• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di Jawa Timur yang merupakan daerah padat industri kecil karena 25% dari jumlah industri kecil yang ada di Indonesia berada di Jawa Timur. Sebagian besar industri kecil di Jawa Timur tumbuh dan berkembang di Sentra Industri kecil (SIK) sebanyak 2167 SIK yang terdiri dari 177216 unit usaha yang tersebar di 562 kecamatan (97,2% dari 578 kecamatan yang ada di Jawa Timur). Penelitian dilakukan terhadap seluruh pengrajin industri kecil kelompok kerajinan barang dari bahan kulit. Alasan dipilihnya kelompok ini karena: (1) perkembangan yang sangat baik, (2) menyerap tenaga kerja yang besar, dan (3) menghasilkan produk dan pendapatan paling banyak dari seluruh kelompok industri kecil di Jawa Timur.

HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan penelitian, tujuan penelitian dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis penelitian berikut: Keberhasilan pemberdayaan pengrajin menuju kemajuan dan keberlanjutan usaha dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu pengrajin, kualitas pendukung usaha dan lingkungan.

Hipotesis Kerja:

(1) Perilaku wirausaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh karakteristik individu pengrajin, pendukung usaha dan lingkungannya.

(2) Kemandirian usaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh karakteristik individu, pendukung usaha, lingkungan dan perilaku wirausaha.

(3) Kemajuan usaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh perilaku wirausaha dan kemandirian usaha.

(4) Keberlanjutan usaha dipengaruhi secara positif dan nyata oleh kemajuan usaha.

(5) Terdapat perbedaan secara nyata kemandirian usaha, perilaku wirausaha, kemajuan usaha, dan keberlanjutan usaha pengrajin di kedua lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Jawa Timur yang merupakan daerah padat industri kecil karena 25% dari jumlah industri kecil yang ada di Indonesia berada di Jawa Timur. Sebagian besar industri kecil di Jawa Timur tumbuh dan berkembang di Sentra Industri kecil (SIK) sebanyak 2167 SIK yang terdiri dari 177216 unit usaha yang tersebar di 562 kecamatan (97,2% dari 578 kecamatan yang ada di Jawa Timur). Penelitian dilakukan terhadap seluruh pengrajin industri kecil kelompok kerajinan barang dari bahan kulit. Alasan dipilihnya kelompok ini karena: (1) perkembangan yang sangat baik, (2) menyerap tenaga kerja yang besar, dan (3) menghasilkan produk dan pendapatan paling banyak dari seluruh kelompok industri kecil di Jawa Timur.

Di Jawa Timur terdapat enam Kabupaten yang memiliki sentra industri kecil kerajinan paling potensial dari bahan kulit yang paling potensial yaitu: (1) Sidoarjo, (2) Mojokerto, (3) Malang, (4) Pasuruan, (5) Ponorogo, dan (6) Magetan. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik pengambilan sampel bertingkat (stratified random sampling), dengan dasar penentuan strata adalah kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku. Lokasi yang terpilih adalah Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan Jawa Timur. Sidoarjo berada di wilayah yang mewakili daerah yang jauh dengan sumber bahan baku dan Magetan mewakili daerah yang dekat dengan sumber bahan baku.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pengrajin pada kelompok kerajinan barang dari bahan kulit yang berada pada Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Magetan dengan jumlah populasi pengrajin 741 orang. Penarikan sampel dari setiap strata dilakukan secara proporsional, yang dalam hal ini jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2002) sebagai berikut :

n = 2 (e) N 1 N  Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran sebesar 5 %

Berdasarkan rumus slovin tersebut jumlah sampel sebesar 260 pengrajin. Matrik kerangka sampel disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Kerangka Sampel Penelitian

Kabupaten Jumlah Populasi

Pengrajin

Jumlah Sampel Pengrajin

Sidoarjo 413 pengrajin 145 pengrajin

Magetan 328 pengrajin 115 pengrajin

Total 741 pengrajin 260 pengrajin

Tabel 8Kerangka Sampel Penelitian

Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey korelasional yang dilaksanakan untuk

melihat hubungan antara peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Peubah dalam penelitian ini adalah: (1) Karakteristik individu Pengrajin (X1), (2) Kualitas pendukung usaha (X2), (3) Lingkungan (X3), (4) Perilaku wirausaha (Y1), (5) Kemandirian pengrajin (Y2), (6) kemajuan Usaha (Y3), dan (7) Keberlanjutan usaha (Y4).

