• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei karena mengambil contoh dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun & Effendi 1995). Penelitian dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berlokasi di Kampus IPB Darmaga. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa IPB merupakan salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia dan mahasiswa IPB memiliki keinginan untuk mengikuti program dan kegiatan kewirausahaan. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret sampai April 2011.

Cara Pemilihan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Sarjana IPB semester empat sampai semester delapan tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 9.279 orang. Data tersebut diperoleh melalui Direktorat Administrasi Pendidikan IPB tahun 2010. Kerangka contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa sarjana IPB yang masih aktif, pernah mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan kewirausahaan (pendidikan kewirausahaan secara formal), atau pernah mengikuti program atau kegiatan kewirausahaan yang ada di IPB (pendidikan kewirausahaan secara nonformal). Jumlah contoh yang akan diambil berdasarkan rumus Slovin, yaitu salah satu teknik penentuan jumlah contoh untuk penelitian sosial yang mana dalam penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan 10%.

Menurut Umar (2003), untuk menentukan jumlah contoh yang diambil, digunakan rumus Slovin berikut:

N 9.279

n = = = 98,93 (1+Ne2) 1 + 9.279 (0,12)

Keterangan : n = jumlah mahasiswa contoh N = populasi mahasiswa IPB

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan yang bisa ditolerir yaitu 10 persen

Berdasarkan hasil perhitungan rumus Slovin maka penelitian ini menetapkan jumlah contoh 100 orang. Contoh dipilih secara purposive dengan dibagi menjadi dua yaitu 50 orang yang mengikuti pendidikan kewirausahaan secara formal (kelompok formal) dan 50 orang yang mengikuti pendidikan kewirausahaan secara nonformal (kelompok nonformal). Contoh pada kelompok formal dipilih dari peserta mata kuliah Kewirausahaan, Resiko Bisnis, serta Negosiasi dan Advokasi Bisnis. Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah teknik probability sampling berupa proportional random sampling untuk masing-masing kelompok. Jumlah contoh berdasarkan persentase jumlah mahasiswa peserta mata kuliah Kewirausahaan, Resiko Bisnis, serta Negosiasi dan Advokasi Bisnis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah contoh berdasarkan persentase pendidikan kewirausahaan formal

No. Mata Kuliah Jumlah

Mahasiswa (N) Persentase (%) Jumlah contoh (n) 1. Kewirausahaan 396 49 24 2. Resiko Bisnis 164 20 10

3. Negosiasi dan Advokasi Bisnis 256 31 16

Total 816 100 50

Sementara itu, contoh pada kelompok nonformal dipilih dari keikutsertaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK), Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM), dan Unit Kegiatan Mahasiswa Center of Entrepreneurship Development for Youth (UKM Century). Jumlah contoh berdasarkan persentase jumlah mahasiswa yang mengikuti PKMK, PPKM, dan UKM Century dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah contoh berdasarkan persentase pendidikan kewirausahaan nonformal

No. Program Jumlah

Mahasiswa (N) Persentase (%) Jumlah contoh (n) 1. PKMK 1404 57 29 2. PPKM 932 38 19 3. UKM Century 120 5 2 Total 2456 100 50

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari responden yang merupakan mahasiswa sarjana semester empat sampai

semester delapan IPB yang mengikuti pendidikan kewirausahaan formal serta nonformal. Data primer yang diambil diantaranya adalah karakteristik individu (jenis kelamin, umur, suku (daerah), uang saku bulanan, dan Indeks Prestasi Kumulatif), karakteristik keluarga (pendidikan, pekerjaan orang tua), pendidikan kewirausahaan (formal dan nonformal), sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha.

Tabel 3 Variabel, skala, dan keterangan

No Variabel

Skala perta- nyaan pada kuesioner

Keterangan 1. Jenis kelamin Nominal 1. Laki-laki

2. Perempuan 2. Umur (tahun) (Hijriyah 2004) Rasio - 3 Suku (daerah) (Azzahra 2009)

Nominal 1. Minang 4.Sunda 7. lainnya 2. Batak 5.Jawa

3. Betawi 6. Makasar 4 Indeks Prestasi

Kumulatif

Interval Penelitian ini mengkategorikan IPK menjadi:

1.Memuaskan (≤ 2,75)

