• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor untuk mewakili wilayah perkotaan dan Kabupaten Bogor untuk mewakili wilayah pedesaan. Pada masing-masing wilayah, dipilih satu SMA dan satu SMK untuk memperoleh data yang lebih beragam Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan diperoleh data bahwa SMA Negeri yang ada di Kota Bogor ada 10 sekolah, sedangkan di Kabupaten Bogor ada 35 sekolah. SMK Negeri di Kota Bogor ada 5 sekolah, begitu pula dengan SMK di Kabupaten Bogor, ada 5 sekolah.

Pemilihan sekolah dilakukan secara purposive dengan beberapa pertimbangan seperti misalnya bukan termasuk sekolah yang berstandar internasional (SBI) sehingga status sosial ekonominya lebih beragam dan juga karena alasan ketersediaan data dan kesediaan pihak sekolah untuk bekerjasama. Untuk wilayah Kota Bogor dipilih SMAN 5 Bogor dan SMKN 1 Bogor, sedangkan untuk wilayah Kabupaten Bogor dipilih SMAN 1 Ciomas dan SMKN 1 Ciomas. Penelitian dilakukan sejak bulan Maret hingga Desember 2011 mulai dari penulisan proposal, penyusunan instrument, survei lapang, pengambilan data, analisis data dan penulisan tesis.

Contoh dan Cara Pengambilan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah remaja yang berada di kelas X SLTA dengan pertimbangan bahwa siswa kelas X berada dalam kondisi peralihan dari SLTP sehingga masih memerlukan proses adaptasi. Kondisi ini diasumsikan lebih sesuai dengan tujuan penelitian untuk melihat resiliensi remaja.

Kerangka sampling adalah siswa kelas X dari keluarga utuh. Untuk wilayah perkotaan dan pedesaan, dilakukan penentuan secara cluster dimana masing-masing wilayah diambil 100 sampel. Teknik pengambilan sampel setiap wilayah digunakan Proporsional Random Sampling, yaitu selain anggota populasi memiliki kesempatan yang sama, juga pengambilan sampel diambil secara proporsional dengan pertimbangan bahwa setiap sekolah memiliki jumlah siswa yang berbeda. Jumlah keseluruhan sampel yang direncanakan dari kedua wilayah adalah 200 siswa.

Jumlah sampel yang diambil untuk setiap sekolah di sebuah wilayah (perkotaan atau pedesaan) mengikuti rumus berikut ini:

n = . jumlah siswa di sekolah tersebut x 100 jumlah siswa di semua sekolah dalam satu wilayah

Gambar 3. Bagan cara pengambilan contoh

Data jumlah siswa kelas X yang berasal dari keluarga utuh, sampel yang diambil berdasarkan rumus untuk menentukan sampel secara proporsional dan jumlah akhir sampel yang memenuhi kriteria disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah sampel pada masing-masing sekolah

Wilayah/Sekolah Jumlah siswa kelas X Sampel berdasarkan rumus Sampel akhir Kota Bogor 1. SMAN 5 Bogor 2. SMKN 1 Bogor 333 389 46 54 45 48 Kabupaten Bogor 1. SMAN 1 Ciomas 2. SMKN 1 Ciomas 103 130 44 56 44 44 Jumlah 955 200 181

Sampel akhir yang digunakan dalam penelitian berkurang dari sampel yang telah ditentukan sebelumnya, antara lain disebabkan karena data yang diberikan oleh contoh, tidak lengkap atau contoh berasal dari keluarga yang tidak utuh (orang tua bercerai atau meninggal). Dari 200 contoh yang direncanakan, tersisa 181 contoh yang terdiri dari 93 contoh di wilayah Kota Bogor dan 88 contoh di wilayah Kabupaten Bogor.