Untuk mengetahui adanya hubungan atau pengaruh dilakukan uji statistik sehingga menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menjelaskan substansi hasil uji statistik digunakan pendekatan kualitatif.

Data dan Instrumentasi Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Data tersebut mencakup data pada peubah : (1) Karakteristik individu Pengrajin (X1), (2) Kualitas pendukung usaha (X2), (3) Lingkungan (X3), (4) Perilaku wirausaha (Y1), (5) Kemandirian Usaha (Y2), (6) Kemajuan usaha (Y3), dan (7) Keberlanjutan Usaha (Y4):

(1) Karakteristik Individu Pengrajin (X1)adalah ciri-ciri yang melekat pada individu pengrajin yang dinyatakan dalam tingkatan yang membedakan dirinya dengan orang lain berdasarkan waktu tertentu. Dalam penelitian ini ciri- ciri pengrajin industri kecil kerajinan yang diperhatikan adalah:

(a) Umur adalah lamanya tahun kehidupan pengrajin yang diukur berdasarkan jumlah tahun kehidupan.

(b) Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal dan non formal yang ditempuh pengrajin selama hidupnya. Tingkat pendidikan formal diukur berdasarkan jumlah tahun pendidikan formal. Tingkat pendidikan non formal diukur berdasarkan jumlah jam pendidikan non formal.

(c) Tanggungan Keluarga adalah jumlah individu yang masuk dalam tanggungan biaya pengrajin, diukur berdasarkan jumlah jiwa yang dibiayai hidupnya. (d) Pengalaman berusaha adalah lamanya waktu dalam tahun dalam hal

melakukan aktivitas dalam bidang kerajinan, diukur berdasarkan jumlah tahun bekerja.

(e) Motivasi berusaha adalah hal yang mendorong pengrajin bekerja di bidang kerajinan saat ini, dilihat dari alasan bekerja sebagai pengrajin.

(f) Pemenuhan Kebutuhan adalah aspek fisik dan psikologis yang harus dipenuhi pengrajin dalam kehidupannya yang terdiri dari sandang, pangan, papan, rekreasi dan pendidikan. Kebutuhan diukur berdasarkan jumlah pengeluaran untuk kebutuhan pangan, pakaian, tempat tinggal, rekreasi dan pendidikan anak dalam rupiah per tahun, serta rencana pencapaian tingkat pendidikan anak diukur dalam tahun.

(g) Intensitas komunikasi adalah proses pertukaran informasi pengrajin dengan sumber informasi interpersonal berikut pencarian informasi pada media dan sumber informasi usaha. Komunikasi diukur berdasarkan: tingkat kekerapan berkomunikasi dengan sesama pengrajin, pembeli dan pemasok barang tentang hal yang berkaitan dengan usaha kerajinan, tingkat kekerapan membaca informasi tentang usaha kerajinan dari surat kabar, majalah, radio dan televisi, tingkat kekrapan bepergian ke luar desa dan keanggotaan pada organisasi sosial.

(h) Aspek gender adalah persepsi pengrajin dalam melihat perbedaan yang tampak antara pria dan wanita berdasar tugas dan haknya, diukur berdasarkan tingkat perbedaan pembagian tugas antara pria dan wanita dan tingkat perbedaan upah antara kaum pria dan wanita.

Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 9.

