• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan melalui pengambilan data lapangan dan data sekunder Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Sebagai daerah sampel tegakan agroforestri, pelaksanaan penelitian berlangsung pada Kecamatan Bukit Barisan, Kecamatan Guguak dan Kecamatan Kapur IX, sedangkan untuk mendapatkan data sosial ekonomi dilakukan survei di Kecamatan Bukit Barisan.

Wilayah penelitian untuk data tegakan agroforestri diambil dengan pertimbangan bahwa pada lokasi tersebut praktek agroforestri sudah banyak dilakukan masyarakat dalam usaha taninya. Wilayah yang dijadikan sampel untuk memperoleh data lapangan agroforestri dan sosial ekonomi berada di Nagari Banja Lowe Kecamatan Bukit Barisan dengan pertimbangan wilayah ini merupakan Kecamatan dengan sebaran lahan kritis terluas di Kabupaten Limapuluh Kota. Data lapangan juga diperoleh dari lahan perkebunan karet-gambir rakyat di Nagari Lubuak Alai Kecamatan Kapur IX, dan lahan perkebunan rakyat di Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak. Pemilihan ketiga lokasi ini didasarkan kepada bentuk sistem agroforestri yang dilaksanakan masyarakat, dimana Kecamatan Bukit Barisan mewakili bentuk kebun campuran berbentuk agroforestri kompleks, Kecamatan Guguak untuk pola kebun campuran kelapa dan cokelat di daerah datar, serta di Kecamatan Kapur IX untuk kebun campuran antara tanaman karet dengan gambir. Tanaman cokelat dan gambir dijadikan sebagai dasar pemilihan bentuk agroforestri yang diamati pada penelitian ini.

Penelitian berlangsung dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2006.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian untuk menentukan lahan potensial dibatasi pada lahan kritis yang terdapat di Kabupaten Limapuluh Kota dan lahan kritis yang sudah direhabilitasi pemerintah melalui proyek kehutanan. Sementara alokasi penggunaan lahan untuk peningkatan dibatasi pada opsi agroforestri yang dikembangkan pada hutan rakyat dengan berbagai alternatif sistem berdasarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kesesuaian lahan, dimana dari studi-studi terdahulu yang sebagian besar menunjukkan bahwa opsi agroforestri selain

19 memberikan keuntungan yang lebih baik secara finansial, juga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan rosot karbon yang baik. Tingkat efektifitas kegiatan agroforestri yang dilakukan pada lahan tersebut meliputi pendugaan kelayakan ekonomi, potensi carbon sink. Penyusunan skenario potensi pelaksanaan proyek CDM pada masa yang akan datang didasarkan kepada skenario baseline, pemerintah, dan mitigasi

Tahapan kegiatan dan analisis

Secara umum beberapa tahapan kegiatan dan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis luas lahan yang layak untuk kegiatan CDM Kehutanan. Analisis dilakukan dengan menggunakan data sekunder mengenai sebaran luas lahan kritis (Statistik Kehutanan Kabupaten Limapuluh Kota, 2005), Data Profil Calon Lokasi Kegiatan RHL Kabupaten Limapuluh Kota (2005) serta data Luas Indikasi Kawasan Hutan dan Lahan Yang Perlu Dilakukan Kegiatan Rehabilitasi Di Kabupaten Limapuluh Kota (Badan Planologi Kehutanan, 2004).

2. Penentuan lokasi penelitian dan bentuk agroforestri yang akan dijadikan model pengembangan. Penelitian dilaksanakan pada lokasi-lokasi yang secara umum menerapkan agroforestri dalam berbagai bentuk. Penentuan dilakukan secara purposive berdasarkan pengamatan lapangan yang terkait dengan pengembangan pola agroforestri. Dalam penelitian ini digunakan 5 (lima) bentuk agroforestri sevagai opsi mitigasi yang dlaksanakan masyarakat di tiga Kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota, yaitu Kecamatan Bukit Barisan (Model I, Model II, dan Model IV), Kecamatan Guguak (Model III), dan Kecamatan Kapur IX (Model V).

3. Penghitungan biomasa lima model yang diteliti dilakukan dengan pengukuran diameter batang pada ketinggian ± 1,3 m (dbh). Penghitungan pengikatan karbon pada model COMAP berupa penambahan pengikatan karbon pada skenario baseline, dimana yang dibutuhkan adalah informasi mengenai kandungan karbon pada suatu hamparan lahan bila tidak ada aktifitas mitigasi. Untuk mendapatkan perhitungan tersebut dibutuhkan :

a. Pendugaan volume total kering dapat menggunakan persamaan yang dikembangkan Ketterings (1997), dengan rumus dasar seperti berikut :

W = ρ D 2 + c………..…………...……...………..(1) Keterangan :

W = kerapatan kayu (wood density) dalam kg/m3

D = diameter batang pada pengukuran lingkar setinggi dada/dbh (m)

ρ = 0,11

c = 0,62

b. Riap (Mean Annual Increment/MAI) (ton/ha/thn)

MAI = Bio. total/T...(2)

Keterangan :

Bio.total = AGB*BEF...(3)

AGB = BK*jumlah pohon/ha...(4)

AGB = Above Ground Biomass BEF = Biomass Expansion Factor T = umur pohon (tahun)

Data biomasa yang diperlukan untuk input COMAP terdiri dari data ; (1) Laju pertambahan biomasa tahunan (MAI/Mean Annual Increment); (2) proporsi biomasa yang dijadikan produk dan yang mengalami pelapukan insitu; serta (3) umur dari kedua produk tersebut.