Pedesaan Perkotaan Kota Bogor Kabupaten Bogor SMAN 1 Ciomas SMKN 1 Ciomas SMKN 1 Bogor SMAN 5 Bogor Proporsional Random Sampling

n

n

n

n

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data yang dikumpulkan mencakup (1) karakteristik individu (usia, jenis kelamin, urutan kelahiran); (2) karakteristik sosial ekonomi (pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua); (3) faktor internal; (4) faktor eksternal keluarga; (5) faktor eksternal sekolah; (6) faktor eksternal teman sebaya; (7) faktor eksternal masyarakat; (8) faktor resiko; (9) resiliensi remaja. Data sekunder meliputi data siswa, keadaan umum sekolah serta dokumentasi yang terkait dengan topik penelitian

Tabel 5. Jenis data penelitian

No Variabel Jenis Informasi Instrumen

1. Karakteristik Individu usia, jenis kelamin, dan urutan kelahiran

Ketentuan Peneliti 2. Karakteristik Sosial

Ekonomi Keluarga

pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua

Ketentuan Peneliti 3. Faktor Protektif Internal komunikasi dan

kerjasama, self efficacy, empati, , problem solving,

self awareness tujuan dan

aspirasi.

Resilience and Youth

Development Module (RYDM)

4. Faktor Protektif Eksternal a. Keluarga

b. Sekolah

c. Teman Sebaya d. Masyarakat

Dimensi Relationship,

Personal Growth dan

System Maintenance

Hubungan, harapan dan partisipasi

Hubungan, harapan dan partisipasi

Hubungan, harapan dan partisipasi Family Environment Scale (Moos and Moos) Modifikasi dari RYDM Modifikasi dari RYDM Modifikasi dari RYDM

5. Faktor Resiko Pengalaman yang dapat meningkatkan perilaku bermasalah dari individu, keluarga atau masyarakat

Ketentuan peneliti berdasarkan teori

6. Resiliensi Personal competence dan

acceptance of self and life

Resilience

Scale (Wagnild

Dalam menentukan kualitas data dilakukan uji reliabilitas kuesioner yang dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha. Tabel 6 menyajikan hasil uji realibilitas masing-masing instrumen.

Tabel 6. Nilai alpha cronbach instrumen penelitian yang digunakan

No Instrumen Jumlah item

pertanyaan

Cronbach Alpha (α) 1. Faktor Protektif Internal (RYDM) 18 0.722 2. Faktor Eksternal Keluarga (Family

Environment Scale)

a. Dimensi Relationship

b. Dimensi Personal Growth

c. Dimensi System Maintenance 27 45 18 0.885 0.835 0.745 0.736 3. Faktor Eksternal Lingkungan

a. Sekolah b. Teman Sebaya c. Masyarakat 10 10 10 0.869 0.772 0.858 0.758 4. Faktor Resiko 15 0.623

5. Resiliensi (Resilience Scale) 25 0.768

Pengolahan dan Analisis Data

Faktor protektif internal diukur dengan menggunakan instrumen The

Resilience Youth Development Module (RYDM) yang dikeluarkan oleh California

Healthy Kids Survey (Austin, 2010). RYDM mencakup 6 aspek atau domain,

yaitu (1) komunikasi dan kerjasama; (2) self efficacy; (3) empati; (4) problem

solving; (5) self awareness; (6) tujuan dan aspirasi (Kaya 2007). Instrumen ini

terdiri atas18 item pertanyaan yang kesemuanya digunakan dalam penelitian ini. Jawaban menggunakan 4 skala Likert yaitu sangat tidak sesuai (1) sampai sangat sesuai (4).

Faktor protektif eksternal terdiri dari faktor keluarga dan lingkungan. Faktor protektif keluarga diukur dengan menggunakan Family Environment Scale dari Moos and Moos (2002) yang didefinisikan sebagai interaksi antara orang tua dan anak serta anggota keluarga lainnya yang diukur melalui persepsi dari anak dalam keluarga tersebut. Alasan pemilihan Family environment Scale sebagai instrument adalah: (1) Pentingnya keluarga dalam perkembangan anak dan remaja; (2) Disiplin ilmu yang mendasari penelitian ini adalah ilmu keluarga; (3) Dapat melihat interaksi atau pola hubungan dalam keluarga secara lebih mendalam. Instrumen Family Environment Scale (FES) yang digunakan dalam penelitian ini dimodifikasi dalam sistem skoring yang digunakan yaitu dari (1) ya dan (2) tidak, menjadi 4 skala Likert yaitu (1) sangat tidak sesuai; (2) tidak

sesuai; (3) sesuai (4) sangat sesuai untuk pertanyaan yang favourable,

sedangkan (1) sangat sesuai; (2) sesuai; (3) tidak sesuai dan (4) sangat tidak sesuai untuk pertanyaan yang unfavourable.