Tabel 9. Peubah Karakteristik Individu Pengrajin

Indikator Parameter

(1) Umur Lamanya tahun kehidupan Tingkat pendidikan formal (2) Pendidikan

Tingkat pendidikan non formal

(3) Tanggungan Keluarga Anggota keluarga yang masuk dalam tanggungan pengrajin Lama bekerja sebagai pengrajin

(4) Pengalaman berusaha

Lama bekerja di luar bidang kerajinan (5) Motif berusaha Pendorong bekerja sebagai pengrajin

Kebutuhan dasar (6) Tingkat Pemenuhan

Kebutuhan Kebutuhan pendidikan anak

Akses jaringan komunikasi interpersonal Akses pada Media cetak dan elektronik (7) Intensitas Komunikasi

Kosmopolitansi

Persepsi pengrajin terhadap kesetaraan tugas berdasar jenis kelamin (8) Aspek Gender

Persepsi pengrajin terhadap kesetaraan hak berdasar jenis kelamin

100 x maksimum skor Jumlah n indikator skor Jumlah indikator si transforma indeks

Pengukuran data dalam peubah karakteristik individu pengrajin terbagi menjadi dua skala pengukuran yaitu skala rasio dan ordinal. Data yang berskala pengukuran rasio adalah: umur, pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha dan kebutuhan, agar terpenuhi kesamaan skala pengukuran, maka terhadap data berskala rasio ini dilakukan transformasi ke dalam skala pengukuran ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Data motivasi berusaha, intensitas komunikasi, dan aspek gender, diukur dengan skala likert jenjang empat (1, 2, 3, dan 4) yang kemudian ditranformasikan ke dalam skala pengukuran ordinal tiga jenjang rendah, sedang dan tinggi.

Guna keperluan analisis statistik dilakukan proses transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio, dengan mengunakan rumus Transformasi indeks indikator :

Transformasi indeks peubah :

100 var var var x iabel tiap maksimum indek jumlah iabel tiap indikator indek jumlah iabel indek Nilai

(2) Pendukung Usaha (X2) adalah tingkat ketersediaan faktor-faktor yang diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha kerajinan kulit yang meliputi: (a) Bahan baku adalah ketersediaan bahan yang akan diolah menjadi produk

kerajinan yang berasal dari kulit dan imitasinya, bahan baku diukur berdasarkan tingkat mutu bahan baku, tingkat kemudahan memperoleh bahan dan tingkat keterjangkauan harga bahan baku.

(b) Pasar adalah tingkat permintaan dan jangkauan pemasaran yang harus dilayani pengrajin, diukur berdasarkan tingkat permintaan konsumen, jangkauan daerah pemasaran dan tingkat kesetiaan konsumen.

(c) Teknologi adalah peralatan yang digunakan dalam membuat kerajinan yang diukur dari cara memperoleh, keterjangkauan harga dan perkembangan peralatan.

(d) Transportasi adalah tingkat ketersediaan sarana angkutan yang digunakan untuk kegiatan usaha, diukur berdasarkan tingkat kemudahan memperoleh, tingkat kenyamanan dan keterjangkauan harga.

(e) Alat komunikasi adalah tingkat ketersediaan sarana telepon yang diukur berdasarkan tingkat kekerapan pemakaian telepon rumah, seluler dan warung telekomunikasi untuk kegiatan usaha.

Keseluruhan pengukuran data dalam variabel kualitas pendukung usaha adalah menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 10.

Tabel 10. Peubah Pendukung Usaha

Indikator Parameter

1) Kualitas bahan baku

2) Ketersediaan bahan baku

(1) Bahan Baku

3) Keterjangkauan harga bahan baku

1) Permintaan Pasar

2) Jangkauan pasar

(2) Pasar

3) Loyalitas Konsumen

1) Cara Memperoleh

2) Keterjangkauan harga peralatan

(3) Ketersediaan Teknologi

3) Perkembangan peralatan

1) Kemudahan memperoleh angkutan

2) Keterjangkauan ongkos angkutan

(4) Ketersediaan Sarana Transportasi

3) Keamanan angkutan

1) Kekerapan pemakaian telepon rumah untuk usaha

2) Kekerapan pemakaian telepon seluler untuk usaha.

