• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Metode Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode-metode penelitian yang sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah. Maka di dalam menuliskan peristiwa sejarah,6 metode yang digunakan adalah Metode Penelitian Sejarah yang penerapannya sangat bertumpu pada empat tahapan pokok yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.7

Tahap pertama heuristik merupakan proses awal yang digunakan dalam penulisan ini dengan mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam hal ini, penulis telah melakukan studi lapangan ke Desa Sikapas dan perkebunan PT. MAL dengan melakukan wawancara terhadap para pekerja, pengelola dan warga setempat yang masih bisa memberikan data atau informasi sesuai dengan topik penelitian. Untuk melengkapi penulisan, selanjutnya penulis juga telah mengumpulkan sumber melalui studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh sumber-sumber yang berhubungan dengan topik penelitian ini baik dalam bentuk buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal dan lainnya.

6 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahaan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta:

UI Press, 1985, hlm. 39.

7 Dudung Abdurrahman, Op. Cit., hlm. 54.

Pengumpulan sumber pustaka penulis telah mengunjungi kantor Kepala Desa Sikapas untuk memperoleh data-data. Namun disini penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh beberapa data seperti gambar peta desa. Dengan demikian penulis membuat peta sendiri yang kira-kira bisa menggambarkan bagaimana bentuk dari Desa Sikapas. Selain ke Desa Sikapas, penulis juga ke perpustakaan seperti ke Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Tengku Luckman Sinar.

Kritik merupakan tahap berikutnya yang penulis lakukan setelah memperoleh sumber-sumber yang dinginkan. Pada tahap ini, sumber-sumber relevan yang diproleh akan di verifikasi kembali untuk mengetahui keabsahannya.8 Untuk mendapatkan sumber yang objektif, maka sumber-sumber yang telah diperoleh perlu dikritik secara ekstern dan intern. Kritik ekstern dilakukan untuk memilih sumber-sumber yang mana yang digunakan dalam penulisan. Kritik intern dilakukan terhadap sumbersumber yang telah di seleksi.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan kredibilitas atau kebenaran isi dari sumber tersebut.

Interpretasi yaitu tahap selanjutnya yang merupakan penafsiran-penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikritik sebelumnya. Dalam tahap ini, penulis melakukan analisa dengan menguraikan sumber-sumber yang telah dikritik untuk menghasilkan fakta-fakta. Kemudian fakta-fakta yang telah diperoleh disintesis-kan sehingga mendapatdisintesis-kan sebuah kesimpulan

8 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995.

hlm. 99.

Historiografi merupakan tahap akhir dalam metode yang digunakan untuk penulisan ini. Di tahap ini penulis menuliskan hasilnya berdasarkan interpretasi fakta-fakta secara kronologis dalam bentuk tulisan yang bersifat ilmiah sehingga dapat dituangkan dalam bentuk skripsi yang dapat menggambarkan dan menjelaskan tentang topik penelitian yang tentunya berpedoman pada outline yang telah dirancang sebelumnya.

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SIKAPAS

Bab ini menceritakan mengenai keadaan wilayah Desa Sikapas sebelum terjadinya peralihan mata pencaharian penduduk di Desa Sikapas. Dalam bab ini juga dibahas mengenai keadaan penduduk yang membicarakan tentang kehidupan dan aktivitas penduduk Desa Sikapas. Bab ini juga membahas mengenai mata pencaharian penduduk Desa Sikapas sebelum terjadinya peralihan mata pencaharian. Selain membahas wilayah, keadaan penduduk, dan mata pencaharian, bab ini secara singkat juga membahas mengenai pemerintahan di Desa Sikapas.

2.1 Wilayah

Di dalam penulisan sejarah tidak dapat terlepas dari unsur yang paling penting yaitu lokasi atau tempat penelitian. Dalam penulisan ini, yang menjadi lokasi atau tempat penelitian adalah Desa Sikapas. Desa Sikapas adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Muara Batang Gadis9 Kabupaten Mandailing Natal.10 Jarak antara Kota Medan dengan Desa Sikapas sekitar 267 km atau sekitar 20 jam dan jarak dari pusat Kabupaten Mandailing Natal ke Desa Sikapas sekitar 77 km

9 Muara Batang Gadis adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal.

Kecamatan Muara Batang Gadis terdiri dari 17 desa, salah satu desa yang ada di Kecamatan Muara Batang Gadis adalah Desa Sikapas. Sumber: Proyek Proposal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. MAL.

