• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AKTIVITAS WANITA WIRAUSAHA

TERHADAP PERTUMBUHAN USAHA OLAHAN KENTANG

DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

SILVIA SARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Silvia Sari

(4)

RINGKASAN

SILVIA SARI. Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA dan BURHANUDDIN.

Penciptaan wirausaha baru khususnya di bidang agribisnis menjadi sangat penting karena Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Kentang adalah salah satu komoditas sayuran unggulan di Indonesia. Saat ini terjadi peningkatan aktivitas wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil dari wanita wirausaha dan menganalisis faktor-faktor pembentuk dalam aktivitas wanita wirausaha yang berkontribusi terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang. Penelitian ini terletak di Kabupaten Kerinci karena di Kabupaten Kerinci terjadi peningkatan aktivitas wanita wirausaha. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner kepada pengusaha 111 wanita yang mengolah kentang dengan teknik sensus, dan data dianalisis dengan Structural Equation Modeling (SEM). Variabel laten eksogen adalah karakteristik personal, karakteristik kewirausahaan, peluang, dan sumber daya. Sedangkan aktivitas wanita wirausaha dan pertumbuhan usaha sebagai variabel laten endogen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita wirausaha di Kabupaten Kerinci didominasi oleh wanita yang berusia 35-45 tahun, telah berkeluarga dengan pendidikan akhir SMP, memiliki dua orang anak. Mereka adalah individu yang mandiri, terampil, dan memiliki fleksibilitas waktu untuk menjalankan usaha. Usaha yang dikelola oleh wanita wirausaha telah berjalan sepuluh tahun dan tergolong usaha skala mikro dan kecil.

Hasil Structural Equation Model (SEM) menunjukkan bahwa model yang dibangun telah memenuhi kriteria goodness fit dan variabel pengukuran penelitian memiliki reliabilitas yang baik. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa aktivitas wanita wirausaha dipengaruhi paling besar oleh ketersediaan sumberdaya dan karakteristik kewirausahaan. Karakteristik kewirausahaan wanita wirausaha secara baik dibentuk oleh motivasi, risiko, dan inovasi. Dengan demikian wanita yang mengolah kentang di Kabupaten Kerinci berkarakter wirausaha. Aktivitas wanita wirausaha terbukti menumbuhkan usaha pengolahan kentang. Oleh karena itu, program kerjasama dengan akademisi, perluasan pasar, bantuan alat dan teknologi kepada wanita wirausaha adalah program prioritas pemerintah dan stakeholder untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia.

(5)

SUMMARY

SILVIA SARI. The Effect of Women’s Entrepreneurial Activities on The Growth of Processed Potato Business in Kerinci Regency, Jambi Province. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA and BURHANUDDIN.

The creation of new entrepreneurs, especially in agribusiness becomes very important because Indonesia has a great potential in the agribusiness sector. Potatoes are one of Indonesia’s leading vegetable crops. Currently an increase in women activity of processed potato business in Kerinci Regency.

This research aimed at identifying profil of women’s entrepreneurial and analyzing the forming factors of women’s entrepreneurial activities contributing to the growth of processed potato business. This study was located in Kerinci regency

because there was an increase of women’s entrepreneurial activities. Primary data

were collected through questionnaire to 111 woman entrepreneurs of potato

processed business using sampling “census” technique, and the data were analyzed

using Structural Equation Modeling (SEM). The exogenous latent variables were personal characteristics, entrepreneurial characteristics, opportunities, and

resources. Whereas women’s entrepreneurial activities and growth of new

enterprises were endogenous latent variables.

The results showed that women entrepreneurs in Kerinci regency were dominated by women aged 35-45 years, had been married, have an education as junior high school, have two children. They were unique independent skillful individuals who had fleksible time to become business women and received permission husband and family. Businesses managed by women entrepreneurs has been running for ten years and classified as micro and small scale enterprises.

The results Structural Equation Model (SEM) showed that showed that the built model had goodness of fit and good reliability measurement variables.

Women’s entrepreneurial activities were reflected the most by resources and

entrepreneurial characteristics. Entrepreneurial characteristics of woman entrepreneurs were formed by motivation, risk taking, and innovation. Thus

women’s processed potato business in Kerinci regency had the entrepreneurial

characteristics. Women’s entrepreneurial activities were positively proved to

contribute to the growth of new enterprises on processed potato business. Therefore the program of cooperation with academics, market expansion, support tools and technology for woman entrepreneurs should be a priority of the Indonesian government programs in the future to enable the women to increase the number of women entrepreneurs in Indonesia.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

SILVIA SARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

PENGARUH AKTIVITAS WANITA WIRAUSAHA

TERHADAP PERTUMBUHAN USAHA OLAHAN KENTANG

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Ratna Winandi, MS

(9)

Judul Tesis : Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

Nama : Silvia Sari NIM : H351130221

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi Ketua

Dr Ir Burhanuddin, MM Anggota

Diketahui oleh

Tanggal Ujian: 12 Agustus 2015 Tanggal Lulus: Ketua Program Studi

Magister Sains Agribisnis

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini adalah Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi dan Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing, Dr Ir Ratna Winandi, MS dan Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji pada ujian tesis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) yang memberikan beasiswa unggulan (BU) selama dua tahun sehingga penulis dapat melanjutkan sekolah di Program Studi Magister Sains Agribisnis. Terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada pengusaha wanita di Kabupaten Kerinci serta teman-teman yang telah membantu selama pengumpulan data. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala doa dan dukungan kepada rekan-rekan Magister Sains AgribisnisAngkatan 4 Program Studi Agribisnis IPB.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 8

Manfaat Penelitian 9

Ruang Lingkup Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 9

Aktivitas Wanita Wirausaha 9

Kewirausahaan dan Pertumbuhan Usaha Wanita 13

KERANGKA PEMIKIRAN 15

Teori Kewirausahaan dan Pertumbuhan Usaha 15

Aktivitas Wanita dan Pertumbuhan Usaha 22

Kerangka Pemikiran Operasional 24

Hipotesis Penelitian 26

METODE PENELITIAN 26

Lokasi dan Waktu Penelitian 26

Populasi dan Sampel 26

Metode Pengumpulan Data 27

Metode Analisis Data 27

Definisi Operasional 32

HASIL DAN PEMBAHASAN 33

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33

Profil Individu Wanita Wirausaha di Kabupaten Kerinci 34 Profil Usaha Pengolahan Kentang di Kabupaten Kerinci 38

Aktivitas dan Pertumbuhan Usaha 42

Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha

Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci 52

SIMPULAN DAN SARAN 65

Simpulan 65

Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 67

LAMPIRAN 72

(14)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah dan peran usaha mikro, kecil, menengah dan besar di

Indonesia tahun 2013 1

2 Pertumbuhan usaha kecil dan kerajinan rumah tangga pengolahan komoditi pertanian di Kabupaten Kerinci dari tahun 2006-2012 4 3 Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang di

Kabupaten Kerinci Tahun 2008 - 2012 6

4 Daftar kegiatan pelatihan dan bantuan dana pemerintahan Kabupaten Kerinci pada usaha dodol kentang 7 5 Variabel laten dan manifes (indikator) model persamaan struktural 28

6 Kesesuaian model persamaan struktural 30

7 Definisi operasional variabel-variabel manifes pengaruh aktivitas wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di

Kabupaten Kerinci 33

8 Profil wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci 35 9 Profil usaha wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten

Kerinci 39

10 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes karakteristik personal wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci 43 11 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes karakteristik

kewirausahaan yang dimiliki wanita wirausaha pengolahan kentang di

Kabupaten Kerinci 45

12 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes peluang yang bisa dimanfaatkan wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten

Kerinci 46

13 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes sumberdaya yang bisa dimanfaatkan wanita wirausaha pengolahan kentang di

Kabupaten Kerinci 49

14 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes pemasaran, organisasi dan finansial dalam aktivitas wanita wirausaha pengolahan

kentang di Kabupaten Kerinci 50

15 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes skala usaha dan tingkat pendapatan pada wanita wirausaha pengolahan kentang di

Kabupaten Kerinci 52

16 Goodness of fit pada keseluhan model output SEM 54

17 Hasil uji kecocokan model respesifikasi 56 18 Hasil uji reliabilitas model pengukuran 57 19 Ringkasan keseluruhan hasil estimasi model pengaruh aktivitas

wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di

Kabupaten Kerinci 59

20 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel karakteristik

kewirausahaan 60

21 Tingkat inovasi wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten

Kerinci 60

22 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel karakteristik

(15)

23 Tingkat karakteristik personal wanita wirausaha pengolahan kentang

di Kabupaten Kerinci 61

24 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel peluang 62 25 Tingkat peluang wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten

Kerinci 62

26 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel sumberdaya 63 27 Tingkat ketersediaan sumberdaya pada wanita wirausaha pengolahan

kentang di Kabupaten Kerinci 63

28 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel aktivitas usaha 64 29 Tingkat aktivitas usaha pada wanita wirausaha pengolahan kentang di

Kabupaten Kerinci 64

30 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel pertumbuhan usaha wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci 65 31 Tingkat pertumbuhan usaha pada wanita wirausaha pengolahan

kentang di Kabupaten Kerinci 65

DAFTAR GAMBAR

1 Total produksi kentang di Indonesia 1997-2013 6 2 Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan 8 3 Model penciptaan usaha baru dalam proses kewirausahaan 16 4 Tiga komponen utama dalam membuka usaha baru 17 5 Tahap pertumbuhan dan perkembangan usaha 18 6 Model proses pendirian dan keberlanjutan UKM 21

7 Tahap perkembangan pengetahuan dan SDM 22

8 Pendekatan GEM untuk mengukur aktivitas kewirausahaan 22 9 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha wanita 23 10 Model kesuksesan aktivitas wanita wirausaha 24 11 Kerangka pemikiran operasional pengaruh aktivitas wanita wirausaha 26 12 Diagram lintas model persamaan struktural pengaruh aktivitas wanita

wirausaha pengolahan kentang terhadap pertumbuhan usaha olahan

kentang 32

13 Peta wilayah dan lintas strategis Kabupaten Kerinci 34 14 Model kegagalan usaha baru dan kapitalisasi 40 15 Path diagram t-value model pengaruh aktivitas wanita wirausaha

terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci 55 16 Path diagram standardized solution model pengaruh aktivitas wanita

wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Path diagram model awal pengaruh aktivitas wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia akan menghadapi kesepakatan pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015. Kesepakatan ini mengharuskan Indonesia agar siap berkompetisi di era persaingan ekonomi dan sosial yang semakin ketat. Salah satu cara menghadapi MEA adalah menumbuhkan dan meningkatkan peran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). UMKM terbukti berperan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan PDB berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2013, UMKM menyumbang 59,08 persen dari total PDB. UMKM juga mampu bertahan dan menyelamatkan ekonomi Indonesia ketika terjadi krisis global pada tahun 2008. Kesepakatan MEA menuntut pengusaha UMKM berkarakter wirausaha untuk memenangkan persaingan pemasaran yang semakin ketat, karena dengan diberlakukannya MEA tidak ada lagi hambatan terhadap arus barang, jasa, manusia dan modal antara negara-negara anggota ASEAN. Saragih (2015) juga mengatakan dalam era persaingan saat ini yang bersaing bukan komoditas tetapi SDM atau wirausahanya. Wirausaha itu lebih dari sekedar berusaha, wirausaha berusaha dengan cerdas, kreatif, penuh dengan inovasi dan keberanian mengambil risiko. Para wirausaha (entrepreneurs) adalah manusia-manusia unggul yang selalu berorientasi untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan barang dan jasa yang baru, organisasi baru atau mengolah bahan baku baru, melaksanakan proses yang lebih baik dan efisien untuk memenangkan persaingan (Daryanto 2010).

Penciptaan wirausaha baru khususnya di bidang agribisnis menjadi sangat penting karena Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Agribisnis berperan sebagai mata pencarian sebagian besar penduduk. Indonesia juga sebagai salah satu negara pertanian terbesar di Asean. Negara-negara Asia Tenggara, kecuali Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia, lebih dari lima puluh persen penduduknya bekerja di bidang pertanian (Hafni 2015). Manfaat nyata MEA hanya akan diperoleh melalui peran Indonesia sebagai pusat produksi dan bukan sebagai pusat pemasaran produk impor.

Tabel 1 Jumlah dan peran usaha mikro, kecil, menengah dan besar di Indonesia tahun 2013

Skala usaha Jumlah (%)

Peran Menyerap tenaga kerja

(%)

Kontribusi terhadap PDB (%)

Usaha besar 0.01 2.84 40.92 Usaha menengah 0.09 2.94 13.59 Usaha kecil 1.11 4.09 9.68 Usaha mikro 98.79 90.12 35.81

Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2014)

(18)

Data jumlah UMKM berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa, usaha mikro mendominasi dengan jumlah unit usaha terbanyak yaitu 98 persen. Usaha mikro dari aktivitas para pengusaha menciptakan lapangan kerja yang berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, dan berkontribusi terhadap PDB di Indonesia. Hal ini menjadi potensi pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia, karena menurut Drucker (1985) agen perubahan dari ekonomi yang progresif bukan berasal dari perusahaan-perusahaan besar yang berteknologi tinggi, melainkan dari dunia wirausaha yang menciptakan ribuan lapangan kerja.

Jumlah UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 dari data kementrian koperasi dan UMKM, UMKM di Indonesia berjumlah 56 juta unit usaha, namun pemilik usaha ini tidak semuanya dihitung sebagai wirausaha dengan penilaian Kemenkop yaitu hanya berjumlah 1.65 persen dari 250 juta penduduk (Sasongko 2015). Rasio ini masih lebih kecil dari syarat, jumlah minimal wirausaha bagi suatu negara menuju negara maju menurut ilmuwan As David McClelland yaitu dua persen dari total penduduk suatu negara (Kemenristek 2012). Berdasarkan data ini Indonesia masih perlu mengembangkan jumlah wirausaha.

Kriteria wirausaha menurut Kemenkop adalah pengusaha yang bisa survive

selama 42 bulan. Casson et al. (2006) juga mengatakan perusahaan yang mampu bertahan 18 sampai 24 bulan akan tumbuh dan sisanya 80 persen akan keluar secara sukarela. Pertumbuhan dan keberlangsungan usaha berdasarkan model Bosma et al. (2011) akan mencapai tahap mapan (kematangan) pada saat umur bisnis lebih dari 3.5 tahun. Sehingga seorang wirausaha itu tidak hanya mampu mendirikan sebuah usaha-usaha baru (start up enterprises) tetapi juga dilihat dari sisi pertumbuhan usahanya.

Berdasarkan data Global Competitiveness Index (GCI) oleh World Economic Forum 2013, dari 11 negara di kawasan Asean, Indonesia berada di peringkat ke-38 dengan jumlah wirausaha 1.65 persen. Posisi ini menempatkan peringkat Indonesia di bawah Singapura (peringkat ke-2 dengan jumlah wirausaha tujuh persen), Malaysia (peringkat ke-24 dengan jumlah wirausaha lima persen), dan Thailand (peringkat ke-37 dengan jumlah wirausaha tiga persen) dengan jumlah penduduk ketiga negara ini juga lebih sedikit dari Indonesia (Kemenkop dan UKM RI 2015). Inovasi dan kecanggihan teknologi adalah salah satu kategori yang dinilai dalam perhitungan peringkat Global Competitiveness Index. Hal ini menunjukkan untuk meningkatkan ekonomi yang berdayasaing, Indonesia perlu meningkatkan jumlah wirausaha.

Jumlah UMKM yang dikelola oleh wanita di Indonesia ternyata sangat banyak. Laporan Kemlu RI (2010) menemukan, pertumbuhan UMKM yang dimiliki wanita di Indonesia ternyata berada pada peringkat ke tiga tertinggi di Asia Pasifik. Laporan GEM 2013 kerjasama Internasional Development Research Center Canada-Indonesia menemukan, Indonesia memiliki tingkat aktivitas kewirausahaan usaha baru tertinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, dengan nilai Total Early-stage Entrepreneurial Activity (TEA) antara wanita dan pria yang tidak berbeda jauh, yaitu wanita 25 persen dan pria 26 persen (Nawangpalupi et al. 2014).

(19)

pangan (Chusna 2013). Priminingtyas (2010) juga mengatakan peran wanita di sektor UMKM umumnya terkait dengan bidang perdagangan dan industri pengolahan seperti warung makan, toko kecil, pengolahan makanan dan industri kerajinan.

Kelompok usaha pengolahan makanan dan minuman memiliki jumlah terbanyak diantara jumlah total UMKM yaitu 34.94 persen (BPS 2014). Usaha makanan dan minuman menjadi salah satu penopang pertumbuhan industri non migas nasional. Pertumbuhan sektor pangan selalu positif dan menjadi salah satu usaha dengan pertumbuhan tertinggi diantara usaha non migas lainnya. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto, mengatakan bahwa pertumbuhan usaha pangan olahan berupa makanan dan minuman nasional akan tetap tumbuh tinggi karena sebagai produk yang selalu dibutuhkan di segmen konsumsi dan sektor ini belum akan menemui titik jenuh walaupun pertumbuhannya lambat yaitu sekitar empat persen (Bukhari 2013).

Fenomena perkembangan keterlibatan wanita dalam dunia usaha tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga menjadi fenomena yang berkembang di dunia internasional. Casson et al. (2006) menemukan populasi wanita wirausaha terdiri atas sepertiga dari populasi pengusaha dunia. Mereka berkontribusi signifikan terhadap inovasi, penciptaan lapangan kerja, dan perekonomian di dunia internasional. Statistik terbaru dari Global Entrepreneur Monitors (GEM), mengestimasi bahwa bisnis yang dimiliki wanita terdiri atas 25 sampai 33 persen dari semua bisnis di sektor ekonomi formal, dan persentase yang lebih besar di sektor informal. Manolova et al. (2012) juga menemukan mayoritas perusahaan swasta di Amerika Serikat yang bergerak di sektor usaha kecil, 30 persen diantaranya dikelola oleh wanita, walau pendapatan mereka kecil tetapi mereka memiliki harapan yang berbeda untuk pertumbuhan usaha mereka dari pria. Mereka bukan semata-mata mencari kesuksesan finansial. Hal ini menunjukkan meskipun wanita wirausaha banyak bergerak dalam skala kecil dan mikro namun ada hal yang spesial dalam pertumbuhan usaha wanita, yang membedakannya dari pertumbuhan usaha pria.

Ada tiga komponen utama yang penting untuk pertumbuhan sebuah usaha baru menurut Bygrave dan Zacharakis (2010) yaitu entrepreneur, peluang, dan sumberdaya. Ketiga komponen itu tidak langsung berhubungan ke pertumbuhan usaha tetapi melalui perencanaan bisnis. Pelaksanaan perencaan bisnis yang berhasil menyeimbangkan ketiga komponen ini akan menumbuhkan usaha baru yang sukses. Selain entrepreneur, peluang, dan sumberdaya, karakteristik personal juga mempengaruhi pertumbuhan usaha baru karena menurut Saragih (2010) mempersiapkan sumberdaya manusia atau pelaku usahanya penting dalam tahap lepas landas industrialisasi di bidang pertanian. Penelitian Global Entrepreneur Monitors (GEM) juga menunjukkan ada hubungan kesempatan dan kapasitas wirausaha pada pertumbuhan ekonomi melalui aktivitas kewirausahaan. Perencanaan bisnis yang dimaksud Bygrave dan Zacharakis (2010) sama seperti pengertian aktivitas kewirausahaan menurut Naude (2008) yaitu tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha berupa strategi bisnis, model bisnis, cara kerja dan kegiatan untuk mencapai tujuan.

(20)

Kerinci. Pemerintah memberikan pelatihan dan sosialisasi teknologi sederhana pengolahan kentang kepada para wanita di beberapa desa di Kabupaten Kerinci. Kegiatan pelatihan ini telah menumbuhkan usaha baru yaitu usaha pengolahan kentang menjadi dodol kentang, kripik dan serundeng (kering kentang). Peran pemerintah provinsi juga terlihat dari adanya bantuan dana oleh Disperindag Provinsi Jambi kepada UKM di Kabupaten Kerinci (Haryadi 2010).

Potensi kekayaan alam dan adanya peran pemerintah ini menjadi peluang munculnya berbagai usaha olahan hasil pertanian di Kabupaten Kerinci. Jumlah unit usaha pengolahan komoditi pertanian di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 2. Secara keseluruhan jumlah unit usaha meningkat dari total 379 unit pada tahun 2006 menjadi 446 unit pada tahun 2012.

Tabel 2 Pertumbuhan usaha kecil dan kerajinan rumah tangga pengolahan komoditi pertanian di Kabupaten Kerinci dari tahun 2006-2012

No Jenis usaha

(21)

Peran wirausaha dalam menciptakan suatu inovasi yang menciptakan nilai tambah pada usaha olahan pangan sangat penting. Wirausaha menurut Joseph Schumpeter dalam Casson et al. (2006) merupakan individu yang inovatif dalam memperbaharui atau mengembangkan produk baru, proses atau teknologi baru, pasar baru, sumberdaya baru, dan institusional baru terkait risiko dan inovasi. Dalam mempelajari kewirausahaan, penting untuk melihat aktivitas kewirausahaan karena menurut Ahmad dan Seymour (2008) kewirausahaan adalah fenomena yang terkait dengan aktivitas kewirausahaan. Pengertian kewirausahaan menunjukkan bahwa setiap indikator kewirausahaan harus mencakup referensi ke nilai yang diciptakan oleh aktivitas wirausaha, melalui perubahan sumberdaya, kemampuan menghadapi peluang, keadaan bisnis dan lingkungan yang lebih luas.

Kewirausahaan menurut Suryana (2003) adalah suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumberdaya dengan cara baru dan mencari peluang untuk menuju sukses melalui: (1) pengembangan teknologi baru; (2) penemuan pengetahuan baru; (3) perbaikan produk dan jasa yang ada; (4) penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumberdaya lebih efisien.

Pertumbuhan usaha diartikan sebagai kemampuan awal memulai usaha dan mempertahankan keberlangsungan usaha. Okpara (2007) menyatakan bahwa kreativitas dan inovasi adalah faktor penentu utama pertumbuhan usaha. Nilai kreativitas dan inovasi adalah aktivitas kewirausahaan yang aktif mencari kesempatan untuk melakukan hal-hal baru, melakukan hal-hal biasa dengan cara yang luar biasa.

Wirausaha selama ini identik dengan pria, sedangkan wanita dianggap kurang mampu dalam menangkap peluang bisnis dan mengelola pengalaman sebelumnya, sehingga wanita kekurangan sumberdaya untuk pertumbuhan bisnisnya. Wanita dalam memulai usaha juga sering mengalami hambatan pembiayaan dan legalitas usaha. Padahal dari sisi pelaksanaan bisnis, menurut Casson et al. (2006) wanita cenderung menekankan pada kualitas produk atau jasa dari pada efisiensi biaya, wanita juga dinilai lebih kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa wanita juga berpotensi menjadi seorang wirausaha yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan usaha seperti pria, maka penelitian faktor-faktor pembentuk aktivitas wanita wirausaha yang berkontribusi menumbuhkan usaha olahan hasil pertanian sangat diperlukan untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang nantinya akan meningkatkan perekonomian Indonesia.

Perumusan Masalah

Penciptaan wirausaha baru khususnya di bidang agribisnis menjadi sangat penting karena Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Agribisnis berperan sebagai mata pencarian sebagian besar penduduk. Indonesia juga sebagai negara pertanian terbesar di Asean (Hafni 2015).

(22)

olahan makanan. Hal ini menjadi peluang pasar untuk pengembangan produk olahan kentang di Indonesia. Produksi kentang di Indonesia setiap tahunnya berfluktuatif dengan kecenderung meningkat (Gambar 1). Tingginya produksi kentang di Indonesia, telah menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kentang terbesar di Asia Tenggara (Pusdatin 2014).

Gambar 1 Total produksi kentang di Indonesia 1997-2013

Sumber: BPS Indonesia (2014)

Provinsi Jambi adalah daerah penghasil kentang dengan produktivitas tertinggi kedua di Indonesia setelah Jawa Barat (BPS 2015). Sentra produksi kentang Provinsi Jambi terdapat di Kabupaten Kerinci. Luas panen dan produksi kentang di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 3. Luas panen dan produksi kentang menurun 0.07 dan 0.10 persen pada tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca (Diwandani 2012). Pada tahun 2012 luas panen kentang menurun lagi namun penurunan ini tidak terlalu besar. Secara umum produktivitas kentang di Kabupaten Kerinci meningkat. Hal ini menunjukkan ketersediaan kentang untuk bahan baku usaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci stabil. Selain potensi sumberdaya alam untuk bahan baku dan peluang pasar ini, potensi sumberdaya manusia terutama jumlah wanita yang terlibat dalam sektor usaha informal di Provinsi Jambi juga lebih banyak 7.26 persen dari jumlah pria (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2012).

Tabel 3 Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang di Kabupaten Kerinci Tahun 2008 - 2012

Tahun Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2008 2 904 39 215 13.50

2009 3 266 58 377 17.87

2010 3 026 52 440 17.33

2011 4 058 73 547 18.12

2012 3 451 67 896 19.67

Sumber: BPS Kabupaten Kerinci (2013)

Pada tahun 1998 Dinas Perindustrian Kabupaten Kerinci melakukan program pelatihan dan sosialisasi teknologi sederhana pengolahan kentang menjadi dodol

Produks

i

(t

on

)

(23)

kepada para wanita di beberapa desa di Kabupaten Kerinci (Disperindag Kabupaten Kerinci 2004). Kesempatan ini disambut baik dan direspon positif oleh wanita di Kabupaten Kerinci. Hal ini menunjukkan wanita di Kabupaten Kerinci punya karakteristik wirausaha yaitu berani mencoba hal baru dan suka pada tantangan. Daftar kegiatan pelatihan dan bantuan dana yang diberikan pemerintah Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 4. Selain diolah menjadi dodol, usaha keripik dan serundeng kentang (kering kentang) juga berkembang di Kabupaten Kerinci.

Tabel 4 Daftar kegiatan pelatihan dan bantuan dana pemerintahan Kabupaten Kerinci pada usaha dodol kentang

No. Pembinaan Tahun Keterangan

1.

Kondisi usaha pengolahan kentang saat ini jumlahnya meningkat dan telah dijadikan sebagai produk oleh-oleh atau buah tangan khas dari Kabupaten Kerinci. Secara teori peningkatan aktivitas kewirausahaan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Thurik dan Wennekers 2004), namun kontribusi usaha pengolahan ini terhadap PDRB masih kecil yaitu dua persen, hal ini terlihat pada Gambar 2 (BPS Kabupaten Kerinci 2013). Pemanfaatan kentang untuk usaha pengolahan baru 0.19% dari produksi kentang di Kabupaten Kerinci (Disperindagkop 2004).

Gambar 2 Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha di Kabupaten Kerinci tahun 2012

(24)

Penelitian Brush dan Cooper (2012) menemukan aktivitas wanita wirausaha berkontribusi positif pada PDB. Kondisi ini tidak terjadi di Kabupaten Kerinci yang kaya bahan baku hasil pertanian, besarnya peluang bisnis dan peran pemerintah, ternyata belum menghasilkan pertumbuhan usaha dengan nilai tambah yang menggembirakan yaitu 2 persen dari ketersediaan pertanian 71 persen. Menurut Manolova et al.(2012) ada hal spesial yang melandasi aktivitas usaha dari wanita wirausaha yang bisa dilihat dari profil individu dan profil usaha. Oleh karena itu penelitian pengaruh aktivitas wanita wirausaha pengolahan kentang terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci penting untuk dilakukan. Kelebihan sumberdaya alam sebagai bahan baku dan kegiatan pelatihan yang telah dilakukan pemerintah tidak menunjukkan pertumbuhan usaha yang menggembirakan di Kabupaten Kerinci. Sumberdaya dan peluang bisnis ini jika tidak diimbangi oleh kemampuan personal dan karakteristik kewirausahaan dari individu wanita yang menjalankan usaha itu sendiri akan memperlambat pertumbuhan usahanya. Sejauh mana peluang bisnis, ketersediaan sumberdaya, dan kemampuan personal serta karakteristik kewirausahaan yang dimiliki individu wanita ini mempengaruhi aktivitas kewirausahaan di Kabupaten Kerinci menarik untuk dikaji.

Bentuk aktivitas dan karakteristik pembangunan berbeda tiap daerah karena basis ekonominya berbeda dan kondisi sosial ekonomi penduduknya juga berbeda. Oleh karena itu aktivitas kewirausahaan direspon berbeda tiap daerah. Berdasarkan uraian diatas maka muncul beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian pada penelitian ini yaitu: (1) bagaimana profil individu dan profil usaha wanita pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci; (2) jika faktor internal dilihat dari karakteristik personal dan karakteristik kewirausahaan wanita di Kabupaten Kerinci, maka bagaimana pengaruh faktor internal tersebut terhadap aktivitas wanita wirausaha di Kabupaten Kerinci dan jika pengaruh faktor eksternal dilihat dari peluang bisnis dan ketersediaan sumberdaya, maka bagaimana pengaruh faktor eksternal tersebut terhadap aktivitas wanita wirausaha di Kabupaten Kerinci; (3) bagaimana pengaruh aktivitas wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci.

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi profil individu dan profil usaha wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci.

2. Menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap aktivitas wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci.

(25)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku usaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci terutama wanita wirausaha untuk memperkuat aktivitas kewirausahaannya dan mempercepat pertumbuhan usahanya. Penelitian ini juga bermanfaat bagi pemerintah dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Kerinci melalui peningkatan pertumbuhan UMKM yang berkarakter wirausaha di Kabupaten Kerinci. Diharapkan pemerintah semakin optimis bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju karena masih banyak UMKM yang berkarakter wirausaha di Indonesia, serta menjadi referensi dan menambah penelitian yang terkait dengan aktivitas wanita wirausaha dan pertumbuhan usaha.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada aktivitas wanita wirausaha pengolahan kentang yang dilakukan oleh wanita di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Aktivitas usaha yang dikaji adalah usaha pengolahan kentang menjadi dodol kentang, keripik dan serundeng kentang. Kentang sebagai komoditi produk pertanian potensial di Kabupaten Kerinci karena ketersediaan kentang yang berlimpah di Kabupaten Kerinci. Pertumbuhan usaha didekati dari peningkatan skala usaha dan tingkat pendapatan.

Penelitian ini menggunakan alat analisis Structural Equation Model (SEM). untuk mencocokkan teori dengan data empiris mengenai aktivitas wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi beserta hubungannya. Penelitian ini terbatas hanya dilakukan pada usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat dianggap sama untuk lokasi ataupun daerah lain karena kondisi ekonomi, sosial, budaya serta faktor lainnya di setiap lokasi berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian dengan topik wanita wirausaha dan pertumbuhan usaha bukan suatu hal yang baru tetapi cukup terbatas. Tinjauan pustaka terkait penelitian yang digunakan berasal dari jurnal, artikel ilmiah, laporan penelitian, dan tesis. Berdasarkan referensi yang telah dibahas, maka dapat diperoleh kesimpulan atas beberapa konsep yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.

Aktivitas Wanita Wirausaha

(26)

Aktivitas wanita wirausaha muncul dari sektor yang sering diabaikan, walaupun mereka berupa individu atau kelompok kecil tetapi mereka berani memulainya dengan mengambil risiko dibidang itu. Wanita memiliki kebiasaan social, ide dan jiwa kepemimpinan, seperti di Amerika Serikat dalam penelitian Baker et al. (1997). Baker mengungkapkan kewirausahaan yang dulu tidak tampak dari bisnis wanita media massa kini menjadi perhatian dan mereka mengembangkan dan memimpin bisnis secara natural. Kemajuan teknologi juga mempermudah wanita dalam masuk kedunia usaha.

Kemunculan ide yang tersembunyi dan motivasi wanita dalam menemukan suatu inovasi dan memulai sebuah usaha juga telah diteliti oleh Dahalana et al.

(2013). Dahalana menyimpulkan bahwa wanita mempunyai ide bisnis yang berbeda dari pria. Ide ini mereka tuangkan dalam aktivitas bisnis yang mempunyai sifat lebih fleksibel dari segi waktu, realistik, kreatif dan inovatif. Manolova et al.(2012) menemukan mayoritas wanita wirausaha di Amerika Serikat pendapatan mereka kecil tetapi mereka memiliki harapan yang berbeda untuk pertumbuhan usaha mereka dari pada pria. Hal ini menunjukkan meskipun wanita wirausaha itu bergerak dalam skala kecil namun ada motivasi khusus yang melandasi aktivitas usaha mereka. Wanita tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial tetapi termotivasi untuk prestise dan keinginan untuk menambah pendapatan keluarga.

Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan motivasi berwirausaha pada wirausaha wanita dilakukan oleh Kamal (1991) yang meneliti tentang wanita wirausaha pada masyarakat matrilineal dan peranannya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat luas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peluang wanita Minangkabau untuk menjadi wirausaha disebabkan oleh tradisi atau adat merantau yang kuat, di mana tercatat dari 45 rumah tangga, 9 orang (20 persen) berusaha dengan keadaan suami dirantau sehingga istri (wanita) harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan ekonomi rumah tangga, dan menyebabkan istri (wanita) bekerja sebagai wirausaha. Selain itu, seorang wanita menjadi wirausaha disebabkan karena aspek struktur keluarga, di mana istri (wanita) mempunyai orientasi untuk mencari nafkah dibandingkan pria karena posisi suami sebagai seorang pendatang dari suku lain karena perkawinan.

Karakteristik mengandung pengertian: suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, reputasi seseorang dan kepribadian yang eksentrik sehingga membuatnya menarik dan atraktif (Suryana dan Bayu 2011). Karakteristik kewirausahaan yang sering dipakai yaitu motivasi, inovasi, dan risiko. Indikator tersebut sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Noersasongko (2005), sedangkan Sumantri (2013) menyebut hal tersebut sebagai jiwa kewirausahaan. Hubungan motivasi, inovasi, dan risiko dengan keberhasilan usaha dijelaskan oleh Noersasongko (2005) yang menyatakan bahwa kewirausahaan dianggap memiliki pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan usaha.

(27)

Beberapa penelitian, forum sosial dan akademik juga menyebutkan ada perbedaan karakteristik wanita dengan laki-laki dalam berwirausaha. Perbedaan gender, status dan tekanan sosial ini berpengaruh besar pada ide bisnis yang terbentuk dan pada aktivitas mereka dalam menjalankan usahanya. Kesimpulan dari beberapa penelitian, forum sosial dan akademik menyebutkan enam hal yang spesial dari karakteristik wanita wirausaha yaitu: fitur personal dan motivasi, gaya kepemimpinan, pilihan strategis bisnis, hambatan pembiayaan, pencapaian tujuan serta kinerja hasil yang ingin dicapai (Kevane 2001; OECD 2004; Watson dan Newby 2007; Dahalana et al. 2013; Verni 2013).

Watson dan Newby (2007) juga melihat hubungan antara perbedaan gender dalam pencapaian tujuan usaha kecil dan mikro dengan menggunakan panel data. Mereka menemukan wanita wirausaha tidak bertujuan semata-mata untuk mendapatkan uang dan mencapai kekuasaan tetapi adanya motivasi kebutuhan untuk berprestasi dan preferensi untuk inovasi. Holquist dan Sundin (1990) dan Rachmaniaa et al. (2012) menambahkan faktor pendidikan dan keluarga juga sangat mempengaruhi seorang wanita untuk terlibat dalam sebuah usaha. Banyak wirausaha sukses berasal dari latar belakang bisnis keluarga. Kedua hasil penelitian ini juga menyimpulkan wanita yang telah menikah tidak hanya berorietasi pada karir tetapi mereka menjalankan sebuah keluarga dan sebuah perusahaan pada saat yang bersamaan. Mereka masuk ke bisnis dengan perasaan yang kuat baik dari push

dan pull keluarga. Mereka sangat profesional dalam menjalankan perusahaan dari ilmu dan pengalaman yang mereka punya.

Suandi dan Sativa (2001) melakukan penelitian tentang kedudukan dan peran wanita di Kabupaten Kerinci pada sub sektor agroindustri, untuk melihat kontribusi pendapatan, alokasi waktu wanita dan faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja wanita yang bekerja pada subsektor agroindustri pedesaan. Hasil penelitiannya menunjukkan peran wanita cukup berarti 44 persen pekerja adalah wanita, sumbangan pendapatan wanita 38.75 persen dari pendapatan rumah tangga, alokasi waktu kerja rata-rata mencapai 25.58 jam per minggu dan faktor yang mempengaruhi wanita untuk bekerja adalah penghasilan rumah tangga, usia wanita, umur anak terakhir, faktor manajemen usaha dan modal. Keterkaitan usia dengan keberhasilan usaha juga di lihat oleh Riyanti (2003), usia terkait dengan keinginan menjadi wirausaha dan pengalaman berwirausaha.

Li (2009) menyatakan bahwa penelitian mengenai kewirausahaan selalu dimulai dengan pendekatan karakteristik individu. Li membedakannya ke dalam tiga kategori dan menyebutnya dengan istilah entrepreneurial characteristics, yaitu: (1) karakteristik demografis, seperti jenis kelamin, umur, etnis, dan latar belakang orangtua yang umumnya dikaitkan dengan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan; (2) karakteristik psikologis dan perilaku wirausaha, seperti motivasi berprestasi, kontrol diri, keberanian menghadapi risiko, kreativitas, dan inovasi, yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk memulai usaha ( start-up), keberlanjutan dan keberhasilan usaha; (3) faktor human capital, seperti tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, pengalaman membuka usaha, pelatihan keterampilan dan teknis, serta jaringan wirausaha atau hubungan sosial, yang mempengaruhi kemampuan wirausaha dalam mengakses informasi dan modal usaha untuk keberhasilan usahanya.

(28)

pendidikan, pengalaman berwirausaha, kepemilikan modal dan sarana/prasarana produksi, motivasi berprestasi, skala usaha, persepsi terhadap usaha, dan kepemilikan sumber usaha. Sementara faktor eksternal yang dianalisis lebih mengacu pada faktor pendukung kegiatan usaha, seperti ketersediaan bahan input, penyuluhan dan pelatihan, modal dan saprotan, promosi dan pemasaran, regulasi usaha, kekompakan pengusaha, dan akses terhadap informasi permintaan pasar.

Kendala yang dihadapi wanita dalam aktivitas dunia usaha saat ini adalah kendala dalam legitimasi social dan kesulitan dalam mengakses modal dari perbankan. Hal ini menjadi penghambat pada wanita yang ingin menjadi wirausaha atau untuk memperluas bisnisnya. Selain itu hasil penelitian Amine dan Staub (2009) membahas tentang legitimasi sosial wanita sebagai wirausaha di Afrika juga menemukan wanita wirausaha mengalami kondisi yang tidak menguntungkan dalam sistem peraturan perbankan dan normatif.

Hal yang sama juga ditemukan di Kanada, penelitian Carrington (2006) menunjukkan bahwa wanita kurang berpengalaman dalam networking dan jaringan usaha mereka tidak seluas pria. Penelitian ini juga menemukan wanita memiliki peringkat kredit yang buruk, bahkan bias gender ini melekat pada kebijakan perbankan dan lembaga keuangan. Negara Kanada sendiri memiliki kebijakan pinjaman kaku pada wanita wirausaha. Kesulitan dalam memperluas jaringan dan kesulitan dalam mendapatkan pinjaman dana ini yang mengindikasikan wanita sulit mengembangkan usahanya.

Penelitian Sumantri (2013) menggunakan SEM melihat faktor jiwa kewirausahaan wanita yang terdiri atas: motivasi, inovasi, dan risiko, karakteristik personal terdiri atas: pendidikan, pelatihan, usia, pengalaman bisnis, asal etnis dan latar belakang keluarga, dan lingkungan eksternal terdiri atas: kebijakan pemerintah, sosial budaya, dan lembaga terkait), internal usaha terdiri atas: pasar dan pemasaran, keuangan, teknis produksi dan operasional. Faktor-faktor tersebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha pada wanita wirausaha di Bogor. Hasil penelitiannya menunjukkan, kinerja usaha wirausaha wanita pada industri pangan rumahan di Bogor hanya dipengaruhi oleh karakteristik personal. Sementara kewirausahaan, lingkungan eksternal usaha, dan lingkungan internal usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini disebabkan karena wirausaha wanita di Bogor selama ini mengandalkan kemampuan yang melekat pada diri pribadinya masing-masing, seperti pendidikan dan pelatihan yang diikuti. Mel et al. (2012) juga membuktikan bahwa pelatihan business training yang diadakan pemerintahan di Sri Lanka hasilnya signifikan untuk mereka yang baru memulai usaha.

Penelitian Verni (2013) melihat karakter utama dan keterampilan yang dimiliki oleh wanita wirausaha skala kecil dan mikro yang sukses. Data dianalisis menggunakan Metode Statistik Non - parametrik, yaitu Mann-Whitney U-Test. Hasil penelitiannya memberikan gambaran bahwa karakter utama yang dimiliki oleh wanita wirausaha antara lain keinginan untuk berprestasi, daya tahan, dan kesadaran potensi pasar.

(29)

peran pemerintah, peran perbankan, kemajuan teknologi. Ketersediaan sumberdaya modal dan jaringan juga dianggap penting oleh beberapa penelitian sebelumnya.

Kewirausahaan dan Pertumbuhan Usaha Wanita

Forum sosial OECD (2004) melakukan survei spesifik di beberapa negara besar dalam rangka membangun kerangka pemikiran tentang peran ekonomi dari wanita wirausaha dengan menggunakan data cross sectional. Hasil survei menunjukkan adanya keterlibatan positif wanita wirausaha di bidang ekonomi dalam hal pembentukan usaha baru. Peran wanita wirausaha dalam pembentukan usaha baru ini juga didukung oleh Brush dan Cooper (2012), hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa aktivitas wanita wirausaha berkontribusi positif pada GDP, menciptakan pekerjaan dari bisnis yang mereka ciptakan, inovasi, dan kesejahteraan sosial secara global.

Peran penting wanita wirausaha di bidang ekonomi juga terlihat dari fungsinya menyerap tenaga kerja, hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Collins dan Low (2010) menemukan wanita wirausaha imigran di Asia mampu menyerap tenaga kerja dan mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam menciptakan lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja. Berglann et al. (2011) secara agregat ekonomi juga menemukan, adanya pengaruh kewirausahaan wanita dalam mengatasi pengangguran.

Beberapa penelitian lain juga telah membahas bagaimana karakteristik wanita wirausaha dalam menghadapi tantangan dalam kegiatan ekonomi yang semakin kompetitif dan bagaimana mereka berjuang untuk mencapai kesuksesan bisnis mereka. Hasil temuan mereka memperlihatkan faktor modal sosial dan jiwa kepemimpinan yang menjadi faktor kunci wanita wirausaha dapat menjaga kelangsungan usahanya dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di negara berkembang (Ojong dan Moodley 2005; Prasad et al. 2013).

Nehru dan Bhardwaj (2013) menemukan kontribusi wanita wirausaha terhadap perekonomian nasional cukup terlihat di India. Faktor-faktor seperti liberalisasi ekonomi telah menciptakan suasana yang tepat untuk pertumbuhan usaha wanita. Saat ini wanita wirausaha di India terdiri atas sekitar 10 persen dari total pengusaha yang ada. Istilah wanita women berarti, tindakan kepemilikan usaha dan penciptaan bisnis yang memberdayakan wanita secara ekonomi, meningkatkan kekuatan ekonomi, serta posisi mereka dalam masyarakat. Wanita wirausaha telah membuat dampak yang cukup besar hampir dalam semua segmen ekonomi India yang lebih dari 25 persennya adalah bisnis pertanian.

Kewirausahaan menurut Ahmad dan Seymour (2008) adalah fenomena yang terkait dengan aktivitas kewirausahaan. Salah satu variabel aktivitas kewirausahaan yang mendorong tumbuhnya wirausaha adalah inovasi. Aktivitas kewirausahaan menunjukkan kualitas kewirausahaan yang dapat ditingkatkan melalui pendidikan, budaya, meningkatkan kesadaran kewirausahaan sebagai pilihan pekerjaan, dan melalui learning by doing (Naude 2008).

(30)

ketahanan hidup setelah 3 dan 5 tahun, jumlah kepemilikan bisnis, nilai tambah perusahaan baru, dan kontribusi perusahaan baru dan kecil terhadap pertumbuhan ekonomi, kinerja inovasi dan ekspor (Ahmad dan Seymour 2008). Pendorong pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pertumbuhan produktivitas dan pertumbuhan lapangan kerja dari sektor UKM. Penelitian Burhanuddin (2014) juga menemukan indikator yang valid merefleksikan pertumbuhan bisnis adalah pertumbuhan skala usaha dan tingkat pendapatan.

Mahbub (2000) mengidentifikasi peluang yang tidak dimiliki wanita sehingga memperlambat pertumbuhan usaha dari bisnis wanita yaitu: (1) akses modal, keuangan dan pendanaan merupakan isu utama bagi wanita. Mengakses kredit terutama untuk memulai usaha merupakan salah satu kendala utama yang dihadapi oleh wanita wirausaha. Wanita sering memiliki kesempatan lebih sedikit daripada laki-laki untuk mendapatkan akses ke kredit untuk berbagai alasan, termasuk kurangnya jaminan, ketidaksediaan untuk menerima aset rumah tangga sebagai jaminan dan persepsi negative wanita wirausaha oleh petugas kredit; (2) akses ke pasar, kemampuan untuk memasuki pasar baru membutuhkan keahlian, pengetahuan dan kontak. Wanita sering tidak memiliki akses terhadap pelatihan dan pengalaman tentang bagaimana untuk berpartisipasi di pasar; (3) akses ke jaringan, wanita memiliki kontak bisnis yang lebih sedikit, kurang pengetahuan tentang bagaimana menangani urusan dengan birokrasi pemerintah dan posisi tawar, hal ini membatasi pertumbuhan usaha mereka karena sulit untuk mengakses informasi.

Masalah keuangan dan legitimasi aktivitas wanita wirausaha juga terjadi di Indonesia, namun hasil temuan Rijkers dan Costa (2012) yang menganalisis perbedaan gender pada daerah pedesaan di Bangladesh, Ethiopia, Indonesia dan Sri Lanka, mereka menemukan perusahaan wanita lebih kecil dan kurang produktif di semua negara kecuali Indonesia. Perbedaan ini terjadi dalam hal kinerja usaha, skala usaha dan intensitas modal, teknologi, karakteristik usaha, serta iklim investasi. Penelitian ini secara tidak langsung memperlihatkan adanya peluang wanita wirausaha di Indonesia untuk bisa tumbuh dan berkembang karena potensi dan perbedaan karakteristik yang mereka miliki.

Indonesia adalah negara agraris dan pertanian menjadi tulang punggung bagi pembangunan ekonomi. Potensi pertanian juga mempengaruhi kemunculan usaha karena pertanian menciptakan peluang kerja dan bisnis bagi para wanita. Selain itu pertanian juga menciptakan keuntungan secara ekonomi karena merupakan industri padat karya. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Mathur (2012) menganalisis kondisi pekerja wanita di sektor pertanian dapat meningkatkan potensi sektor industri pengolahan di India. Mathur juga menemukan wanita adalah poros ekonomi dan nilai-nilai yang mereka anut mengatur pasar pedesaan di India. Ini adalah kepercayaan populer bahwa pembangunan ekonomi pertanian terjadi karena industrialisasi yang pesat.

(31)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, diambil dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan penelitian mengenai kewirausahaan dan pertumbuhan usaha, serta dikaitkan dengan beberapa temuan-temuan tentang aktivitas dan pertumbuhan kewirausahaan wanita.

Teori Kewirausahaan dan Pertumbuhan Usaha

Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru atau dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut (Bygrave dan Zacharakis 2010).

Wirausaha menurut Joseph Schumpeter dalam Casson et al. (2006) merupakan individu yang inovatif, fungsi dari wirausaha adalah untuk memperbaharui atau merevolusi bentuk produksi dengan pemanfaatan hasil temuan yakni, kemungkinan teknologi yang belum dicoba untuk memproduksi sebuah komoditi baru atau produksi lama dengan cara yang baru, membuka cara baru menyediakan bahan baku, otlet baru, reorganisasi sebuah industri.

Berbagai definisi wirausaha menekankan pada setiap individu unggul yang berani mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan proses kewirausahaan menyiratkan adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang baru dengan mengkombinasikan peluang dan sumberdaya yang diperlukan, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya yang dilakukan oleh seorang wirausaha untuk menghasilkan produk atau jasa dengan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya dan memiliki manfaat yang bisa dinikmati oleh setiap orang. Kegiatan kewirausahaan ini menghasilkan suatu aktivitas kewirausahaan perusahaan baru.

Penerapan aktivitas usaha yang dilakukan dengan landasan kualitas kewirausahaan sangat penting untuk menjaga kelangsungan usaha, dalam menjalankan proses kewirausahaan, wirausaha harus bisa memanfaatkan peluang, mengakumulasi sumberdaya, menghasilkan produk, memasarkan produk/jasa, membangun organisasi dan merespon kebijakan pemerintah (Gartner 1985). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Morris (1994) dalam Kuratko dan Hodgetts (2007) proses kewirausahaan dimulai dari mengidentifikasi peluang, menilai dan mendapatkan sumber penting hingga sampai pada tahap pelaksanaan.

(32)

Gambar 3 Model penciptaan usaha baru dalam proses kewirausahaan

Sumber: Timmons dan Spinelli (2007)

Model proses kewirausahaan Timmons dan Spinelli dikembangkan Bygrave dan Zacharakis (2010) dengan memfokuskan tim menjadi kemampuan

entrepreneur yaitu bagaimana seorang wirausaha yang memiliki ide mampu mengimplementasikan dan membentuk tim yang solid. Ide itu harus dikembangkan dan dioperasionalkan sehingga tidak hanya menjadi sebuah penemuan. Seorang wirausaha memiliki kemampuan untuk itu, sehingga yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha adalah segi manusianya bukan idenya. Proses kewirausahaan dihubungkan dengan pendirian dan pertumbuhan usaha baru melalui sebuah perencanaan bisnis. Perencanaan bisnis ini meliputi tiga komponen yaitu peluang, wirausaha, dan sumberdaya. Perencanaan bisnis yang berhasil menyesuaikan ketiga komponen ini dengan baik dalam menjalankan aktivitas usahanya, akan menumbuhkan usaha baru, keberlanjutan dan kesuksesan dalam menjalankan usahanya. Hubungan ketiga komponen ini dapat dilihat pada Gambar 4. Ketiga komponen akan saling berhubungan dengan ketidakpastian yang menyebabkan terjadi kesenjangan dan kesesuaian diantara ketiga komponen.

Gambar 4 Tiga komponen utama dalam membuka usaha baru Sumber: Bygrave dan Zacharakis (2010)

(33)

Menurut Bygrave dan Zacharakis (2010) selain dipengaruhi oleh kemampuan kewirausahaan, munculnya usaha baru juga terkait dengan : (1) faktor personal yang menyangkut aspek kepribadian seseorang; (2) sosial yang seperti menyangkut masalah hubungan dengan famili; (3) lingkungan yang menyangkut hubungan dengan lingkungan luar. Faktor internal personal yang mendorong seseorang untuk mulai berwirausaha antara lain berasal dari penemuan inovasi yang berasal dari diri, keinginan berprestasi, penasaran, keinginan menanggung risiko, faktor pendidikan dan pengalaman. Faktor sosialyang memicu pelaksanaan bisnis antara lain adanya hubungan atau relasi dengan orang lain, adanya tim yang bisa diajak kerjasama, dorongan orang tua, bantuan dan dukungan famili, pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya. Faktor lingkungan eksternal antara lain adanya sumberdaya yang bisa dimanfaatkan, mengikuti latihan atau incubator bisnis dan kebijakan pemerintah.

Gartner (1985) juga menggabungkan tiga dimensi penciptaan usaha baru dalam proses kewirausahaan yaitu karakteristik kewirausahaan individu, organisasi dan lingkungan. Karakteristik kewirausahaan individu terdiri atas: kebutuhan berprestasi, minat kewirausahaan dalam diri, kecendrungan mengambil risiko, kepuasan kerja, pengalaman pekerjaan sebelumnya, latar belakang kewirausahaan orang tua, usia dan pendidikan. Lingkungan terdiri atas: ketersediaan modal, kehadiran wirausaha berpengalaman, tenaga kerja teknis yang terampil, akses ke pemasok, akses ke pelanggan, pengaruh pemerintah, kerjasama dengan universitas, ketersediaan lahan/fasilitas, transportasi, sikap penduduk daerah sekitar, ketersediaan layanan pendukung, kehidupan dan perekonomian, tingkat tenaga kerja dan industri yang tinggi, daerah basis industri yang luas, ukuran perkotaan yang besar, persentasi imigran baru dalam populasi, ketersediaan sumberdaya keuangan, hambatan masuk, persaingan antara pesaing yang ada, tekanan dari produk pengganti, daya tawar pembeli, daya tawar pemasok. Organisasi terdiri atas: biaya keseluruhan perusahaan, penganekaragaman produk, fokus, produk/jasa baru, kompetisi paralel, peserta waralaba, perpindahan geografis, kekurangan pasokan, pemanfaatan sumberdaya yang tidak digunakan, kontrak dengan pelanggan, menjadi sumber kedua, perubahan aturan pemerintahan, kerjasama perusahaan, perizinan, peluncuran produk kepasar, penjualan pada bagian cabang, kegemaran belanja pemerintah.

Pendirian bisnis baru terjadi karena ada sebuah penemuan, penemuan itu dikreasikan dan menjadi sebuah inovasi oleh seorang wirausaha, dengan dukungan finansial, inovasi itu menjadi sebuah rencana bisnis (Gartner 1985). Aktivitas kewirausahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor inovasi yang muncul dari wirausaha, faktor lain yang juga sangat penting menurut Bygrave dan Zacharakis (2010) dan Hubeis (2005) adalah peluang dan sumberdaya. Peluang terdiri atas: kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah, prospek pasar dan lembaga keuangan. Kombinasi sumberdaya menurut Timmons dan Spinelli (2007) terdiri atas: sumberdaya manusia (people) dan modal (Assets) termasuk didalamnya faktor produksi dan finansial resources.

(34)

Gambar 5 Tahap pertumbuhan dan perkembangan usaha

Sumber: Bygrave dan Zacharakis (2010)

Pada Gambar 5 terlihat tahap awal pertumbuhan usaha adalah tahap pendirian usaha (start-up). Keputusan yang dibuat pada tahap ini adalah lebih baik mengejar skala pertumbuhan dibandingkan tingkat keuntungan dalam perusahaan. Setelah tahap start-up barulah perusahaan sebaiknya fokus untuk mengembangkan dan mempertahankan pertumbuhan perusahaan pada tahap pertumbuhan awal (early growth) dan pertumbuhan lanjutan (later growth), yang dapat dicapai dengan berfokus pada profitabilitas. Perusahaan baru perlu hati-hati mempertimbangkan bagaimana menyeimbangkan antara tujuan untuk pertumbuhan skala usaha dan

profitabilitas dari waktu ke waktu. Tahap selanjutnya usaha berada dalam tahap matang (maturity) dan seterusnya apakah mengalami tahap penurunan (decline) atau memulai kembali dengan pembaharuan (renewal).

Bisnis akan selalu berurusan dengan kondisi organisasi yang dinamis, namun jika perusahaan mampu untuk melakukan inovasi secara berkala, memperbarui diri, atau melakukan upaya transformasi bila diperlukan, ia akan terus makmur. Masalah yang dihadapi perusahaan pada tahap awal pertumbuhan berbeda dengan yang dihadapinya di tahap selanjutnya. Keputusan dan solusi akan berbeda tergantung di tahap yang mana perusahaan berada dalam siklus hidup usahanya, seorang wirausaha bisa membedakan mana masalah normal dan masalah yang memerlukan perhatian khusus (Bygrave dan Zacharakis 2010). Berdasarkan penjelasan diatas pertumbuhan usaha bisa dilihat dari skala usaha dan tingkat pendapatan

Pandangan konvensional masih negatif untuk kemampuan perusahaan kecil dan baru berdiri. Perusahaan baru dibebani dengan risiko dan hambatan yang melekat pada masa-masa awal berdirinya usaha yaitu mereka memiliki defisit

modal awal, keterbatasan sumberdaya dan pengalaman yang minim serta kesulitan dalam mengkomersialisasikan ide-ide, namun Casson et al. (2006) berpandangan positif terkait pertumbuhan perusahaan kecil dan baru tumbuh, yaitu: (1) tingkat pertumbuhan lebih tinggi untuk perusahaan kecil; (2) tingkat pertumbuhan lebih tinggi untuk perusahaan baru; (3) tingkat pertumbuhan bahkan lebih tinggi untuk perusahaan kecil dan baru dalam industri yang bergerak intensif dalam pengetahuan; (4) kemungkinan bertahan lebih rendah untuk perusahaan kecil; (5)

Skal

a

usa

h

a

Waktu

Pembaharuan atau penurunan Kematangan

Pendirian

Pertumbuhan awal

(35)

Kemungkinan bertahan lebih rendah untuk perusahaan baru; (6) kemungkinan bertahan bahkan lebih rendah untuk perusahaan muda dan kecil di industri yang bergerak intensif dalam pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan untuk tingkat pertumbuhan usaha kecil dan baru tumbuh lebih tinggi tetapi untuk kemungkinan bertahan perusahaan kecil dan baru lebih rendah.

Teori evolusioner baru menyatakan bahwa perusahaan bergerak dinamis, banyak perusahaan baru yang memasuki industri dan banyak juga perusahaan yang keluar dari industri. Teori evolusioner memandang perusahaan baru memulai usahanya dengan output/produksi kecil. Perusahaan kecil berkeinginan untuk mencapai nilai harapan dari pengetahuan ekonomi baru. Namun, perusahaan baru bisa jadi tidak dapat berproduksi secara efisien ketika baru didirikan. Bahkan, perusahaan baru kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam tumbuh dan bertahan. Kemampuan bertahan dari perusahaan baru didukung oleh kemampuan menerapkan strategi, menemukan produk yang inovatif sesuai kebutuhan, dan bernilai guna.

Perusahan baru yang lebih fleksibel dan adaptif akan menjadi sukses karena bisa menyesuaikan apa yang menjadi permintaan pasar. Sebagai hasil dari perbedaan pendekatan baru tersebut. Kewirausahaan adalah sebuah kekuatan vital yang mendorong restrukturisasi industri. Pada temuan klasiknya mengenai teori

pengembangan ekonomi tahun 1911, Schumpeter mengusulkan teori “creative

destruction” yaitu perusahaan baru dengan jiwa wirausaha menggantikan kurang inovatifnya incumbent (pemain lama), akhirnya memimpin ke sebuah derajat tertinggi dari pertumbuhan ekonomi (Casson et al. 2006).

Peranan kewirausahaan dalam industri perusahaan baru sangat penting, karena perusahaan baru yang berskala sub-optimal mengalami proses seleksi. Hanya perusahaan-perusahaan yang menawarkan produk yang layak, dengan berproduksi secara efisien, yang akan bertumbuh dan meraih level MES (minimum efficient skala). Perusahaan sisanya akan mengalami jalan ditempat, tergantung kesederhanaan mekanisme seleksi lainnya, skala ekonomi yang bisa memaksa perusahaan untuk keluar dari industri. Dampak adanya kewirausahaan adalah adanya pertumbuhan pada tingkat perusahaan, daerah bahkan tingkat nasional (Casson et al. 2006).

Pertumbuhan dan keberlangsungan usaha berdasarkan model Bosma et al. (2011) mencapai tahap mapan (kematangan) pada saat umur bisnis lebih dari 3.5 tahun pertumbuhan dan keberlangsungan usaha juga dapat dilihat dari profil kewirausahaan dalam mengakomodasi aktivitas-aktivitas kewirausahaan dari sisi pertumbuhan bisnis, inovasi dan internasionalisasi. Casson et al. (2006) juga mengatakan perusahaan yang mampu bertahan 18 sampai 24 bulan akan tumbuh dan sisanya 80 persen akan keluar secara sukarela. Kegagalan disebabkan kurangnya kemampuan dalam bersaing dan proses produksi yang tidak efisien..

(36)

selalu berorientasi untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru, melaksanakan proses yang lebih baik dan efisien untuk memenangkan persaingan.

Kuratko dan Hodgetts (2007) juga melihat aktivitas kewirausahaan dari pendirian bisnis baru yang layak secara khusus dapat dilihat dari lima aktivitasnya yaitu : (1) technical, berkaitan dengan analisis kelayakan produk dan jasa; (2)

market, berkaitan dengan penentuan peluang pasar dan risiko; (3) financial, berkaitan dengan kelayakan finansial dan sumberdaya; (4) organizational, berkaitan dengan kemampuan organisasi (pemilik dan karyawan); (5) competitive, berkaitan dengan dayasaing. Oleh karena itu dapat disimpulkan aktivitas kewirausahaan terlihat dari pemasaran, organisasi, finansial, dayasaing dan daya produksi.

Pada dasarnya proses untuk mendirikan UKM dimulai dari proses mempertimbangkan adanya peluang untuk mendirikan usaha, setelah pendirian akan disusul dengan proses pengelolaan, dengan fokus dari UKM adalah agar dapat dicapai keberlanjutannya dari masa ke masa. Model dari proses pendirian UKM dapat dilihat pada Gambar 6.

Awal proses pendirian usaha adalah inovasi yaitu proses menemukan terobosan yang selama ini belum dieksploitasi secara optimal. Dalam proses ini seorang wirausaha dituntut untuk menggunakan kreativitasnya dalam menangkap peluang. Langkah selanjutnya menganalisis kejadian yang dapat memicu (triggering events) terjadinya proses implementasi inovasi, dalam proses ini perlu mempertimbangkan faktor penunjang pertama dan kedua yaitu masalah ketersediaan sumberdaya dan kebijakan pemerintah. Langkah selanjutnya adalah implementasi seluruh rencana pendirian, dalam tahap ini memperhatikan faktor penunjang kedua dan ketiga. Kondisi pesaing, ketersediaan pemasok, sumberdaya dan faktor teknis lainnya harus dicermati. Tahap kematangan ditandai dengan keberlangsungan (sustainability) yang tangguh serta perolehan laba yang bagus untuk menuju tahap penuaian (harvest) (Darmadji 2007).

(37)

Aktivitas kewirausahaan sektor UKM terlihat dari daya produksi, dayasaing, dan inovasi yang dilakukan wirausaha. Ketiga variabel ini akan menghasilkan pertumbuhan GDP dan pertumbuhan ekonomi untuk jangka panjang melalui pertumbuhan lapangan kerja (SEBPC Skotlandia 2008).

Indonesia memiliki keunggulan komparatif sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial dan sumberdaya modal yang sebagian besar masih belum dioptimalkan, namun ini bisa menjadi keunggulan kompetitif jika sumberdaya itu dibangun secara berkelanjutan dan bertahap. Tahap perkembangan dan pengetahuan sumberdaya ini dapat dilihat pada Gambar 7. Saat ini pembangunan ekonomi Indonesia berada pada tahap satu (factor driven) yaitu sebagian besar masih mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan sumberdaya manusa yang belum terampil. Hal ini ditandai dengan peningkatan output agribisnis yang diperoleh dengan memperluas areal usahatani dan mendiversifikasi usahatani sesuai dengan potensi wilayah. Output akhir pada tahap ini didominasi oleh komoditi pertanian primer dan nilai tambah yang dinikmati sebagian masyarakat masih rendah. Jika entrepreneurship diimplementasi pada tahap ini maka akan mempercepat pembentukan modal (Pambudy 2010).

Tahap kedua digerakkan oleh penggunaan barang modal (capital driven) dan SDM semi terampil, tahap ini ditandai dengan peningkatan produktivitas dan nilai tambah sebagai sumber pertumbuhan. Pada tahap ini didominasi dengan produk agribisnis bentuk olahan yang sesuai dengan permintaan pasar. Tahap ketiga (innovation driven) digerakkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi serta SDM yang terampil yang menghasilkan produk akhir agribisnis yang produktivitas dan nilai tambahnya makin besar (Pambudy 2010).

Gambar 7 Tahap perkembangan pengetahuan dan SDM Sumber: Pambudy (2010)

Gambar

Tabel 2 Pertumbuhan usaha kecil dan kerajinan rumah tangga pengolahan komoditi
Gambar 2  Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan     menurut lapangan usaha di Kabupaten Kerinci tahun 2012                               Sumber: BPS Kabupaten Kerinci (2013)
Gambar 3  Model penciptaan usaha baru dalam proses kewirausahaan
Gambar 5  Tahap pertumbuhan dan perkembangan usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tes awala ini sebanyak 7 ( 25 % ) siswa tuntas dalam penguasan materi dan 20 ( 75 % ) siswa belum tuntas dalam penguasaan materi dari data ini menunjukan banyak

Langkah pertama adalah mendaftar keseluruhan pemilik televisi di desa cara ini lebih mudah kalau peneliti menghubungi instansi yang mengurus register televisi. Setelah

Ianya mengkaji sejauh mana kurikulum Bahasa Inggeris menyediakan belia vokasional supaya berdaya saing dalam penggunaan Bahasa Inggeris di era global ini, dan menunjukkan

ROA sampel penelitian mengalami penurunan yang dibuktikan dengan rata-rata tren negatif sebesar0,00001.Menurunnya ROA disebabkan oleh penurunan persentase laba sebelum

Klik Edit (Lihat panah pada Gambar 24 diatas), maka akan muncul di layar komputer Anda seperti Gambar 25 berikut ini :.. Isi pada form Nama Situs Baru, link menu misalnya TIPS

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan

Hasil uji hipotesis data pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang

Yang dimaksud lengkap adalah menyediakan dokumen peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang telah ditetapkan/disahkan oleh Perguruan Tinggi Sdr dalam rentang waktu 5 tahun