(5) Ketersediaan Alat komunikasi

3) Kekerapan pemakaian telepon di Wartel untuk usaha

Tabel 10Peubah Pendukung Usaha

(3) Dukungan Lingkungan (X3) adalah individu lain, sekelompok individu, atau sistem yang melingkupi pengrajin dan usahanya, yang memberikan

dukungan sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan-tindakan pengrajin industri kecil. Dukungan lingkungan ini terdiri dari:

(a) Keluarga adalah individu yang memiliki hubungan darah dengan pengrajin dan individu yang memiliki hubungan darah dengan suami atau isteri pengrajin yang mempengaruhi kegiatan usahanya. Indikator ini diukur berdasarkan tingkat dukungan yang diberikan keluarga terhadap usaha kerajinan dan kesesuaian jenis usaha dengan jenis pekerjaan keluarga.

(b) Pemimpin informal adalah individu yang tidak mendapat pengangkatan secara formal sebagai pemimpin namun karena memiliki sejumlah kualitas unggul memiliki kedudukan sebagai seorang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku pengrajin, diukur berdasarkan tingkat dukungan pemimpin informal terhadap kegiatan usaha masyarakat dan tingkat kekerapan pertemuan pemimpin informal dengan masyarakat.

(c) Bimbingan pemerintah paerah adalah bimbingan yang diberikan oleh lembaga dinas yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan koordinasi dalam pengembangan industri kerajinan, diukur berdasarkan Tingkat kekerapan kegiatan pelatihan, dan kunjungan petugas.

(d) Bimbingan Organisasi Non Pemerintah adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan pengembangan industri kerajinan, diukur berdasarkan tingkat kekerapan kegiatan pelatihan dan kunjungan organisasi non pemerintah.

(e) Sistem Norma adalah aturan yang dipatuhi masyarakat dan berlaku secara lokal, diukur berdasarkan tingkat kesesuaian nilai-nilai dalam masyarakat dengan prinsip-prinsip usaha kerajinan kulit dan tingkat keterikatan pada norma dan adat istiadat.

Pengukuran data dalam variabel lingkungan adalah menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 11.

Tabel 11. Peubah Lingkungan

Indikator Parameter

1) Dukungan pemimpin informal (1) Pemimpin informal

2) Pertemuan pemimpin informal dengan masyarakat. 1) Dukungan keluarga

(2) Keluarga

2) Kesesuaian jenis usaha dengan keluarga 1) Kekerapan kegiatan pelatihan.

(3) Bimbingan

Pemerintah Daerah 2) Kekerapan kunjungan petugas dinas 1) Kekerapan kegiatan pelatihan. (4) Bimbingan

Organisasi Non Pemerintah

2) Kekerapan kunjungan petugas Organisasi Non Pemerintah 1) Kesesuaian nilai

(5) Norma dalam

masyarakat 2) Keterikatan pada norma

Tabel 11Peubah Lingkungan

(5) Perilaku Wirausaha (Y1) adalah cara bertindak pengrajin dalam menjalankan usaha yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap dan ketrampilannya untuk melakukan usaha dengan inovatif, inisiatif, berani mengambil resiko dan berdaya saing.

Keinovatifan adalah cara bertindak pengrajin untuk menghasilkan inovasi dan menerapkan inovasi tersebut dalam usaha kerajinan kerajinannya. Aspek kognitif keinovatifan diukur berdasarkan: pengetahuan sumber informasi inovatif, pemahaman tentang penciptaan inovasi, dan pemahaman tentang penerapan inovasi. Aspek afektif keinovatifan diukur berdasarkan: ketertarikan terhadap sumber informasi inovatif, ketertarikan untuk menciptakan inovasi, dan menerapkan inovasi. Aspek psikomotorik keinovatifan diukur berdasarkan: kecepatan mencari sumber informasi inovatif, kecepatan menghasilkan inovasi, dan kecermatan menerapkan inovasi

