BAB I : Pendahuluan
G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten untuk memperoleh gambaran data keterangan suatu objek yang diteliti.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.
Adapun Metode Penelitian yang dipergunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah dengan menetapkan :
1. Jenis penelitian
Ronny Hanitijo Soemitro didalam buku Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris karangan Dr. Mukti Fazar ND dan Yulianto Achmad, MH menyatakan bahwa : “penelitian hukum dapat dibedakan antara; peneltian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data skunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan, dan penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis yaitu penelitan hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang diperoleh langsung dari masyarakat”.90
Adapun jenis penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (penelitian hukum doktrinal). Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).
91
Penelitian hukum normatif mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitan sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum.
penelitian ini disebut juga merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen.
92
90Mukti Fazar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (yogyakarta, pustaka belajar: 2010), hal. 154
91 Ibid, hal. 34
92 Ibid, hal. 153
2. Sifat Penelian
Penelitian yang dilakukan didalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Penelitian hukum ini bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku.93
3. Data dan Sumber Data
Dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan deskripsi mengenai Tindakan Kebiri Bagi Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Terhadap Anak Menurut Persepsi Aparatur Penegak Hukum.
a. Data
Menurut Webster New World Dictionary, “data is thing known or assumed”. Data Berarti sesuatu yang diketahui atau dianggap. Data diketahui, berarti sesuatu yang telah terjadi. Sedangkan dianggap bisa juga merupakan suatu pendapat, hipotesis yang mungkin belum terjadi atau mungkin tidak benar.94
Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa angka, lambang, atau sifat. Data dapat meberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data juga bisa didefenisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu objek.
93 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta, Kencana Persada Media Group: 2008), hal 7
94Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang, UMM Press: 2009), Hal. 111
b. Sumber Data
Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, angket/kuisioner maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.
2. Data Skunder
Data Skunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi , buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perUndang-Undangan.95
a. Bahan Hukum Primer
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer dan data sekunder, dimana data skunder dapat dibagi menjadi :
Bahan Hukum yang terdiri atas peraturan perUndang-Undangan, yurisprudensi atau putusan pengadilan, dan perjanjian internasional (traktat).96
95 H. Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika: 2009) Hal.
106
96 Mukti Fazar ND, Yulianto Achmad, Op.Cit, hal. 157
Dalam penelitian ini, adapun jenis bahan hukum primer yang dipergunakan adalah Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Republik Indonesia No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik
Indonesia. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.serta peraturan perUndang-Undangan lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam penulisan ini.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang dapat berupa rancangan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar (koran), pamflet, lefleat brosur dan berita internet.97
c. Bahan Hukum Tertier
Pada penulisan skripsi ini sebagai bahan hukum sekunder penulis menggunakan Undang-Undang, buku-buku ilmu hukum, jurnal ilmiah, artikel ilmiah, publikasi media cetak maupun elektronik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas pada penelitian ini serta beberapa hasil penelitian yang telah ada.
Bahan Hukum Tertier merupakan bahan hukum yang dapat menjelaskan dengan baik bahan hukum primer maupun bahan hukum skunder, yang berupa kamus, ensiklopedia, leksikon, dan lain-lain.98
a. Penelitian Kepustakaan 4. Metode Pengumpulan Data
Mengingat sumber dan jenis data yang digunakan dalam tulisan ini adalah jenis data primer dan sekunder maka metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data untuk penulisan ini adalah:
Metode penelitian kepustakaan adalah data kepustakaan yang diperolah melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari
97Ibid, hal. 157-158
98Ibid, hal. 158
peraturan perUndang-Undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.
b. Penelitian Lapangan
Metode Penelitian Lapangan adalah data lapangan yang diperlukan sebagai data penunjang, data tersebut diperoleh melalui informasi dan pendapat-pendapat dari responden yang ditentukan secara Purposive Sampling (ditentukan oleh peneliti berdasarkan kemampuannya) atau Random Sampling (ditentukan oleh penelti secara acak).99
Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna dari aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.
Dalam skripsi ini dilaksanakan dengan memberkan kuesioner kepada responden yang menjadi objek dalam skripsi ini.
