• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukur an Var iabel

Definisi opersional menurut Nazir (2002:126), adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variable dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan maupun memberikan suatu pernyataan operasional.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal sebagai variable terikat, sedangkan variable bebasnya adalah firm size, tangibility of assets, dan profitability.

Definisi operasional masing-masing variable tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Variable Terikat (Y) Struktur Modal

Menurut Hamzah(2008) dalam Sjafi’I dan Fajar (2010) struktur modal berkaitan dengan penentuan jenis sumber modal yang ada, yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan pembiayaan perusahaan. Struktur modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, saham, dan laba yang ditahan.

Struktur modal diukur menggunakan rasio leverage dengan cara membagi total hutang dengan total modal skala pengukurannya adalah skala rasio dan dinyatakan dalam prosentase.

Debt to Equity = Equity Total Debt Total (Sawir,2005:13) b. Variable bebas (X) terdiri dari 3 variable antara lain :

1. Firm Size (X1)

Ukuran Perusahaan (Firm Size), merupakan mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total aktiva, dan diukur dengan logaritma natural dari total aktiva .

Firm Size = { log (Total Assets)}

(Utami,2009:43) 2. Tangibility of assets (X2)

Perubahan struktur aktiva akan mengakibatkan perubahan struktur modal, karena kativa tetap pada dasarnya dibelanjai dari sumber jangka panjang (utang). Pengukuran variable struktur aktiva dapat diukur dengan perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolute maupun relative antara aktiva lancar dengan aktiva tetap

Tangibility of Assets diukur dengan menggunakan rasio

aktiva tetap terhadap total aktiva. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan dinyatakan dalam prosentase.

Tangibility of Assets = 100% Assets Total Assets Fixed x (Utami,2009:43) 3. Profitability (X3)

Profitability dimaksudkan untuk melihat seberapa besar

laba yang diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Laba yang diperoleh peroleh perusahaan dapat dikaitkan dengan pendapatan, total aktiva dan modal sendiri. (Sjafi’I dan Fajar,2010:74)

Profitability diukur dengan menggunakan rasio net profit

margin merupakan rasio laba rugi sesudah pajak terhadap

penjualan. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan dinyatakan dalam prosentase. NPM = Sales Tax After Earning (Moeljadi,2006:73)

3.2 Tek nik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan,2004:55). Populasi dari penelitian ini adalah Perusahaan

Consumergood yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia dari tahun

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. (Riduwan,2004:56)

Menurut (Sjafi’I dan Fajar, 2010). Untuk menentukan sampel digunakan metode purposive sampling. Salah satu teknik pengambilan sampel non probabilistic yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu dari peneliti. Adapun Kriteria yang digunakan antara lain :

- Perusahaan Consumegood Di Indonesia yang tercatat laporan

keuangannya selama selama tahun 2008-2010.

- Perusahaan Consumergood Di Indonesia yang selama tahun

2008-2010 mempunyai laba yang selalu positif.

- Perusahaan Consumergood Di Indonesia yang selama tahun

2008-2010 mempunyai modal yang selalu positif.

Sedangkan data yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah data dari 15 perusahaan selama 3 tahun yang telah memenuhi kriteria pemilihan sampel diatas.

1. PT. ULTRA JAYA MILK. Tbk 2. PT. MAYORA INDAH.Tbk 3. PT. MANDOM INDONESIA. Tbk 4. PT. UNILEVER.Tbk

7. PT. FAST FOOD INDONESIA. Tbk 8. PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR.Tbk 9. PT.TEMPO SCAN PASIFIC Tbk.

10.PT. KALBE FARMA.Tbk 11.PT MERCK INDONESI. Tbk 12.PT. KIMIA FARMA Tbk 13.PT. HM. SAMPOERNA.Tbk 14.PT. GUDANG GARAM.Tbk

15.PT. KEDAUNG SETIA INDUSTRIAL. Tbk

3.3 Tek nik Pengumpulan Data 3.3.1 J enis Data

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dan dikelola sedemikian rupa untuk keperluan penelitian. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar,2009:42). Data sekunder yang digunakan meliputi

Indonesia Capital Market Directory (ICMD) periode tahun 2008 sampai

dengan tahun 2010 dari Perusahaan Consumergood yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan berasal dari Bursa Efek Indonesia, karena di Bursa Efek Indonesia terdapat data-data mengenai Perusahaan

Consumergoods yang mengeluarkan Indonesia Capital Market Directory

(ICMD) dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

3.3.3 Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk menunjang terlaksananya penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi Pustaka