Family Environment Scale (FES) terdiri dari 3 dimensi dan 10 sub skala

yang masing-masing memiliki 9 pertanyaan sehingga total pertanyaan adalah 90 item yang kesemuanya digunakan dalam penelitian ini. Dimensi hubungan

(relationship) terdiri atas 3 sub skala (27 item pertanyaan), dimensi

perkembangan personal (personal growth) terdiri atas 5 sub skala (45 item pertanyaan) dan dimensi sistem pemeliharaan (system maintenance) terdiri atas 2 sub skala (18 item pertanyaan).

Faktor protektif eksternal lainnya yaitu lingkungan, berupa partisipasi aktif, hubungan dan harapan yang tinggi dari sekolah, teman sebaya dan masyakarat sekitar. Instrumen yang digunakan untuk mengukur faktor protektif eksternal disusun oleh peneliti berdasarkan faktor eksternal yang disampaikan oleh Benard (Benard 1995 diacu dalam Alimi 2006) dan dimodifikasi juga dari Resilience and

Youth Development Module-California Healthy Kids Survey yang dikeluarkan

oleh California Departement of Education (2004) yang diacu dalam Sun & Stewart (2007). Instrumen meliputi pertanyaan-pertanyaan favourable tentang partisipasi, hubungan dan adanya harapan yang tinggi dari sekolah, teman sebaya dan masyarakat sekitar. Masing-masing terdiri dari 10 pertanyaan dengan 4 skala Likert dari (1) sangat tidak sesuai sampai (4) sangat sesuai.

Faktor Resiko merupakan kejadian atau pengalaman yang dapat meningkatkan perilaku bermasalah yang berasal dari individu, keluarga atau masyarakat. Ada 15 item pertanyaan yang menggambarkan faktor resiko dengan jawaban 1 (ya) yang menunjukkan kondisi yang pernah atau sedang dialami atau 0 (tidak) yang menunjukkan kondisi yang tidak pernah atau tidak sedang dialami oleh contoh. Semakin besar skor total maka berarti semakin banyak faktor resiko yang dimiliki oleh contoh.

Resiliensi Remaja diukur menggunakan instrument The Resilience Scale

(RS) oleh Wagnild dan Young (1993). Resilience Scale digunakan untuk mengukur resiliensi berdasarkan 2 faktor utama yaitu personal compentence

(kompetensi personal) dan acceptance of self and life (penerimaan terhadap diri dan kehidupan). Resilience Scale (skala resilien) ini terdiri atas 25 item pertanyaan yang semuanya berupa pertanyaan positif dengan menggunakan 7 skala Likert dengan skor antara 25 – 175. Skor di atas 145 diindikasi memiliki

resiliensi tinggi, skor antara 125 – 145 reseliensi sedang dan skor di bawah 125 resiliensi rendah (Wagnild 2009).

Dalam penelitian ini, instrumen resilience scale diadaptasi sepenuhnya (25 pertanyaan), namun menggunakan 4 skala Likert dari (1) sangat tidak sesuai, (2) tidak sesuai, (3) sesuai, dan (4) sangat sesuai. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan untuk memudahkan contoh dalam memilih jawaban seperti yang pernah dilakukan Alimi (2005), Ardias (2008) dan Sari (2009). Alimi (2005) mengubah jawaban dari 7 skala Likert menjadi 4 skala Likert karena pada saat

try out , ditemukan banyaknya jawaban mengumpul di tengah karena responden

merasa bingung dengan alternatif jawaban yang terlalu banyak. Ahern et al. (2006) dalam Luvaas (2010) menemukan bahwa RS memiliki keandalan yang sangat baik dengan koefisien Cronbach Alpha 0.91, sedangkan Alimi (2005) menemukan reliabilitas skala resiliensi ini sebesar 0.76.

