• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel telah dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2014. Adapun lokasi penelitian bertempat di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Setelah ikan Lemeduk tertangkap dan dimasukkan kedalam coolbox kemudian dilakukan pengukuran karakter meristik dan morfometrik ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu. Lokasi pengambilan sampel ikan dapat disajikan pada Gambar 3.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), pH meter, bola duga, termometer, kaliper digital, coolbox, penggaris, jala, gill net, pinset, tongkat berskala, plastik, kertas milimeterblok, alat tulis dan Kamera digital.

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan Alkohol 96%, Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii), MnSO4, KOH-KI, H2SO4, NA2S2O3, Amilumdan sampel air. Alat dan bahan dapat dilihat pada lampiran 1.

Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun untuk pengambilan sampel adalah “Purposive Sampling”. Terdapat empat stasiun pada penelitian ini dengan penentuan sampel berdasarkan perbedaan aktifitas oleh masyarakat. Untuk keterangan stasiun penelitian dapat dilihat pada deskripsi area berikut ini.

Deskripsi Area

Adapun deskripsi area tiap stasiun atas berbagai pertimbangan adalah sebagai berikut:

a. Stasiun 1

Stasiun ini terletak di desa Bandar Labuhan kecamatan tanjung morawa yang secara geografis terletak pada 30 29` 47,82`` LU & 980 46` 5,55`` BT. Lokasi ini merupakan daerah tanpa aktifitas rutin. Lingkungan masih dikelilingi oleh pepohonan. Kondisi stasiun 1 disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 1 b. Stasiun 2

Stasiun ini terletak di Tanjung Morawa yang secara geografis terletak pada

03o 31` 30,4`` LU & 098o 47` 11,9`` BT Lokasi ini terdapat dibelakang PDAM, dan belakang rumah sakit. Jarak stasiun 1 ke stasiun 2 sekitar 4 km. Kondisi stasiun 2 disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Stasiun 2 c. Stasiun 3

Stasiun ini terletak di Desa Aras Kabu Kecamatan Batang Kuis yang secara geografis terletak pada 03o 37` 02,2`` LU & 098o 50` 02,8`` BT. Lokasi ini berupa muara pertemuan Sungai Batugingging dan Sungai Belumai yang

terdapat aktifitas penangkapan. Jarak antara stasiun 2 ke stasiun 3 sekitar 11 km. Kondisi stasiun 3 dapat disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Stasiun 3 d. Stasiun 4

Stasiun ini terletak di Desa Aras kabu Kecamatan Batang Kuis yang secara geografis terletak pada 03o 38` 01,9`` LU & 098o 50` 06,3``BT. Lokasi ini dibagian bawah muara. Daerah ini juga dapat dijumpai beberapa aktifitas penangkapan dan aktifitas domestik seperti mandi, mencuci dan lain-lain. Jarak dari stasiun 3 ke stasiun 4 sekitar 1 km. Kondisi stasiun 4 disajikan pada Gambar 7.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel ikan menggunakan jala dan Gill net dengan mesh size 2 inchi dengan diameter tebar 4 meter pada hari yang sama. Ikan dikumpulkan selama 3 hari dengan interval waktu dua minggu. Seluruh ikan Lemeduk yang tertangkap dimasukkan ke dalam coolbox guna di amati karakter morfometrik dan meristik di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu. Pada saat pengambilan ikan dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia untuk mengetahui kualitas air.

Pengukuran Karakter Morfometrik dan Meristik

Karakter morfometrik yang di ukur pada ikan Lemeduk ini adalah sebagai berikut:

a. Panjang total : Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling belakang

b. Panjang Standar : Jarak antara ujung bagian kepala yang paling depan dengan pelipatan pangkal sirip caudal

c. Panjang kepala: Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari keping tutup insang (operculum)

d. Panjang batang ekor : Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan pangkal jari-jari tengah sirip caudal

e. Panjang moncong : panjang antara ujung mulut ikan ke pangkal dekat mata f. Tinggi sirip punggung : jarak antara dari awal sirip sampai ke ujung sirip yang

awal

g. Panjang pangkal sirip punggung : jarak antara awal sirip hingga ujung sirip punggung terakhir

h. Diameter mata : Panjang garis tengah rongga mata

i. Tinggi batang ekor : Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah j. Tinggi badan : Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian dorsal dengan

bagian ventral

k. Panjang sirip dada : Jarak sirip awal dan sirip terakhir pada sirip dada terakhir l. Panjang sirip perut : Jarak antara sirip pertama dengan sirip terakhir pada sirip

perut

Sedangkan karakter meristik dilakukan penghitungan sisik bagian tubuh ikan. Adapun karakter meristik yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Jumlah sisik pada gurat sisi (linea lateralis scales)

Merupakan jumlah sisik yang berpori pada garis lateral jumlah pori-pori pada gurat sisi

2. Jumlah sisik melintang badan (transversal line scales)

Merupakan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan awal sirip punggung dan antara gurat sisi dan awal sirip dubur

3. Jumlah sisik di depan sirip punggung (predorsal scales)

Meliputi semua sisik di pertengahan punggung antara insang dan awal sirip punggung

4. Jumlah sisik di sekeliling batang ekor (caudal peduncle scales)

Merupakan jumlah baris sisik yang melingkari batang ekor pada bidang yang tersempit

5. Sirip punggung (dorsal fin)

Merupakan sirip yang terdapat di bagian punggung ikan. Sirip-sirip tersebut tersusun atas jari jari sirip yang bersifat keras, lemah dan lemah mengeras.

6. Sirip Perut (ventral fin)

Merupakan sirip yang berada pada bagian perut. Sirip tersusun atas jari sirip lemah dan lemah mengeras.

7. Sirip Dada (pectoral fin)

Sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. umumnya terdiri dari satu atau lebih duri keras. 8. Sirip Dubur (anal fin)

Merupakan sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal.

9. Sirip Ekor (caudal fin)

Merupakan sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh ikan.

Sirip ikan dirumuskan dengan menggunakan perhitungan semua jari-jari yang menyusun sirip ikan. Jari-jari yang dihitung tersebut meliputi jari-jari keras dan lunak. Kemudian ditulis dengan rumus D (dorsal) yaitu jumlah jari-jari keras ditulis dengan angka romawi dan jumlah jari-jari lunak ditulis dengan angka biasa, P (perctoral) yaitu jumlah jari keras ditulis dengan angka romawi dan jumlah jari-jari lunak ditulis dengan angka biasa, V (ventral) yaitu jumlah jari-jari keras ditulis dengan angka romawi dan jumlah jari-jari lunak ditulis dengan angka biasa, A (anal) yaitu jumlah jari-jari keras ditulis dengan angka romawi dan jumlah jari-jari lunak ditulis dengan angka biasa, C (Caudal )yaitu jumlah jari-jari lunak dengan angka biasa.

Gambar 8. Bagian Morfometrik ikan: a. Panjang Total, b. Panjang Standar, c. Panjang Kepala, d. Panjang Batang Ekor, e. Panjang Moncong, f. Tinggi Sirip Punggung, g. Panjang Pangkal Sirip Punggung h. Diameter Mata i. Tinggi Batang Ekor, j. Tinggi Badan, k. Panjang Sirip Dada, l. Panjang Sirip Perut

Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika kimia perairan dilakukan pada saat pengambilan sampel ikan. Pengukuran suhu air menggunakan Termometer yang dimasukkan ke badan air selama beberapa menit kemudian dilihat suhu air tersebut. Pengukuran ini dilakukan setiap lokasi penangkapan pada tiap stasiun.

Pengukuran kecepatan arus menggunakan Bola Duga. Diambil jarak 5 m dari satu titik ke titik lainnya, kemudian benda tersebut diletakkan mengikuti arah arus pada titik awal dan dihitung waktu yang ditempuh dari satu titik ke titik lain. Pengukuran arus juga dihitung pada setiap lokasi penangkapan pada tiap stasiun.

Pengukuran pH menggunakan pH meter yang dimasukkan ke badan air selama beberapa menit kemudian dilihat pH air tersebut. Pengukuran ini dilakukan setiap lokasi penangkapan pada tiap stasiun.

DO diukur menggunakan Metode Winkler. Cara kerja pengukuran DO menggunakan metode ini dapat dilihat pada lampiran. Pengukuran ini dilakukan setiap melakukan penangkapan pada tiap stasiun.

Kedalaman diukur menggunakan Tongkat berskala yang dimasukkan kedalam sungai sampai ke dasar, kemudian diukur kedalaman sungai. Pengukuran ini dilakukan setiap lokasi penangkapan pada tiap stasiun.

Kekeruhan diukur menggunakan metode spektrofotometri. Sampel air diambil menggunakan botol gelap kemudian dibawa ke Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Kelas 1 Medan guna dilihat nilai kekeruhannya. Pengukuran ini dilakukan setiap melakukan penangkapan pada tiap stasiun.

Analisis Data

Analisis karakter morfometrik dilakukan dengan dua analisis yakni menggunakan analisis komponen utama dan analisis korelasi. Metode untuk menghitung perbedaan karakter morfometrik dari tiap stasiun menggunakan analisis data yang dinamakan Analisis Komponen Utama (AKU). Analisis korelasi karakter morfometrik digunakan untuk melihat karakter-karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan antara satu karakter dengan karakter lainnya. Analisis statistik ini dapat dilakukan menggunakan Minitab versi 14.

Apabila ditemukan koefisien komponen memiliki tanda yang sama hal ini mengindikasikan adanya variasi ukuran dan apabila ditemukan komponen memiliki kedua tanda positif dan negatif ini menunjukkan adanya indikasi variasi be ntuk dari ikan (Doherty dan McCarthy, 2004).

Untuk menganalisis karakter meristik digunakan analisa perbandingan dengan membandingkan karakter meristik yang sudah ada dalam literatur atau penelitian sebelumnya dengan karakter meristik yang dihitung. Teknik perbandingan yang

digunakan adalah membandingkan jumlah dan kisaran jumlah karakter meristik keempat stasiun yang dihitung dengan kisaran meristik dari literatur. Dari hasil perbandingan akan terlihat jarak kisaran ukuran karakter meristik yang dihitung dengan literatur. Literatur yang digunakan adalah dari Kottelat, et al., (1993).

Analisis karakter meristik juga dilakukan untuk menghitung kisaran nilai masing-masing dari karakter meristik. Dari kisaran ini dapat menjadi dasar dalam penulisan rumus suatu karakter meristik.

Dokumen terkait