Yaitu penelitian yang mempelajari literatur atau arsip-arsip perusahaan, artikel dan laporan keuangan tentang kinerja perusahaan yang go publik untuk mendapatkan data tertulis yang akan digunakan dalam melakukan pembahasan.

b. Dokumentasi

Yaitu melihat, mempelajari, dan mengutip catatan-catatan maupun dokumen dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) Perusahaan Consumergoods yang go publik di Bursa Efek Indonesia yang kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3.4. Tek nik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Tek nik Pengujian Nor malitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah dengan menggunakan metode kolmogrow

smirnov (Sumarsono,2004:40). Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

a. Jika dari nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal.

b. Jika dari nilai signifikansi (nilai probabilitasnya ) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal. (Sumarsono,2004:43)

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Persamaan linear berganda harus bersifat BLUE (Best Linear

Unbiased estimator ), artinya pengambilan keputusan melalui uji f dan uji

t tidak boleh bias, untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus di penuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linear berganda yaitu :

a. Tidak boleh ada autokolerasi b. Tidak boleh ada multikolinieritas c. Tidak boleh ada heterokedastisitas.

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan

uji T menjadi bias, 1. Autokoler asi

Tujuan uji autokolerasi ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(Sebelumnya). Untuk mengetahui apakah terjadi autokolerasi atau tidak, dapat digunakan uji durbin Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :

Tdk ada autokorelasi positif

Tdk ada autokorelasi positif

Tdk ada autokorelasi negatif

Tdk ada korelasi negative

Tdk ada autokorelasi, positif atau negatif Tolak No desicison Tolak No desicison Tdk ditolak 0<d<dl dl≤d≤du 4-dl<d<4 4-du≤d≤4-dl du<d<4-du (Ghozali,2006:99)

Atau menggunakan patokan besarnya angka durbin Watson (Santoso,2002) sebagai berikut :

- Angka DW dibawah -2 ada Autokolerasi (Positif) - Angka DW diatas +2 Autokolerasi (Negatif)

- Angka DW berada diantara -2 sampai +2 tidak ada Autokolerasi. 2. Multikolinier itas

Tujuan uji multikolinieritas adalah menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variable bebas (Independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara

variable bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi multikolonieritas atau tidak, dapat digunakan uji multikolinieritas (Ghozali,2006:95)

Menurut Ghozali (2006:95), deteksi adanya multikolinieritas adalah multikolinieritas dapat dilihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variable independen manakah yang dijelaskan oleh variable independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variable independen menjadi variable dependen (terikat) dan diregres terhadap variable independen lainnya. Tolerance mengukur nilai variabilitas variable independen. Jadi nilai tolerance yang rendah sama nilainya dengan VIF tinggi (Karena VIF=1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VI F≥10.

3. Heter osk edastisitas

Tujuan uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Diantara cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah menggunakan uji glejser (Ghozali,2006:125)

Menurut Ghozali (2006:129), deteksi adanya heterokedastisitas adalah :

a. Nilai probabilitas > 5 % tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

b. Nilai probabilitas < 5 % mengandung adanya heterokedastisitas

3.4.3. Tek nik Regr esi Linear Berganda

Analisis ini dipakai dalam penelitian ini karena dapat meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variable terikat untuk membuktikan ada tau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variable bebas atau lebih. Adapun bentuk umum dari regresi linear berganda tiga variabel bebas secara sistematis adalah sebagai berikut : Y= a + β1 X1 + β2 X2 +β3 X3 + e (Riduwan,2004:152)) Keterangan : Y = Stuktur Modal X1 = Firm Size X2 = Tangibility of Assets X3 = Profitability a = Konstanta β1-β3 = Koefisien regresi

3.4.4. Uji Hipotesis

Prosedur pengujian yang dilakukan untuk masing-masing uji hipotesis antar lain sebagai berikut :

a. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui kesesuaian atau kecocokan model terhadap variabel terikat, maka digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut :

1. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,5 dengan derajat bebas (n-k), dimana n adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah variabel.

2. Dengan F hitung sebesar :

F Hitung =

( )

(

I R

)

(

n k

)

K R − − − / 1 / 2 2 (Anonim,2011:L22) Keterangan : F = hasil perhitungan R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel

b. Uji t

Uji t digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial variable X1,X2,X3 terhadap variabel terikat Y.

1. Kriteria hipotesis

Ho : βj = 0,( X1,X2,X3 tidak berpengaruh terhadap Y) Ha : βj ≠ 0 (X 1,X2,X3 berpengaruh terhadap Y)

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas (n-k), dimana n adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah variable.

