• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Memengaruhi

xxxvii 2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama. (Taufiqurrahman, 2004).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta pada bulan April sampai Juni 2010

4. Subjek Penelitian a. Populasi Penelitian

Semua pasien asma yang memeriksakan diri di Poliklinik Paru maupun yang sedang dirawat inap di Bangsal Anggrek 2 RSUD Dr.Moewardi pada bulan April sampai Juni 2010.

b. Sampel Penelitian

Setiap pasien asma yang memeriksakan diri di Poliklinik Paru maupun yang sedang dirawat inap di Bangsal Anggrek 2 RSUD Dr.Moewardi pada bulan April sampai Juni 2010 yang masuk dalam kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi.

c. Kriteria Subyek Penelitian a. Kriteria Inklusi:

xxxviii 1)Pasien berumur 18 tahun ke atas.

2)Pernah didiagnosis menderita asma oleh dokter ahli paru dalam berbagai derajat berat asma di RSDM Dr. Muwardi Surakarta

3)Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent. b. Kriteria Eksklusi:

1)Menderita penyakit lain dengan diagnosis banding asma 2)Pasien yang buta huruf dan tidak bisa membaca

5. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling yakni purposive sampling dimana setiap yang memenuhi kriteria di atas dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu yang ditetapkan (Murti, 2006).

Jenis purposive sampling yang akan digunakan adalah fixed-exposure sampling. Fixed exposure sampling merupakan skema pencuplikan yang dimulai dengan memilih sampel berdasarkan status paparan subjek yang sudah fixed. (Murti, 2006).

xxxix

Ἀd 2 Ἀ案

(Dahlan, 2008) Keterangan:

α,β : Tingkat kemakmuran (α = 0,05 dan β = 0,2)

maka nilai Zα dan Zβ adalah 1,96 dan 0.842

P1 : Proporsi efek standar dari pustaka

P2 : Proporsi yang diteliti (clinical judgement) P : ½ (P1+P2)

Q : 1-P

Dari hasil perhitungan rumus, besar sampel yang didapatkan adalah 89 sampel untuk tiap kelompok. Namun, karena keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya akan diambil 60 sampel yang terdiri dari 30 sampel kelompok yang diteliti dan 30 sampel kelompok kontrol. Hal ini telah sesuai dengan “Role of Thumb” atau patokan dasar umum, setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subyek penelitian (Murti, 2006).

xl Keterangan:

ACT : Asthma Control Test PSQI : Pittsburgh Sleep Quality 7. Identifikasi Variabel Penelitian

Penderita Asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Asma Terkontrol Asma tidak terkontrol Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Mengisi kuissioner ACT

Mengisi kuisioner PSQI Mengisi kuisioner PSQI

Kualitas tidur baik Kualitas tidur buruk Kualitas tidur baik Kualitas tidur buruk Tabel 2x2

Analisis bivariat Uji Chi Square dan Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda

xli

1. Variabel bebas : Kontrol asma menurut kriteria ACT 2. Variabel tergantung : Kualitas tidur menurut kriteria PSQI

3. Variabel perancu : Umur, penyakit dengan diagnosis banding asma, gangguan medis lain yang dapat menyebabkan gangguan tidur, gangguan mental yang dapat menyebabkan gangguan tidur, gangguan tidur akibat zat, subjektivitas responden dalam mengisi kuesioner.

8. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kontrol Asma menurut kriteria Asthma Control Test (ACT)

a. Definisi: Yang termasuk dalam kategori asma terkontrol adalah pasien dengan skor ACT ≥ 20, sedangkan kategori asma tidak terkontrol adalah pasien dengan skor ACT≤ 19 (GINA, 2006).

b. Sumber data: Data primer pasien c. Alat ukur: Kuesioner ACT

d. Skala pengukuran: Nominal dikotomik, mengkategorikan menjadi asma terkontrol dan tidak terkontrol.

