis hasil studi terdahulu untuk menentukan fokus penelitian sementara dan akan berkembang setelah peneliti terjun ke lapangan), saat melakukan pengumpulan data di lapangan (analisis terhadap jawaban dari informan), dan kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai. Analisis data dalam tersebut dilakukan secara kualitatif. Data-data yang telah terkumpul dianalis menggunakan kebudayaan masyarakat itu sendiri dan kemudian baru dianalisis menggunakan teori-teori yang objektif.

Dokumen terkait