3. Dengan t hitung sebesar :

t hitung = ) ( j se j β β (Anonim, 2011:L-21) Keterangan :

t = Nilai t hasil perhitungan

βj = Koefisien regresi variabel bebas

Se(βj) = Standar error koefisien regresi

4. Menentukan daerah kritis Ho melalui kurva distribusi t student dua sisi.

a. H0 diterima jika –t tab ≤ t hit≤ t tab

1

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejar ah Singkat PT. Bur sa Efek Indonesia

Pada tanggal 9 Mei 2006 ketua BAPEPAM Fuad Rahmani menyampaikan pandanganya bahwa proses merger BES-BEJ sebagaiman telah dicanangkan sebelumnya tetap berlangsung.pada kesempatan rapat-rapat di BAPEPAM dan LK pada tanggal 1 Juni 2006, 2 Juni 2006, 21 September 2006 dan 24 November 2006 telah dibahas berbagai isu penting mengenai persiapan penggabungan BES-BEJ pada akhir November 2006, kajian merger BES baru selesai dan akhirnya diterima oleh direksi BES

Pada tanggal 6 Desember 2006 BES menyelengarakan RUPSLB dengan agenda rapat meminta persetujuan atas rencana kerja anggaran tahunan (RKAT) dan persetujuan prinsip merger BES-BEJ. Dalam putusan pemberian persetujuaan prinsip kepada direksi diminta agar pengabungan memperhatikan tiga hal yaitu bahwa kepentingan karyawan tidak boleh dirugikan, penyelesaiaan UBH dan kepentingan pemegang saham harus optimal.

Proses merger dilakukan lebih intens dengan diadakanya pertemuaan reguler di BAPEPAM dan LK yang dimulai pada tanggal 14 Desember 2006 untuk membahas persetujuan prinsip penggabungan BES –BEJ .Dalam pertemuaan yang diadakan pada tanggal 20 Desember 2006 dihadiri direksi

BES-BEJ telah dibahas beberapa isu penting terkait dengan rencana merger serta pembentukan tim kecil dan disepakati masing masing bursa akan menunjuk dua orang anggota direksi.

Setelah melalui beberapa kali pertemuaan,pada awal bulan Juni 2007 tim merger BES mulai menyusun paper yang diawali dengan sebuah paper yang berjudul pokok-pokok pikiran pengabungan BES-BEJ .paper pertama ini berisi tentang pemikiran dan pandangan tim merger BES antara lain visi dan misi bursa hasil pengabungan, manfaat dan tujuan penggabungan, resiko penggembangan bursa hasil penggabungan, resiko penggabangan dan sinergi yang akan dihasilkan dari penggabungan di masa datang.

Selanjutnya, Tim Merger BES menyelesaikan ke 6 paper lainya, yang meliputi paper keuangan tentang perdagangan, paper ketiga tentang Emiten tercatat di BES, paper kedua kelima tentang Teknologi Informasi, paper keenam tentang sumber daya manusia BES dan paper ketujuh tentang usulan kerangka Merger.setelah penyusunan masing-masing paper selesai, tim menyampaikan paper tersebut kepada konsultan hukum Hadinoto putranto dan rekan, konsultan keuangan Ernest dan young, dan konsultan sumber daya manusia dimensi indonesia untuk dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan rabcangan penggabungan BES- BEJ.

Pada tanggal 30 Agustus 2007 diselenggarakan pertemuan koordinasi antar BES-BEJ dengan ketiga konsultan (HHP, E&Y dan DDI).pertemuaan ini merupakan pertemuan penentu untuk memastikan kesiapan seluruh

menyampaikan usulan mengenai nama bursa hasil penggabungan dengan nama bursa Indonesia atau INDONESIAN EXCHANGE dan memutuskan untuk tidak membuat logo dalam bentuk gambar akan tetapi membuat logo dalam bentuk tulisan INDONEX. Pada tanggal 1 November 2007, BES dan BEJ resmi bergabung dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.1.2. Visi dan Misi Hasil Penggabungan PT. Bur sa Efek Indonesia

Visi bursa hasil penggabungan tidak terlepas dari latar belakang dilakukanya penggabungan BES-BEJ sebagaiman dituangkan dalam maester plan pasar modal 2005-2009 yakni adanya suatu keinginan untuk memilki suatu bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global .visi bursa hasil penggabungan tersebut antar lain:

a. Mampu menghasilkan produk-produk pasar modal yang bernilai jual tinggi

b. Mampu menyediakan infrastruktur teknologi yang berkualitas c. Mampu memperkuat keamanan para investor

d. Mampu memperkuat keamanan para investor

e. Mampu mencitakan integritas dan transparansi pada pasar modal f. Mampu menciptakan karyawan yang berkompentensi tinggi