Dalam analisis deskriptif untuk mengetahui kecenderungan sebaran contoh dalam menjawab pertanyaan, dilakukan crosstab. Jawaban dikelompokkan menjadi dua skor yaitu (0) untuk jawaban “tidak” yang berasal dari jawaban “sangat tidak sesuai” dan “tidak sesuai” serta (1) untuk jawaban

“ya” yang berasal dari jawaban “sesuai” dan “sangat sesuai”. Data yang

ditabulasikan adalah persentase contoh yang menjawab “ya” berdasarkan jenis kelamin, jenis sekolah dan tipologi wilayah.

Sebelum dilakukan uji statistik, dilakukan skoring dengan pertimbangan bahwa jawaban “sesuai” dan “sangat sesuai” tidak dapat dijumlahkan dengan jawaban “tidak sesuai” dan “sangat tidak sesuai” karena merupakan data yang diskrit. Oleh karena itu, jawaban “sangat tidak sesuai” dan “tidak sesuai” diberi skor (0), “sesuai” diberi skor (1) dan “sangat sesuai” diberi skor (2).

Untuk menyamakan satuan yang digunakan maka semua skor yang diperoleh dikonversi dalam bentuk persen (0-100). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

X – nilai minimum X

Y = ______________________________ x 100 Nilai maksimum X - nilai minimum X

Keterangan:

Y= skor dalam persen

Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan skor skala resiliensi, faktor internal, faktor ekternal lingkungan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1999 dalam Sanni, 2009). Komposit skor yang diperoleh dikategorikan ke dalam tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi (Budikusumo, 2009). Secara umum pengkategorian yang digunakan adalah rendah (skor<33.3), sedang (skor 33.4-66.7) dan tinggi (skor 66.8-100).

Selanjutnya data yang dianalisis meliputi data karakteristik keluarga dan individu, faktor protektif internal, faktor protektif eksternal keluarga dan lingkungan, faktor resiko dan resiliensi remaja. Untuk melihat perbedaan dari faktor internal, faktor eksternal dan resiliensi pada remaja laki-laki dan perempuan dilakukan uji beda t. Begitu pula untuk melihat perbedaan variabel- variabel tersebut pada contoh di SMA dan SMK serta di wilayah perkotaan dan pedesaan. Untuk melihat perbedaan pendapatan dan pendidikan orang tua berdasarkan jenis kelamin, jenis sekolah dan tipologi wilayah menggunakan uji Mann Whitney.

Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan). Uji korelasi menggunakan Pearson Correlation karena jika sampel data lebih dari 30 (sampel besar) dan kondisi data normal, sebaiknya menggunakan korelasi Pearson (Nugroho, 2005).

Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap resiliensi remaja, digunakan uji regresi berganda dengan model persamaannya sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ……..+ β14X14 + ε

Y = resiliensi x7 = pendapatan ayah

α = konstanta x8 = pendapatan ibu

β = koefisien regresi x9 = faktor internal

x1 = jenis kelamin x10 = faktor eksternal keluarga x2 = jenis sekolah x11 = faktor eksternal sekolah x3 = tipologi wilayah x12 = faktor eksternal teman sebaya x4 = urutan kelahiran x13 = faktor eksternal masyarakat x5 = pendidikan ayah x14 = faktor resiko

Definisi Operasional

Remaja adalah siswa laki-laki dan perempuan yang duduk di kelas X sekolah

lanjutan tingkat atas.

Pendidikan ayah adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh

ayah contoh

Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ibu

contoh

Pekerjaan ayah adalah jenis pekerjaan utama yang dilakukan oleh ayah contoh

sebagai sumber mata pencaharian untuk membiayai kebutuhan keluarga.

Pekerjaan ibu adalah jenis pekerjaan utama yang dilakukan oleh ibu contoh

sebagai sumber mata pencaharian untuk membiayai kebutuhan keluarga.