2.Sangat memuaskan(2,76–3,50) 3.Cum laude (≥ 3.51)

5. Uang Saku Bulanan (Rp/bulan)

Rasio Penelitian ini mengkategorikan uang saku bulanan menjadi:

1.Rendah (<Rp.500.000)

2.Sedang(Rp500.000-Rp1.000.000) 3.Tinggi (>Rp.1.000.000)

6. Pendidikan orang tua (lama pendidikan)

Rasio Penelitian ini mengkategorikan pendidikan orang tua menjadi: 1. Tidak sekolah (< 6 tahun) 2. Tamat SD (6 tahun) 3. Tamat SMP (9 tahun) 4. Tamat SMU (12 tahun)

5. Tamat akademi/PT (> 12 tahun) 7. Pekerjaan orang tua

(Azzahra 2009)

Nominal 1. Wirausaha 2. Non wirausaha 8. Pendidikan kewira-

usahaan formal

Rasio Jumlah keikutsertaan mata kuliah 9. Pendidikan kewira-

usahaan nonformal

Rasio Jumlah keikutsertaan program, se- minar, dan pelatihan kewirausahaan

10. Sikap (skor) Ordinal -

11. Norma subjektif (skor) Ordinal -

12. Kontrol perilaku (skor) Ordinal -

13. Intensi Berwirausaha (skor)

Ordinal -

Data sekunder diperoleh dari buku Panduan Program Sarjana tahun 2008 mengenai gambaran umum lokasi penelitian. Informasi mengenai jumlah mahasiswa diperoleh dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB, mengenai Program Kewirausahaan di Institut Pertanian Bogor seperti Program Kreativitas

Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) diperoleh dari Direktorat Kemahasiswaan dan mengenai Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) diperoleh dari Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) atau Career Development and Alumni Affairs (CDA).

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menyebarkan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Setiap responden diberikan satu paket kuesioner untuk diisi dengan menggunakan metode self-report. Skala yang digunakan adalah skala nominal, ordinal, rasio, dan interval dengan kategori yang telah disesuaikan dengan jenis variabel yang diukur.

Pengolahan dan Analisis Data

Instrumen yang dibuat harus diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas adalah uji keterandalan instrumen yang digunakan dalam penelitian yang akan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya di lapangan. Instrumen yang diukur reliabilitasnya adalah sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha. Besarnya reliabilitas pada variabel sikap sebesar 0,955, norma subjektif sebesar 0,773, kontrol perilaku sebesar 0,725, dan intensi berwirausaha sebesar 0,866 (Lampiran 1).

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang dikumpulkan dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, dan entry data ke komputer, cleaning data, dan

analize data. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan analisis

deskriptif dan inferensia. Analisis data inferensia yang digunakan dalam penelitian ini mencakup uji korelasi dan uji regresi linear berganda. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik contoh (jenis kelamin, umur, suku (daerah), uang saku bulanan, dan Indeks Prestasi Kumulatif), karakteristik keluarga (pendidikan dan pekerjaan orang tua), pendidikan kewirausahaan (secara formal dan nonformal), sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha.

Rumus untuk mengetahui sikap adalah sebagai berikut:

n AB = ∑ bi . ei

Keterangan : AB = sikap terhadap perilaku tertentu

b = kepercayaan terhadap perilaku tersebut yang mengarahkan pada konsekuensi atau hasil

i = hasil (outcome)

e = evaluasi seseorang terhadap hasil

n = jumlah kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu

Rumus untuk mengetahui norma subjektif adalah sebagai berikut: n

SN = ∑ bi . mi i=1

Keterangan : SN = norma subjektif bi = kepercayaan normatif

mi = motivasi untuk mengikuti sejumlah n referensi atau i

Rumus untuk mengetahui kontrol perilaku adalah sebagai berikut: PBC = ∑ Ci . Pi

Keterangan : PBC = kontrol perilaku

Ci = control belief strength (kekuatan keyakinan seseorang bahwa ia bisa berbuat sesuatu)

Pi = control belief power (keyakinan seseorang akan adanya hambatan atau dukungan untuk melakukan suatu perbuatan) Pemberian skor ditujukan pada variabel sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha. Skor pada variabel sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku tersebut dikalikan antara dua komponennya lalu dijumlahkan sesuai dengan model TPB. Setelah didapat skor total lalu dikategorikan dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Sikap terdiri dari 14 pertanyaan yaitu masing-masing 7 pertanyaan kepercayaan dan 7 pertanyaan evaluasi dengan nilai skor minimal 7 dan nilai skor maksimal 175. Kategori pada variabel sikap terdiri dari rendah (7-63), sedang (64-119), dan tinggi (120-175). Norma subjektif terdiri dari 4 pertanyaan yaitu masing-masing 2 pertanyaan kepercayaan normatif dan 2 pertanyaan motivasi untuk memenuhi tuntunan lingkungan dengan nilai skor minimal 2 dan nilai skor maksimal 50. Kategori pada variabel norma subjektif terdiri dari rendah (2-18), sedang (19-34), dan tinggi (35-50).

Kontrol perilaku terdiri dari 12 pertanyaan yaitu masing-masing 6 pertanyaan control belief strength dan 6 pertanyaan control belief power dengan nilai skor minimal 6 dan nilai skor maksimal 150. Kategori pada variabel kontrol perilaku terdiri dari rendah (6-54), sedang (55-92), dan tinggi (93-150). Intensi berwirausaha terdiri dari 3 pertanyaan dengan nilai skor minimal 3 dan nilai skor

maksimal 15. Kategori pada variabel intensi berwirausaha terdiri dari rendah (3-7), sedang (8-11), dan tinggi (12-15). Interval kelas digunakan untuk mengkategorikan variabel sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha. Interval kelas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Keterangan : Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut: Rendah = NR sampai (NR + I)

Sedang = (NR + I) + 1 sampai (NR + 2 I) Tinggi = (NR + 2 I) + 1 sampai NT

Uji korelasi dilakukan untuk menganalisis adanya hubungan antara karakteristik individu, kerakteristik keluarga dan pendidikan kewirausahaan dengan sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi kewirausahaan contoh. Selain itu juga, untuk menganalisis adanya hubungan antara sikap, norma subjektif, kontrol perilaku terhadap intensi berwirausaha.

Uji regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi perilaku dari variabel dependen dengan menggunakan lebih dari dua independen. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi intensi berwirausaha berdasarkan Theory of

Planned Behavior (TPB) adalah sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang

dirumuskan sebagai berikut:

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε Keterangan:

Y = intensi berwirausaha X2 = norma subjektif (skor) a = unstandardrized coefficient β X3 = kontrol perilaku (skor)

b = konstanta ε = galat

X1 = sikap (skor)

Uji regresi linear berganda juga digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha dengan menggunakan variabel dalam

Theory of Planned Behavior (TPB) yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol

perilaku serta menambahkan pekerjaan ayah, jumlah pendidikan kewirausahaan formal, jumlah pendidikan kewirausahaan nonformal yang diikuti contoh.

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ε Keterangan:

Y = intensi berwirausaha a = unstandardrized coefficient β

b = konstanta

X1 = pekerjaan ayah (0 = non wirausaha, 1 = wirausaha)

Skor Maksimum (NT) – Skor Minimum (NR)

Interval Kelas (I) =

X2 = jumlah pendidikan kewirausahaan formal yang diikuti contoh (skor) X3 = jumlah pendidikan kewirausahaan nonformal yang diikuti contoh (skor) X4 = sikap (skor)

X5 = norma subjektif (skor) X6 = kontrol perilaku (skor) ε = galat

Pengelompokkan data pendidikan kewirausahaan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pendidikan kewirausahaan formal, nonformal, serta kombinasi formal dan nonformal. Kelompok kombinasi formal dan nonformal adalah contoh yang mengikuti pendidikan kewirausahaan formal dan pendidikan kewirausahaan nonformal. Skor pada jumlah pendidikan kewirausahaan formal diperoleh dari jumlah mata kuliah yang berhubungan dengan kewirausahaan yang diikuti contoh. Sementara itu, skor pada jumlah pendidikan kewirausahaan nonformal diperoleh dari jumlah keikutsertaan contoh dalam program kewirausahaan (PKMK, PPKM, dan UKM Century), seminar kewirausahaan, dan pelatihan kewirausahaan baik yang diadakan oleh IPB maupun non IPB.

Contoh yang belum pernah mengikuti kegiatan kewirausahaan nonformal masing-masing diberi skor 0 di setiap kegiatan. Skor pada setiap tahapan PKMK berbeda-beda yaitu contoh yang ikut sampai proposal diberi skor 1, didanai diberi skor 2, sampai pada tahap PIMNAS diberi skor 3, dan apabila menang di PIMNAS diberi skor 4. Sama halnya dengan PKMK, skor pada setiap tahapan PPKM juga berbeda-beda yaitu contoh yang ikut sampai pada tahap mendaftar diberi skor 0,5, Stadium General diberi skor 1, pelatihan diberi skor 2, psikotest diberi skor 3, menyusun rencana bisnis diberi skor 4, memperoleh modal kerja diberi skor 5, dan masih berwirausaha hingga penelitian diambil diberi skor 6. Contoh yang menjadi anggota Century diberi skor 2. Sementara itu, contoh yang mengikuti seminar kewirausahaan diberi skor 1 dan pelatihan kewirausahaan diberi skor 2.

Definisi Operasional

Jenis kelamin adalah perbedaan contoh antara kategori laki-laki dan

perempuan.

Umur adalah usia yang dimiliki oleh contoh dinyatakan dalam tahun dan berkisar

antara remaja akhir dan dewasa awal.

Suku (daerah) adalah suku asal keluarga yang diakui contoh.

Uang saku bulanan adalah jumlah uang yang diterima oleh contoh setiap

Indeks Prestasi Kumulatif adalah nilai yang menunjukkan prestasi akademik

atau kemajuan belajar contoh secara kumulatif yang dicapai mulai dari semester 1 sampai semester terakhir yang dilalui untuk semua mata kuliah yang ditempuh.

Pendidikan orang tua adalah lama pendidikan yang ditempuh orang tua

contoh. Skor satu jika orang tua tidak bersekolah atau tidak tamat SD (< 6 tahun), skor dua jika pendidikan orang tua tamat SD (6 tahun), skor tiga jika pendidikan orang tua tamat Sekolah Menengah Pertama (9 tahun) atau sederajat, skor empat jika orang tua tamat Sekolah Menengah Atas (12 tahun). Terakhir, skor lima jika pendidikan orang tua mencapai akademi atau perguruan tinggi (>12 tahun).

Pekerjaan orang tua adalah usaha yang dilakukan orang tua contoh untuk

memperoleh uang. Skor satu jika pekerjaan orang tua sebagai wirausaha, sedangkan skor dua jika pekerjaan orang tua bukan sebagai wirausaha.

Pendidikan kewirausahaan formal adalah keikutsertaan contoh dalam mata

kuliah yang berhubungan dengan perilaku berwirausaha yaitu Kewirausahaan, Resiko Bisnis serta Negosiasi dan Advokasi Bisnis.

Pendidikan kewirausahaan nonformal adalah keikutsertaan contoh dalam

kegiatan kewirausahaan nonformal yang ada di IPB, yang terdiri dari Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) yang diadakan DPKHA tahun 2010 beserta tahapannya, Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) yang diadakan oleh Dikti tahun 2010 beserta tahapannya, dan UKM Century kepengurusan 2008-2011. Selain itu, ditambahkan dari keikutsertaan contoh dalam seminar dan pelatihan kewirausahaan baik yang dilakukan oleh IPB maupun non IPB.

Sikap adalah suatu faktor yang ada dalam diri contoh yang dipelajari untuk

memberikan respon dengan cara konsisten yaitu suka atau tidak suka pada penilaian terhadap suatu yang diberikan.

Norma subjektif adalah persepsi terhadap pikiran pihak-pihak yang dianggap

berperan dan memiliki harapan kepada contoh untuk melakukan sesuatu dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut.

Kontrol perilaku adalah persepsi contoh tentang betapa mudah dan sulitnya

untuk berperilaku tertentu.

Intensi berwirausaha adalah besarnya niat contoh yang akan ditampilkan

HASIL

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan lembaga pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Jumlah mahasiswa IPB program Sarjana setiap tahunnya selalu meningkat dikarenakan bertambahnya peminat yang ingin meneruskan pendidikan ke IPB untuk mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan sumberdaya manusia. Hal ini sesuai dengan visi Institut Pertanian Bogor, yaitu ”Menjadi universitas riset terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan” (Panduan Program Sarjana 2008).

Berdasarkan visi IPB, terlihat jelas bahwa pengembangan jiwa kewirausahaan menjadi salah satu titik penting bagi pembinaan kemahasiswaan di IPB. Oleh karena itu, IPB melalui Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) yang juga dikenal dengan sebutan CDA (Career

Development and Alumni Affairs) menyelenggarakan Program Pengembangan

Kewirausahaan Mahasiswa (PKMK). Program ini diadakan dalam rangka menjaring potensi berwirausaha di kalangan mahasiswa IPB untuk dikembangkan menjadi wirausaha yang sukses dengan memberikan bantuan modal usaha dalam jumlah yang memadai, pendampingan usaha, dan pembinaan terarah dengan melibatkan para pengusaha mitra, alumni, dan pihak lainnya yang berkompeten dalam pengembangan kewirausahaan (Azzahra 2009).

Program lainnya yang mendukung jiwa berwirausaha pada mahasiswa adalah Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) yang diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi. Program ini diberikan kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dengan pola pembinaan melalui penyediaan dana yang bersifat kompetitif, akuntabel, dan transparan. Program ini di IPB berada di bawah tanggung jawab Direktorat Kemahasiswaan. PKMK merupakan kreativitas penciptaan keterampilan berwirausaha dan berorientasi pada profit. Umumya didahului oleh

survai pasar, karena relevansinya tinggi terhadap terbukanya peluang perolehan profit bagi mahasiswa. Selain itu juga, direktorat Kemahasiswaan IPB menaungi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak di dalam pengembangan kewirausahaan yaitu UKM Century (Center of Entrepreneurship

Development for Youth) yang bertujuan untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan

dan kreatifitas kewirausahaan mahasiswa, membentuk mahasiswa yang mandiri, professional dan berdaya saing tinggi serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam berwirausaha (Panduan Kemahasiswaan IPB 2008).

Selain itu, di IPB juga diselenggarakan mayor Agribisnis dan menawarkan minor Pengembangan Usaha Agribisnis dan minor Kewirausahaan Agribisnis. dengan mata kuliah Dasar-Dasar Bisnis, Tataniaga Produk Agribisnis, Perencanaan Bisnis, dan Studi Kelayakan Bisnis yang bisa diambil pada semester ganjil. Sementara itu, mata kuliah Kewirausahaan, Resiko Bisnis serta Negosiasi dan Advokasi Bisnis bisa diambil pada semester genap. Mata Kuliah tersebut bisa diambil oleh mahasiswa IPB pada strara Sarjana yang mengambil minor tersebut (Panduan Program Sarjana 2008).

Karakteristik Contoh

Usia

Usia contoh pada penelitian ini berkisar antara 18 sampai 23 tahun. Berdasarkan Tabel 4, sebagian besar contoh pada kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal berusia 21 tahun dengan persentase masing-masing sebesar sembilan persen dan 21 persen dari total persen keseluruhan contoh. Sementara itu, sebagian besar contoh pada kelompok formal berusia 20 tahun dengan persentase sebesar 14 persen.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi usia contoh

No Usia Pendidikan Kewirausahaan (%) Formal Nonformal Kombinasi Formal dan Nonformal Total 1 2 3 4 5 6 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 3 10 14 10 2 0 0 2 5 9 4 2 0 3 7 21 7 1 3 15 26 40 13 3 Total 39 22 39 100

Rata-rata std 19,95 1,025 20,95 1,090 20,90 0,882 20,54 1,086 Tidak ada contoh yang berusia 18 tahun pada kelompok nonformal serta kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok formal, tidak ada contoh yang berusia 23 tahun. Rata-rata usia menunjukkan contoh dari kelompok nonformal memiliki usia yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap minat berwirausaha mengingat adanya perbedaan terhadap pandangan pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting karena masih dihadapkan pada tuntutan tradisional yang lebih besar yaitu menjadi istri dan ibu rumah tangga. Sementara itu, laki-laki lebih berusaha dalam berwirausaha karena nantinya akan menjadi pencari nafkah untuk keluarga. Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa secara keseluruhan contoh yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu 28 persen pada kelompok formal, sembilan persen pada kelompok nonformal, serta 24 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Namun, contoh pada kelompok kombinasi formal dan nonformal yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan persentase sebesar 13 persen.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan kewirausahaan No Jenis Kelamin Pendidikan Kewirausahaan (%) Formal Nonformal Kombinasi Formal dan Nonformal Total 1 2 Laki-laki Perempuan 11 28 13 9 15 24 39 61 Total 39 22 29 100 Suku (daerah)

Suku (daerah) mempunyai adat dan kebiasaan tertentu yang bisa mempengaruhi tindakan seseorang. Karakteristik suku (daerah) juga mempengaruhi pandangan dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal termasuk berwirausaha (Azzahra 2009). Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa secara keseluruhan contoh berasal dari suku Jawa yaitu 23 persen pada kelompok formal, 10 persen pada kelompok nonformal, serta 13 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Persentase asal suku contoh yang terkecil secara keseluruhan adalah suku Batak sebesar empat persen. Contoh

yang berasal dari suku Minang hanya sebesar 13 persen dengan rincian sebesar lima persen pada kelompok formal, dua persen pada kelomok nonformal, serta enam persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang berasal dari suku Minang pada kelompok kombinasi formal dan nonformal lebih banyak dibandingkan dengan kelompok formal dan kelompok nonformal.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan suku (daerah) dan pendidikan kewirausahaan No Suku (daerah) Pendidikan Kewirausahaan (%) Formal Nonformal Kombinasi Formal dan Nonformal Total 1 2 3 4 5 6 Minang Batak Betawi Sunda Jawa Lainnya* 5 1 3 7 23 0 2 1 2 4 10 3 6 2 7 9 13 2 13 4 12 20 46 5 Total 39 22 39 100

*Keterangan : suku Kaili, Tionghoa, Aceh, Mandar

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi akademik atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif yang dicapai mulai dari semester satu sampai dengan semester paling akhir untuk semua mata kuliah yang ditempuh (Anonim 2009). Tabel 7 menunjukkan bahwa IPK sebagian besar contoh secara keseluruhan berada pada kisaran 2,76-3,50. Rinciannya pada kelompok formal sebesar 25 persen, 16 persen pada kelompok nonformal, serta 28 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif dan pendidikan

kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi IPK contoh

No IPK Pendidikan Kewirausahaan (%) Formal Nonformal Kombinasi Formal dan Nonformal Total 1 2 3 <2,75 2,76-3,50 >3,50 7 25 7 5 16 1 9 28 2 21 69 10 Total 39 22 39 100 Rata-rata std 3,14 0,405 2,99 0,316 3,09 0,363 3,09 0,371 Persentase IPK contoh yang terkecil berada pada kisaran di atas 3,50 yaitu satu persen pada kelompok nonformal serta dua persen pada kelompok

kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok formal, contoh yang memiliki IPK di bawah 2,75 dan di atas 3,50 mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar tujuh persen. Rata-rata IPK menunjukkan contoh dari kelompok pendidikan kewirausahaan formal memilki IPK yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok nonformal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal.

Uang Saku Bulanan

Uang saku bulanan adalah uang yang diterima mahasiswa setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang berasal dari orang tua, beasiswa, hasil dari bekerja, berwirausaha dan lain-lain. Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh secara keseluruhan mempunyai uang saku bulanan yang berada pada kisaran Rp 500.000 hingga Rp. 1.000.000 yaitu sebesar 32 persen pada kelompok formal, 18 persen pada kelompok nonformal, serta 34 persen pada kelompok kombinasi formal dan nonformal. Persentase uang saku bulanan contoh terkecil berada di bawah Rp. 500.000 yaitu masing-masing satu persen pada kelompok formal serta kelompok kombinasi formal dan nonformal. Sementara itu, pada kelompok nonformal, contoh yang memiliki uang saku bulanan di bawah Rp. 500.000 dan di atas Rp. 1.000.000 mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar dua persen.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan uang saku bulanan dan pendidikan kewirausahaan serta rataan dan standar deviasi uang saku bulanan contoh

No Uang Saku Bulanan (Rp/bulan) Pendidikan Kewirausahaan (%) Formal Nonformal Kombinasi Formal dan Nonformal Total 1 2 3 <500.000 500.000-1.000.000 >1.000.000 1 32 6 2 18 2 1 34 4 4 84 12 Total 39 22 39 100 Rata-rata std 833.000 311.476,39 725.000 223.473,66 808.000 252.497,65 800.000 272.056,79 Rata-rata uang saku bulanan contoh pada tiap kelompok pendidikan

Dokumen terkait