10Kabupaten Mandailing Natal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid pada tanggal 9 Maret 1999 di Kantor Gubernur Sumatera Utara Medan dan pejabat Bupati Mandailing Natal pada masa itu adalah H. Amru Daulay, SH. www.madina.go.id. Selayang Pandang Kabupaten Mandailing Natal, yang diakses 27 Februari 2018.

atau sekitar 8 jam, yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat.11

Adapun batas-batas dari wilayah Desa Sikapas secara administrasi sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan 2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Natal

3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Samudera Indonesia

4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Siabu.12

Penggunaan tanah dari luas wilayah di Desa Sikapas meliputi pemukiman, pertanian, perkebunan dan lainnya. Secara geografis dapat dilihat penggunaan luas wilayah Desa Sikapas sebagai berikut:

Tabel 1

Penggunaan Tanah di Desa Sikapas

No Penggunaan Tanah Luas (Ha)

1 Pemukiman 215

2 Pertanian 360

3 Perkebunan 6.500

4 Lainnya 9.777

11 Lihat Google Maps. Di akses 13 Mei 2018.

12 Sari Fitria Daulay, “Study Tentang Perolehan Hak Atas Tanah Dan Pemanfaat Pada PT Madina Agra Lestari”. Dalam Tesis S-2,belum diterbitkan, Medan: Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2011,. hlm. 32.

5 Jumlah 16.852

Sumber : Badan Pusat Statistik, KSK Kec. Muara Batang Gadis, 2010.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa lahan pertanian (360 Ha) lebih luas dibandingkan dengan lahan pemukiman (215 Ha). Hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Sikapas membuka hutan yang sebagian difungsikan sebagai lahan pertanian, sedangkan sebagian besar lahan di Desa Sikapas belum dikelola dan masih berbentuk hutan. Pada tahun 2005, dari keseluruhan luas lahan di Desa Sikapas sebagian besar juga sudah digunakan untuk lahan perkebunan dengan luas sekitar 6.500 Ha.

Desa Sikapas terletak di pinggir Pantai Barat Sumatera pada ketinggian sekitar 15 meter dari permukaan laut. Berdasarkan letak astronomisnya wilayah Desa Sikapas memiliki jenis tanah berpasir, tanahnya datar dan kering seperti pada umumnya desa-desa yang terletak di pesisir Pantai Barat.

Wilayah Desa Sikapas dilalui oleh sungai kecil atau masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah Siriom yang berasal dari aliran sungai desa sebelah (Desa Singkuang). Sungai Siriom berhubungan langsung dengan aliran air Sungai Batang Gadis. Sungai Siriom terletak di sebelah Selatan sampai kearah Timur.

Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai tempat mandi, mencuci piring dan pakaian, juga sebagai tempat menangkap ikan.

Wilayah Desa Sikapas memiliki iklim tropis yang terdiri dari musim hujan dan kemarau. Curah hujan tahunan berdasarkan data curah hujan Mandailing Natal menunjukkan bahwa Desa Sikapas memiliki curah hujan berkisar 1000

sampai 2000 mm/tahun dan tidak terdapat bulan kering. Jumlah hari hujan rata-rata 13,4 hari/bulan. Kelembaban udara rata-rata-rata-rata 80% menunjukkan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Suhu udara maksimum 32º celcius serta suhu udara minimum 23º celcius.13

Untuk pola pemukiman Desa Sikapas umumnya berkelompok. Artinya, rumah-rumah penduduk berdekatan satu sama lain. Adapun rumah tersebut terbuat dari papan yang umumnya masih berbentuk rumah panggung. Hanya sedikit rumah penduduk yang terbuat dari batu/semen. Pekarangan rumah-rumah penduduk ditumbuhi oleh jenis tanaman, seperti pohon kelapa, pohon jambu, pohon mangga, pohon nangka, serta pinang.

