• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Kecamatan Blanakan (Teluk Blanakan), Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan contoh dilaksanakan di Desa Cilamaya Girang (petak 2 PERHUTANI), Desa Blanakan (petak 6 dan 7 PERHUTANI), Desa Muara (petak 9 dan 10 PERHUTANI).

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus (case study). Studi kasus adalah penelitian tentang status objek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan karakter. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat. Tujuan dari studi kasus adalah memberikan gambaran mendetil tentang latar belakang dari sifat–sifat serta karakter-karakter yang ditemukan. Satuan kasus dalam penelitian ini adalah masyarakat pemanfaat ekosistem mangrove di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan nelayan, termasuk nelayan yang memanfaatkan mangrove, wisatawan, pengelola mangrove, dan masyarakat

umum. Data primer diambil dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan di lapangan (observasi). Observasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi, keadaan lingkungan kawasan ekosistem mangrove, dan kegiatan masyarakat yang memanfaatkan mangrove. Sedangkan data yang didapatkan dari wisatawan adalah biaya perjalanan, daerah asal dan Willingness to Pay (WTP). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga yang terkait, seperti:

1. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang,

3. Kantor Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal-Tangkil, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten,

4. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (KESBANG LINMAS) Kabupaten Subang,

5. Kantor Kecamatan Blanakan,

6. Kantor Kepala Desa Cilamaya Girang, Blanakan dan Desa Muara, dan 7. Literatur.

Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi data primer dan datasekunder. Data primer dikumpulkan melalui identifikasi (pengamatan lapang)dalam bentuk pengamatan dan pengambilan contoh serta wawancaralangsung dengan penduduk, tokoh masyarakat, pihak Perhutani, koperasi, danaparat pemerintah serta key person di sekitar lokasi studi. Jenis dan sumberdata yang di ambil dalam penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 4. Sedangkan alur penelitian disajikan pada Gambar 5.

Tabel 4. Jenis dan Sumber Data yang Diambil dalam Penelitian

Tujuan Komponen Data Jenis dan Sumber Data Primer Sekunder Mendeskripsikan

pengelolaan

ekosistem mangrove

Luas lahan dan penutupan mangrove

- BPKPH Pamanukan, Citra Satelit,

Literatur Tinjauan aspek biofisik mangrove

Kerapatan Citra Satelit

Kualitas air

Formasi mangrove

 Dominasi mangrove

- Pengamatan,Literatur

 Perikanan budidaya: Kawasan Minawana (Silvofishery) Perikanan tangkap BPKPH Pamanukan, DKP Kab. Subang, KUD Mengidentifikasi tingkat pemanfaatan yang diperoleh dari ekosistem mangrove

Jenis pemanfaatan:

 Perikanan budidaya (tambak) Responden DKP Kab. Subang, KUD

 Hasil sampingan dari tambak Responden DKP Kab. Subang, KUD

 Mangrove (kayu bakar) Responden BPKPH Pamanukan, KUD

 Perlindungan pantai alami (natural barier)

- Literatur

Tujuan Komponen Data Jenis dan Sumber Data Primer Sekunder Melakukan analisis

ekonomi terhadap ekosistem mangrove

Nilai manfaat langsung:

 Produksi tambak

 Produksi udang

 Produksi belut

 Produksi ular

 Hasil mangrove

Responden DKP Kab. Subang, KUD, Literatur

Nilai manfaat tidak langsung:

 Perlindungan pantai alami (natural barier)

- Literatur

Nursery ground, feeding ground, spawning ground

- DKP Kab. Subang, KUD

 Pariwisata Responden Literatur Nilai manfaat pilihan

Biodiversity / Keanekaragaman hayati

- Literatur Nilai manfaat keberadaan Responden - Membuat alternatif kebijakan bagi pengelolaan ekosistem mangrove  Identifikasi stakeholders  Alternatif kebijakan

Responden DKP Kab. Subang, KUD, BPKPH

Jenis Pemanfaat

an

Luas lahan dan penutupan mangrove Analisis Citra Interpretasi dan Cek Lapangan Peta Penutuapan Lahan

Kuantifikasi Seluruh Manfaat dan Fungsi ke dalam Nilai Rupiah

Deskripsi Pengelolaan Identifikasi Tingkat Pemanfaatan Jumlah Pemanfaat: - Petani tambak - Nelayan tangkap Perikanan Budidaya (Tambak) Perikanan Tangkap (DPI sekitar lokasi) Mangrove (Kayu Bakar) Wisata (Penangkaran Buaya) Ekosistem Mangrove

Teluk Blanakan, Kabupaten Subang Kelembagaan

Nilai Manfaat Langsung:

Hasil hutan mangrove

Produksi tambak

Produksi udang

Produksi belut

Produksi ular

Nilai manfaat tidak langsung:

