• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kerinci sebagai sentra penghasil kentang dengan produktivitas terbesar di Pulau Sumatera dan jumlah aktivitas usaha rumah tangga pengolahan hasil pertanian yang dilakukan oleh wanita cukup berkembang di Kabupaten Kerinci.

Kabupaten Kerinci juga memiliki aktivitas inovasi pengolahan kentang menjadi dodol kentang, keripik kentang dan serundeng kentang yang dilakukan oleh wanita wirausaha di Kabupaten kerinci. Kegiatan penyusunan proposal, pengumpulan data, dan analisis data dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Juni 2015.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah wanita wirausaha pengolahan kentang yang ada di Kabupaten Kerinci. Berdasarkan data Disperindag Kabupaten Kerinci (2014) wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci berada di tiga

Kecamatan yaitu Kecamatan Kayu Aro, Kecamatan Siulak, dan Kecamatan Keliling Danau, sehingga semua wanita yang melakukan usaha pengolahan kentang di tiga kecamatan ini dijadikan sampel. Sampel diambil secara sensus pada setiap usaha wanita yang masih beroperasi saat penelitian.

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 111 orang wanita wirausaha. Jumlah ini sesuai persyaratan jumlah responden dalam penggunaan metode pada analisis Structural Equation Model (SEM) yaitu berjumlah antara 100 sampai dengan 200 responden agar hasil analisis yang diperoleh dapat mendekati bahkan menggambarkan kondisi pengamatan Firdaus dan Farid (2008).

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara dan pengisian kuesioner pada wanita wirausaha di Kabupaten Kerinci. Data sekunder didapatkan dari BPS, perpustakaan LSI IPB, dan FEM IPB, internet, dan literatur lainnya yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.

Data primer terdiri dari data profil individu dan profil usaha karakteristik kewirausahaan, karakteristik personal wanita wirausaha, peluang bisnis, sumberdaya, aktivitas, dan pertumbuhan usaha dari usaha wanita wirausaha di Kabupaten Kerinci. Data sekunder yang diperoleh mencakup data mengenai jumlah UMKM, produksi kentang dan luas panen kentang, data-data yang diperoleh dari literatur ilmiah (jurnal ilmiah) untuk memperoleh berbagai teori, data, dan fakta ilmiah yang terkait dengan topik penelitian.

Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan pendekatan model persamaan struktural (Structural Equation Model) dengan perangkat lunak Microsoft excel 2013 dan Linear Structural Relationship (LISREL) ver 8.72 untuk menganalisis hubungan aktivitas dan pertumbuhan usaha serta faktor dominan yang membentuknya.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode dalam meneliti status kelompok, manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2005). Analisis deskriptif untuk menjelaskan profil individu responden dan profil usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci yang diperoleh dari jawaban pertanyaan terbuka yang diberikan kepada responden. Kemudian ditabulasikan dalam kerangka tabel berupa persentase yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif dalam suatu alinea uraian secara naratif.

Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Variabel penelitian merupakan konsep yang memiliki nilai dan dapat diukur. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel laten dan variabel manifes (indikator dari variabel laten). Identifikasi variabel laten (eksogen dan endogen) dan variabel manifes tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5 Variabel laten dan manifes (indikator) model persamaan struktural Variabel laten Variabel Manifes (indikator) Sumber

Eksogen  Karakteristik kewirausahaan (X1) 1. Motivasi berwirausaha (X1.1) 2. Keberanian mengambil risiko (X1.2) 3. Kemampuan inovasi (X1.3) Noersasongko (2005), Casson(2006), Sumantri (2013)  Karakteristik personal (X2) 4. Kematangan usia (X2.1) 5. Pengalaman berusaha (X2.2) 6. Pendidikan formal yang

dimiliki (X2.3)

7. Pelatihan yang pernah diikuti wanita (X2.4) 8. Dorongan dan dukungan

keluarga (X2.5)

Suandi dan Sativa (2001), Riyanti (2003), Li (2009), Sumantri (2013), Puspitasari (2013), dan Brush et al. (2010)  Peluang (X 3)

9. Potensi permintaan pasar (X3.1)

10.Peran pemerintah (X3.2) 11.Peran perbankan (X3.3) 12.Kemajuan teknologi yang

digunakan (X3.4)