Inisiatif adalah cara bertindak pengrajin dalam memprakarsai atau memulai suatu peluang usaha yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Aspek kognitif inisiatif diukur berdasarkan: pengetahuan tentang peluang usaha, pengetahuan tentang cara mencari identifikasi peluang usaha, dan pemahaman tentang cara menjalankan peluang usaha. Aspek afektif inisiatif diukur berdasarkan: ketertarikan terhadap peluang usaha, ketertarikan melakukan identifikasi peluang usaha, dan sikap dalam menjalankan peluang usaha. Aspek psikomotorik inisiatif diukur berdasarkan: kecermatan menemukan peluang usaha, ketelitian melakukan identifikasi peluang usaha.

Pengelolaan Resiko adalah cara bertindak pengrajin dalam mengelola resiko usaha kerajinan baik yang akan dihadapi maupun yang sedang dihadapi. Aktivitas ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif pengelolaan resiko diukur berdasarkan pengetahuan tentang cara memprediksi resiko, pemahaman cara menjalankan usaha yang beresiko, dan pengetahuan cara menghindari resiko. Aspek afektif pengelolaan resiko diukur berdasarkan sikap terhadap usaha yang beresiko, sikap menghadapi kemungkinan terjadinya resiko, dan sikap menghindari resiko. Aspek psikomotorik pengelolaan resiko diukur berdasarkan ketepatan memprediksi terjadinya resiko, kecermatan menjalankan usaha yang berisiko, dan ketepatan menghindari risiko.

Daya saing adalah cara bertindak pengrajin dalam menghadapi persaingan usaha di bidang kerajinan. Aktivitas ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif daya saing diukur berdasarkan pengetahuan tentang strategi bersaing, pemahaman cara menghadapi persaingan, dan pemahaman tentang etika persaingan. Aspek afektif daya saing diukur berdasarkan sikap untuk menghadapi persaingan, sikap terhadap etika persaingan usaha, dan ketertarikan terhadap penerapan strategi usaha. Aspek psikomotorik daya saing diukur berdasarkan: kemampuan menghasilkan keunggulan bersaing, kecepatan merumuskan strategi bersaing, dan ketepatan memenangkan persaingan

Pengukuran data dalam variabel perilaku wirausaha adalah menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal lima jenjang sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12. Peubah Perilaku Wirausaha

Indikator Parameter

1) Pengetahuan sumber informasi inovatif

2) Pemahaman tentang penciptaan inovasi

3) Pemahaman tentang penerapan inovasi

4) Ketertarikan terhadap sumber informasi inovatif

5) Ketertarikan untuk menciptakan inovasi

6) Ketertarikan menerapkan inovasi

7) Kecepatan mencari sumber informasi inovatif

8) Kecepatan menghasilkan inovasi

Keinovatifan

1) Pengetahuan tentang peluang usaha

2) Pengetahuan tentang cara mencari identifikasi peluang usaha

3) Pemahaman tentang cara menjalankan peluang usaha

4) Ketertarikan terhadap peluang usaha

5) Ketertarikan melakukan identifikasi peluang usaha

6) Sikap dalam menjalankan peluang usaha

7) Kecermatan menemukan peluang usaha

8) Ketelitian melakukan identifikasi peluang usaha

Inisiatif

9) Ketepatan menjalankan peluang usaha.