Perlindungan pantai alami (natural barier)

Nursery ground, feeding ground, spawning ground

Pariwisata

Nilai manfaat pilihan: Biodiversity /

Keanekaragaman hayati

Nilai manfaat keberadaan

Productivity Method Replacement Cost

Productivity Method

Travel Cost Method

Benefit Transfer Willingness to Pay

Alternatif Kebijakan Pengelolaan Net Present Value,

Gross Benefit Cost Ratio

Analisis Stakeholders Tinjauan aspek biofisik

mangrove

Keadaan perikanan di Wilayah Teluk Blanakan

Metode Pengambilan Sampel Sampel Responden

Populasi yang diteliti adalah sekumpulan orang dan/atau lembaga yang memanfaatkan sumberdaya lahan pesisir dengan sub populasinya adalah petani tambak dan nelayan tangkap. Berdasarkan karakteristik populasi tersebut maka teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah pengambilan sampel acak bertingkat (stratified random sampling) dengan dasar stratifikasinya adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir (Fahrudin 1996). Jumlah sampel yang diambil pada masing-masing strata diperoleh berdasarkan alokasi non proporsional. Banyaknya sub populasi dan jumlah contoh yang diambil dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Anggota Sub Populasi dan Banyaknya Sampel

Pembudidaya Jumlah Sampel

(10%)

Nelayan Pesisir

Jumlah Sampel (10%)

Desa Cilamaya Girang 40 4 80 8

Desa Blanakan 126 13 248 25

Desa Muara 104 10 283 29

Sub Total 27 62

Total 89

Sedangkan untuk pengambil manfaat lain seperti pengambil kayu bakar dan pengambil biota lain (kepiting, ular, belut dan burung), serta wisatawan, sampel diperoleh melalui accidental sampilng. Dimana jumlah sampel yang diperoleh bergantung dari sampel yang ditemui langsung dilapangan secara tidak sengaja.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan atau menjelaskan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) secara lengkap dan menyeluruh. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi keberadaan ekosistem mangrove dan tambak. Penentuan alternatif pengelolaan ekosistem mangrove menggunakan sintesa dari pendekatan analisis kuantitatif dan kualitatis.

Analisis Luas Mangrove

Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Citra adalah gambaran kenampakan permukaan (dekat permukaan) bumi, dan yang diperoleh melalui proses perekaman pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik secara serentak dengan sensor pelarik yang terpasang pada suatu wahana, baik itu pesawat udara maupun wahana ruang angkasa (sering disebut dengan satelit). Citra digital merupakan citra yang diperoleh, disimpan, dimanipulasi, dan ditampilkan dengan basis logika biner. Berbagai jenis citra seperti yang dimaksud di atas contohnya: citra SPOT, Landsat MSS, Landsat TM, Landsat ETM, Citra Radar (contoh: SIR-B, Radarsat), NOAA, GMS, MOS,1, NIMBUS, HCMM, SEASAT, IKONOS dan lain-lain (Yales 2007dalam Kurniawan 2011).

Pengolahan citra digital merupakan serangkaian perlakuan terhadap citra menggunakan teknik-teknik yang dikenal dalam bidang penginderaan jauh (digitalimage processing), dimana didalamnya bisa saja terdapat proses restorasi citra (koreksi atmosferik dan koreksi geometrik), penajaman citra dan pemfilteran spasial, transformasi citra, klasifikasi citra, dan lain-lain serta output.

Selain data spasial dan data atribut yang dikumpulkan dari berbagai sektor terpadu, data penginderaan jauh dapat pula diintegrasikan dengan data SIG untuk dianalisis maupun dimanipulasi lebih lanjut. Data inderaja yang berasal dari satelit mempunyai beberapa keuntungan, antara lain liputannya yang sinoptik (luas) dan sistemik (Sutrisno et al. 1994 dalam Kurniawan 2011).

Pengolahan data dapat dikelompokan menjadi pra-pengolahan (preprocessing) dan pengolahan lanjutan termasuk analisis. Pra-pengolahan merupakan kegiatan koreksi citra secara geometris dan radiometric. Sehingga akan diperoleh data citra yang sudah memiliki posisi geografis yang sesuai dengan referensi dimuka bumi, serta data tersebut sudah mampu untuk di analisis dan di-overlaykan dengan peta vektor digital lainnya. Selanjutnya citra raster yang sudah terkoreksi diinterpretasi dan kemudian dilakukan pengecekan ke lapangan untuk membuktikan hasil interpretasi.

Wilayah mangrove akan didelinasi (digitation on screen) untuk mendapatkan bentuk vector dari wilayah mangrove dari citra satelit. Dari bentuk vector wilayah mangrove yang diperoleh dengan menggunakan teknik GIS dihitung secara otomatis luas wilayah mangrove tersebut.

Analisis Kerapatan Mangrove

Seiring dengan perubahan penggunaan lahan yang relatif cepat dalam suatu wilayah yang berkembang, sehingga diperlukan penataan yang lebih baik seberapa besar kebutuhan mangrove untuk wilayah tersebut. Hal ini memerlukan informasi dasar tentang kondisi mangrove yang akurat.Metode konvensional/trestrial (pengukuran langsung) dilapangan mempunyai banyak kelemahan, antara lain cakupan daerah yang terbatas dan pada daerah yang lebih luas membutuhkan lebih banyak biaya dan waktu. Teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan data spatial menggunakan citra satelit menjadi alternatif yang dapat mendukung penyediaan kebutuhan data ini. Mangrove merupakan obyek yang bisa di indentifikasi dengan menggunakan teknologi ini.

Tahap pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pra prosesing citra satelit. Pada tahapan ini terdiri dari dua tahapan : koreksi radiometri dankoreksi geometri. Koreksi radiometri bertujuan untuk memperbaiki kualitas visual citra dan sekaligus memperbaiki nilai-nilai pixel yang tidak sesuai. Koreksi geometri bertujuan untukmeletakkan posisi obyek di citra sesuai dengan posisi sebenarnya di lapangan. Koreksi geometri dilakukan dengan metode image to map, dengan peta RBI sebagai base map.

2. Penajaman citra, dilakukan dengan melakukan komposit pada citra sehingga didapatkan kenampakan citra secara visual lebih jelas, sehingga akan mudah dibedakan antara satu obyek dengan obyek lain. Untuk membuat area sampling (ROI) yang akan dipergunakan dalam klasifikasi tutupan lahan. Komposit yang dipergunakan adalah 453, karena komposit ini lebih menonjolkan obyek vegetasi mangrove.

3. Klasifikasi tutupan lahan untuk mendapatkan peta tutupan lahan. Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terselia (supervise) dengan metode Maximum Likelihood. Metode ini membutuhkan area sampling (Region of Interest) yang didapatkan dari sampling lapang. Dalam penyusunan klasifikasi menggunakan

informasi nilai statistik berupa rerata dan simpangan baku tiap sampel, serta variasi (ragam) dan kovariansi. Rerata dan simpangan baku diperoleh pada saat pengambilan sampel (ROI). Persamaan yang digunakan dalam maximum likelihood adalah sebagai berikut :

D = ln(ac) - [0,5 ln(|Covc|) - [0,5(X - Mc)T(Covc-1)(X-Mc)] Dimana:

Dc = jarak yang diberi bobot

c = suatu kelas tertentu

X vektor piksel yang diklasifikasi

Mc = vektor rerata sampel klas c

aC = persentase probabilitas sembarang piksel untuk dapat menjadi anggota

klas c, di mana

Covc = matriks kovariansi piksel-piksel pada sampel klas c,

| Cov-c1| = determinan Covc (aljabar matriks)

Covc = inversi Covc (aljabar matriks), In = fungsi logaritma natural T

= fungsi transposisi (aljabar matriks)

4. Setelah didapatkan peta tutupan lahan, kemudian dilakukan pemisahan untuk obyek mangrove. Pemisahan obyek mangrove dengan tutupan lahan yang lain bertujuan untuk mendapatkan peta sebaran mangrove.

5. Analisis indeks vegetasi menggunakan yang dipergunakan adalah NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Analisis ini dipergunakan untuk mendapatkan kerapatan vegetasi, dengan formula sebagai berikut :

NDVI = Saluran Inframerah Dekat – Saluran Merah Saluran Inframerah Dekat + Saluran Merah

6. Klasifikasi kerapatan tajuk mangrove ditentukan berdasarkan rentang nilai NDVI hasil perhitungan. Jumlah klasifikasi kerapatan mengacu pada buku Pedoman Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan (2006). Pembagian klasifikasi kerapatan mangrove dengan menggunakan metode NDVI adalah sebagai berikut :

a) Kerapatan tajuk lebat (0,43  NDVI  1,00) b) Kerapatan tajuk sedang (0,33  NDVI  0,42) c) Kerapatan tajuk jarang (-1,00  NDVI  0,32)

7. Peta sebaran mangrove hasil klasifikasi tutupan lahan dilakukan overlay dengan peta kerapatan mangrove hasil analisis indeks vegetasi untuk mendapatkan peta kerapatan sebaran mangrove.

Penilaian Ekonomi Sumberdaya

Menurut Ruitenbeek (1991) dalam Fahrudin (1996), penilaian ekonomi sumberdaya lahan pesisir dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

Dokumen terkait