Pembangunan sarana pendidikan seperti Sekolah Dasar Negeri sudah ada di Desa Sikapas, namun untuk bangunan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) tidak ada di desa ini. Sarana Kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyrakat (Puskesmas) tidak ada di Desa Sikapas. Alasan pemerintah tidak membangun puskesmas di Desa Sikapas disebabkan oleh karena letak Desa Sikapas yang berdekatan dengan ibu kota kecamatan, sehingga banyak masyarakat yang berobat ke puskesmas yang berada di ibu kota kecamatan. Untuk hal posyandu, penduduk melaksanakannya di balai desa.14

13 Sari Fitria Daulay, Ibid., hlm. 35.

14 Wawancara, Akul, Desa Sikapas, 13 Mei 2018.

Koperasi Unit Desa (KUD) sudah dibangun pada tahun 1990-an oleh pemerintah. KUD ini berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pertanian masyarakat desa. Namun pada awal tahun 2000-an KUD ini tidak lagi berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih banyak yang menjual hasil panennya kepada agen dan tauke, begitu juga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari sudah banyak penduduk yang mulai membuka warung-warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari.15

2.2 Keadaan Penduduk

Penduduk didefenisikan sebagai jumlah individu-individu yang membentuk suatu kelompok tertentu, seperti jumlah orang-orang yang mendiami suatu negara, bangsa, negeri bagian, ataupun masyarakat. Penduduk yang ideal adalah jumlahnya tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil tetapi cukup untuk besarnya suatu Negara dan untuk sumber-sumber yang tersedia di negara.16 Rata-rata pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per-tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar.

Penduduk yang mendiami Desa Sikapas umumnya bersuku Mandailing yang terdiri dari berbagai marga. Marga yang dominan di Desa Sikapas adalah marga Nasution dan Lubis. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa yang digunakan masyarakat Desa Sikapas adalah bahasa Pesisir. Penduduk Desa Sikapas

15 Ibid.,

16 Sanches, C.A., Pendidikan Kependudukan, Jakarta: Bumi Aksara, 1982. hlm.18

menganut Agama Islam dan belum ada agama lain di Desa Sikapas.17 Untuk jumlah sarana beribadah di Desa Sikapas ada 1 unit Masjid dan 3 unit Mushollah.

Berdasarkan keterangan dari Kepala Desa Sikapas setiap tahun Desa Sikapas mengalami peningkatan jumlah penduduk. Selain dipengaruhi oleh angka kelahiran dan kematian, pertambahan penduduk ini juga dipengaruhi oleh keadaan desa yang semakin berkembang. Menurut Kepala Desa Sikapas setiap tahun jumlah kelahiran lebih besar dibandingkan jumlah kematian. Namun, berapa jumlah kematian dan jumlah kelahiran setiap tahun tidak dapat diketahui secara kuantitatif, disebabkan tidak ada data secara tertulis dari catatan kantor Kepala Desa.18 Berikut ini tabel jumlah penduduk Desa Sikapas berdasarkan Kantor Kepala Desa Sikapas.

Tabel 2

Peningkatan jumlah penduduk Desa Sikapas No. Tahun Jumlah Penduduk

1 2000 624

2 2003 687

3 2005 729

4 2008 810

6 2010 878

Sumber : Kantor Kepala Desa Sikapas, Tahun 2010

17 Op.Cit.,

18 Wawancara, Hakim Siregar, Desa Sikapas, 13 Mei 2018.

Pada tabel 2 dapat dilihat jumlah penduduk Desa Sikapas setiap tahun mengalami peningkatan. Salah satunya dapat dilihat pada tahun 2008 hingga 2010 rata-rata sebanyak 34 jiwa bertambah dalam kurun waktu satu tahun. Dalam kurun waktu 10 tahun dapat dihitung pertambahan penduduk di Desa Sikapas sekitar 254 jiwa. Selain dipengaruhi oleh angka kelahiran bayi dan kematian, pertambahan penduduk ini juga dipengaruhi oleh keberadaan perkebunan di Desa Sikapas pada tahun 2005 sehingga orang-orang pendatang dari luar desa memilih untuk bermigrasi ke Desa Sikapas, karena dianggap mampu menjamin kehidupan mereka. Umumnya mereka yang pindah ke desa ini adalah orang-orang bersuku Jawa.

