• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di daerah Tangkobange, Lowo dan Matandau Desa Sampalowo Kecam atan Petasia Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, pada bulan September 2004 – Januari 2005. Data yang dikumpulkan mencakup aspek ekologi, populasi dan kraniometri tengkorak Bange.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian kelompok Bange yang akan dipergunakan di lokasi tersebut adalah peta lokasi, lembaran kerja, binokuler, kompas, altimeter, pita ukur dengan satuan milimeter, meteran, kertas milimeter, termometer, higrometer, kamera, kompas, tenda dum, ransel (tas punggung), GPS (global position system), jangka sorong (dengan satuan mm), borang pencatatan ukuran bagian tulang tengkora Bange. Tulang tengkorak berjumlah sembilan buah (n=9) serta lembar kuesioner.

Metode

Penelitian ini diawali dengan observasi lapangan untuk mencari informasi dari instansi terkait dan Lembaga sewadaya Masyarakat (LSM) setempat tentang keadaan lokasi penelitian. Setelah itu dilakukan survei ke lokasi yang telah ditentukan untuk melihat keadaan lapangan, selanjutnya dilakukan pembuatan jalur pengamatan yang akan digunakan untuk pengambilan data.

Pengamatan dilakukan setiap hari saat matahari mulai terbit (sekitar pukul 06.00 WIB) sampai saat matahari terbenam (sekitar pukul 17.00 WIB) selama dua minggu (14 ulangan) disetiap lokasi. Peubah yang diamati dalam penelitian ini mengenai ekologi mencakup tipe habitat, strata vegetasi, interaksi masyarakat dengan hutan dan Bange, karakteristik populasi mencakup ukuran kelompok (jumlah individu setiap kelompok), nisbah kelamin jantan dan betina dewasa serta kepadatan populasi (densitas), kraniometri tengkorak Bange dikumpulkan dari masyarakat di daerah sekitar lokasi penelitian di Kabupaten Morowali.

Ekologi

Pengamatan ini dilakukan untuk mendapatkan karakteristik tipe habitat dan hubungan populasi Bange dalam memanfaatkan strata vegetasi (selang ketinggian)

Tipe Habitat

Pengamatan dilakukan untuk melihat komposisi tipe vegetasi lokasi penyebaran Bange pada lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi topografi dan struktur vegetasi meliputi; nama jenis, jumlah setiap jenis dan ketinggian. Pengambilan data dilakukan secara kualitatif dengan menyusuri sepanjang garis transek.

Penggunaan Strata Vegetasi

Pengambilan data strata vegetasi dilakukan bersamaan dengan pengamatan sumber pakan d i lokasi Tangkobange, Lowo dan Matandau dengan mencatat selang ketinggian yang digunakan oleh kelompok Bange dalam memanfaatkan strata vegetasi yang diamati menjadi 5 kategori yang terdiri atas :

1) Stratum A dengan ketinggian di atas 15 m, merupakan lapisan teratas yang mempunyai batang pohon tinggi dan tegak lurus,

2) Stratum B dengan ketinggian 10 sampai 15 m, terdiri dari pohon- pohon yang tinggi serta mempunyai banyak cabang,

3) Stratum C dengan ketinggian 5 sampai 10 m, yang terdiri dari pohon- pohon kecil, rendah, dan banyak cabang,

4) Stratum D dengan ketinggian di atas lantai sampai 5 m, merupakan tanaman perdu dan semak -semak dan

5) Stratum E merupakan lantai hutan dan merupakan lapisan penutup tanah.

Pengamatan dilakukan dengan mencatat selang ketinggian yang digunakan Bange saat terlihat oleh pengamat, berdasarkan total frekuensi penggunaan selang ketinggian, dihitung persentasenya dan analisis secara deskriptif. Untuk menggambarkan struktur vegetasi selang ketinggian yang dipergunakan oleh

kelompok Bange dibuat satu p lot diagram profil habitat seluas 10x60 m yang mencakup tempat makan di Tangkobange dan Matandau. Proses pengambilan data dilakukan dengan menyusuri garis transek dengan leb ar 50 meter dan panjang 2,5 km. Sedangkan sumber pakan dilakukan secara kualitatif meliputi bagian tumbuhan yang dimakan antara lain: buah, daun, bunga, jamur dan pencatatan jenis pakan lainnya seperti serangga dan hewan vertebrata lainnya pada setiap lokasi.

Pemanfaatan habitat Bange oleh masyarakat ( interaksi masyarakat dengan hutan dan Bange) dikumpulkan dengan metode wawancara. Seleksi responden dilakukan berdasarkan pendidikan, pekerjaan, umur, terutama yang mempunyai akses terhadap hutan. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 40 responden atau 21,50% dari jumlah kepala keluarga (186 KK). Informasi yang dikumpulkan meliputi aktivitas penebangan, luas perkebunan, tingkat gangguan diperkebunan, kerugian, perburuan dan presepsi masyarakat terhadap undang- undang pelestarian. Hasil ini ditambahkan dengan data sekunder dari Balai Desa, LSM dan Pemda Kab upaten Morowali.

