• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIKAPAS

2.3 Pemerintahan Desa

Pemerintahan adalah badan yang memiliki kekuasaan untuk memerintah suatu negara. Pemerintah memilki wewenang untuk memberikan keputusan dan kebijakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara serta sebagai penguasa yang menetapkan perintah-perintah dalam suatu negara. Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.20

Pemerintahan Desa atau disebut juga Pemdes adalah lembaga pemerintahan yang bertugas mengelola wilayah tingkat desa. Desa Sikapas dipimpin oleh Kepala Desa. Untuk menentukan Kepala Desa yang akan menjabat, akan dilakukan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh masyarakat desa. Sistem Pemilihan Kepala Desa di Desa Sikapas seperti pemilihan pada umumnya, mulai dari pencalonan, pencoblosan dan penghitungan suara. Yang memperoleh hasil terbanyak dari penghitngan suara, akan ditetapkan sebagai pemenang untuk dijadikan sebagai pimpinan desa yaitu Kepala Desa. Setelah pemilihan selesai, seperti biasanya selanjutnya akan dilakukan pelantikan Kepala Desa sebagai peresmian terpilihnya Kepala Desa yang akan menjabat.

Sistem pemerintahan desa di Desa Sikapas tidak dapat diketahui secara pasti sejak kapan mulai diterapkan. Namun berdasarkan periode dalam penelitian ini (tahun 2000 sampai 2010), diketahui Desa Sikapas sudah menerapkan sistem

20 Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Utuh, Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada 2010, hlm 17.

pemerintahan desa. Dari tahun 2000 sampai tahun 2010, sistem pemilihan Kepala Desa oleh masyarakat desa sudah dilakukan sekitar tiga kali pemilihan artinya sama dengan sudah tiga kali terjadi pergantian Kepala Desa.21

Kepala Desa yang terpilih umumnya akan menjabat selama lima tahun.

Setelah masa jabatannya berakhir, akan digantikan dengan Kepala Desa baru yang telah terpilih melalui Pemilihan Umum seperti yang telah dilakukan pada umumnya.

Seperti yang kita ketahui, Pemerintahan Desa terdiri dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Kapala Desa. Kepala Desa tentunya akan dibantu oleh perangkat-perangkat desa lainnya. Demikian juga di Desa Sikapas, Kepala Desa Sikapas dibantu oleh perangkan-perangkat desa lainnya seperti Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Urusan (Kaur) dan Masyarakat. Tiap-tiap perangkat desa memiliki tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan bidang masing-masing. Struktur Pemerintahan Desa Sikapas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

21 Op.Cit.,

Kepala Desa BPD

LMD

Bendahara Desa Sekretaris Desa

Kaur

Masyarakat

Desa Sikapas memiliki luas wilayah 16.852 yang terdiri dari dataran.

Secara administratif, Desa Sikapas berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. Adapun batas-batas wilayah Desa Sikapas : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Natal, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Siabu.

Desa Sikapas sebelum peralihan mata pencaharian, bisa dikategorikan tergolong desa Swadaya menurut tatanan desa-desa di Indonesia. Desa Swadaya yaitu desa yang masih memiliki berbagai situasi yang terbatas seperti penduduk yang jarang, kehidupan yang masih terkait dengan adat-istiadat, lembaga-lembaga masyarakat yang masih sederhana dan tingkat pendidikan warganya masih sangat rendah. Kegiatan ekonomi penduduknya masih bergantung dengan alam seperti bertani. Biasanya desa seperti ini berada di lokasi terpencil dan sistem mata pencaharian masih berpusat pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja.

BAB III

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DESA SIKAPAS (2000-2005)

Bab ini membahas mengenai mata pencaharian masyarakat Desa Sikapas tahun 2000 sampai tahun 2005, sebelum terjadinya masa peralihan mata pencaharian. Dalam bab ini akan diceritakan tentang kehidupan dan aktivitas penduduk Desa Sikapas yang bermata-pencaharian sebagai petani, nelayan dan pedagang.

