• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pada Toko Raja Buah Segar yang berlokasi di Jl. Panjang Arteri Kelapa Dua No. 60 Jakarta Barat. Penentuan tempat dilakukan dengan pertimbangan bahwa Toko Raja Buah Segar merupakan salah satu usaha retail yang berfokus pada pemasaran buah – buahan dan sayuran segar baik produk lokal maupun produk impor dengan akses data yang lebih terbuka untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Maret 2010.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan, serta data – data atau dokumen – dokumen perusahaan. Data sekunder melengkapi data primer dan diperoleh dari kumpulan literatur berupa buku teks, skripsi, jurnal, maupun literatur lainnya yang dianggap relevan.

3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Setiap jenis buah – buahan segar yang dijual oleh pihak Toko Raja Buah Segar pada tahun 2009 akan menjadi sampel yang diteliti untuk diklasifikasikan menjadi kelompok tertentu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Model pengendalian tingkat persediaan akan diujikan pada jenis buah dengan tingkat

penjualan tertinggi (best seller) dari setiap kelompok yang telah terbentuk. Teknik purposive ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa jenis buah best seller memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap laba yang diperoleh perusahaan, sehingga diasumsikan bersifat krusial dibandingkan dengan jenis buah yang memiliki tingkat penjualan yang lebih rendah. Data jenis – jenis buah dan tingkat penjualannya didapatkan berdasarkan data historis penjualan yang dimiliki oleh Toko Raja Buah Segar selama tahun 2009. Gambar 4. menggambarkan proses pengambilan sampel.

Populasi Jenis Buah yang Dijual oleh Toko

Raja Buah Segar

Sumber data: Data Total Penjualan Tahun 2009 Toko Raja Buah Segar

Kelompok Jenis – jenis Buah

Satu jenis buah sebagai perwakilan setiap kelompok jenis Pengambilan Sampel

(Purposive Sampling): Tingkat Penjualan Tertinggi (Best Seller) Jenis buah yang memberikan pengaruh signifikan dan krusial terhadap laba perusahaan Kriteria Pengelompokan buah: 1. Permintaan Pasar 2. Karakteristik Buah (ketersediaan buah, daya simpan buah, perlakuan pasca panen)

Sumber data: Wawancara dengan pihak Toko Raja Buah Segar dan Data Total Penjualan dan Pasokan Buah Segar Tahun 2009 Sumber data: Data Total Penjualan Tahun 2009 Toko Raja Buah Segar

Gambar 4. Skema Proses Pengambilan Sampel Penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) kepada responden guna menggali informasi atau data yang digunakan untuk kebutuhan penelitian (Suharsono, 2009: 83). Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai pola permintaan buah, ketersediaan buah, daya simpan buah, dan perlakuan pasca panen yang dilakukan oleh Toko Raja Buah Segar. Wawancara dilakukan dengan supervisor, kepala dan wakil kepala divisi buah yang sekaligus bertanggung jawab dalam bidang pergudangan.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2009: 30). Observasi dilakukan melalui pengataman secara langsung terhadap kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian persediaan dan pergudangan, serta informasi – informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum kegiatan operasional dari Toko Raja Buah Segar dan melengkapi data dari hasil wawancara.

Variabel – variabel yang akan diamati diantaranya adalah proses pengadaan persediaan mulai dari penentuan jenis dan tingkat persediaan produk, pemesanan, penerimaaan barang, sampai dengan pengawasan jumlah persediaan yang dimiliki, perlakuan pasca panen yang dilakukan terhadap produk sebelum dijual,

pencatatan atau penginputan data – data yang terkait dengan persediaan, serta proses atau kegiatan penjualan.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan mengacu pada literatur – literatur yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

3.5. Metode Analisis Data 3.5.1. Analisis Kualitatif

Data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan hasil yang didapatkan dari wawancara. Data kualitatif juga akan diuji kredibilitasnya dengan menggunakan metode triangulasi. Menurut Sugiyono (2008: 83), triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Melakukan pengumpulan data dengan teknik ini berarti telah sekaligus menguji kredibilitas data. Metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik, yaitu dengan menggabungkan dan membandingkan data dari hasil pengamatan, data hasil wawancara, dan data dokumen.

3.5.2. Analisis Kuantitatif

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data kuantitatif pengendalian persediaan buah segar adalah melalui pendekatan perhitungan model persediaan deterministik, yaitu Economic Order Quantity (EOQ), Continuous Review System, Lot for Lot (LFL), Part Period Balancing (PPB), dan Period Order Quantity (POQ) dan model persediaan probabilistik, yaitu Single

Period Model, Periodic Review System. Pengolahan data kuantitatif ini menggunakan alat bantu kalkulator dan software komputer berupa program Microsoft Excel.

