• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS UMUM Kerangka Berpikir

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian difokuskan pada lima Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yaitu empat Sekolah Menengah Kejuruan-Teknik Industri (SMK - TI) baik negeri maupun swasta dan satu Sekolah Menengah Umum (SMU) swasta di Kota Bogor berdasarkan rekomendasi Kepolisian Polresta Kota Bogor, Kantor Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dinas P & P), Kota Bogor, Satuan Tugas (Satgas) SMK-TI dan atas dasar frekuensi perkelahian pelajar dan permasalahan pelajar yang sering terjadi selama setahun terakhir. Adapun sekolah yang dipilih berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan dan Pengajaran serta Polresta Kota Bogor adalah sebagai berikut: (1) SMK-TI N2/STM , (2) SMK-TI PG2/STM, (3) SMK-TI YK/STM , (4) SMK-TI KN/STM, dan (5) SMU PG4.

Waktu pelaksanaan penelitian mulai pra survei sampai data cleaning adalah 42 bulan yang terbagi dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah penjajagan lokasi atau pra-survei dengan melakukan pendekatan kepada semua Kepala Sekolah SMK-TI se Kota Bogor, Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dinas P dan P) Kota Bogor dan Kepolisian Resort Kota (Polresta) Bogor selama enam bulan yang dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Desember 2001. Uji coba kuesioner juga dilakukan pada 150 siswa dari 15 sekolah SMK-TI pada tahap pertama.

Tahapan kedua adalah pengambilan data sekunder awal, dan mulai mengikuti kegiatan razia senjata tajam (sajam) di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor yang seluruhnya dilakukan selama enam bulan yaitu pada Bulan Januari sampai Juni 2002. Penyempurnaan kuesioner juga dilakukan pada tahapan kedua ini.

Tahapan ketiga adalah pengambilan data primer (dengan kuesioner yang sudah disempurnakan), difokuskan pada lima sekolah terpilih selama 10 bulan atau satu tahun pengajaran pada siswa Kelas II (Juni 2002- Juni 2003), yang meliputi

kegiatan pendekatan ke siswa, persiapan pengambilan data, focus group discussion

(FGD) pada guru pembina dan wakil siswa yang tergabung dalam basis (barisan siswa), wawancara kepala sekolah, dan lain-lain. Tahapan keempat adalah data entry, data cleaning, analisis data yang dilakukan selama enam bulan, yaitu Juli- Desember 2004.

Prosedur Pemilihan Contoh

Populasi penelitian ini adalah seluruh pelajar laki-laki dan perempuan pada Sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) dan pada Sekolah Menengah Umum (SMU) yang bermasalah di Kota Bogor. Contoh pada penelitian ini adalah pelajar laki-laki dan perempuan yang terpilih dari Sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) dan pelajar perempuan dari Sekolah Menengah Umum (SMU) yang dinyatakan bermasalah di Kota Bogor serta bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian ini. Unit analisis (merujuk pada ketentuan Rossi et al. 1992; Babbie 1989) pada penelitian ini adalah bertahap, yaitu terdiri atas unit analisis tingkat individu (individuals) dan unit analisis tingkat keluarga (groups).

Pengambilan contoh difokuskan pada sekolah-sekolah yang dianggap bermasalah dengan kadar masalah tingkat menengah sampai tingkat berat dengan tujuan untuk mendapatkan data yang akurat tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenakalan pelajar, khususnya kenakalan karena perkelahian atau tawuran. Jenis kenakalan utama karena tawuran/perkelahian inilah yang menjadi dasar pemilihan SMK -TI sebagai fokus utama yang secara garis besar adalah tipe kenakalan pelajar yang didominasi oleh pelajar putra. Sedangkan dasar pemilihan SMU adalah sebagai pembandingnya yang diambil untuk menggambarkan tipe kenakalan pelajar putri (contoh mewakili pelajar perempuan saja).