4.1.3. Tujuan Penggabungan

Penggabungan BES-BEJ, ditunjukan untuk terciptanya efisiensi pasar modal Indonesia.dengan tersedianya berbagai instrumen pasar modal yang

dapat diperdagangkan melalui bursa, maka efisiensi pasar modal dapat tercapai .investor memiliki kesempatan yang luas untuk memilih instrumen yang tepat sesuai dengan tujuan penggunaan dana yang dimilik investor, investor tidak perlu harus investasi pada instrumen luar negeri baik yang diperdagangkan didalam negeri maupun diluar negeri

4.1.4. Manfaat Penggabungan

Manfaat penggabungan BES-BEJ dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain

a. Aspek Bisnis

Dengan adanya penggabungan BES-BEJ dapat meningkatkan jumlah emiten yang tercatat, meningkatkan perkembangan instrumen yang sudah mulai diperdagangkan, dan dapat menumbuhkan instrumen–instrumen baru yang dapat diperdagangkan di bursa.

b. Aspek Operasional

Penghematan biaya operasional yang timbul akibat adanya penggabungan BES-BEJ bermanfaat bagi anggota bursa dan partisipan, bagi investor, bagi pemegang saham.

c. Aspek Pelaku

Pengabungan BES-BEJ bermanfaat bagi para pelaku dipasar modal, antar lain bagi emiten, bagi anggota bursa dan partisipan, bagi investor serta bagi pemegang saham.

4.1.5. Gambar an Umum Per usahaan Sampel

Gambaran umm dari perusahaan Consumergood yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Pr ofil PT. Ultra J aya Milk, Tbk

Kisah PT. Ultrajaya diawali dari sebuah perusahaan susu yang kecil pada tahun 1958. Lalu pada tahun 1971, perusahaan ini memasuki tahap pertumbuhan pesat sejalan dengan perubahannya menjadi PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company. PT Ultrajaya saat ini merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang menghasilkan produk-produk susu, minuman dan makanan dalam kemasan aseptik yang tahan lama dengan merek-merek terkenal seperti Ultra Milk untuk produk susu, Buavita untuk jus buah segar dan Teh Kotak untuk minuman teh segar.

Lokasi pabriknya terletak sangat strategis di pusat daerah pedalaman pertanian Bandung yang menyediakan sumberdaya alam yang melimpah, segar dan berkualitas, mulai dari susu segar, daun teh hingga buah-buahan tropis. Kesegaran bahan baku ini dan kualitas gizi alaminya dapat dipertahankan melalui teknologi proses UHT (Ultra High Temperature) dan pengemasan aseptik tanpa menggunakan bahan pengawet apapun.

Saat ini, 90 persen dari keseluruhan hasil produksi perusahaan ini dipasarkan di seluruh Indonesia, sementara sisanya diekspor ke negara-negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, Australia dan Amerika Serikat.

Baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor, produk-produk yang dijual adalah produk yang sejenis.

PT Ultrajaya adalah perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang menghasilkan produk-produk susu, minuman dan makanan dalam kemasan aseptik yang tahan lama.

2. Pr ofil PT. Mayor a Indah, Tbk

Selama puluhan tahun, Mayora Group telah tumbuh menjadi salah satu nama yang diakui di Industri Fast Moving Consumer Goods. Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasar dan komitmen untuk menghasilkan produk berkualitas telah membuat Mayora kelompok saat ini memiliki merek-merek terkenal di dunia, seperti Kopiko, Danisa, Astor, Energen, Torabika dan banyak lagi. Didirikan pada tahun 1977, Mayora Group telah semakin berubah dari industri rumah biskuit rendah hati menjadi salah satu Perusahaan terbesar Cepat Konsumen Pindah Barang dengan 13 Pabrik dan lebih dari 25.000 karyawan.