Bygrave dan Zacharakis (2010), Hubeis (2005), dan Timmons dan Spinelli (2007)  Sumberdaya (X 4) 13.Tersedianya sumberdaya modal/assets (X4.1) 14.Sumberdaya manusia (X4.2) Smith-Hunter (2006), Timmons dan Spinelli (2007) Endogen Aktivitas wanita wirausaha (Y1) 15.Pemasaran (Y1.1) 16.Organisasi (Y1.2) 17.Finansial (Y1.3) 18.Dayasaing (Y1.4) 19.Daya produksi (Y1.5)

Kuratko dan Hodgetts (2007) Endogen Pertumbuhan usaha (Y2) 20.Skala usaha (Y2.1) 21.Tingkat pendapatan (Y2.2) Bygrave dan Zacharakis (2010), Burhanuddin (2014)

Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan dengan wawancara tatap muka. Setiap variabel manifes diindikasikan oleh beberapa pernyataan dan setiap pernyataan dalam kuesioner diberi skala dengan menggunakan skala Likert 1-5 dengan penjelasan sebagai berikut:

1 = sangat tidak setuju dengan pernyataan dalam kuesioner dan tidak pernah melakukan aktivitas yang ada dalam pernyataan pada kuesioner

2 = tidak setuju dengan pernyataan dalam kuesioner dan jarang melakukan aktivitas yang ada dalam pernyataan pada kuesioner

3 = netral dengan pernyataan dalam kuesioner dan kadang-kadang melakukan aktivitas yang ada dalam pernyataan pada kuesioner

4 = setuju dengan pernyataan dalam kuesioner dan sering melakukan aktivitas yang ada dalam pernyataan pada kuesioner

5 = sangat setuju dengan pernyataan dalam kuesioner dan selalu melakukan aktivitas yang ada dalam pernyataan pada kuesioner

Analisis Structural Equation Model (SEM)

Analisis SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model. Oleh karena itu, syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri atas model struktural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justifikasi teori (Wijanto 2008). Model SEM mempunyai karakteristik yang berbeda dengan regresi biasa. Regresi pada umumnya menspesifikasikan hubungan antara variabel-variabel teramati secara langsung, sedangkan pada model SEM hubungan terjadi di antara variabel-variabel yang tidak teramati (variabel laten). Menurut Wijanto (2008) kelebihan SEM dibandingkan dengan analisis regresi berganda yaitu penggunaan variabel-variabel laten pada regresi berganda menimbulkan kesalahan-kesalahan pengukuran yang berpengaruh pada estimasi parameter. Masalah kesalahan pengukuran tersebut dapat diatasi oleh SEM melalui persamaan-persamaan yang ada pada model pengukuran (measurement model). Parameter-parameter dari persamaan pada model pengukuran SEM merupakan muatan faktor dari variabel laten terhadap indikator yang terkait. Dengan demikian, model SEM selain memberikan informasi mengenai hubungan di antara variabel- variabelnya, juga memberikan informasi tentang muatan faktor dan kesalahan- kesalahan pengukuran.

Tahapan Prosedur SEM

Data-data yang telah terkumpul melalui kuesioner, kemudian direkapitulasi dengan menggunakan program MS Excel 2013. Hasil olahan tersebut selanjutnya menjadi input dan dianalisis dengan metode SEM menggunakan bantuan program LISREL. Prosedur SEM secara umum terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut (Wijanto 2008):

1. Spesifikasi Model

Spesifikasi model secara garis besar dijalankan dengan menspesifikasi model pengukuran dan model struktural. Spesifikasi model pengukuran dengan mendefinisikan variabel-variabel laten, mendefinisikan variabel-variabel teramati (indikator), dan mendefinisikan hubungan antara keduanya. Hubungan diantara variabel-variabel laten dan variabel indikator dapat lebih mudah dipahami dengan mengembangkan pathdiagram dari model hybrid.

2. Identifikasi

Tahapan identifikasi dimaksudkan untuk menjaga agar model yang dispesifikasikan bukan merupakan model yang under-identified atau

unindentified. Model yang dispesifikasi diharapkan merupakan overidentified

model, yaitu model dengan jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah data yang diketahui.