Mata pencaharian merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat berdasarkan ciri yang dimiliki pada wilayah masing-masing.22 Seperti Desa Sikapas yang terletak di Pantai Barat Sumatera.

Salah satu sumber penghasilan masyarakat Desa Sikapas sebelum masa peralihan, yaitu umumnya sebagai petani.

Petani merupakan salah satu alternatif yang dapat mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sebelum terjadi masa peralihan. Mereka memanfaatkan hutan yang telah diolah sejak turun-temurun untuk dijadikan lahan pertanian sebagai sumber penghasilan. Selain itu ada juga masyarakat Desa Sikapas yang memanfaatkan hasil laut Pantai Barat dengan bekerja sebagai nelayan. Sumber mata pencaharian lainnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sikapas dalam memenuhi kebutuhan yaitu bekerja sebagai pedagang.

22 Evan J. Sipahutar, “Dinamika Kehidupan Masyarakat Desa Sibulan-bulan Dari Karet Ke Pertanian (1980-2000)”. Dalam Skripsi S-1, belum diterbitkan, Medan: Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, 2015. hlm. 28.

Untuk mengetahui jumlah masyarakat Desa Sikapas berdasarkan mata pencaharian, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Jumlah Masyarakat Desa Sikapas Berdasarkan Mata Pencaharian No Tahun Petani Nelayan Pedagang Buruh

1. 2000 98 Orang 21 Orang 6 Orang -

2. 2003 102 Orang 17 Orang 6 Orang -

3 2005 25 Orang 10 Orang 9 Orang 77 Orang

Sumber: Kantor Kepala Desa Sikapas (dalam angka)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah masyarakat yang bekerja sebagai petani lebih banyak dari jumlah masyarakat yang bekerja sebagai nelayan dan pedagang. jumlah petani mengalami peningkatan pada tahun 2003. Karena pada tahun 2000 hingga menjelang tahun 2003, pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai petani mengalami peningkatan dari 80 kaleng hingga 100 kaleng.

Hal inilah salah satu penyebab jumlah petani di Desa Sikapas mengalami peningkatan pada tahun 2003. Namun pada tahun 2005 jumlah petani di Desa Sikapas mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan mulai terjadinya masa peralihan mata pencaharian akibat pembangunan perkebunan pada tahun 2005.

Pada tabel di atas juga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan lebih sedikit dibanding jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani. Karena masyarakat Desa Sikapas pada umumnya bekerja sebagai petani dengan memanfaatkan hutan sebagai sumber penghasilan dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Jumlah nelayan di Desa Sikapas mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 semakin menurun akibat pembangunan perkebunan di Desa Sikapas yang menyebabkan sebagian masyarakat nelayan juga mengalami peralihan mata pencaharian.

Kemudian pada tabel di atas juga diuraikan jumlah masyarakat yang bekerja sebagai pedagang. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai pedagang adalah jumlah penduduk yang paling sedikit antara petani dan nelayan. Pada tahun 2005 terlihat jumlah penduduk yang bekerja sebagai pedagang meningkat. Seperti meningkat dan menurunnya jumlah petani dan nelayan akibat perkebunan, hal ini juga berdampak bagi jumlah pedagang di Desa Sikapas dari tahun ke tahun.

Selain petani, nelayan dan pedagang, pada tabel 4 tahun 2005 masyarakat Desa Sikapas sudah memiliki sumber penghasilan baru yaitu buruh. Terlihat jumlah buruh lebih banyak dari tiga mata pencaharian yang umumnya setelah pembangunan perkebunan di Desa Sikapas.

Dari uraian di atas, selanjutkan akan dibahas lebih lengkap mengenai mata pencaharian masyarakat Desa Sikapas sebelum terjadinya peralihan. Berikut pemaparan ketiga mata pencaharian Desa Sikapas yaitu petani, nelayan dan pedagang.

3.1 Petani

Petani merupakan salah satu mata pencaharian yang umum dilakukan masyarakat Desa Sikapas dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak

diketahui secara pasti sejak kapan masyarakat Desa Sikapas diperkenalkan dengan sistem pertanian. Namun dari hasil penelitian, sistem pertanian di Desa Sikapas sudah dikenal secara turun-temurun. Masyarakat Desa Sikapas telah mempertahankan mata pencaharian sebagai petani selama berpuluh-puluh tahun lamanya.23 Hal ini menandakan bahwa masyarakat Desa Sikapas tidak lagi tergolong ke dalam masyarakat yang hidupnya berpindah-pindah (nomaden), akan tetapi sudah hidup secara menetap dengan bercocok tanam walaupun dengan sistem yang tradisional.

Jenis tanaman yang ditanam oleh masyarakat di Desa Sikapas pada umumnya adalah tanaman pangan seperti padi. Dari hasil penanaman padi tersebut masyarakat Desa Sikapas hanya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Padi adalah tanaman pokok yang secara langsung dapat dikonsumsi oleh masyarakat Desa Sikapas tanpa harus bersusah payah pergi ke pasar. Desa Sikapas memiliki topografi berlahan kering, oleh karena itu jenis padi yang umumnya ditanam oleh petani di Desa Sikapas adalah padi lokal.

Padi lokal merupakan jenis padi yang di tanam pada lahan kering tanpa harus diberi pengairan seperti jenis padi yang ditanam di sawah. Benih yang digunakan biasanya adalah benih yang ditanam dari hasil penanaman sebelumnya.

Benih dipilih dari hasil tanaman yang sehat, memiliki bulir yang banyak dan memiliki jumlah anakan yang banyak.24

23 Wawancara, Sarida, Desa Sikapas, 27 Mei 2018.

24 Ibid.,

Penanaman benih dilakukan sekali dalam satu tahun yaitu lima bulan sebelum Hari Raya Idul Fitri. Luas lahan pertanian yang ditanami masyarakat rata-rata sekitar 0,5 ha/rumah tangga. Untuk luas lahan setengah hektar tersebut, mereka membutuhkan benih berkisar 1,5 kaleng untuk ditanam. Di Desa Sikapas 1 kaleng beratnya sekitar 10 sampai 11 kg gabah padi kering.

Penanaman dilakukan dengan cara ditugal25 dengan jarak 20 x 20 cm, benih yang ditanam berjumlah 5 benih perlubang. Sebelum ditanam benih terlebih dahulu direndam didalam air selama 1 malam atau sekitar 6 sampai 12 jam, kemudian dikeringkan sekitar 6 sampai 12 jam sebelum dilakukan tugal.

Saat padi berumur 3 sampai 4 minggu, dan 8 minggu setelah penanaman, akan dilakukan perawatan dengan melakukan penyiangan dan pemupukan agar tanaman padi terhindar dari rumput liar. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul kecul, sabit, atau dengan tangan kosong. Setelah dilakukan penyiangan, selanjutnya dilakukan pemupukan, pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk kandang atau kompos sesuai dengan kebutuhan tanaman.26

Kendala yang cukup berat dihadapi oleh para petani saat menjelang panen.

Banyak hewan seperti burung, monyet, dan babi yang siap merusak tanaman padi mereka jika tidak diawasi. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya mereka akan bermalam di ladang, dengan begitu mereka dapat mengawasi tanaman padi mereka. Tanaman padi juga rentan terserang oleh hama, seperti tanaman-tanaman

25 Tongkat runcing yang terbuat dari kayu, biasanya digunakan untuk membuat lubang di tanah yang akan ditanami benih.

26 Op.Cit.,

padi lainnya. Hama tersebut biasanya berupa wereng, penggerek batang padi, walang sangit, dan lundi (orong-orong). Untuk mengatasi hama-hama tersebut biasanya petani menyemprotkan insektisida27 berbahan aktif.

Setelah genap berusia 6 bulan dan padi sudah terlihat menguning antara 80-90%, maka menggotil atau memanen padi siap untuk dilakukan. Setiap tahun, waktu pemanenan biasanya dilakukan tepat pada bulan Ramadhan sebelum Idul Fitri. Dari penanaman benih padi di lahan pertanian yang luasnya 0,5 ha, diperoleh hasil panen sekitar 80 sampai 100 kaleng. Berdasarkan pengakuan dari penduduk di Desa Sikapas, dari keseluruhan hasil panen yang mereka peroleh hanya untuk di konsumsi keluarga. Jadi selama 6 bulan sebelum kembali masa penanaman, mereka tidak lagi membeli beras. Setelah selesai masa panen, lahan pertanian dibiarkan kosong hingga masa penanaman kembali 6 bulan sebelum Idul Fitri. Selama itu pula mereka para petani mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti jadi tukang, pencari kayu bakar, memancing ikan di sungai. Untuk para ibu biasanya membuat tikar yang terbuat dari pandan untuk dijual.28

Hasil pertanian yang mereka peroleh setiap tahunnya kadang mengalami ketidak-stabilan. Dari 80 kaleng hasil yang mereka peroleh dalam satu tahun, kadang mereka hanya memperoleh 50 kaleng dalam satu tahun. Namun hal tersebut, tidak membuat mereka mengeluh dalam menjalani profesi sebagai

27 Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga.

28 Wawancara, Kamis, Desa Sikapas, 27 Mei 2018.

petani. Karena sebelum terjadi peralihan mata pencaharian, untuk desa yang bisa dikategorikan terpencil hanya bisa memanfaatkan alam dengan menjadi petani.

Petani merupakan salah satu alternatif yang mampu mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari meskipun dengan pendapatan secukupnya, namun juga harus mengenyamkan pendidikan untuk anak-anak mereka.

Keterbatasan ekonomi di Desa Sikapas sebelum tahun 2005, jelas terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Sebelum tahun 2005, masih banyak masyarakat Desa Sikapas yang memperoleh pendidikan hanya sebatas Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP), dan sedikit yang mampu sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun setidaknya pendidikan anak-anak mereka lebih baik dari mereka para petani yang umumnya hanya lulusan SD (Sekolah Dasar).29

Petani di Desa Sikapas umumnya kepala keluarga dan ibu rumah tangga, namun anak-anak mereka juga tidak jarang ikut serta dalam membantu kegiatan bertani di ladang masing-masing seperti menyiangi rumput hingga memanen hasil pertanian. Kepala keluarga dan ibu rumah tangga yang bertani rata-rata berumur 50-an hingga 60-an tahun. Keterbatasan alat transportasi yang mereka miliki, memaksa para petani berjalan kaki untuk pergi ke ladang mereka yang berjarak sekitar 2 km, dan akan menggukan sampan jika letak ladang mereka jauh dan memungkinkan untuk melalui perairan sungai siriom. Setiap hari sekitar pukul 6 pagi, para petani sudah siap untuk berangkat menuju ladang masing-masing atau

29 Ibid.,

setidaknya mereka sudah sampai di ladang sebelum matahari terlalu terik. Mereka juga akan membawa bekal makanan secukupnya.

Namun selama menjelang musim panen para petani khususnya untuk laki-laki tidak jarang bermalam di ladang dan pulang sekali dalam seminggu untuk berbagai keperluan. Bahkan anak mereka juga tidak jarang dibawa bermalam, pagi hari akan diantar ke sekolah untuk anak-anak mereka yang masih sekolah.

Dengan bermalam di ladang, mereka bisa menjaga tanaman dari gangguan-ganguan binatang seperti monyet dan binatang malam lainnya yang umumnya seperti babi.

Setelah anak-anak mereka menyelesaikan pendidikan, tidak banyak yang bisa dilakukan anak-anak mereka dalam memanfaatkan pendidikan untuk memperoleh penghasilan. Hal ini disebabkan tidak tersedianya lapangan pekerjaan dan pola pikir yang masih monoton untuk tetap menetap di desa mereka. Bahkan apabila tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan setelah menyelesaikan pendidikan, tidak jarang anak-anak mereka langsung menikah ketika ada yang mempersunting.

Selain menanam tanaman padi, masyarakat di Desa Sikapas juga menanam tanaman jenis lain seperti sayur-sayuran, cabai, kunyit, lengkuas, dan serai.

Tanaman-tanaman tersebut biasanya digunakan untuk keperluan memasak sehari-sehari. Hal ini menandakan bahwa hampir 80% masyarakat Desa Sikapas

menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam yang telah dilakukan secara turun temurun. 30

3.2 Nelayan

Masyarakat nelayan yaitu suatu masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang terdapat di dalam lautan, baik itu berupa ikan, udang, rumput laut, kerang-kerangan, terumbu karang dan hasil kekayaan laut lainnya. Masyarakat nelayan memiliki karakteristik khusus yang membedakan mereka dari masyarakat lainnya, yaitu karakteristik yang terbentuk dari kehidupan di lautan yang sangat keras dan penuh dengan resiko, terutama resiko yang berasal dari faktor alam. Wilayah pesisir diketahui memiliki karakteristik yang unik dan memiliki keragaman potensi sumberdaya alam, baik hayati maupun non-hayati yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, laju pertambahan jumlah nelayan di Indonesia sangat pesat. Hal ini disebabkan, hasil perikanan laut merupakan sumber daya yang besar. Namun banyak juga kendala yang dialami oleh para nelayan, sehingga hasil tangkapan yang didapat hanya sedikit. Kondisi seperti ini yang mengakibatkan nelayan menjadi miskin.31

Kegiatan yang sangat penting dan vital bagi seorang nelayan adalah mencari ikan di laut. Karena dari kegiatan melautlah para nelayan dapat memenuhi kebutuhan mereka dan meneruskan kehidupan mereka. Dan laut

30 Ibid.,

31 1Rosni, “Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Desa Dahari Selebaran Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara”. Jurnal Geografi. Vol 9 No. 1 2017 hlm. 53.

merupakan sumber penghidupan bagi para nelayan mereka menyadari laut sangat penting bagi kehidupan mereka. Oleh karena itu dalam melaut mereka tidak menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang dapat membahayakan ekosistem laut. Jika ekosistem laut rusak/tidak terjaga, maka mereka akan mendapatkan dampaknya. Salah satu dampak adalah hasil tangkapan mereka akan berkurang.

Desa Sikapas merupakan sebuah desa di Kabupaten Mandailing Natal yang letaknya di Pesisir Pantai Barat Sumatera. Karena letaknya yang strategis, maka selain umumnya memanfaatkan hutan sebagai petani, masyarakat Desa Sikapas juga memanfaatkan hasil laut sabagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yaitu sebagai nelayan.

Nelayan Desa Sikapas masih berada dalam taraf sosial ekonomi yang sederhana. Dalam melaut nelayan Desa Sikapas pada umumnya masih menggunakan perahu dayung dan menggunakan alat tangkap yang masih sederhana seperti jaring dan jala. Hasil tangkapan yang mereka peroleh masih terbatas dan tidak menentu karena bergantung pada musim dan cuaca. Bahkan kadang-kadang mereka menghadapi resiko yang sangat besar saat melaut. Mereka sering ditimpa gelombang pasang sehingga menghancurkan peralatan dalam menangkap ikan. Namun, meskipun demikian mereka tetap bersyukur karena masih bisa melakukan kegiatan melaut secara berkesinambungan dan terus menerus.32

32 Wawancara, Tasman, Desa Sikapas, 27 Mei 2018.

Para nelayan biasanya berangkat melaut sekitar pukul 05:30 pagi hari dan kembali dari melaut sekitar pukul 15:00 sore hari. Hasil tangkapan para nelayan dari melaut dengan menggunakan alat tangkap sederhana biasanya berupa ikan kecil seperti ikan gembung. Namun sekali-sekali ada juga nelayan yang menggunakan alat tangkap berupa kail dengan perahu mesin apabila hasil tangkapan mulai sedikit dari hasil jala atau jaring. Hasil tangkapan yang diperoleh dari kail dengan perahu mesin biasaya berupa ikan tenggiri dan tongkol. Hasil tangkapan tersebut akan dijual pada penduduk desa, apabila hasil tangkapan mereka banyak atau lebih cukup dari yang mereka konsumsi. Pendapatan para nelayan hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bekerja sebagai nelayan dilakukan oleh para kepala keluarga yang memang memilki keahlian dalam melaut. Sedangkan para ibu juga tidak jarang membantu memenuhi kebutuhan dengan melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan seperti mencari dan mengupulkan kayu bakar untuk dijual.33

Dari penghasilan yang diperoleh, kehidupan penduduk yang bekerja sebagai nelayan di Desa Sikapas sama seperti para petani yang hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun tetap mengenyamkan pendidikan pada anak-anak mereka meskipun umumnya masih sebatas Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sedikit yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Penduduk Desa Sikapas sebelum masa peralihan mata pencaharian masih kurang memahami pentingnya pendidikan. Tidak terlalu berusaha mengenyamkan

33 Ibid.,

pendidikan hingga ke tingkat yang lebih tinggi, karena penghasilan yang kurang memadai dan pemikiran yang masih monoton. Tidak hanya petani, nelayan di Desa Sikapas juga memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kebanyakan nelayan hanya lulusan SD (Sekolah Dasar), pemahaman ilmu yang dimiliki masih jauh tertinggal khususnya dalam pengembangan teknologi alat tangkap.

3.3 Pedagang

Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan memperjual-belikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan.

Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa ataupun keduanya. Pada masa awal sebelum ditemukan, tukar menukar barang disebut barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan penukaran uang, setiap barang di nilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual.34

Namun yang disebut pedagang di Desa Sikapas yaitu pedagang yang memperjual-belikan barang dalam skala kecil berupa warung. Selain umumnya sebagai petani dan nelayan, pedagang merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Sikapas dalam memenuhi kebutuhannya.

Pedagang di Desa Sikapas berjualan di rumah mereka masing-masing dengan mumbuka tempat berjualan di teras rumah. Umumnya jenis dagangan

34 2Jeri, Setiawaan. et all, “Pengaruh Keberadaan Minimarket TerhadapPendapatan Pedagang Kelontong Dikelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur”. Jurnal Vol.

10 No.1 2012. hlm 1-7.

yang diperjual-belikan oleh pedagang di Desa Sikapas seperti sembilan bahan pokok kebutuhan sehari-hari, rokok dan jajanan (permen, kerupuk dan kudapan lainnya). Selain itu ada yang berdagang sayuran, perabotan rumah tangga, dan menjual pakaian.

Barang dagangan yang diperdagangkan oleh pedangan di Desa Sikapas adalah barang dagangan yang diperoleh (dibeli) dari pedangan lain atau bukan diproduksi sendiri. Pedagang akan membeli dagangan yang akan diperdagangkan sekali dalam satu minggu yaitu Hari Minggu. Pada Hari Minggu, ada pasar keliling yang menjual berbagai jenis kebutuhan seperti bumbu dapur, perabotan rumah tangga, pakaian dan lainnya. Pasar keliling artinya para pedangan dari luar desa misalnya seperti dari Natal bahkan ada yang dari Panyabungan. Para Pedagang ini tidak hanya berdagang pada Hari Minggu di Desa Sikapas, tapi juga berdagang di desa sekitar pada hari lainnya. Pasar yang sekali dalam satu minggu ini disebut pekan oleh masyarakat Desa Sikapas. 35

Dagangan yang telah diperoleh (dibeli) akan diperdagangkan kembali pada masyarakat desa. Pendapatan dari bekerja sebagai pedagang di Desa Sikapas mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pedagang di Desa Sikapas merupakan profesi yang minoritas ditemukan antara petani dan nelayan.

Dagangan yang telah diperoleh (dibeli) akan diperdagangkan kembali pada masyarakat desa. Pendapatan dari bekerja sebagai pedagang di Desa Sikapas mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pedagang di Desa Sikapas merupakan profesi yang minoritas ditemukan antara petani dan nelayan.

Dokumen terkait