1) Pengetahuan tentang cara memprediksi resiko

2) Pengetahuan cara menghindari resiko

3) Pemahaman cara menjalankan usaha yang beresiko

4) Sikap menghadapi kemungkinan terjadinya resiko

5) Sikap menghindari resiko

6) Sikap terhadap usaha yang beresiko

7) Ketepatan memprediksi terjadinya resiko

8) Kecermatan menjalankan usaha yang berisiko

Pengelolaan Resiko

9) Kecepatan menghindari risiko

1) Pengetahuan tentang strategi bersaing

2) Pemahaman cara menghadapi persaingan

3) Pemahaman tentang etika persaingan

4) Sikap untuk menghadapi persaingan

5) Sikap terhadap etika persaingan usaha

6) Ketertarikan terhadap penerapan strategi usaha

7) Kemampuan menghasilkan keunggulan bersaing

8) Kecepatan merumuskan strategi bersaing

Daya Saing

9) Ketepatan memenangkan persaingan

Tabel 12Peubah Perilaku Wirausaha

(4) Kemandirian Usaha (Y2) adalah kemampuan pengrajin dalam mengatur usahanya secara berkualitas dan kemampuan bekerjasama dengan individu atau organisasi penunjang kegiatan usaha, kemandirian ini meliputi: (1) kemandirian dalam proses produksi, (2) kemandirian dalam permodalan, (3) kemandirian dalam pemasaran, dan (4) kemandirian dalam bekerjasama.

Pengukuran data dalam variabel kemandirian pengrajin adalah menggunakan skala likert dengan empat pilihan (1, 2, 3, dan 4), kemudian ditransformasikan ke skala ordinal dengan kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Guna keperluan analisis statistik maka dilakukan transformasi untuk mengubah skala ordinal ke skala interval atau rasio dengan rumus sebagaimana pada peubah karakteristik individu pengrajin. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 13.

Tabel 13. Peubah Kemandirian Usaha

Indikator Parameter

1) Pengetahuan sumber permodalan

2) Pemahaman cara mengakses sumber permodalan

3) Pemahaman pengelolaan modal

4) Tanggapan terhadap sumber-sumber permodalan

5) Ketertarikan mengakses sumber-sumber permodalan

6) Sikap hemat dalam pengelolaan modal.

7) Kecepatan mencari sumber permodalan

(1) Permodalan

9) Kecermatan mengelola modal.

1) Pengetahuan tahapan proses produksi

2) Pemahaman cara kerja peralatan produksi

3) Pengetahuan persyaratan mutu produksi

4) Ketertarikan atas setiap tahapan produksi

5) Ketertarikan atas cara kerja peralatan produksi

6) Ketertarikan terhadap pentingnya mutu produksi

7) Ketepatan menjalankan tahapan produksi

8) Kecermatan menggunakan peralatan produksi

(2) Proses Produksi

9) Ketepatan memenuhi persyaratan mutu produksi

1) Wawasan tentang bentuk kerjasama

2) Pengetahuan perjanjian kerjasama

3) Pengetahuan tentang cara melakukan kerjasama

4) Sikap mengutamakan kerjasama kemitraan (partnership)

5) Sikap percaya diri dalam bekerjasama

6) Sikap terhadap tindakan subordinasi dan deprivasi kerjasama

7) Kecermatan memilih bentuk kerjasama

8) Ketelitian menyusun perjanjian kerjasama

(3) Kerjasama

9) Kecermatan bekerjasama dengan pihak lain

1) Pengetahuan bauran promosi

2) Pemahaman teknik menjual

3) Pengetahuan mutu pelayanan

4) Ketertarikan terhadap kegiatan bauran promosi

5) Tanggapan terhadap perkembangan teknik menjual

6) Sikap mengutamakan kualitas pelayanan

7) Kecermatan mempromosikan produk

8) Kecepatan menjual produk

(4) Pemasaran

9) Keluwesan melayani pelanggan

Tabel 13Peubah Kemandirian Usaha

(a) Kemandirian dalam permodalan adalah kemampuan pengrajin dalam pengelolaan modal secara hemat dan akumulatif serta mengakses sumber permodalan seluas-luasnya. Kemandirian ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif permodalan diukur berdasarkan pengetahuan sumber permodalan, pemahaman cara mengakses sumber permodalan, pemahaman pengelolaan modal. Aspek afektif permodalan diukur berdasarkan tanggapan terhadap sumber-sumber permodalan, ketertarikan mengakses sumber-sumber permodalan, dan sikap hemat dalam pengelolaan modal. Aspek psikomotorik permodalan diukur berdasarkan kecepatan mencari sumber permodalan, ketepatan mengakses sumber-sumber permodalan, dan kecermatan mengelola modal.