3.5.2.1. Analisis Model Persediaan Deterministik

Model persediaan deterministik yang digunakan untuk menganalisis data kuantitatif dalam penelitian ini adalah:

1. Economic Order Quantity (EOQ)

Model persediaan EOQ dapat dilakukan dengan cara tabel dan grafik, atau dengan formula (rumus). Cara tabel dan grafik menggunakan pendekatan uji coba untuk mengetahui jumlah pesanan yang paling ekonomis. Caranya dimulai dengan menghitung biaya – biaya yang timbul pada setiap kemungkinan frekuensi pesanan, yaitu pemesanan sekali dalam setahun, 2 kali setahun, dan seterusnya. Jumlah frekuensi pesanan dan jumlah pesanan yang paling ekonomis, yaitu yang memberikan biaya total terendah dapat diketahui dengan membandingkan biaya total dari setiap frekuensi pesanan.

Cara lain untuk memperoleh EOQ adalah dengan pendekatan matematika, dikenal dengan istilah cara formula. Beberapa notasi yang digunakan dalam model ini adalah sebagai berikut (Herjanto; 2008: 246, 248):

D = jumlah kebutuhan barang (unit / tahun)

S = biaya pemesanan atau biaya set up (rupiah / pesanan) h = biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang)

C = harga barang (rupiah / unit)

H = h x C = biaya penyimpanan (rupiah / unit / tahun)

Q = jumlah pemesanan (unit / pesanan) F = ferekuensi pemesanan (kali / tahun) T = jarak waktu antar pesanan (hari)

Biaya pemesanan per tahun dapat dicari dengan rumus: = frekuensi pesanan x biaya pesanan

Biaya penyimpanan per tahun dapat dicari dengan rumus: = persediaan rata – rata x biaya penyimpanan

EOQ terjadi bila biaya pemesanan = biaya penyimpanan, dapat dicari dengan rumus:

Jangka waktu pemesanan dapat dicari dengan rumus:

2. Continuous Review System

Menurut Rangkuti (2007: 93 - 94) model persediaan ini digunakan apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus, maka perusahaan harus menentukan batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang dan mungkin dapat ditambahkan safety stock.

Jumlah pesanan yang dilakukan untuk setiap pemesanan adalah selalu sama dan jumlahnya berdasarkan perhitungan EOQ (Krajewsky, et. al; 2007: 457).

Rumus yang digunakan dalam model ini adalah: Titik pemesanan = (d x L) + SS Dimana:

d = tingkat permintaan

L = masa tenggang (lead time)

SS = persediaan pengaman (safety stock), yang didapat dengan rumus:

SS = Z x Z = simpangan baku

= standar deviasi permintaan 3. Lot for Lot (LFL)

Model Lot for Lot (LFL) atau dikenal juga sebagai metode persediaan minimal. Herjanto (2008: 289) menjelaskan bahwa jumlah pesanan sesuai dengan jumlah yang sesungguhnya diperlukan, sehingga menghasilkan tidak ada persediaan yang disimpan dan biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan saja. Lot size ditentukan sama dengan besarnya kebutuhan untuk setiap periode tertentu, misalnya setiap minggu. Biaya total persediaan dihitung dengan rumus:

Biaya Total Persediaan = Biaya pemesanan – Biaya penyimpanan

Tidak adanya persediaan yang disimpan jika menggunakan model LFL, maka besarnya nilai biaya total persediaan adalah sama dengan besarnya nilai dari biaya pemesanan. Penggunaan model LFL ini, biasanya akan mengakibatkan

biaya pemesanan tahunan akan membesar karena intensitas atau frekuensi pemesanan yang begitu tinggi atau sering dilakukan.

4. Part Period Balancing (PPB)

Model Part Period Balancing (PPB) dijelaskan oleh Herjanto (2008: 290) merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan lot size untuk kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan memperkecil total biaya bahan baku. Model ini tidak menjamin diperolehnya biaya total yang minimum. Lot size dicari melalui pendekatan Economic Part Period (EPP), yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan per unit per periode, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kebutuhan diakumulasi periode demi periode sampai mendekati nilai EPP. Akumulasi yang paling mendekati nilai EPP merupakan lot size yang dapat memperkecil biaya bahan baku.

5. Period Order Quantity (POQ)

Model Period Order Quantity (POQ) dijelaskan oleh Herjanto (2008: 292) merupakan pengembangan dari teknik EOQ untuk jumlah permintaan yang tidak sama dalam beberapa periode. Rata – rata permintaan digunakan dalam model EOQ untuk mendapatkan rata – rata jumlah barang setiap kali pemesanan. Angka ini selanjutnya dibagi dengan rata – rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya dibulatkan. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan.

Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut:

Dimana: POQ = period order quantity S = biaya pemesanan

D = rata – rata kebutuhan H = biaya penyimpanan

Keunggulan kebijakan POQ dibandingkan kebijakan EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan bahan baku bila kebutuhan tidak seragam, karena dengan POQ, bahan baku yang berlebih dapat dihindari.

3.5.2.2. Analisis Model Persediaan Probabilistik

Model persediaan probabilistik yang digunakan untuk menganalisis data kuantitatif dalam penelitian ini adalah:

1. Single Period Model

Rangkuti (2007: 104 – 105) menjelaskan bahwa analisis single period model umumnya difokuskan pada dua jenis biaya yaitu biaya akibat kehilangan penjualan dan biaya ekses. Pada umumnya, kehilangan penjualan adalah laba yang tidak realistis per unitnya, yaitu:

C shortage = Cs = pendapatan per unit – biaya per unit

Biaya ekses adalah biaya yang ditimbulkan akibat masih adanya barang yang tersisa dalam suatu periode. Biaya ekses dapat dihitung melalui:

C ekses = Ce = biaya per unit – nilai salvage per unit

Timbulnya biaya – biaya akibat barang – barang sisa, maka salvage akan negatif sehingga dapat mengakibatkan peningkatan biaya ekses per unit. Tujuan model ini adalah mengidentifikasi kuantitas pesanan atau tingkat persediaan yang dapat meminimalkan ekses jangka panjang dan biaya kehilangan penjualan.

Biaya kehilangan penjualan dan biaya ekses digunakan untuk mengetahui rasio tingkat pelayanan. Tingkat pelayanan merupakan pendekatan perhitungan untuk mendapatkan tingkat persediaan yang optimal. Tingkat pelayanan atau sevice level (SL) adalah kemungkinan bahwa permintaan kemungkinan tidak akan melebihi tingkat persediaan dan perhitungan tingkat pelayanan ini merupakan kunci untuk menentukan tingkat persediaan yang optimal (So) (Stevenson; 2005: 514). Tingkat pelayanan dapat dihitung dengan rumus:

Cs SL = Cs + Ce

Tingkat persediaan optimal (So) pada tingkat pelayanan yang diinginkan (SL) dapat dicari dengan menggunakan rumus:

So = Permintaan rata – rata + (Z(SL) x Z pemintaan)

2. Periodic Review System

Reid dan Sanders (2005: 444) menjelaskan analisis persediaan periodic review system memerlukan adanya pemeriksaan dan pengisian kembali persediaan di Toko Raja Buah Segar secara berkala dalam hitungan hari sesuai dengan masa

simpan optimal rata – rata buah yang layak jual. Jangka waktu pemeriksaan dan pengisian kembali persediaan (T) didasarkan pada asumsi daya simpan optimal suatu jenis buah tanpa harus beresiko mengalami kerusakan pada masa penyimpanan.

Jarak waktu antara waktu pemesanan dan penerimaan barang biasanya tidak menyebabkan Toko Raja Buah Segar mengalami kehilangan penjualan karena pemesanan biasanya dilakukan pada malam hari dan pemasok akan datang pada keesokan harinya saat toko akan beroperasi, dengan demikian waktu tenggang (L) diasumsikan nol (0). Berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan, maka perhitungan untuk mendapatkan target tingkat persediaan atau target inventory level (TI) dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

TI = d (T + L) + SS

Dimana: TI = Target Inventory Level

d = rata – rata permintaan per periode T = review period

L = lead time SS = safety stock

Safety stock atau persediaan pengaman, dihitung sebagai berikut: SS = z T+L

Dimana: z = standar deviasi

RP+L = standar deviasi dari permintaan selama pengulangan periode dan lead time dan di hitung sebagai berikut:

RP+L =

Dimana: t= standar deviasi permintaan selama interval t

Menghitung kuantitas pemesanan untuk pengisian kembali, menggunakan rumus berikut:

Q = TI – OH

Dimana: Q = kuantitas pemesanan untuk pengisian kembali TI = Target Inventory Level

OH = kuantitas persediaan di tangan

3.6. Definisi Operasional

1. Pasca panen adalah setiap upaya atau perlakuan yang diberikan oleh pihak Toko Raja Buah setelah menerima pasokan produk dari supplier.

2. Persediaan buah segar adalah persediaan yang dimiliki oleh Toko Raja Buah baik yang sudah terdapat pada rak display maupun yang masih berada pada gudang penyimpanan.

3. Sistem pengendalian persediaan adalah serangkaian prosedur yang disusun untuk mengendalikan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan, dan besarnya pesanan yang harus dilakukan untuk menjaga persediaan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat untuk meminimalkan total biaya persediaan.

4. Biaya pemesanan merupakan biaya – biaya yang dikeluarkan oleh Toko Raja Buah Segar setiap kali melakukan pemesanan (Rp/pesanan).

55 5. Waktu tunggu (lead time) merupakan waktu tenggang terhitung sejak

pemesanan dilakukan oleh Toko Raja Buah sampai dengan pesanan diterima oleh pihak Toko Raja Buah (hari).

6. Daya simpan adalah lama waktu suatu jenis buah dapat disimpan tanpa mengurangi tingkat kualitasnya seperti saat baru diterima dari pemasok, sehingga tidak menyebabkan terjadinya penurunan harga (hari).

7. Tingkat pelayanan atau sevice level (SL) adalah kemungkinan bahwa permintaan tidak akan melebihi tingkat persediaan yang dimiliki.

Dokumen terkait