Berkaitan dengan ‘batasan penelitian’ (halaman 7), maka penelitian ini menyadari ada dua populasi pelajar, yaitu pelajar SMK-TI (yang menjadi contoh pelajar putra) dan pelajar SMU (yang menjadi contoh pelajar putri). Prosedur pengambilan contoh juga terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: (1) Pertama kali dikumpulkan data sekunder dan informasi tentang SMK-TI dan

SMU yang bermasalah dari catatan Polresta Bogor, catatan sarana dan prasarana sekolah dan permasalahan sekolah dari seluruh SMK-TI se Kota

Bogor, Satgas SMK -TI, dan Dinas Pendidikan dan Pengajaran dengan cara membuat daftar sekolah–sekolah rawan yang sering terlibat tawuran pelajar. Daftar ini disusun untuk menggambarkan ranking kenakalan pelajar karena tawuran/perkelahian (pada SMK-TI) untuk pelajar laki-laki dan kenakalan lainnya (pada SMU) untuk pelajar perempuan. Daftar ranking SMK-TI berdasarkan tingkat kenakalan pelajar inilah yang merupakan input dari penyusunan matriks tawuran pelajar,

(2) Kuesioner awal diujicobakan (try out) pada sejumlah perwakilan siswa dari berbagai SMK-TI yang secara kebetulan pada saat itu dilaksanakan “Pesantren Kilat (Sanlat)” selama empat hari (pada Tanggal 2-5 November 2001 di Pesantren Al-Umm, Ciaw i-Bogor) yang diikuti oleh 10 siswa dari masing-masing SMK-TI se Kota Bogor dengan ketentuan tujuh siswa bermasalah dan tiga siswa OSIS. Uji coba kuesioner pada 150 siswa tersebut terbagi dalam dua tahapan dan dilakukan selama dua hari berturut-turut,

(3) Melakukan pra-survei ke seluruh SMK-TI se Kota Bogor yang berjumlah 16 sekolah untuk mencatat data-data sekunder sekolah yang berkaitan dengan sarana dan prasarana sekolah dan memberikan kuesioner kepada kepala sekolah untuk mengumpulkan informasi mengenai permasalahan umum sekolah, permasalahan umum pelajar, dan rencana pemecahan masalah di sekolah,

(4) Mengambil contoh beberapa sekolah SMK -TI untuk dijadikan fokus dalam penelitian ini. Berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Bogor, Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Tawuran Pelajar SMK-TI se Kota Bogor, dan Kepolisian Resort Kota Bogor, dan juga berdasarkan daftar dari matriks tawuran pelajar, maka dipilih sebanyak lima Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang terdiri atas empat sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri (SMK-TI) dan satu Sekolah Menengah Umum (SMU),

(5) Melakukan pra-survei kepada lima SMK dan SMU yang terpilih. Hal-hal yang dilakukan adalah:

(a) Menentukan contoh dari keseluruhan Kelas II secara acak, (b) Mendata jumlah dan nama-nama murid di kelas yang terpilih,

(d) Mendata rapor contoh,

(e) Wawancara dengan masing-masing wali kelas ,

(f) Diskusi fokus grup (FGD) pada masing-masing sekolah terpilih yang meliputi beberapa kelompok siswa dan kelompok guru,

(6) Pada masing-masing sekolah tersebut dipilih sejumlah siswa Kelas 2 secara acak atau random (Parel et al. 1973; Loether dan McTavish 1974; Koentjaraningrat 1981; Blalock 1981; Singarimbun dan Effendi 1982; Rossi et al. 1983; Subagio 1985; Babbie 1989; Black dan Champion 1992; Kerlinger 1998; Nazir 1983; Black dan Champion 1999). Rencananya dilakukan random untuk seluruh sekolah terpilih sebanyak kurang lebih 150 siswa untuk setiap sekolah. Pertimbangan memilih Kelas II adalah dengan logika bahwa siswa Kelas II kemungkinan besar pernah melakukan perilaku antisosial pada saat Kelas I dan cenderung untuk mengulangi-nya lagi di Kelas II. Adapun kriteria contoh adalah anak SMK - TI dan SMU baik laki-laki maupun perempuan yang pada Tahun 2002 awal berada di Kelas II dan sanggup/ bersedia berpartisipasi pada penelitian ini dengan cara mengisi kuesioner dan diwawancara,