Jumlah penduduk Desa Sikapas tahun 2000 sampai 2010 diperoleh berdasarkan data-data yang ada di kantor Kepala Desa Sikapas. Rata-rata jumlah anggota keluarga setiap rumah tangga di Desa Sikapas sebanyak 3 (tiga) sampai 5 (lima) orang. Selain itu jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2010, menunjukkan jumlah laki-laki lebih tinggi dibanding jumlah perempuan di Desa Sikapas.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.

No. Kelompok Penduduk Desa Sikapas

1 Laki-Laki 458

2 Perempuan 420

3 Jumlah Penduduk 878

4 Jumlah KK 316 Sumber: Badan Pusat Statistik, KSK Kec. Muara Batang Gadis, 2010

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin hanya diperoleh tahun 2010.

Hal ini disebabkan tidak adanya sensus yang dilakukan setiap tahunnya.

Berdasarkan wawancara di lapangan, adanya jumlah penduduk di Desa Sikapas menurut jenis kelamin tahun 2010 disebabkan karena adanya permintaan dari Camat di Kecamatan Muara Batang Gadis untuk dilakukan sensus pada tahun 2010. Hal ini disebabkan Kecamatan Muara Batang Gadis hanya ingin membuat buku baru berdasarkan data dari setiap desa pada tahun 2010.

Dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat Desa Sikapas sebelum masa peralihan, pada umumnya masih banyak yang belum mengecap pendidikan.

Masyarakat yang bersekolah pun umumnya hanya sebatas tingkat Sekolah Dasar Negeri dan sedikit yang mengecap Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini terjadi dilatarbelakangi kehidupan perekonomian masyarakat Desa Sikapas yang masih rendah. Selain itu, di Desa Sikapas hanya terdapat Sekolah Dasar, untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP atau SMA diharuskan untuk pulang pergi dari desa mereka ke desa sebelah yaitu Desa Singkuang. 19 Melihat situasi inilah, masyarakat mengalami kesulitan, karena akan mengeluarkan biaya yang cukup besar bagi masyarakat Desa Sikapas harus melanjutkan sekolah ke luar desa.

19 Ibid.,

2.3 Pemerintahan Desa

Pemerintahan adalah badan yang memiliki kekuasaan untuk memerintah suatu negara. Pemerintah memilki wewenang untuk memberikan keputusan dan kebijakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara serta sebagai penguasa yang menetapkan perintah-perintah dalam suatu negara. Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.20

Pemerintahan Desa atau disebut juga Pemdes adalah lembaga pemerintahan yang bertugas mengelola wilayah tingkat desa. Desa Sikapas dipimpin oleh Kepala Desa. Untuk menentukan Kepala Desa yang akan menjabat, akan dilakukan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh masyarakat desa. Sistem Pemilihan Kepala Desa di Desa Sikapas seperti pemilihan pada umumnya, mulai dari pencalonan, pencoblosan dan penghitungan suara. Yang memperoleh hasil terbanyak dari penghitngan suara, akan ditetapkan sebagai pemenang untuk dijadikan sebagai pimpinan desa yaitu Kepala Desa. Setelah pemilihan selesai, seperti biasanya selanjutnya akan dilakukan pelantikan Kepala Desa sebagai peresmian terpilihnya Kepala Desa yang akan menjabat.

Sistem pemerintahan desa di Desa Sikapas tidak dapat diketahui secara pasti sejak kapan mulai diterapkan. Namun berdasarkan periode dalam penelitian ini (tahun 2000 sampai 2010), diketahui Desa Sikapas sudah menerapkan sistem

20 Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Utuh, Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada 2010, hlm 17.

pemerintahan desa. Dari tahun 2000 sampai tahun 2010, sistem pemilihan Kepala Desa oleh masyarakat desa sudah dilakukan sekitar tiga kali pemilihan artinya sama dengan sudah tiga kali terjadi pergantian Kepala Desa.21

Kepala Desa yang terpilih umumnya akan menjabat selama lima tahun.

