• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PROFIL WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SOSIAL – EKONOMI MASYARAKAT PEMANFAAT SUMBERDAYA

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai survei deskriptif yang melakukan pengukuran secara cermat terhadap fenomena sosial tertentu dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 2006). Penelitian dilaksanakan di lima kelurahan yang memiliki program APL–BM, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh individu yang memanfaatkan secara langsung sumberdaya perikanan–kelautan berbasis ekosistem terumbu karang sebagai sumber utama penghidupannya (pimary stakeholders) di lokasi penelitian. Responden dipilih dengan tehnik acak proporsional (proportional random sampling).

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibuat berdasarkan skala Likert dengan empat pilihan jawaban. Data sekunder dikumpulkan melalui analisis dokumen/publikasi dari lembaga terkait. Untuk melihat sejauh mana peubah–peubah saling berbeda pada masing–masing lokasi penelitian digunakan analisis uji beda Tuckey. Jumlah responden sebagai sampel

31

penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla dkk, 1993), yaitu : Keterangan : n N e = = = ukuran sampel

ukuran populasi (6287 orang)

persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (e = 7 %)

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka kerangka pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut (Tabel 9):

Tabel 9. Kerangka Pemilihan Sampel Penelitian

Jaring Muroami Bubu Pancing Wisata bahari

Trans- plantasi N n N n N n N n N n N n Kelurahan Panggang

Jumlah populasi = 1689, jumlah sampel = 56

1.Pemilik 13 1 28 1 168 6 129 4 33 1 17 1 2.Pekerja 75 3 495 15 331 10 190 6 168 6 42 2 Jumlah 88 4 523 16 499 16 319 10 201 7 59 3 Kelurahan Kelapa

Jumlah populasi = 1191, jumlah sampel = 39

1.Pemilik 92 3 0 0 72 3 46 2 0 0 0 0 2.Pekerja 719 22 0 0 184 6 78 3 0 0 0 0 Jumlah 811 25 0 0 256 9 124 5 0 0 0 0 Kelurahan Harapan

Jumlah populasi = 764, jumlah sampel = 25

1.Pemilik 75 3 0 0 64 2 21 1 0 0 0 0 2.Pekerja 450 14 0 0 129 4 25 1 0 0 0 0 Jumlah 525 17 0 0 193 6 46 2 0 0 0 0 Kelurahan Tidung,

Jumlah populasi = 669, jumlah sampel = 23

1.Pemilik 5 1 0 0 0 0 221 7 29 1 0 0 2.Pekerja 43 2 0 0 0 0 274 9 97 3 0 0 Jumlah 48 3 0 0 0 0 495 16 126 4 0 0 Kelurahan Pari

Jumlah populasi = 1974, jumlah sampel = 63

1.Pemilik 22 1 0 0 143 5 404 13 0 0 0 0 2.Pekerja 188 6 0 0 713 22 504 16 0 0 0 0 Jumlah 210 7 0 0 856 27 908 29 0 0 0 0 Total sampel diambil = 206

Sumber : data primer yang diolah

N n =

Kerangka Berpikir Penelitian

Penerapan program Areal Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu merupakan wujud dari paradigma baru pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia. Secara konseptual, program ini merupakan praktek pengelolaan ekosistem terumbu karang yang dilakukan secara bersama oleh kelompok masyarakat pemanfaat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Partisipasi kelompok pemanfaat tersebut merupakan komponen utama bagi upaya pemeliharaan sumberdaya perikanan–kelautan.

Namun demikian, pada saat ini masih terus terjadi penurunan kualitas sumberdaya perikanan–kelautan di wilayah Kepulauan Seribu. Hal ini mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan program APL– BM pada saat ini belum optimal. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya memerlukan persyaratan kemampuan individu dan organisasi masyarakat dalam implementsinya.

Karakteristik individu merupakan ciri yang melekat pada individu responden yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakteristik tersebut menjadi pembeda yang khas antara satu individu dengan yang lainnya. Karakteristik individu yang diamati dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman mengelola usaha perikanan–kelautan, jenis pekerjaan dan alat tangkap, status kepemilikan alat produksi dan pengetahuan dalam mengelola sumberdaya perikanan–kelautan.

Dinamika sosial budaya masyarakat adalah proses interaksi sosial antara kelompok–kelompok di dalam masyarakat maupun dengan pihak lain di luar lingkungan sosialnya yang mempengaruhi suasana atau menyebabkan perubahan di dalam sistem sosial tersebut. Perubahan tersebut meliputi aspek nilai–nilai, sikap dan perilaku dalam masyarakat tersebut. Indikator dari peubah dinamika sosial budaya masyarakat yang diamati pada penelitian ini adalah tingkat kekosmopolitan, tingkat keterdedahan media massa, dukungan kearifan lokal serta dukungan dari tokoh masyarakat informal, tokoh masyarakat formal/aparat pemerintah, pihak swasta dan organisasi non–pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan–kelautan melalui implementasi program APL–BM di Kepulauan Seribu.

Kemampuan organisasi masyarakat yang diamati dalam penelitian ini meliputi kemampuan teknis, kemampuan manajerial dan kemampuan sosial. Kemampuan teknis adalah kemampuan yang dimiliki oleh massyarakat berupa pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat, yang meliputi aspek pemilihan lokasi, penetapan peraturan atas zonasi perlindungan dan transplantasi karang serta aspek teknis lainnya. Dengan kemampuan ini masyarakat akan mampu melaksanakan secara fisik berbagai kegiatan pengelolaan APL–BM dengan berlandaskan pada prinsip- prinsip kelestarian dan keberlanjutan.

Kemampuan manajerial merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat berupa pengetahuan dan ketrampilan tentang cara merencanakan, mengorganisasikan serta mengevaluasi kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dengan menerapkan program APL–BM. Dengan adanya kemampuan manajerial yang memadai, masyarakat akan mampu mengelola dan

33

mengembangkan sumberdaya perikanan–kelautan secara benar. Kemampuan sosial adalah kemampuan masyarakat untuk membangun hubungan interpersonal, dinamika kelompok, kemampuan bernegosiasi dan mengembangkan jejaring atau kemitraan dengan pihak lain alam dalam mengelola sumberdaya perikanan– kelautan.

Di samping kemampuan yang memadai, diperlukan pula motivasi masyarakat yang mendorong untuk berpartisipasi dan kemudian dapat mempertahankan partisipasi tersebut. Motivasi untuk melibatkan diri dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan–kelautan merupakan indikasi adanya modal sosial masuarakat yang potensial untuk dikembangkan. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan–kelautan pada umumnya didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh manfaat dari partisipasinya tersebut. Keinginan-keinginan tersebut akan mendorong dan mengarahkan serta mempertahankan intensitas partisipasi mereka.

Keinginan–keinginan yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi tersebut meliputi keinginan untuk meningkatkan pendapatan, keinginan untuk mendapat pengakuan atas kredibilitas sebagai warga negara yang mampu mengelola sumberdaya dan keinginan untuk menjaga sumberdaya agar tetap lestari. Masyarakat yang termotivasi oleh keinginan–keinginan tersebut, diduga akan bersemangat untuk mengerahkan dan mencurahkan pikiran, tenaga dan materi untuk berpartisipasi agar keinginannya terpenuhi. Masyarakat yang kurang motivasinya dalam arti kurang memiliki keinginan sebagaimana telah disebutkan, akan rendah semangatnya untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumberdaya.

PEMBAHASAN