3. Estimasi

Estimasi dilakukan untuk memperoleh nilai dari parameter-parameter yang ada dalam model sedemikian rupa sehingga matrik kovarian yang diturunkan dari model sedekat mungkin atau sama dengan matrik kovarian populasi dari variabel-variabel teramati. Estimasi terhadap model dapat dilakukan menggunakan salah satu dari metode estimasi yang tersedia, yaitu unweighted

least squares (ULS) karena tidak tergantung pada jenis distribusi data dan menerima asumsi ketidaknormalan (nonnormality) distribusi data (Wijanto 2008).

4. Uji Kecocokan

Tahapan ini ditujukan untuk mengevaluasi derajat kecocokan atau Goodness of Fit (GOF) antara data dengan model, serta validits dan reliabilitas model pengukuran. Penilaian derajat kecocokan suatu SEM secara menyeluruh tidak dapat dijalankan secara langsung sebagaimana pada teknik multivariat yang lain. Karena itu dikembangkan beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling mendukung. Kriteria kesesuaian model digunakan untuk menilai apakah model secara keseluruhan sudah dapat mempresentasikan fakta di lapangan atau belum. Adapun kriteria ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kesesuaian model persamaan struktural

Uraian Nilai Kritis

Significance Probability (P-value) ≥ 0.05

Root Mean Square Residual (RMR) ≤ 0.05 atau ≤ 0.1

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) ≤ 0.08

Goodness of Fit Index (GFI) ≥ 0.90

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Comparative Fit Index (CFI)

Normed Fit Index (NFI)

≥ 0.90 ≥ 0.90 ≥ 0.95

Sumber: Wijanto (2008)

Suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya jika nilai t-value ≥ 1.96 pada taraf nyataα=0.05 dan nilai muatan faktor (standardized loading factor) berada lebih besar atau sama dengan 0.7 atau 0.5, untuk kasus tertentu lebih besar atau sama dengan 0.3 juga masih bisa dikategorikan valid (Igbaria et al. 1997 dalam Wijanto 2008). Variabel dikatakan reliabel, jika construct reliability (CR) bernilai minimal 0.7 dan variance extracted (VE) bernilai 0.5 dengan asumsi nilai muatan faktor lebih dari atau sama dengan 0.7, Sedangkan untuk asumsi nilai muatan faktor kurang dari 0.7 biasanya akan menghasilkan nilai CR mendekati 0.7 dan VE mendekati 0.5. Adapun formula untuk menemukan nilai CR dan VE sebagai berikut.

Reliabilitas konstruk = Jumlah Error+ Jumlah Muatan FaktorJumlah Muatan Faktor β β

Ekstrak varian = Jumlah Muatan Faktorβ

Jumlah Error+Jumlah Muatan Faktorβ

5. Respesifikasi

Tahapan ini ditujukan untuk melakukan spesifikasi ulang terhadap model untuk memperoleh derajat kecocokan yang lebih baik. Respesifikasi model diperlukan jika modelnya tidak memiliki kemampuan yang diharapkan. Proses ini dapat dilakukan dengan cara menghapus variabel manifes yang tidak memenuhi syarat atau memanfaatkan modification index, sampai diperoleh tingkat kecocokan terbaik.

Implementasi Model SEM

Model SEM pada penelitian ini terdiri atas dua variabel laten endogen yaitu aktivitas dan pertumbuhan usaha, empat variabel laten eksogen yaitu karakteristik kewirausahaan, karakteristik personal, peluang sumberdaya, dan 18 variabel indicator yaitu motivasi (X1.1), risiko (X1.2), inovasi (X1.3), usia (X2.1), pengalaman (X2.2), pendidikan (X2.3), pelatihan (X2.4), keluarga (X2.5), permintaan pasar (X3.1), peran pemerintah (X3.2), peran perbankan (X3.3), kemajuan teknologi (X3.4), sumberdaya modal (X4.1), sumberdaya ma-nusia (X4.2), pemasaran (Y1.1), organisasi (Y1.2), finansial (Y1.3), dayasaing (Y1.4), daya produksi (Y1.5), skala usaha (Y2.1), tingkat pendapatan (Y2.2). Hubungan antar variabel, model struktural dan model pengukuran digambarkan dalam bentuk diagram lintas (path diagram) pada Gambar 12.