2. Kualitas tidur menurut kriteria Pittsburgh Sleep Quality (PSQI)

a. Definisi: Kualitas tidur dinilai baik jika total nilai (global score) ≤ 5 sedangkan kualitas tidur dinilai buruk jika total nilai (global score) > 5 (Backhaus et al., 2002). b. Sumber data: Data primer pasien

c. Alat ukur : Kuesioner PSQI

d. Skala pengukuran: Nominal dikotomik, mengkategorikan menjadi kualitas tidur baik dan buruk.

xlii 3. Jenis kelamin

a. Definisi: Jenis kelamin sampel dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. b. Alat ukur: Wawancara

c. Skala pengukuran: Nominal 4. Umur

a. Definisi: Umur sampel adalah selisih hari kelahiran dengan ulang tahun terakhir saat penelitian berlangsung (Mulyono et al., 2003).

b. Alat ukur: Wawancara c. Skala pengukuran: Rasio 5. Ras

a. Definisi: Ras sampel penelitian adalah adalah WNI keturunan asli Indonesia. b. Alat ukur: Wawancara

c. Skala pengukuran: Nominal

6. Penyakit dengan diagnosis banding asma: a. Definisi

1) Gagal jantung adalah sindroma klinis ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan kelainan struktur atau fungsi jantung (Panggabean, 2006).

2) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit ditandai adanya hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara bersifat progresif disertai respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel atau gas beracun (Hood, 2004).

xliii

3) Emboli paru merupakan kejadian obstruksi sebagian atau total sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabang akibat tersangkutnya emboli trombus atau emboli yang lain (Rahmatullah, 2006).

b. Alat ukur: Wawancara dan rekam medis c. Skala pengukuran: Nominal

7. Gangguan medis lain yang dapat menimbulkan gangguan tidur

a. Definisi: gangguan tidur yang terjadi karena akibat dari gangguan medis umum seperti gagal jantung, hipertensi, diabetes melitus, osteoarthritis, gagal ginjal, kejang nokturnal, nyeri kepala (cephalgia), refluks gastroesofagus, parkinson, stroke (Welsh, 2003).

b. Alat ukur: Wawancara dan rekam medis c. Skala Pengukuran: Nominal

8. Gangguan mental yang dapat mengganggu tidur

a. Definisi: Gangguan tidur berupa insomnia pada gangguan depresif berat, dementia, gangguan kecemasan umum, gangguan Bipolar II dan episode manik ataupun hipersomnia pada gangguan mood, gangguan bipolar I fase terdepresi (Frances et al., 1995).

b. Alat ukur : Wawancara dan rekam medis c. Skala pengukuran: Nominal

xliv

a. Definisi: Gangguan tidur yang berkembang dalam satu bulan akibat intoksikasi atau putus zat. Subtansi zat yang dapat menyebabkan gangguan tidur antara lain: narkoba, obat penghambat beta, kafein, alkohol, obat hipnotik-sedatif, kemoterapi (Kaplan dan Sadock, 2000).

b. Alat ukur: Wawancara dan rekam medis c. Skala Pengukuran: Nominal

9. Alat dan Bahan Penelitian 1. Informed Consent

2. Kuesioner ACT, Kuesioner PSQI, Kuesioner riwayat penyakit dan riwayat konsumsi zat 10. Cara Kerja

1. Melakukan wawancara dengan pasien yang telah didiagnosis asma meliputi: a. Wawancara tentang data diri pasien (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaaan, dan alamat).

b. Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur, serta manfaat penelitian kepada pasien dan mendapat persetujuan keikutsertaan dalam penelitian dengan penandatanganan informed consent.

c. Pengisian kuesioner Asthma Control Test (ACT)

d. Pengisian kuesioner Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

e. Pengisian kuesioner penyakit penyerta dan riwayat konsumsi zat

2. Cara mengisi kuesioner ACT dan PSQI

xlv

b. Mendampingi pasien pada waktu pengisian kuesioner c. Mempersilakan pasien bertanya bila menemui kesulitan

d. Jika pasien tidak dapat mengisi sendiri, maka peneliti dapat melakukan wawancara terhadap pasien untuk pengisian kuesioner

3. Menghitung skor total ACT dan mengelompokanya dengan cara:

a. Setiap soal dalam kuesioner masing-masing pilihan jawabannya mempunyai skor 1-5.

b. Skor tiap soal tergantung jawaban pasien

c. Skor tiap soal dijumlah dan didapatkan skor total yang kemudian dikelompokkan menjadi asma terkontrol jika skor total ≥ 20 dan asma tidak terkontrol jika skor ACT ≤19 (GINA, 2006).

4. Menghitung skor total PSQI

a. Setiap soal kuesioner PSQI mempunyai sistem skoring tersendiri b. Skor tiap soal tergantung jawaban pasien

c. Skor tiap soal dijumlah dan didapat skor total yang kemudian dikelompokkan menjadi kualitas tidur baik jika skor total ≤ 5 sedangkan kualitas tidur buruk jika skor total > 5 (Buysse, 1989).

5. Menilai perbedaaan kualitas tidur menurut PSQI pada pasien asma terkontrol dan tidak terkontrol menurut ACT.

xlvi

Karakteristik data sampel berskala kategorikal dideskripsikan dalam frekuensi dan persen. Karakteristik data sampel berskala kontinu dideskripsikan dalam frekuensi, mean, dan deviasi standar.

Data penelitian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) 17.0 for Windows. Analisa data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah diawali dengan analisa bivariat uji chi square selanjutnya dianalisis bersama dengan analisis regresi logistik ganda guna mencari Odds Ratio, Confidence Interval 95% dan nilai p.

Pertama, variabel bebas dan perancu akan dianalisis masing-masing secara bivariat terhadap variabel tergantung dengan menggunakan uji chi square untuk mengetahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel secara statistik bermakna ataukah peran peluang terlalu besar hingga keterkaitan yang teramati tidak bermakna. Data diolah dengan menggunakan metode statistik uji Chi-square (X2) dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Hubungan antara kedua variabel bermakna bila faktor peluang atau nilai p kurang dari 5% (p<0,05).

Analisis regresi logistik ganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel perancu yang tidak direstriksi dalam kriteria sampel. Teknik ini digunakan bila variabel tergantungnya berskala nominal (Sastroasmoro, 2006). Variabel yang akan dimasukkan dalam analisis regresi logistik adalah variabel

xlvii

yang pada analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna dan mempunyai nilai p<0,25 (Dahlan, 2009).

Penghitungan odds ratio dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan kualitas tidur dengan kontrol asma. Dalam model regresi logistik, rumus OR = exp (β). Interpretasi OR disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Interpretasi OR (rule of thumbs)

OR Interpretasi

1 Tidak ada hubungan

>1 hingga < 1,5 Terdapat hubungan lemah

≥1,5 hingga < 3 Terdapat hubungan sedang

≥3 hingga <10 Terdapat hubungan kuat

≥10 Terdapat hubungan sangat kuat

Perbedaan kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol dianalisis dengan model analisis regresi logistik dengan sekaligus mengontrol pengaruh variabel perancu umur, riwayat penyakit penyerta dengan persamaan sebagai berikut: (Murti, 2006).

Ln

1 鰸 d 案

Dimana:

p = probabilitas pasien asma untuk mengalami kualitas tidur buruk 1-p = probabilitas pasien asma untuk mengalami kualitas tidur baik

= kontrol asma pasien (0: asma terkontrol, 1: asma tidak terkontrol) = umur pasien asma (0: <48 tahun; 1: ≥48 tahun)

xlviii

= keberadaan riwayat penyakit penyerta (0: tidak ada, 1: ada)

Keberadaan kerancuan (confounding factor) taksiran OR perbedaan kualitas tidur pada pasien asma terkontrol dengan tidak terkontrol oleh variabel perancu umur dan riwayat penyakit penyerta ditemukan dengan cara membandingkan hasil estimasi OR yang mengontrol faktor perancu (adjusted estimate) dari analisis regresi logistik ganda dengan hasil estimasi OR yang tidak mengontrol faktor perancu tersebut (crude estimate) dari hasil analisis bivariat.

Apabila terdapat perbedaan antara OR taksiran kasar (crude estimate) dan OR taksiran yang mengontrol kerancuan (adjusted estimate) sebesar10-20% atau lebih, maka taksiran kasar tersebut dikatakan telah mengalami bias. Jika taksiran kasar OR mengandung bias, maka taksiran OR yang digunakan adalah taksiran yang mengendalikan pengaruh faktor perancu.

BAB IV

Dokumen terkait