• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Medan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, pada ketinggian + 25 m dpl. Dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih bawang merah varietas Kuning dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang-Jawa Barat (deskripsi varietas terdapat pada lampiran 2), pupuk kandang sapi, pupuk Urea, ZA, SP-36, dan KCl, fungisida antracol, insektisida curacron. Alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, tali plastik, tugal, papan label, alat tulis, hand sprayer, dan alat-alat lain yang mendukung penelitian.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Petak Terpisah (Split split Plot Designs) yang terdiri dari 3 faktor yaitu: 3 x 4 x 4 diulang sebanyak 3 kali.

Faktor I (petak utama) adalah jarak tanam, dengan symbol J terdiri dari : J1 = jarak tanam 20 x 10 cm

J2 = jarak tanam 20 x 20 cm J3 = jarak tanam 20 x 30 cm

Faktor II (anak petak) adalah pupuk kandang, dengan simbol K yang terdiri dari : K0 = kontrol

K1 = pupuk kandang sapi 10 ton/ha K2 = pupuk kandang sapi 20 ton/ha K3 = pupuk kandang sapi 30 ton/ha

Faktor III (anak-anak petak) adalah dosis pupuk ZA, dengan simbol P yang terdiri dari :

P0 = tanpa pupuk ZA P1 = 150 kg/ha ZA P2 = 300 kg/ha ZA P3 = 450 kg/ha ZA

Dengan demikian terdapat 48 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 144 unit percobaan, dengan 3 sampel destruktif yang diukur hingga saat panen.

Model linier untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Yijkl = µ+ρi+αj+εij+ k+(α )jk+εijk+ l+(α )jI+( )kI+(α )jkI+εijkI Dimana :

Yijkl = nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan jarak tanam ke-j perlakuan pupuk organik taraf ke-k, dan perlakuan pupuk anorganik taraf ke-l.

µ = Rata-rata umum nilai pengamatan

Ρi = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i j = Pengaruh perlakuan jarak tanam ke-j

Εij = Pengaruh galat pada ulangan ke-i dan jarak tanam ke-j k = Pengaruh perlakuan pupuk organik ke-k

(α )jk = Pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam ke-j dan perlakuan pupuk organik ke-k

Εijk = Pengaruh galat pada ulangan ke-i, perlakuan jarak tanam ke-j dan pupuk organik ke-k

ץ = Pengaruh perlakuan pupuk anorganik taraf ke-l

(α )jI = Pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam ke-j dan perlakuan pupuk anorganik ke-l

( )kI = Pengaruh interkasi perlakuan pupuk organik ke-k dan perlakuan pupuk anorganik taraf ke-l

(α )jkI = Pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam ke-j, perlakuan pupuk organik ke-k, dan perlakuan pupuk anorganik ke-l

εijkI = Pengaruh galat pada ulangan ke-i dan jarak tanam ke-j, perlakuan pupuk organik ke-k, dan perlakuan pupuk anorganik ke-l

Bagan penelitian terdapat pada lampiran 3.

Data hasil pengamatan dianalisis dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakuan kombinasi terhadap peubah amatan menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata dapat dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi, dan uji beda rataan dalam uji DMRT pada taraf 5 % (Gomez, 1995). Pada pengaruh perlakuan tunggal terhadap peubah amatan menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi, dan uji Tukey (hsd = Honestly significant difference) atau sering disebut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

Pelaksanaan Penelitian Pengolahan lahan

Lahan diukur dengan ukuran untuk masing-masing bedengan seluas 1,4 x 2,4 m. Jarak antar petak dalam 1 ulangan 50 cm dan jarak antar beda ulangan 100 cm. Dibuat parit keliling dengan ukuran 50 cm dan kedalam 50 cm. Kemudian lahan dibersihkan dari gulma yang ada dan dilakukan olah tanah pertama yaitu mencangkul tanah hingga gembur dengan kedalaman olah antara 20 – 30 cm.

Aplikasi pupuk kandang sapi

Pada saat olah tanah kedua (15 hari setelah olah tanah pertama), dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis sesuai perlakuan. Pupuk kandang di taburkan di bedengan lalu diaduk secara merata dengan menggunakan cangkul dan diinkubasi selama 7 hari.

Pemupukan SP-36, KCl, dan ZA

Pupuk P (SP-36) dengan dosis 300 kg/ha (70 kg P2O5/ha) diberikan 3 hari sebelum tanam dengan cara disebar lalu diaduk secara merata dengan tanah. Pupuk N dan K sebagai pupuk susulan, diaplikasikan bersama-sama pada larikan dan dibenamkan dalam tanah. Macam dan jumlah pupuk N dan K yang diberikan untuk 1 kali musim tanam adalah sebagai berikut : pupuk N sebanyak 141 kg/ha berasal dari urea dan ZA; pupuk K sebanyak 100 kg/ha dari KCl. Tujuan pemberian pupuk Urea adalah untuk menambah kekurangan N dari perlakuan pemupukan ZA. Adapun dosis perbandingan pupuk ZA dan Urea adalah sebagai berikut : Pada P0 = 313,5 kg/ha

kg N dan 36 kg S); P2 = 300 kg/ha ZA + 173,3 kg/ha Urea (setara 141 kg N dan 72 kg S); P3 = 450 kg/ha ZA (setara 141 kg N dan 108 kg S).

Pemupukan susulan I berupa pupuk N dan K dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan susulan ke II pada umur umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis.

Pemilihan umbi bibit

Bibit bawang yang digunakan adalah varietas Kuning dengan ukuran 5 – 10 gram/umbi dan berasal dari tanaman yang dipanen cukup tua 70 – 90 hari setelah tanam (hst). Bibit sehat, warna mengkilat, bentuk kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (terkelupas) dan telah mengalami masa simpan selama 2 bulan setelah panen. Deskripsi varietas Kuning terdapat pada lampiran 2.