Gambar 12 Diagram lintas model persamaan struktural pengaruh aktivitas wanita wirausaha pengolahan kentang terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang Kewirausahaan Personal Peluang Aktivitas Wanita Sumberdaya Pertumbuhan Usaha

Definisi Operasional

Definisi operasional menjabarkan definisi yang mencerminkan variabel laten dari: (1) karakteristik personal dan kewirausahaan yang melekat pada internal individu dari diri wanita wirausaha; (2) peluang bisnis dan sumberdaya sebagai lingkungan ekonomi (eksternal) yang berada di luar diri wanita atau organisasi dan tidak dapat diintervensi langsung tetapi bisa dimanfaatkan oleh perusahaan; (3) aktivitas wanita wirausaha yaitu tindakan, kegiatan dan strategi yang diambil oleh wanita wirausaha dalam menjalankan usahanya; (4) pertumbuhan usaha yaitu kemajuan usaha yang dijalankan oleh wanita wirausaha selama mereka menjalankan usahanya atau nilai yang diciptakan oleh aktivitas wanita wirausaha. Definisi masing-masing variabel manifes dari variabel laten dapat dilihat pada Tabel 7. Variabel-variabel manifest (indikator) dari setiap laten kemudian dikembangkan menjadi suatu daftar pertanyaan terstruktur pada kuesioner yang akan dinilai oleh responden.

Tabel 7 Definisi operasional variabel-variabel manifes pengaruh aktivitas wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci

Variabel

manifest Definisi

Motivasi Alasan yang mendasari wanita menjadi seorang wirausaha

Risiko Keberanian wanita dalam menghadapi risiko yang sering dihadapi dalam

berwirausaha di bidang pengolahan makanan

Inovasi Kemampuan inovasi wanita wirausaha

Usia Kematangan usia wanita wirausaha dalam berwirausaha

Pengalaman Lamanya menjalankan usaha sendiri dan kemampuan menjadi wirausaha

Pendidikan Kemampuan dari pendidikan formal yang pernah diikuti wanita wirausaha

dan memegang peranan penting dalam berusaha

Pelatihan Ilmu dan kemampuan yang didapat dari pendidikan non formal yang

diterapkan wanita wirausaha Dukungan

keluarga

Dukungan suami, jumlah anak dan kondisi keluarga besar yang memegang peranan penting bagi wanita dalam berusaha

Permintaan pasar

Potensi penerimaan produk di pasar terkait citra produk, jumlah dan pendapatan konsumen potensial

Peran pemerintah

Kebijakan-kebijakan pemerintah yang memfasilitasi kegiatan usaha wanita wirausaha

Peran perbankan

Kebijakan-kebijakan perbankan yang memfasilitasi kegiatan usaha wanita wirausaha

Kemajuan teknologi

Penemuan pengetahuan baru, alat, dan komunikasi di bidang agribisnis yang memfasilitasi kegiatan usaha wanita wirausaha

Sumberdaya modal

Ketersediaan lahan, sumberdaya bahan baku, alat, keuangan yang bisa dimanfaatkan wirausaha

Sumberdaya manusia

Ketersediaan tenaga manusia yang berkualitas seperti; pemasok, pelanggan, tim, peneliti yang ilmunya atau kemampuannya bisa dimanfaatkan wirausaha

Pemasaran Aktivitas pemasaran yang dilakukan wanita wirausaha meliputi marketing mix yaitu produksi, harga, promosi dan wilayah pemasaran

Organisasi Aktivitas pengaturan tenaga kerja yang dilakukan wanita wirausaha seperti

perekrutan, evaluasi dan pelatihan tenaga kerja

Finansial Aktivitas pencatatan tentang produksi, biaya, keuntungan dan pesanan yang

Variabel

manifest Definisi

Dayasaing Kualitas nilai dan strategi bersaing yang dilakukan wanita wirausaha dalam

kegiatan usahanya

Daya produksi Kemampuan produksi dan seluruh proses mengolah berbagai input untuk menghasilkan output yang dilakukan wanita wirausaha dalam berusaha

Skala usaha Peningkatan jumlah produksi dan penjualan, pengembangan produk dan

wilayah pemasaran, dan peningkatan jumlah tenaga kerja Tingkat

pendapatan

Penerimaan keuntungan, pemenuhan kebutuhan dan pembayaran pajak, alokasi modal untuk usaha selanjutnya dan pengurangan beban hutang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait