• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian berupa penelitian kuantitatif dengan rancangan Quasi Eksperimen pretest dan post test control group design yaitu kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan pada pabrik sawit yang berlokasi di Tanjung Putri, Langkat. Alasan pemilihan lokasi disebabkan dalam menjalankan kegiatan produksi sehari-hari menimbulkan bunyi bising kira-kira 97 dB (A). Survei awal yang dilakukan diketahui bahwa ada keluhan pening dan berbicara dengan suara yang keras selama bekerja yang dialami para pekerja.

3.1.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan dengan melakukan penelusuran pustaka, survei awal dan hasil penelitian direncanakan berlangsung selama 6 (enam) bulan yang dimulai dari need assessment, pengumpulan data, pretes, perlakuan dan postes.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja di pabrik yang memiliki intensitas kebisingan diatas 85 dB (A) yang berjumlah 60 orang.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian dibatasi dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Pekerja bagian proses

Di pabrik sawit yang memiliki intensitas bising diatas NAB(nilai ambang batas) adalah dibagian proses.

b. Pemeriksaan kesehatan fungsi pendengaran awal kerja (N)

Setiap ada penerimaan pekerja yang baru maka pihak perusahaan selalu melakukan tes kesehatan, termasuk tes audiometri (fungsi pendengaran). c. Umur responden 20- 39 tahun.

Sensitivitas pendengaran seseorang akan turun mulai usia 40 tahun. Seiring dengan bertambahnya usia maka degenerasi organ pendengaran dapat terjadi dan fungsinya juga mengalami penurunan. Dengan adanya kebisingan, seseorang akan lebih cepat mengalami degradasi pada indera pendengarannya (http://www.lipi.go.id/www.cgi).

d. Tidak memakai obat-obat ototoksik

Beberapa jenis obat bersifat racun terhadap telinga dan dapat menyebabkan kerusakan pada koklea, misalnya kanamisin, streptomisin dan kina.

Penggunaan obat tersebut dalam jangka waktu lama akan menyebabkan degenerasi sel-sel rambut koklea (Bashiruddin, 2008)

e. Tidak menderita pilek yang lama

Penyakit batuk dan pilek yang lama tidak diobati memiliki andil terjadinya radang telinga atau Otitis media yang dapat menyebabkan tuli.

Bila otitis media akut tersebut tidak segera ditangani atau diobati bisa berkembang dan menjadi lebih parah sehingga berubah menjadi otitis media kronis. Dan jika hal itu terjadi, penderita berpotensi mengalami gangguan pendengaran alias tuli saraf atau bahkan mengalami komplikasi organ tubuh lainnya. Otitis media akut sebenarnya juga bisa mengakibatkan tuli pada pendengaran. Hanya saja, tuli yang terjadi belum permanen atau bisa pulih kembali setelah diobati (Meyer, S.F., 2002).

f. Tidak ada kotoran telinga.

Jika ada kotoran telinga/ serumen maka hal ini akan mengurangi tajam pendengaran (Meyer, S.F., 2002).

g. Masa kerja 6- 7 tahun.

Masa kerja diatas 5 tahun mempunyai hubungan signifikan dengan terjadinya penurunan ketajaman pendengaran (Rampal, 2010).

Setelah diskrinning didapatkan total sampel 50 orang, untuk kelompok kontrol sebanyak 25 orang dan kelonmpok perlakuan sebanyak 25 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data :

1. Data primer yaitu data yang diambil langsung dari responden melalui kuesioner, sound level meter, audiometer dan observasi.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dari laporan, dokumentasi maupun rujukan lainnya dari PT A.T.

3.4.1. Jalan penelitian :

Penelitian didahului dengan menentukan 25 kelompok perlakuan dan 25 kelompok kontrol.

1. Pretest.

Sebelum dilakukan perlakuan maka dilakukan pretes audiometri terhadap kelompok perlakuan dan kontrol untuk mengukur fungsi pendengaran pekerja.

2. Intervensi.

Perlakuan yang diberikan adalah dibuat Kebijakan berupa peraturan yang dibuat oleh pimpinan ,lalu diberikan pelatihan tentang bahaya bising dan tentang APP serta secara bersamaan dilakukan juga ditunjuk pengawas yang mengawasi pemakaian APP pekerja. Pada gambar 3.1 dilakukan pelatihan terhadap pekerja :

Gambar 3.1 Pelatihan tentang APP terhadap Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Dimana pelatihan dilakukan secara kelompok-kelompok kecil supaya tidak mengganggu pekerjaan para pekerja.

Kemudian pada pengawasan dapat dilihat pada kelompok perlakuan memakai APP dengan terus menerus, ini dapat dilihat pada gambar 3.2. :

3. Postest

Setelah 3 bulan dilakukan tes audiometri pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3.4.2. Alat Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Sound Level meter (SLM) Merek Larson Davis Type LXT Track Prosedur pengoperasian :

a. Geser A/C weighting selector keposisi “A” atau “C” untuk menentukan tingkat bunyi yang diukur.

b. Menentukan range (rentang) pengukuran yang tepat dengan memilih range selector hingga ke toleransi angka tampilan minimum. Bila pada sudut kiri display menunjukkan “?” ini berarti tempat pilihan rentang terlalu tinggi atau rendah.

c. Pegang alat pada tangan dan arahkan microphone pada sumber bising yang diukur, tingkat intensitas bunyi akan ditampilkan pada display dalam satuan decible (dB).

d. Letakkan alatnya setinggi telinga pekerja yang diperiksa. Tekan on setelah angkanya di display mencapai maksimal lalu tekan enter untuk menghentikan gerakan angkanya.

Gambar 3.3 Sound Level Meter Spesifikasi sound level meter :

Range : 100dB , Accuracy : ± 3 dB, Weighting : “A” dan “C”, Respons time : Fast, slow, impulse, Michrophone : 1” electrict condensor type, Analog output : AC 0,707 Vms

Dalam penelitian ini, pengukuran bising di lakukan pada bagian turbin, boiler, sterilizer, press, klarifikasi, kernel, dan maintenance.

2. Screening AudiometerModel QH 10 buatan Quadrant Instruments Australia. Prosedur pengoperasian :

a. Subjek memakai earphone, yang merah menutupi telinga kanan dan biru menutupi telinga kiri, yakinkan bahwa earphone berada tepat pada tempatnya.

b. Bila salah satu telinga diketahui lebih bagus, mulailah pemeriksaan telinga tersebut, jika tidak ada perbedaan diantara kedua telinga, mulailah dengan telinga kanan dan mulai tombol frekuensi 1000 Hz.

c. Tekan tombol bunyi dan tahan, naikkan level intensitas bunyi hingga subjek memberi respon kemudian tombol bunyi dilepas.

a. Kurangi level intensitas bunyi 10 dB dan timbulkan bunyi sekitar 1 detik

b. Jika subjek memberi respon kurangi level bunyi berikutnya dengan 10 dB. Ulangi prosedur ini hingga subjek gagal memberikan respon. d. Saat subjek gagal memberikan respon naikkan level intensitas bunyi sebesar

5 dB dan test lagi dengan 3 kali sinyal bunyi. Jika respon subjek hanya 1 dari 3 kali sinyal bunyi, naikkan level bunyi sebanyak 5 dB dan ulangi. e. Jika subjek gagal memberi respon 2 dari 3 kali bunyi, turunkan level bunyi

dengan 5dB dan kembali timbulkan 3 kali sinyal bunyi. Level terendah adalah dimana subjek memberikan respon 2 kali dari 3 sinyal bunyi yang diberikan diambil sebagai batas terendah level pendengaran.

f. Test frekuensi diatas 1000 Hz dengan cara yang sama kemudian test kembali 1000 Hz untuk menjamin kemampuan pengulangan dari alat. Jika hasil yang didapat tidak sesuai, ulangi test hingga hasilnya sama. Akhirnya lakukan test pada frekuensi 500 Hz.

Klasifikasi derajat ketulian (menurut WHO) : 1. Mild  26-40 dB

2. Moderate  41-55 dB 3. Moderate severe  56-70 dB 4. Severe  71-91 dB

5. Profound  more than 91 dB

Gambar 3.4. Ruang audiometri 3.5. Variabel dan Definisi Operasional (DO)

1. Kebijakan adalah kegiatan manajemen perusahaan melaksanakan peraturan perundangan yang ada.

Cara ukur : menanyakan kepada pekerja mengenai ada tidaknya peraturan/sangsi atau penghargaan dari perusahaan terhadap pekerja dalam penggunaan APD telinga selain itu menanyakan kepada pihak manajemen perusahaan. Alat ukur : kuesioner

Skala : interval Hasil ukur : 1. Patuh >= 15,60 2. Tidak patuh 0 – 15,59

2. Pengawasan adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan pengawas yang telah ditunjuk pihak manajemen terhadap penggunaan APD telinga yang digunakan pekerja.

Cara ukur : melakukan pengamatan terhadap perilaku pekerja 6 kali dalam 2 shift masing-masing shift 3 kali pengamatan selama 3 bulan. Alat ukur : lembar observasi

Skala : interval

Hasil ukur : 1. Patuh >= 69,76 2.Tidak patuh 0 – 69,75

3. Pelatihan adalah memberikan informasi mengenai Alat Pelindung Telinga dan bahaya bila tidak menggunakan ditempat kerja.

Cara ukur : menanyakan kepada responden mengenai pelatihan mengenai APD telinga yang di terima dan khususnya bahaya kerja ditempat bising.

Alat ukur : Kuesioner Skala : interval

Hasil ukur : 1. Baik >= 13,04 2.Tidak baik 0 – 13,03

4. Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang diakibatkan terpapar bising secara terus menerus.

Cara ukur : memeriksa telinga responden yang terpapar bising diatas 80 dB secara terus menerus .

Alat ukur : Audometer Skala : Interval Hasil ukur : 1. Normal : < 26 dB 2. Mild : 26-40 dB 3. Moderate: 41-55 dB 4. Moderate severe : 56-70 dB 5. Severe : 71-91 dB

6. Profound : more than 91 dB

3.6. Metode Pengukuran

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen), yaitu :

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur

Hasil ukur Skala ukur 1. Fungsi pendengaran Petunjuk tentang adanya penyakit Audiometri Mendeteksi gangguan pendengeran Normal : < 26 dB Mild : 26-40 dB Moderate: 41-55dB Moderate severe : 56-70 dB Severe : 71-91 dB Profound : more than 91 dB Interval

2. Bising Bunyi yang

tidak inginkan berasal dari mesin proses CPO Sound level meter Mendeteksi bunyi 0-85 dB > 85 dB Interval 3. Kebijakan/ Peraturan Kegiatan manajemen perusahaan melaksanakan peraturan penggunaan APP

Kuesioner Ada tidaknya

peraturan tentang APP Patuh >= 15,60 Tidak patuh 0-15,59 Interval

Metode Pengukuran ( lanjutan) No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur

Hasil ukur Skala ukur 4. Pengawasan Perilaku responden dalam menggunakan APD telinga secara lengkap dan benar sesuai ketentuan dari perusahaan Lembar observasi Melakukan pengamatan 3 kali pengamatn setiap 1 shif Patuh >=69,76 Tidak Patuh 0-69,75 Interval 5 Pelatihan Kegiatan melatih penggunaan APP Kuesioner Menanyakan kepada responden mengenai pelatihan APP Baik>=13,04 Tidak baik 0- 13,03 Interval

3.7. Metode Analisis Data

Data yang di peroleh dianalisa melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan- kegiatan sebagai berikut :

a. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

b. Coding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entry data.

c. Entry data, setelah proses coding dilakukan pemasukkan data ke komputer. d. Cleaning, sebelum analisa data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap

data yang sudah masuk.

e. Analisa data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik memakai bantuan program komputer.

f. Analisa univariat, untuk melihat gambaran dan karakterisik setiap variabel independen (bebas) serta variabel dependen (terikat).

g. Analisa data bivariat, masing-masing variabel independen dihubungkan dengan variabel dependen digunakan uji t dependen.

h. Analisa data secara multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Dokumen terkait