Setelah masa jabatannya berakhir, akan digantikan dengan Kepala Desa baru yang telah terpilih melalui Pemilihan Umum seperti yang telah dilakukan pada umumnya.

Seperti yang kita ketahui, Pemerintahan Desa terdiri dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kapala Desa. Kepala Desa tentunya akan dibantu oleh perangkat-perangkat desa lainnya. Demikian juga di Desa Sikapas, Kepala Desa Sikapas dibantu oleh perangkan-perangkat desa lainnya seperti Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Urusan (Kaur) dan Masyarakat. Tiap-tiap perangkat desa memiliki tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan bidang masing-masing. Struktur Pemerintahan Desa Sikapas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

21 Op.Cit.,

Kepala Desa BPD

LMD

Bendahara Desa Sekretaris Desa

Kaur

Masyarakat

Desa Sikapas memiliki luas wilayah 16.852 yang terdiri dari dataran.

Secara administratif, Desa Sikapas berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. Adapun batas-batas wilayah Desa Sikapas : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Natal, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Siabu.

Desa Sikapas sebelum peralihan mata pencaharian, bisa dikategorikan tergolong desa Swadaya menurut tatanan desa-desa di Indonesia. Desa Swadaya yaitu desa yang masih memiliki berbagai situasi yang terbatas seperti penduduk yang jarang, kehidupan yang masih terkait dengan adat-istiadat, lembaga-lembaga masyarakat yang masih sederhana dan tingkat pendidikan warganya masih sangat rendah. Kegiatan ekonomi penduduknya masih bergantung dengan alam seperti bertani. Biasanya desa seperti ini berada di lokasi terpencil dan sistem mata pencaharian masih berpusat pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja.

BAB III

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DESA SIKAPAS (2000-2005)

Bab ini membahas mengenai mata pencaharian masyarakat Desa Sikapas tahun 2000 sampai tahun 2005, sebelum terjadinya masa peralihan mata pencaharian. Dalam bab ini akan diceritakan tentang kehidupan dan aktivitas penduduk Desa Sikapas yang bermata-pencaharian sebagai petani, nelayan dan pedagang.

Mata pencaharian merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat berdasarkan ciri yang dimiliki pada wilayah masing-masing.22 Seperti Desa Sikapas yang terletak di Pantai Barat Sumatera.

Salah satu sumber penghasilan masyarakat Desa Sikapas sebelum masa peralihan, yaitu umumnya sebagai petani.

Petani merupakan salah satu alternatif yang dapat mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sebelum terjadi masa peralihan. Mereka memanfaatkan hutan yang telah diolah sejak turun-temurun untuk dijadikan lahan pertanian sebagai sumber penghasilan. Selain itu ada juga masyarakat Desa Sikapas yang memanfaatkan hasil laut Pantai Barat dengan bekerja sebagai nelayan. Sumber mata pencaharian lainnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sikapas dalam memenuhi kebutuhan yaitu bekerja sebagai pedagang.

22 Evan J. Sipahutar, “Dinamika Kehidupan Masyarakat Desa Sibulan-bulan Dari Karet Ke Pertanian (1980-2000)”. Dalam Skripsi S-1, belum diterbitkan, Medan: Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, 2015. hlm. 28.

Untuk mengetahui jumlah masyarakat Desa Sikapas berdasarkan mata pencaharian, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Jumlah Masyarakat Desa Sikapas Berdasarkan Mata Pencaharian No Tahun Petani Nelayan Pedagang Buruh

1. 2000 98 Orang 21 Orang 6 Orang -

2. 2003 102 Orang 17 Orang 6 Orang -

3 2005 25 Orang 10 Orang 9 Orang 77 Orang

Sumber: Kantor Kepala Desa Sikapas (dalam angka)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah masyarakat yang bekerja sebagai petani lebih banyak dari jumlah masyarakat yang bekerja sebagai nelayan dan pedagang. jumlah petani mengalami peningkatan pada tahun 2003. Karena pada tahun 2000 hingga menjelang tahun 2003, pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai petani mengalami peningkatan dari 80 kaleng hingga 100 kaleng.