Penghitungan komposisi biomasa untuk penghitungan biomasa total didasarkan pada hasil penelitian Rusolono (2006) dimana untuk tanaman pokok pada agroforestri dengan tegakan murni dan kebun campuran persentase biomasanya 80,7 % dan sisanya masing-masing berasal dari tanaman pohon bawah (12,9%), tumbuhan bawah (0,6%), dan nekromasa (5,9%). Dari hasil perhitungan didapatkan Mean Annual Increment (MAI) dari masing-masing opsi mitigasi sebagai terlihat pada Tabel 5. Penentuan nilai karbon tanah dilakukan dengan menggunakan metoda IPCC Soil Carbon Tool pada sheet Calculate Soil Carbon Stocks.

5. Penentuan potensi dan kelayakan finansial mitigasi karbon pada beberapa sistem agroforestri yang ditentukan dengan menggunakan modul COMAP. Pada penelitian ini modul yang digunakan adalah REFREGN untuk opsi

21 agroforestri dengan asumsi bahwa tidak ada pendapatan dari produksi kayu yang diperoleh selama periode mitigasi. Semua pendapatan berasal dari penjualan produk non kayu seperti buah, lateks, getah gambir dll. Harga produk yang dijadikan acuan penghitungan biaya berdasarkan harga berlaku pada tingkat petani per Desember 2006 di Payakumbuh. Discount rate pada tingkat 17%, kurs Rp. 9.100, per US$, dan estimasi harga karbon US$ 4 /ton CO2 (setara dengan 15 US$/tC).

6. Penentuan potensi Carbon Stocks opsi mitigasi menurut 3 skenario : baseline, pemerintah dan mitigasi (CDM). Skenario baseline disusun berdasarkan data historis kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, skenario pemerintah merupakan proyeksi program pemerintah dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, sedangkan skenario mitigasi dirancang dengan mengasumsikan seluruh lahan kritis yang tersedia dijadikan proyek mitigasi.

7. Untuk memperoleh data sosial ekonomi dilakukan survei tidak terstruktur terhadap 45 responden pada daerah yang terkait dengan kegiatan rehabilitasi lahan, dimana pada penelitian ini dipilih Kecamatan Bukit Barisan yang merupakan daerah dengan sebaran lahan kritis terluas di Kabupaten Limapuluh Kota. Parameter yang diamati meliputi tiga hal pokok yaitu: 1) Kondisi Ekonomi Masyarakat (jenis mata pencaharian utama, mata pencaharian tambahan, alokasi waktu bekerja, dan tingkat pendapatan); 2) Kondisi Sosial Budaya Masyarakat (jumlah penduduk, tingkat pendidikan, pola kelembagaan yang dipakai, produktifitas); dan 3) Identifikasi potensi, interaksi, dan persepsi masyarakat terhadap hutan dan kegiatan CDM. Analisis terhadap faktor sosio-ekonomi serta persepsi masyarakat terhadap proyek CDM, dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif maupun kuantitatif dari data primer yang diperoleh dari hasil survei. Deskripsi kualitatif dilakukan dengan cara mengelompokkan data, sesuai standar yang berlaku dalam kategori-kategori tertentu. Deskripsi kuantitatif dilakukan dengan memberikan nilai, pembobotan ataupun proporsi terhadap kategori yang dihasilkan.

8. Analisis kendala pengembangan sistem agroforestri sebagai opsi proyek karbon yang dilakukan masyarakat. Masing-masing sistem dirangking berdasarkan skor akumulasi dari elemen-elemen kendala. Analisis kendala menggunakan form kuisioner dari Executive Board of CDM. Untuk memperoleh data tentang persepsi masyarakat tentang kemungkinan-kemungkinan kendala dalam pelaksanaan proyek CDM ini, dilakukan juga wawancara dengan instansi terkait dalam hal ini Dinas Kehutanan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Tokoh Masyarakat lainnya.

Tahapan kegiatan penelitian diatas secara sistematis dapat diikuti menurut bagan pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan Kegiatan Penelitian

Data historis pengembangan agroforestri oleh masyarakat Data historis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan oleh

pemerintah Data luas lahan kritis di Kabupaten Limapuluh Kota Analisis kendala pelaksanaan kegiatan proyek karbon

Penyusunan skenario kegiatan rehabilitasi lahan menurut Baseline dan Pemerintah

Pendugaan luas lahan yang potensial untuk pelaksanaan proyek karbon Identifikasi program/kegiatan untuk mengatasi kendala pelaksanaan proyek karbon

Analisa potensi Agroforestri untuk pelaksanaan proyek karbon kehutanan

Pendugaan perobahan stok karbon pada skenario

baseline, pemerintah, proyek karbon

Perhitungan potensi kredit karbon proyek kehutanan di Kabupaten Limapuluh Kota

23

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dokumen terkait