5. Analisis Data
100
G. Sistematika Penulisan
Proses penulisan skripsi ini dibuat secara sistematis dan terperinci demi memberikan kemudahan bagi para pembaca untuk memahami makna dan memperoleh manfaat dari skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
99 Ibid, Hal : 107
100 Ibid.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang Latar Belakang yang menguraikan hal-hal yang melatar belakangi penulisan skripsi ini, Perumusan Masalah yang menguraikan tentang permasalahan apa saja yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, kemudian juga membahas mengenai Tujuan dan Manfaat penulisan dimana akan dijelaskan tujuan penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini serta manfaat dari adanya penelitian dan penulisan skripsi ini, lalu akan disertakan pula Keaslian Penulisan yaitu surat pernyataan penulis yang didukung dengan adanya surat keterangan dari pihak perpustakaan kampus yang menerangkan bahwa judul serta isi dari skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis sendiri, Tinjauan Kepustakaan yang menguraikan tentang Tindak Pidana Kesusilaan, Anak, Kejahatan Seksual Terhadap Anak, Hukuman dan Jenis-jenis Hukuman, Aparatur Penegak Hukum dan Hukum Islam, Metode Penelitian yakni bagaimana cara Penulis dalam melakukan penelitian untuk penulisan skripsi ini dan terakhir Sistematika Penulisan yakni gamabaran umum sistematika penulisan skripsi ini.
BAB II :PANDANGAN APARATUR PENEGAK HUKUM
TERHADAP TINDAKAN KEBIRI KIMIA BAGI TINDAK PIDANA KESUSILAAN TERHADAP ANAK
Bab II ini berisikan tentang bagaimakah sejarah kebiri dan apakah yang menjadi dasar hukum diberlakukannya tindakan
kebiri, metode dari pelaksanaan tindakan kebiri itu sendiri serta bagaimakah pandangan Aparatur Penegak Hukum terhadap adanya tindakan kebiri bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak.
BAB III :KESULITAN YANG AKAN DIHADAPI APARATUR PENEGAK HUKUM JIKA TINDAKAN KEBIRI KIMIA BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN TERHADAP ANAK DITERAPKAN
Dalam bab III ini berisikan tentang dampak tindakan kebiri bagi pelaku tindak pidana kesusilaan terhadap anak serta apakah yang menjadi kesulitan aparatur penegak hukum dalam penerapan tindakan kebiri bagi pelaku tindak pidana kesusilaan terhadap anak.
BAB IV :TINDAKAN KEBIRI KIMIA BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN TERHADAP ANAK MENURUT PERSEPSI HUKUM ISLAM
Dalam bab IV ini membahas tentang tindak pidana zina dan homoseksual, saknsi terhadap tindak pidana zina dan homoseksual serta hukuman kebiri menurut persepi hukum Islam.
BAB V : PENUTUP
Sebagai bab penutup, maka dalam bab ini akan dibahas tentang apakah yang menjadi kesimpulan dari penulisan skripsi ini dan
saran yang berguna bagi berbagai pihak terkait dengan pembahasan yang terdapat didalam skripsi ini.
BAB II
PANDANGAN APARATUR PENEGAK HUKUM TERHADAP TINDAKAN KEBIRI KIMIA (CHEMICAL CASTRATION) BAGI PELAKU
KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK
A. Sejarah Kebiri dan Penerapannya di Beberapa Negara a. Sejarah Kebiri
Kasus tindak kekerasan seksual semakin merebak ke permukaan beberapa waktu terakhir, pemerintah memunculkan satu opsi yang dianggap paling optimal dalam menciptakan efek jera terhadap pelaku kejahatan seksual serta pencegahan terhadap masyarakat, yakni hukum kebiri. Kebiri (disebut juga pengebirian atau kastrasi). Hukuman ini adalah tindakan bedah dengan menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia.101 Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebiri adalah sudah dihilangkan (dikeluarkan) kelenjar testisnya (pada hewan jantan) atau dipotong ovariumnya (pada hewan betina), sudah dimandulkan.102
Dengan demikian, kebiri adalah upaya menurunkan dorongan seksual, biasanya dilakukan untuk pelaku kekerasan seksual dengan cara menurunkan kadar hormon androgen yaitu testosterone pada pria. Testosterone adalah hormon utama yang diperlukan untuk libido hasrat seksual dan fungsi seksual (sexual behavior). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kadar hormon androgen terutamanya testosteron pada pelaku kekerasan seksual lebih tinggi dibandingkan
101https://id.wikipedia.org/wiki/Kebiri, diakses pada tanggal 06 Desember 2016, pukul 11.30.