Hal inilah salah satu penyebab jumlah petani di Desa Sikapas mengalami peningkatan pada tahun 2003. Namun pada tahun 2005 jumlah petani di Desa Sikapas mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan mulai terjadinya masa peralihan mata pencaharian akibat pembangunan perkebunan pada tahun 2005.

Pada tabel di atas juga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan lebih sedikit dibanding jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani. Karena masyarakat Desa Sikapas pada umumnya bekerja sebagai petani dengan memanfaatkan hutan sebagai sumber penghasilan dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Jumlah nelayan di Desa Sikapas mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 semakin menurun akibat pembangunan perkebunan di Desa Sikapas yang menyebabkan sebagian masyarakat nelayan juga mengalami peralihan mata pencaharian.

Kemudian pada tabel di atas juga diuraikan jumlah masyarakat yang bekerja sebagai pedagang. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai pedagang adalah jumlah penduduk yang paling sedikit antara petani dan nelayan. Pada tahun 2005 terlihat jumlah penduduk yang bekerja sebagai pedagang meningkat. Seperti meningkat dan menurunnya jumlah petani dan nelayan akibat perkebunan, hal ini juga berdampak bagi jumlah pedagang di Desa Sikapas dari tahun ke tahun.

Selain petani, nelayan dan pedagang, pada tabel 4 tahun 2005 masyarakat Desa Sikapas sudah memiliki sumber penghasilan baru yaitu buruh. Terlihat jumlah buruh lebih banyak dari tiga mata pencaharian yang umumnya setelah pembangunan perkebunan di Desa Sikapas.

Dari uraian di atas, selanjutkan akan dibahas lebih lengkap mengenai mata pencaharian masyarakat Desa Sikapas sebelum terjadinya peralihan. Berikut pemaparan ketiga mata pencaharian Desa Sikapas yaitu petani, nelayan dan pedagang.

3.1 Petani

Petani merupakan salah satu mata pencaharian yang umum dilakukan masyarakat Desa Sikapas dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak

diketahui secara pasti sejak kapan masyarakat Desa Sikapas diperkenalkan dengan sistem pertanian. Namun dari hasil penelitian, sistem pertanian di Desa Sikapas sudah dikenal secara turun-temurun. Masyarakat Desa Sikapas telah mempertahankan mata pencaharian sebagai petani selama berpuluh-puluh tahun lamanya.23 Hal ini menandakan bahwa masyarakat Desa Sikapas tidak lagi tergolong ke dalam masyarakat yang hidupnya berpindah-pindah (nomaden), akan tetapi sudah hidup secara menetap dengan bercocok tanam walaupun dengan sistem yang tradisional.

Jenis tanaman yang ditanam oleh masyarakat di Desa Sikapas pada umumnya adalah tanaman pangan seperti padi. Dari hasil penanaman padi tersebut masyarakat Desa Sikapas hanya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Padi adalah tanaman pokok yang secara langsung dapat dikonsumsi oleh masyarakat Desa Sikapas tanpa harus bersusah payah pergi ke pasar. Desa Sikapas memiliki topografi berlahan kering, oleh karena itu jenis padi yang umumnya ditanam oleh petani di Desa Sikapas adalah padi lokal.

Padi lokal merupakan jenis padi yang di tanam pada lahan kering tanpa harus diberi pengairan seperti jenis padi yang ditanam di sawah. Benih yang digunakan biasanya adalah benih yang ditanam dari hasil penanaman sebelumnya.

Benih dipilih dari hasil tanaman yang sehat, memiliki bulir yang banyak dan memiliki jumlah anakan yang banyak.24

23 Wawancara, Sarida, Desa Sikapas, 27 Mei 2018.

23 Wawancara, Sarida, Desa Sikapas, 27 Mei 2018.

Dokumen terkait