Mayora Grup menjadi perusahaan publik pada tahun 1990, dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, dan sepanjang tahun-tahun berikutnya, Mayora Group terus ekspansi yang cepat untuk menjadi sebuah Perusahaan berbasis ASEAN, dengan mendirikan fasilitas produksi dan kantor pemasaran di beberapa Asia Tenggara negara. Saat ini, Grup Mayora produk yang dijual di lebih dari 85 negara di seluruh

gudang, tetapi juga didukung oleh jaringan distribusi yang kuat, Mayora Group telah dipertahankan ketersediaan produk di pasar. Mayora Group telah membuktikan dirinya sebagai produsen produk berkualitas yang mendapatkan beberapa pengakuan dan penghargaan seperti "Top 100 Perusahaan Eksportir di Indonesia" dari majalah Swa, "Lima Perusahaan Terbaik Managed di Indonesia" yang diselenggarakan oleh Asia Money, "Top 100 publik yang terdaftar perusahaan "pada tahun 2009 dan 2010 sebagai posisi pertama dalam bidang Makanan dan Minuman yang dilakukan oleh Majalah Investor Indonesia, serta" Produsen Terbaik dari Produk Halal "pada tahun 2004 oleh Majelis Ulama Indonesia

3. Pr ofil PT. Mandom Indonesia, Tbk

PT Mandom Indonesia Tbk berdiri sebagai perusahaan joint

venture antara Mandom Corporation, Jepang dan PT The City Factory.

Perseroan berdiri dengan nama PT Tancho Indonesia dan pada tahun 2001 berganti menjadi PT Mandom Indonesia Tbk. Pada tahun 1993, Perseroan menjadi perusahaan ke-167 dan perusahaan joint venture Jepang ke-11 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Saat ini jumlah saham Perseroan adalah 201.066.667 lembar saham dengan nilai nominal Rp 500/saham.

Kegiatan produksi komersial Perseroan dimulai pada tahun 1971 dimana pada awalnya Perseroan menghasilkan produk perawatan rambut, kemudian berkembang dengan memproduksi produk wangi-wangian dan kosmetik. Perseroan mempunyai dua lokasi pabrik yaitu pabrik Sunter

yang khusus memproduksi seluruh produk kosmetik Perseroan sementara pabrik Cibitung berfungsi untuk memproduksi kemasan plastik dan juga sebagai pusat logistik. Kemasan plastik dikirim dari Cibitung ke Sunter untuk diisi kemudian barang jadi dikirim kembali ke Cibitung dan didistribusikan melalui pusat logistik.

Merek utama Perseroan antara lain Gatsby, Pixy, dan Pucelle. Selain itu, Perseroan juga memproduksi berbagai macam produk lain dengan merek Tancho, Mandom, Spalding, Lovillea, Miratone, dan juga beberapa merek yang khusus diproduksi untuk ekspor. Selain pasar domestik, Perseroan juga mengekspor produk-produknya ke beberapa negara antara lain Uni Emirat Arab (UEA), Jepang, India, Malaysia, Thailand, dan lain-lain. Melalui UEA, produk-produk Perseroan di re-ekspor ke berbagai negara di Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, dan lain-lain

4. Pr ofil PT. Unilever , Tbk

Sejak didirikan pada 5 Desember 1933, Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Rangkaian Produk Unilever Indonesia mencangkup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Royco, Bango, dan lain-lain.

Selama ini, tujuan perusahaan kami tetap sama, dimana kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari; membuat pelanggan merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan melalui brand dan jasa yang memberikan manfaat untuk mereka maupun orang lain; menginspirasi masyarakat untuk melakukan tindakan kecil setiap harinya yang bila digabungkan akan membuat perubahan besar bagi dunia; dan senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami untuk tumbuh sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

Saham perseroan pertamakali ditawarkan kepada masyarakat pada tahun 1981 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia seja 11 Januari 1982. Pada akhir tahun 2009, saham oerseroan menempati peringkat kketujuh kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.

Perseroan memiliki dua anak perusahaan : PT Anugrah Lever (dalam likuidasi), kepemilikan Perseroan sebesar 100% (sebelumnya adalah perusahaan patungan untuk pemasaran kecap) yang telah konsolidasi dan PT Technopia Lever, kepemilikan Perseroan sebesar 51%, bergerak di bidang distribusi ekspor, dan impor produk dengan merek Domestos Nomos.

Perseroan memiliki enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, dan dua pabrik di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, dengan kantor pusat di Jakarta. Produk-produk Perseroan berjumlah sekuitar 32 brand utama dan 700 SKU, dipasarkan

melalui jaringan yang melibatkan sekitar 370 distributor independen yang menjangkau ratusan ribu toko yang tersebar di seluruh Indoneisa. Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat distribusi milik sendiri, gudang tambahan, depot dan fasilitas distribusi lainnya.

5. Pr ofil PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk

NV Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen awalnya didirikan di Medan pada tahun 1929 dengan sebuah pabrik bir di Surabaya. Domisili

Dokumen terkait