102http://kbbi.web.id/kebiri, diakses pada tanggal 06 Desember 2016, pukul 11.43
dengan pria normal bukan pelaku kejahatan seksual. Adapula penelitian yang menyebutkan adanya korelasi antara tingginya kadar hormon androgen terhadap agresifitas kekerasan seksual. Sehingga para peneliti mulia melirik kemungkinan penurunan angka kekerasan seksual dengan cara menurunkan kadar testosteron pada jumlah tertentu bagi pelaku kekerasan seksual sehingga diharapkan nafsu seksual atau libido pelaku dapat menjadi sangat kecil atau bahkan hilang untuk sementara waktu atau sepanjang waktu yang diharapkan (sepanjang observasi tenaga medis).103
Sepanjang sejarah peradaban manusia, praktik pengebirian sudah dilakukan manusia bahkan jauh sebelum tercatat dalam sejarah. Kebiri kadang kala dilakukan atas dasar alasan keagamaan atau sosial di budaya tertentu di Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Asia Timur. Setelah peperangan, pemenang biasanya mengebiri dengan memotong penis dan testis mayat prajurit yang telah dikalahkan sebagai tindakan simbolis "merampas" kekuatan dan keperkasaan mereka. Laki-laki yang dikebiribiasanya dipekerjakan dan diterima pada kelas sosial istimewa dan biasanya menjadi pegawai birokrasi atau rumah tangga istana, khususnya harem. Pengebirian juga muncul dalam dunia keagamaan. Pada masa purba, pengebirian juga melibatkan pemotongan seluruh alat kelamin pria, baik testis sekaligus penis. Praktik ini sangat berbahaya dan kerap mengakibatkan kematian akibat pendarahan hebat atau infeksi, sehingga dalam beberapa kebudayaan seperti Kekaisaran Byzantium, pengebirian disamakan dengan hukuman mati. Pemotongan hanya testisnya saja mengurangi
103 http://farmasi.ugm.ac.id/files/piotribun/2016-5-29-217037Apa-itu-Kebiri-secara-Kimiawi.pdf, diakses pada tanggal 06 Desember 2016, pukul: 11.55
risiko kematian.104 Pembedahan untuk mengangkat kedua testis atau pengebirian dengan kimia secara medis juga mungkin untuk dilakukan sebagai prosedur pengobatan kanker prostat. Pengobatan dengan mengurangi atau menghilangkan asupan hormon testosteron baik secara kimia ataupun bedah dilakukan untuk memperlambat perkembangan kanker. Namun, hilangnya testis berarti hilang pula hormon testosteron dan dapat mempengaruhi hasrat seksual, obsesi, dan perilaku seksual.105
Mereka yang dikebiri kemudian menjadi orang kasim atau pelayan istana.
Bahkan pelaut kenamaan, Laksamana Cheng Ho yang namanya begitu dihormati di wilayah Indonesia adalah seorang kasim. Cheng Ho hidup pada masa Dinasti Ming Abad ke 15 Masehi. Di Mesir Kuno, Raja Merneptah dari Mesir membuat monumen di Karnak sekitar 1225 SM, dengan mencantumkan daftar 13.000 penis yang dipotong lewat pertempuran dengan suku Libya dan orang-orang Mediterania. Emaskulasi (pemotongan organ kelamin) dari musuh yang kalah perang dipandang sebagai penyempurnaan kemenangan.Pada masa Yunani dan Persia kuno, praktik kastrasi sudah dituliskan oleh sejarawan Herodotus dari Yunani. Herodotus mengisahkan Panionius yang mengkebiri budak dan kemudian menjual budaknya. Dia menjual orang terkebiri itu pada Ephesis dan Sardis, mereka dihargai orang karena kejujuran dan kesetiaannya. Salah satu budak Panionius bernama Hermotimus, menjadi kepala kasim dari Xerxes.106
104https://id.wikipedia.org/wiki/Kebiri, diakses pada tanggal 07 Desember 2016, pukul 11.22
105https://ajiksh.wordpress.com/2016/05/30/hukum-kebiri-di-Indonesia/ diakses pada tanggal 07 Desember 2016, pukul 11.24
106http://news.detik.com/berita/3052566/menilik-sejarah-kebiri-dari-masa-ke-masa, daikses pada 07 Desember 16, pukul 11.29
Berdasarkan kepercayaan pada kekaisaran Cina dan Korea, kebiri dilakukan untuk mencapai status sosial di masa tersebut. Tindakan kebiri dipakai untuk menjaga dan melindungi istri ketika mereka (para kaisar) bertugas di kerajaan Timur Tengah. Berbeda dengan di Roma, praktik kebiri tidak diperbolehkan sebab pengangkatan testis menjadi hal yang bertentangan dengan hukum Ilahi. Khususnya bagi anak laki-laki sebelum masa pubertas mampu mempengaruhi pita suara mereka yang 95 persen diproduksi dari testis. 107
Pada era Moderen, tujuan pengebirian menjadi lebih beragam. Mulai dari usaha mendapatkan suara soprano pada anak laki-laki di italia hingga upaya menghindarkan perbuatan tak bermoral dibeberapa agama. Saat ini, disejumlah negara kebiri menjadi hukuman bagi penjahat seksual, baik pemerkosa maupun pelaku pedophilia. Proses yang didorong umumnya dikenal sebagai kebiri dengan menyuntikkan zat kimia tertentu, disebut suntik kebiri atau kebiri kimiawi. Paling tidak, ada dua obat yang secara umum digunakan yakni obat cyproterone asetat dan medroksiprogesteron asetat (MPA, bahan dasar sekarang digunakan dalam DMPA). Obat cyproterone asetat dipergunakan untuk pengebirian kimia diseluruh Eropa, sedangkan medroksiprogesteron asetat digunakan untuk pengebirian di Amerika.108
Kasus kejahatan seksual terhadap anak yang semakin merebak di Indonesia serta memperhatikan sejarah yang ada, maka pemerintah Indonesia akhirnya menyepakati untuk menambahkan hukuman bagi pelaku dengan
107http://health.liputan6.com/read/2516594/sekilas-sejarah-dan-fakta-hukuman-kebiri, diakses pada tanggal 07 Desember 2016, pukul 11.34
108icjr.or.id/menguji-eforia-kebiri, diakses pda tanggal 08 Desember 2016, pukul 10.42
memberikan tindakan kebri kimia dan pemasangan alat pendeteksi elektronik. Hal ini sesuai dengan Pasal 81 ayat (7) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang, yang menyatakan bahwa : ”terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat dikenai tindakan berupa kebiri kimia dan pemasangan alat pendeteksi elektronik”.
b. Penerapan Kebiri di Beberapa Negara
Hukuman dengan berbagai macam jenis dan metode tengah dipikirkan untuk membuat pelaku kejahatan seksual, terutama terhadap anak-anak, jera dengan perbuatannya. Salah satu opsi yang muncul dan telah disahkan sebagai Undang-Undang ialah hukuman kebiri terhadap pelaku kejahatan seksual.109
Di Indonesia proses penjatuhan hukuman tambahan berupa tindakan kebiri kimia telah disahkan sebagai undang-unang namun belum diaplikasikan dalam proses persidangan para pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Sementara, praktik kebiri kimia yang paling terkenal adalah yang dilakukan pada Alan Turing pada tahun 1952 akibat kasus homoseksualitas di Great Britain.
Kebiri sebagai salah satu bentuk hukuman (punishment) atau tindakan/perawatan (treatment) belakangan ini menjadi salah satu gejala dibeberapa negara termasuk negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Berdasarkan World Rape Statistic atau statistic dunia tentang perkosaan
109 http://news.detik.com/berita/2583289/ini-9-negara-yang-menerapkan-sanksi-kebiri-untuk-pelaku-kejahatan-seks/1, diakses pda tanggal 08 Desember 2016, pukul 10.51
diberbagai negara didunia, saat ini ada 20 negara yang memberlakukan hukuman kebiri.110
Jadi ada beberapa negara Uni Eropa yang telah memasukan Pasal kebiri dalam hukum pidana yang diberikan dalam bentuk suntikan kimiawi/kebiri kimia (chemical castration) kepada pelaku kejahatan seksual. Norwegia adalah satu-satunya negara Uni Eropa yang secara terang-terangan menyatakan di dalam hukum pidananya pada tahun 2010 bahwa kebiri merupakan salah satu hukuman bagi pelaku kejahatan seksual.111 Polandia hanya menerapkan chemichal castration sebagai bagian dari treatment untuk pedofilia. Australia juga sudah memasukkan dalam hukum pidana untuk pelaku kejahatan seksual anak dan pelaku perkosaan. Rusia yang sudah menerima chemical castration dalam hukum pidana mereka untuk pelaku kejahatan seksual anak dimana korbannya berusia di 12 tahun atau kurang dari 12 tahun. Sementara itu Turki sedang mempertimbangkan untuk memasukkan suntikan kebiri kepada pelaku perkosaan.
India dan Taiwan memberikan suntikan kebiri ini khusus pada pedofilia dan residivis pelaku kejahatan seksual anak.112
110icjr.or.id/menguji-eforia-kebiri, Op.Cit, hal. 9-10, diakses pada tanggal 08 Desember 2016, pukul 11.00
111Ibid, dikutip dari Zachary Edmods Oswald, “Off With His...” Analyzing the Sex Disparity in Chemical Castration Sentences”, Michigan Journal of Gender and law, Vol 19:471,2012-2013, hal: 484, diakses pada 08 Desember 2016, pukul 11.09
112 Ibid.
Untuk mengetahui lebih rinci, maka berikut daftar beberapa negara-negara di dunia yang telah memberlakukan hukuman kebiri bagi para pelaku kejahatan seksual:
TABEL 1 : Daftar negara-negara yang telah memberlakukan hukuman kebiri
NO NEGARA KETERANGAN PERKEMBANGAN
TERBARU 01 Korea Selatan Korea Selatan menjadi negara pertama di
Asia yang melegalkan hukuman kebiri di tahun 2011.Undang-Undang tersebut disahkan pada bulan Juli tahun tersebut dan mengijinkan suntikan kebiri pada terdakwa kejahatan seksual berusia di atas 19 tahun.
hanya dua pria telah menjalani hukuman kebiri. Juga mendapat banyak kritik.
02 Inggris ingris telah sejak lama menerapkan kebiri kimia.
Sebanyak 25 narapidana secara sukarela melakukan suntikan ini di tahun 2014.kebijaka ini merupakan turunan pasca perang dunia II, dimana Pada saat itu, tindakan homoseksual antara laki-laki yang masih ilegal dan homoseksualitas secara luas dianggap sebagai penyakit mental yang dapat diobati dengan pengebirian kimia.
03 Amerika Serikat 9 negara bagian, termasuk California, Florida, Oregon, Texas, dan Washington yang menerapkan hukuman kebiri.
Mendapat banyak tantangan , medroksiprogesteron asetat (MPA, bahan dasar sekarang digunakan dalam DMPA)obat tidak pernah disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai pengobatan untuk pelanggar seksual.
04 Rusia Menerima chemical castration untuk pelaku kejahatan seksual terhadap anak.
Undang-Undang yang melegalkan hukuman kebiri baru saja disahkan di
Pada Oktober 2011, parlemen Rusia meloloskan aturan hukum yang mengizinkan pengadilan untuk memerintahkan hukuman
Rusia. Para penjahat seksual yang Meski begitu, seseorang harus dinyatakan benar-benar paedofilia oleh panel dokter.
kebiri kimiawi terhadap pelaku kejahatan seksual. Hukuman tersebut mengancam pelaku kejahatan seksual yang menyerang anak-anak di bawah usia 14 tahun.
. 05 Polandia Sejak tahun 2010 negara Polandia sudah
menerapkan hukuman kebiri bagi pelaku pemerkosaan pada anak. Tetapi, narapidana harus didampingi oleh psikiatri sebelum menjalani hukuman ini
-
06 Moldova Pada tanggal 6 Maret, 2012, pemerintah Moldova mulai memberlakukan hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual anak.
Namun hukuman ini mendapat kecaman dari Amnesty International dan disebut perlakuan tidak manusiawi.
Amnesty International menyebut bahwa setiap tindak kejahatan harus dihukum dengan cara yang sesuai dengan Deklarasi HAM Universal.
07 Estonia Pemerintah Estonia mulai memberlakukan hukuman kebiri secara kimiawi terhadap pelaku
kejahatan seks Pada tanggal 5 Juni, 2012.
Hukuman kebiri di Estonia utamanya diberlakukan kepada pelaku paedofil (pelaku penyimpangan seksual terhadap anak kecil).
08 Israel Tidak diketahui pasti sejak kapan pemerintah Israel memberlakukan hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak.
Namun media setempat, Haaretz, sempat memberitakan dua pelaku kejahatan seks anak yang sepakat untuk menjalani hukuman kebiri secara kimiawi pada Mei 2009.
09 Argentina Hukuman kebiri di Argentina baru diberlakukan di satu provinsi yakni Mendoza sejak tahun 2010.
Dengan adanya aturan yang disahkan melalui dekrit oleh pemerintah provinsi, setiap pelaku kejahatan seksual atau pemerkosa di Mendoza terancam hukuman kebiri secara kimiawi.
10 Autralia Kastrasi dalam hukum pidana untuk kekerasan seksual terhadap anak dan pemerkosa.
Hukuman kebiri secara kimiawi di Australia berlaku di beberapa negara bagian saja, termasuk Western Australia, Queensland, dan Victoria.
Pada tahun 2010 lalu, seorang pelaku kejahatan seksual anak yang berulang kali terjerat hukum di North Queensland kembali diadili karena meraba dan mencium gadis di bawah umur. Pria ini telah menjalani
Pada tahun 2010 lalu, seorang pelaku kejahatan seksual anak yang berulang kali terjerat hukum di North Queensland kembali diadili karena meraba dan mencium gadis di bawah umur. Pria ini telah menjalani