• Tidak ada hasil yang ditemukan

G.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian teoritis kualitatif representatif, yaitu cara untuk menemukan makna atau pemahaman mengenai berbagai tanda atau realitas. Dalam hal ini peneliti akan mengasumsikan mengenai objek yang telah terbentuk berdasarkan konstruksi sosial dalam kehidupan sosial. Sehingga menggunakan metode analisis struktural semiotik Fashion yang mengacu pada teori Roland Barthes dan konsumerisme Jean Baudillard. Dimana fashion merupakan satu bentuk penggunaan tanda-tanda secara visual dan mempunyai arti komunikasi non verbal.

G.2. Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan dalam semiotik teks, yaitu semiotik konotasi Roland Barthes dan semiotik sosial Jean Baudillard. Pemilihan kedua pendekatan tersebut dikarenakan, model semiotik Barthes merupakan pendekatan semiotik yang dalam proses analisisnya tidak hanya memberikan tempat yang sentral kepada tanda, melainkan juga tetap mempertimbangkan aspek sosial dan kulturalnya. Dengan demikian, peneliti tidak terperangkap pada interpretasi yang sempit dan kaku.

Dalam hal ini, Barthes melihat teks sebagai tanda dengan relasi antara penanda dan petanda melalui dua tahap pemaknaan yang memiliki segi ekspresi (penanda) dan isi (petanda). Dengan demikian, sebuah teks

dilihat, pertama, sebagai suatu wujud (entity) yang mengandung unsur kebahasaan. Kedua, sebagai suatu wujud yang untuk memahaminya harus bertumpu pada kaidah-kaidah dalam bahasa teks tersebut. Ketiga, sebagai bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu, teks tidak terlepas dari konteks sosiohistoriokulturalnya,yaitu konteks dimana kondisi sosial yang menitik beratkan pada kultur masa lampau ataupun mitos yang ada di suatu daerah. Menurutnya, ada titik temu atau konvergensi antara linguistik (ilmu-ilmu bahasa) dan penelitian budaya yang pada gilirannya akan memperkaya penelitian semiologi (yaitu ilmu tentang praktek penandaan atau signifying

atau analisis penetapan makna dalam budaya) yang ia kembangkan.

Dalam bukunya, Barthes berusaha menarik pelajaran dari fakta-fakta yang ada dan mencoba menempatkannya dalam bingkai politis-filosofis. Menurutnya, kita perlu menghubungkan studi abstrak tentang tanda-tanda (semiotik) dengan penalaran sosiologis mengenai bagaimana bentuk-bentuk konkret dan fungsi tanda-tanda abstrak tersebut. Hanya dengan sejarah umum guna menjelaskan bagaimana hal itu berdampak bagi kepentingan sebuah masyarakat tertentu (misalnya: masyarakat kapitalis). Menurut Barthes, mitos itu “bourgeoisie” dan biasanya berfungsi untuk menaturalisasikan tatanan sosial yang ada.

Sedangkan, mengenai ciri-ciri kebudayaan dan masyarakat “posmo” inilah Baudillard dengan teori konsumer skizofrrenik banyak bicara tentang kebudayaan di era saat ini. Dimana, masyarakat lebih menjadi konsumtif terhadap kebutuhan yang bisa dibilang bukan kebutuhan primer. Dalam

penelitian ini sangat pas sekali terhadap pola belanja perempuan yang cenderung membeli atau mengkonsumsi barang atau jasa yang berlebihan. Tampaknya ini berhubungan dengan kebutuhan manusia akan sesuatu di luar dirinya yang tidak atau belum teraih. Dewa-dewi masyarakat konsumen dewasa ini adalah para selebritis yang tinggal dirumah mewah dan menghabiskan uang berjuta-juta hanya untuk membeli peralatan make-up

kecantikan.

Peta Tanda Roland Barthes

1. PENANDA 2.PETANDA 3.TANDA DENOTATIF

4.PENANDA KONOTATIF 5.PETANDA KONOTATIF 6.TANDA KONOTATIF

Dalam Element of Semiology, Barthes mengemukakan istilah denotasi (penandaan primer) dan konotasi (penandaan sekunder), yaitu: sistem pertama (denotasi) menjadi tempat ekspresi atau penandaan sistem kedua (konotasi). Dalam hal ini, penanda konotasi membuat tanda (penanda dan petanda disatukan) dalam sistem denotasi. Pada tingkat penandaan kedua (konotasi) inilah mitos (ideologi) diciptakan dan digunakan.

Ruang lingkup penelitian ini adalah majalah Cita Cinta. Karena tipe penelitian ini bukan kuantitatif, maka tidak semua edisi majalah Cita Cinta

diteliti, yang diteliti adalah majalah yang pada edisi tertentu yaitu pada Edisi no.16 (04 - 18 Agustus 2010) yang memuat halaman yang dibutuhkan untuk menjadi fokus penelitian.

Sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang penelitian, penelitian ini memfokuskan pada salah satu wacana tentang representasi perempuan dalam berpakaian dan dalam mengkategorikan perempuan bergaya atau modern. Dalam rubrik tersebut gaya berpenampilan dianggap sesuatu yang wajib, oleh karena itu rubrik ini adalah salah satu rubrik yang tetap ada disetiap pemunculan majalah Cita Cinta.

Adapun rubrik yang akan diteliti, yaitu rubrik “Gaya & Cantik” (Cita Cinta edisi no.16 tanggal 04 - 18 Agustus 2010) dengan judul, “Girls Like Boys”. Rubrik ini berisi tentang panduan berbusana ala laki-laki namun tetap perempuan. Dengan busana-busana yang dikenakan model-model dunia yang memberikan image laki-laki pada diri perempuan melalui busana. Dengan ini pula dapat menunjukkan sisi maskulinitas seorang perempuan dalam menggunakan busana.

G.4. Unit Analisis Penelitian

Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh gambar dan teks (tanda), yang meliputi keseluruhan gambar, judul (head), dan teras (lead). Dengan demikian, gambar dalam struktur rubrik ini merupakan tanda yang

bersifat sentral dari pemilihan warna pakaian, warna kulit tubuh, bahasa tubuh serta mimik muka bersifat sentral (dominan) dalam penelitian ini, sedangkan ilustrasi-ilustrasi dalam gambar yang berupa teks verbal hanya bersifat periferal (melengkapi).

G.5. Sumber dan Cara Memperoleh Data

Penelitian ini menggunakan sumber informasi non manusia, yaitu dokumen. Dalam buku Moleong, Guba dan Lincoln mendefinisikan dokumen sebagai setiap bahan tertulis ataupun film. Secara umumnya dokumen ialah semua jenis rekaman atau catatan sekunder, seperti surat-surat, memo atau nota, pidato-pidato, buku harian, foto-foto, kliping berita koran, hasil-hasil penelitian, agenda kegiatan. Sebagai sumber data, dokumen dimanfaatkan untuk menguji , menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2006;56).

Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengkliping artikel yang telah dipilih sesuai dengan ruang lingkup penelitian, kemudian menulis ulang naskah (rewriting) sesuai naskah (artikel) aslinyta, tanpa melakukan proses penyuntingan naskah (editing) baik secara redaksional maupun secara subtansial. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui riset kepustakaan (studi literatur), yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari bahan-bahan referensi lain yang sesuai dengan konteks permasalahan penelitian

melalui berbagai literatur: buku, majalah, koran, jurnal, makalah, dan internet.

G.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah mengartikan setiap data dengan konsep interpretasi (signifikasi dua tahap) Roland Barthes yang di padukan dengan teori milik Jean Baudillard tentang konsep pascamodern. Proses interpretasi teks (tanda) tersebut merujuk pada model pemaknaan (signifikasi) dua tahap Barthes, yaitu tahap pertama yang disebut sebagai sistem primer (denotasi) dan tahap kedua disebut sebagai sistem sekunder (konotasi). Denotasi merupakan makna paling nyata dari tanda. Dalam pengertian umum, menurut Sobur, denotasi biasa dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang sesungguhnya, yaitu makna yang mengacu pada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap atau tertulis. Sedangkan konotasi merupakan proses pengembangan makna dari sistem primer yaitu makna yang bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya tidak disadari. Konotasi berhubungan dengan isi, tanda yang bekerja melalui mitos, yaitu bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Dengan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat dalam teks, maka peneliti dapat menemukan ideologi dalam teks tersebut.

Hal ini berkaitan dengan konsep pascamodern Jean Baudillard yang mengatakan bahwa sekarang kita tinggal dalam masyarakat yang tidak lagi

berdasarkan pada pertukaran barang material dengan nilai guna (ala Marxisme), namun lebih pada komoditas sebagai tanda dan simbol yang pembentukannya juga penggunaannya sepenuhnya bersifat sewenang-wenang dan mempunyai signifikasi sejauh berada di dalam “kode”. Kode inilah yang kemudian menjadi sedemikian dominan sehingga kita terdorong untuk mempertanyakan sejumlah konsep-konsep pembeda yang selama ini kita terima begitu saja, seperti “budaya” dan “realitas”. Fashion yang merupakan salah satu wujud dari budaya ataupun relaitas yang telah ada di tengah masyarakat sekarang ini memberikan contoh proses pengembangan makna dari beberapa pemikiran.

G7. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data adalah suatu cara yang ditempuh oleh peneliti unutk meningkatkan derajat kepercayaan mengenai data yang telah dikumpulkan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu (Moleong, 2006;330). Maka peneliti melakukan tindakan untuk mengatasi kesalahan pada saat pengumpulan data. Mencari sebanyak-banyaknya sumber data yang terpercaya demi mendukung teori yang ada.

Dokumen terkait