Penanaman

Umbi bawang merah yang telah dipilih, ditanam satu persatu pada lubang tanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan yaitu : 10 cm x 20 cm , 20 cm x 20 cm, dan 20 cm x 30 cm.

Sebelum umbi bawang merah ditanam, kulit luar umbi bibit yang mengering dibersihkan dan dilakukan pemotongan ujung umbi sepanjang kurang lebih ¼ bagian dari seluruh umbi. Kemudian umbi di fungisida menggunakan Antracol 70 WP dengan dosis 5 g/kg umbi. Setiap 5 kg umbi dan 25 g Antracol dimasuk ke dalam kantong plastik kemudian diaduk hingga rata. Setelah itu umbi di tanam, sehingga ⅔ bagian bagian umbi masuk ke dalam tanah dan posisi siung tidak boleh terbalik.

Setelah ditanam, seluruh lahan disiram dengan embrat yang halus. Bagan unit plot percobaan terdapat pada lampiran 4.

Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan pada awal pertumbuhan hingga umur kurang-lebih 7 hari setelah tanam dengan cara mengambil umbi yang mati atau busuk.

Penyiraman tanaman dilakukan berdasarkan umur tanaman. Pada umur tanaman 0 – 10 hari, penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Setelah tanaman berumur lebih dari 10 hari penyiraman dilakukan 1 kali sehari pada pagi atau sore hari.

Penyiraman yang dilakukan pada musim hujan umumnya hanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, yaitu untuk menurunkan percikan tanah yang menempel pada daun bawang merah.

Penyiangan gulma dari pertanaman dilakukan pada saat umur tanaman 2 minggu dan 1 bulan setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran bawang merah, yaitu dicabut dengan tangan secara dengan perlahan.

Pengendalian penyakit tanaman dilakukan dengan penyemprotan fungisida Benlox 5 g/l air seminggu sekali mulai dari umur tanaman 21 hari hingga umur 42 hari.

Pengamatan Peubah Amatan

Pengamatan parameter dilakukan untuk komponen vegetatif sesuai dengan interval pengamatan dan komponen generatif mulai masa reproduktif hingga saat panen.

Panen

Tanaman bawang merah varietas kuning pada penelitian ini dipanen pada umur 56 dan 60 hari. Ciri tanaman yang dipanen adalah leher batang mengeras dan batang telah melemas, daun menguning dan umbi lapis sudah tersembul ke permukaan tanah. Sampel tersebut 80% dari jumlah tanaman sudah menunjukkan tanaman siap panen. Panen dilaksanakan pada saat cuaca cerah dan tanah kering. Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman secara hati-hati agar batang tidak putus dan umbi tidak tertinggal dalam tanah. Setelah itu umbi yang sudah dicabut dibersihkan dari tanah yang melekat dan dikeringkan selama satu hari serta ditimbang untuk mendapatkan bobot basah. Bobot kering didapat dengan melakukan pengeringan selama 14 hari dari waktu panen.

Peubah Amatan 1. Tinggi tanaman (cm),

Pengukuran tinggi tanaman dukur mulai dari leher akar sampai ujung tajuk tertinggi untuk 3 tanaman sampel. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada umur 2, 4, 6, 8 mst.

2. Bobot kering tanaman (g),

Bobot kering tanaman dilakukan dengan menimbang 3 sampel tanaman destruktif dicabut sampai akarnya pada umur 2, 4, 6, 8 mst. Kemudian dibersihkan, dikering ovenkan pada suhu 650C hingga bobotnya konstan, selanjutnya tanaman ditimbang dengan timbangan elektrik.

3. Jumlah umbi/plot (buah),

Jumlah seluruh anakan dihitung pada setiap rumpun tanaman sampel dalam setiap plot tanaman memasuki fase generatif.

4. Jumlah Daun/rumpun (buah),

Jumlah daun dihitung pada setiap rumpun tanaman sampel dalam setiap plot pada umur 2, 4, 6, 8 mst.

5. Produksi bobot basah/plot (g),

Dihitung sekali saat panen untuk menghitung produksi per luas pertanaman. 6. Produksi bobot kering/plot (g),

Dihitung sekali setelah dikeringkan selama dua minggu dari saat panen untuk menghitung produksi per luas pertanaman.

7. Laju tumbuh relatif (g.minggu-1),

Relatif Growth Rate (RGR) atau Laju Tumbuh Relatif ditentukan dengan rumus :

(Ln W2 – Ln W1) LTR =--- (T2 – T1)

W1 = bobot kering tanaman pada waktu t1

W2 = bobot kering tanaman pada waktu t2

T = waktu (minggu)

Pengukuran LTR dilakukan pada 3 tanaman sampel destruktif umur 2, 4, 6, 8 mst.

8. Kandungan C-organik (%),

Analisis dilakukan di laboratorium dengan metode Walkley & Black setelah panen untuk menentukan kandungan C-organik pada tanah.

9. Serapan S (%),

Analisis dilakukan di laboratorium dengan metode spektrofotometer setelah panen untuk menentukan serapan S pada umbi tanaman.

10.Ketajaman aroma

Dilakukan secara organoleptik pada umbi yang berukuran berat 5 g dengan menggunakan relawan secara skoring. Metode yang digunakan, irisan bawang dicicipi.

11.Warna umbi

Pengamatan warna umbi dilakukan pada umbi setelah panen yang berukuran berat 5 g, dan untuk menentukan perbedaan warna dari perlakuan digunakan skoring.

Dokumen terkait