(b) Kemandirian dalam proses produksi adalah kemampuan pengrajin dalam melakukan proses produksi meliputi cara penanganan bahan baku sampai dengan menghasilkan barang jadi. Kemandirian ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif proses produksi diukur berdasarkan pengetahuan tahapan proses produksi, pemahaman cara kerja peralatan produksi, dan pengetahuan persyaratan mutu produksi. Aspek afektif proses produksi diukur berdasarkan ketertarikan atas: setiap tahapan produksi, cara

kerja peralatan produksi, dan pentingnya mutu produksi Aspek psikomotorik proses produksi diukur berdasarkan ketepatan menjalankan tahapan produksi, kecermatan menggunakan peralatan produksi, dan ketepatan memenuhi persyaratan mutu produksi

(c) Kemandirian dalam kerjasama adalah kemampuan pengrajin dalam melakukan kerjasama usaha kerajinan dengan pihak yang berkaitan dengan bidang usaha kerajinan, tanpa tersubordinasi dan terdeprivasi. Kemandirian ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif kerjasama diukur berdasarkan wawasan tentang bentuk kerjasama pengetahuan perjanjian kerjasama pengetahuan tentang cara melakukan kerjasama. Aspek afektif kerjasama diukur berdasarkan sikap mengutamakan kerjasama kemitraan (partnership) sikap percaya diri dalam bekerjasama sikap terhadap tindakan subordinasi dan deprivasi kerjasama sikap percaya diri dalam bekerjasama, sikap terhadap tindakan subordinasi dan deprivasi dalam kerjasama, dan sikap mengutamakan kerjasama kemitraan. Aspek psikomotorik kerjasama diukur berdasarkan kecermatan memilih bentuk kerjasama, ketelitian menyusun perjanjian kerjasama, dan kecermatan bekerjasama dengan pihak lain

(d) Kemandirian dalam pemasaran adalah kemampuan pengrajin dalam melakukan kegiatan pemasaran secara prima dengan mengutamakan pelayanan kepada pelanggan secara memuaskan. Kemandirian ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif pemasaran diukur berdasarkan pengetahuan bauran pemasaran, pemahaman teknik menjual, dan pengetahuan mutu pelayanan Aspek afektif pemasaran diukur berdasarkan ketertarikan terhadap kegiatan bauran promosi, tanggapan terhadap teknik menjual, dan sikap mengutamakan kualitas pelayanan. Aspek psikomotorik pemasaran diukur berdasarkan kecermatan mempromosikan produk, kecepatan menjual produk, dan keluwesan melayani pelanggan.

(5) Kemajuan Usaha (Y3) adalah kondisi perkembangan usaha yang diperoleh pengrajin yang dinilai dari: (1) Pertumbuhan Usaha, (2) Efisiensi Usaha, dan (3) Efektivitas Usaha.

Pertumbuhan usaha adalah peningkatan dan diversifikasi produk kerajinan yang dihasilkan dicapai pengrajin dari kondisi saat ini dengan sebelumnya. Pertumbuhan usaha diukur dari pertumbuhan penjualan, pertumbuhan produksi, pertumbuhan aktiva, perkembangan jenis produk dan pangsa pasar. Efisiensi Usaha adalah penghematan dalam biaya dan waktu yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan usaha kerajinan, diukur berdasarkan perbandingan jumlah biaya produksi secara periodik dan perbandingan penggunaan waktu perunit produk yang dihasilkan secara periodik. Efektivitas usaha adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan pengrajin dalam kurun waktu tertentu, diukur berdasarkan perbandingan jumlah target penjualan dengan realisasi penjualan dan perbandingan jumlah target produksi dan realisasi produksi. Indikator dan pengukuran masing-masing sub peubah tercantum pada Tabel 14.

Dokumen terkait