Data yang dihasilkan selama pengamatan akan dianalisis secara deskriptif berdasarkan pustaka dan fakta-fakta yang terjadi dilapangan dan memberikan rekomendasi konservasi Bange.

Karakteristik populasi

Aspek populasi meliputi ukuran kelompok, nisbah kelamin dan kepadatan populasi. Pengamatan dilakukan dengan metode line transect sampling sebanyak dua transek/jalur. Metode Line transect sampling dapat digunakan untuk sensus primata dengan berdasar jumlah satwa perwilayah (NRC 1981). Lokasi transek pertama di Tangkobange dengan panjang 2,5 km. Transek kedua di sekitar Lowo dengan panjang jalur pengamatan 1,5 km. Transek ketiga di Matandau dengan panjang jalur pengamatan 2,5 km. Pengamatan dilakukan mulai jam 06.00-10.00 dan 14.00-17.30 pada setiap lokasi dengan ulangan sebanyak 14 kali.

Proses pengambilan data dilakukan pencarian dan berupaya melihat keberadan Bange pada jalur pengamatan sambil berjalan perlahan-lahan menelusuri jalur pengamatan. Bila menemukan kelompok Bange, dilakukan

pencatatan ukuran kelompok, nisbah jantan dan betina dewasa maupun kepadatan populasi.

Ukuran Kelompok, diperoleh dengan meng identifikasi seluruh anggota kelompok menurut umur dan jenis kelamin. Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri-c iri khas setiap individu secara seksama menggunakan binokuler meliputi ukuran tubuh, warna rambut, bentuk bagian -bagian tubuh, kecacatan, bekas-bekas luka pada muka, tang an, kaki, telinga dan bagian tubuh lainnya.

Pengelompokan umur didasarkan pada fase perkembangan individu yaitu bayi (infant), anak (juvenile), remaja (subadult) dan dewasa (adult) (Chalmers 1980). Ciri-ciri masing-masing fase berdasarkan yang dideskripsikan oleh Altman (1981).

1. Bayi: berumur 0-1 tahun. Bayi mempunyai muka berwarna putih, warna yang membedakannya dengan kelompok umur lain. Warna muka putih ini digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan fase bayi. Rentang umur bayi dimulai dari waktu lah ir diasuh oleh induknya sampai dengan masa sapihan,

2. Anak: anak adalah fase yang dimulai setelah bayi sampai sebelum dewasa. Individu fase ini biasanya sudah disapih dan tidak lagi dibawa induknya dan secara reproduksi belum matang,

3. Remaja: ukuran tub uh individu remaja sedikit lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh anak dan sedikit lebih kecil kecil dibandingkan dengan yang dewasa dan

4. Dewasa: pada jantan dewasa ditunjukkan dengan perkembangan penuh

pada organ genitalia dan karakter seks sekunder. Warna rambut pada bahu dan tangan berwarna hitam terang. Ukuran tubuh jantan dewasa lebih besar dibandingkan dengan pada betina. Betina dewasa dengan melihat warna puting susunya panjang dan sering menggantung.

Berdasarkan penghitungan total indiv idu setiap hari dapat ditentukan ukuran kelompok dan nisbah kelamin antara jantan dan betina dewasa pada lokasi penelitian.

Kepadatan populasi, kepadatan populasi Bange dihitung per lokasi dan hasilnya dirata-ratakan dari ketiga lokasi penelitian. Prakiraan kepadatan populasi di setiap jalur pengamatan, dihitung menggunakan Metode King berdasarkan ketentuan yang dikemukakan oleh Alikodra (1990); Buckland et al. (1994); Greenwood (1997); Rabinowitz (1997) sebagai berikut:

Keterangan:

D = kepadatan (densitas),

N = jumlah individu (kelompok) yang ditemukan, X = rata-rata jarak antara pengamat d engan obyek dan Y = panjang jalur pengamatan.

Kraniometri

Tengkorak kepala Bange dikumpulkan dari beberapa daerah disekitar lokasi penelitian di Kabupaten Morowali. Jumlah tengkorak yang ditemukan terdiri atas jantan dewasa (n=5) dan betina dewasa (n=4). Skema pengukuran bagian -bagian tulang tengkorak (Gambar 7, 8 dan 9) meliputi:

a) panjang tulang dahi,

b) panjang dan tinggi tulang ubun-ubun, c) panjang dan tinggi tulang pelipis,

d) panjang dan lebar tulang kepala belakang, e) panjang dan tinggi tulang baji,

f) tinggi dan lebar tulang rahang atas,

g) panjang dan tinggi tulang rahang bawah dan h) panjang tulang pipi.

N D = 2 XY

Peubah yang diukur dianalisis menggunakan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) menurut Gasperz (1992) dengan model sebagai berikut: 14 17 3 3 2 2 1 1 Χ +∂ Χ +∂ Χ ...+∂ Χ ∂ = Υp p p p p Keterangan:

Yp = komponen utama ke-p

a1p

,

a2p

…….

a14p = vektor ciri (koefisien pembobot komponen utama) X1 = panjang tulang dahi (Os Frontalis),

X2 = panjang tulang ubun-ubun (Os Parietalis), X3 = tinggi tulang ubun-ubun (Os Parietalis), X4 = panjang tulang pelipis (Os Temporalis), X5 = tinggi tulang pelipis (Os Temporalis),

X6 = lebar tulang kepala belakang (Os Supra Occipitalis), X7 = panjang tulang kepala belakang (Os Supra Occipitalis), X8 = panjang tulanh baji (Os Sphenoidalis),

X9 = tinggi tulang baji (Os Sphenoidalis), X10 = lebar tulang rahang atas (Os Maxillaris), X11 = tinggi tulang rahang atas (Os Maxillaris),

X12 = panjan g tulang rahang bawah(Os Mandibullaris), X13 = tinggi tulang rahang bawah (Os Mandibullaris) dan X14 = panjang tulang pipi (Os Zygomaticus).

Uji-t diperoleh dengan rumus: X1 – X2

t =

Sv(1/n1 + 1/n2)

Keterangan:

X1 = rerata k elompok pertama

X2 = rerata kelompok kedua

n1 = jumlah kelompok pertama

n2 = jumlah kelompok kedua

S = galat baku

Pengukuran bagian -bagian tulang tengkorak kepala Bange (Macaca tonkeana) dianalisis secara deskriptif meliputi rerata, nilai maksimum, simpangan baku dan koefisien keragaman. Model statistik yang digunakan untuk menghitung rerata dan simpangan baku (Mattjik dan Sumertajaya 2000) sebagai berikut :

=

=

n n i

x

n

x

1

1

Keterangan: = x nilai = n jumlah contoh xi =anggota contoh

=

n i i

x

x

n

s

1

)

(

1

1

Keterangan: = s simpangan baku = n jumlah contoh xi =anggota contoh =

x nilai tengah contoh

Masing -masing ukuran tulang tengkorak kepala Bange dihitung koefisien keragamannya. Model matematika yang digunakan untuk menghitung koefisien keragaman menurut Steel and Torrie (1995):

%

100

×

=

ΚΚ

x

s

Keterangan: = ΚΚ koefisien keragaman s =simpangan baku x=nilai tengah contoh

Data ukuran dan bentuk diolah dengan bantuan Minitab versi 13 dan dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya dilakukan pengamatan gigi untuk menentukan tingkat umur satwa dengan gigi permanen lengkap ditetapkan sebagai satwa dewasa (Tabel 3 ).

Tabel 3 Tingkatan Umur Monyet Berdasarkan Rumus Gigi Haigh dan Sco tt (1965)

Umur Rumus Gigi

6) bulan i1i2cm1m2 I1i2cm1m2 1 tahun i1i2cm1m2 I1i2cm1m2 1,25 tahun i1i2cm1m2 I1i2cm1m2M1 1,5 tahun i1i2cm1m2 I1i2cm1m2M1 2 tahun i1i2cm1m2M1 I1i2cm1m2M1 2,5 tahun I1i2cm1m2M1 I1i2cm1m2M1 I1I2cm1m2M1 I1I2cm1m2M1 3 tahun I1I2cm1m2M1 I1I2cm1m2M1M2 I1I2cm1m2M1M2 I1I2cm1m2M1M2 3,6 tahun I1I2cm1m2M1M2 I1I2Cm1m2M1M2 I1I2Cm1m2M1M2 I1I2Cm1m2M1M2 4-4,5 tahun I1I2CP1P2M1M2 I1I2CP1P2M1M2 5,5-6,5 tahun I1I2CP1P2M1M2 I1I2CP1P2M1M2M3 6,6-7,6 tahun I1I2CP1P2M1M2M3 I1I2CP1P2M1M2M3

Keterangan: I,i =Incisor, C,c = Canin, M,m= Mollar, P,p= Premollar

Huruf besar menunjukkan gigi sejati dan huruf kecil menunjukkan gigi susu

Untuk menentukan umur tengkorak dilakukan dengan mengidentifikasi berdasarkan jumlah dan kondisi gigi pada bagian rahang (Swindler 1998) (Gambar 6).

Gambar 6 Skema Separuh Rahang Satwa Primata. (Sumber: Swindler 1998)

Gambar 7 Skema Pengukuran Tulang Tengkorak Beruk (Macaca nemesrina).

Gambar 8 Skema Pengukuran Tulang Tengkorak Beruk (Macaca nemesrina).

(Sumber: Lekagul dan McNeely 1977)

Gambar 9 Skema Pengukuran Tulang Tengkorak Beruk (Macaca nemesrina).

Dokumen terkait