Pendapatan ayah adalah perkiraan besarnya nominal uang yang diterima ayah

dari pekerjaannya dalam satuan rupiah/bulan menurut persepsi anak

Pendapatan ibu adalah perkiraan besarnya nominal uang yang diterima ibu dari

pekerjaannya dalam satuan rupiah/bulan menurut persepsi anak

Urutan kelahiran adalah urutan kelahiran contoh dalam keluarga inti (anak

pertama, anak tengah atau anak bungsu).

Faktor protektif adalah segala sesuatu yang berasal dari individu, keluarga dan

masyarakat yang dapat melindungi seseorang dari efek-efek negatif faktor resiko dan membentuk resiliensi. Faktor protektif terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Protektif Internal adalah faktor pelindung yang berasal dari dalam diri

individu

Faktor Protektif Eksternal adalah faktor pelindung yang berasal dari luar

individu, yaitu dari keluarga dan lingkungan sekitar termasuk teman sebaya, sekolah dan masyarakat di sekitar tempat tinggal

Lingkungan Keluarga adalah interaksi antara orang tua dan anak serta anggota

keluarga lainnya berdasarkan persepsi remaja yang terdiri dari 3 dimensi yaitu hubungan (relationship), perkembangan personal (personal growth)

dan sistem pemeliharaan (system maintenance).

Dimensi Hubungan (relationship) dalam lingkungan keluarga adalah segala

sesuatu yang mengarah pada kohesi, ekspresi dan konflik.

Kohesi (Cohesion) adalah kewajiban, bantuan dan dukungan di antara anggota

Ekspresi (expressiveness) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan mereka secara langsung

Konflik (conflict) adalah sesuatu yang berhubungan dengan tingkat dimana

anggota keluarga mengekspresikan secara terbuka perasaan tidak senang, kemarahan dan ketidaksetujuannya.

Dimensi Perkembangan Personal (personal growth) adalah evaluasi

lingkungan keluarga dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang terdiri dari 5 sub komponen, yaitu kebebasan, orientasi untuk berprestasi, orientasi pada budaya, orientasi pada rekreasi aktif dan moral religius

Kebebasan (independence) adalah tingkat dimana anggota keluarga memiliki

keinginan, harapan dan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri

Orientasi untuk berprestasi (achievement orientation) adalah kegiatan yang

berhubungan dengan aktivitas dalam keluarga yang mengarah pada pencapaian prestasi atau berkompetisi

Orientasi pada intelektual dan budaya (intelectual-cultural orientation)

adalah kegiatan yang berhubungan dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan politik, kemasyarakatan, budaya dan intelektual

Orientasi pada rekreasi aktif (active-recreation orientation) adalah kegiatan

yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam kegiatan rekreasi

Pemahaman moral agama (moral-religion emphasis) adalah kegiatan yang

berhubungan dengan penerapan nilai, moral dan agama dalam keluarga

Dimensi Sistem Pemeliharaan (system maintenance)adalah kegiatan yang

berhubungan dengan sistem pemeliharaan nilai-nilai dalam keluarga yang terdiri dari organisasi dan kontrol.

Organisasi (organization) adalah tingkat perencanaan dan pengaturan

kewajiban dalam keluarga

Kontrol (control) adalah seberapa banyak peraturan dan prosedur digunakan

dalam kehidupan keluarga

Dukungan Lingkungan adalah faktor protektif eksternal yang meliputi

hubungan, harapan yang tinggi dan partisipasi dari lingkungan (teman sebaya, sekolah dan masyarakat sekitar)

Faktor Resiko adalah segala sesuatu yang berasal dari individu, keluarga dan masyarakat yang dapat membuat orang menjadi rentan atau menyebabkan terjadinya perilaku bermasalah.

Resiliensi adalah prediksi terhadap kemampuan yang dimiliki individu untuk

mampu bertahan dalam situasi yang kurang menguntungkan atau penuh tekanan yang diukur dari aspek kompetensi personal dan penerimaan atas diri dan kehidupan.

Kompetensi personal (Personal Competence) adalah keyakinan diri,

kemandirian, tekad, penguasaan, akal

Penerimaan diri dan kehidupan (Acceptance of self and life) adalah

kemampuan untuk melakukan adaptasi, fleksibilitas dan memiliki perspektif yang seimbang terhadap kehidupan

Dokumen terkait