(7) Pengisian kuesioner terstruktur oleh 710 contoh sebanyak dua sampai tiga kali atau lebih pertemuan sampai kuesioner terisi dengan lengkap dan diisi sendiri oleh contoh (self-report),

(8) Kenyataan yang terjadi pada saat pelaksanaan penelitian di lapangan berkaitan dengan tahapan pengambilan contoh adalah sebagai berikut:

(a) Mencatat jumlah populasi siswa Kelas II di masing-masing sekolah terpilih, (b) Melakukan pengacakan pada sejumlah contoh dengan persentase calon

contoh minimal 30 persen dan maksimal 85 persen dari total populasi siswa kelas II yang kemudian secara keseluruhan total contoh dalam penelitian ini adalah sekitar 50 persen dari total populasi sekolah terpilih (Tabel 1),

(c) Pada kenyataannya, proses pengacakan contoh yang pertama kali dilakukan di SMK-TI N2/STM, P2/STM, dan YK/STM, mengalami ‘penggantian (replacement) oleh contoh lainnya, yaitu sekitar 10 sampai 15 persen karena contoh yang sudah diacak pada pertama kali tidak ada di tempat karena sedang PKL (Praktek Kerja Lapang) selama satu semester,

(d) Kasus pengambilan contoh untuk SMK -TI KN/STM bukan berdasarkan pengacakan atau random, namun lebih kepada kesediaan siswa untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Hal ini karena adanya kesulitan dalam pelaksanaan random dengan situasi sebagian besar contoh yang diacak tidak bersedia berpartisipasi atau bermasalah karena jarang masuk sekolah atau bahkan ada beberapa yang ‘teler’ pada saat pengisian kuesioner. Khusus untuk SMK-TI KN/STM ini, keadaan siswa sangat tidak disiplin dalam mematuhi jadwal sekolah sehingga sangat sulit untuk meminta siswa untuk datang ke sekolah pada waktu yang ditentukan (mengingat menurut pembina siswa jumlah siswa yang hadir tiap hari rata-rata kurang dari 50 persen), (e) Kasus pengambilan contoh untuk SMU P4 dilakukan secara purposive pada

perempuan saja, namun diambil secara random dan tidak ada penggantian contoh. Contoh yang diambil di sekolah ini hanya siswa perempuan saja, sedangkan siswa laki-laki pada sekolah tersebut tidak dilibatkan pada penelitian ini,

(f) Selanjutnya contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah contoh yang menjawab minimal 70 persen dari total pernyataan penelitian. Dengan demikian jumlah contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah 667 pelajar,

(9) Pemantauan pada contoh meliputi pengamatan perilaku positif ataupun negatif sepanjang 10 bulan di sekolah dengan cara meng up-date catatan-catatan kejadian di sekolah dan diskusi dengan pembina sekolah dan Satgas SMK -TI, (10) In-dept interview (merujuk pada Black dan Champion 1992; Kerlinger 1998)

terhadap 20 contoh baik dilakukan dengan contoh itu sendiri maupun dengan orangtua contoh, dan wali kelas. Hal ini untuk mendapatkan 'in sight informations' secara mendetil yang umumnya merupakan data kualitatif, proses perjalanan hidup individu dan kejadian-kejadian individu yang menarik (kasus - kasus),

(11) Pengamatan di lapangan (merujuk pada Black dan Champion 1992; Kerlinger 1998) yang meliputi:

(a) Pengamatan di sekolah-sekolah: pelajar, guru, keadaan umum sekolah dan Porseni (10 bulan),

(b) Pengamatan razia senjata tajam (baik di sekolah maupun di jalanan baik yang dilakukan pihak sekolah maupun pihak Kepolisian dan Satgas),

(c) Pengamatan dalam mengikuti rapat-rapat Satgas SMK-TI se Kota Bogor, (d) Pengamatan dalam mengikuti rapat-rapat Sekolah.

Secara garis besar, proses pengambilan contoh dan total contoh yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel-tabel tersebut meng-gambarkan bahwa pada akhirnya penelitian ini menggunakan contoh sebanyak 667 siswa yang akan dianalisis yang terdiri atas 550 pelajar SMK-TI dan 117 pelajar SMU atau apabila digolongkan berdasarkan jenis kelamin terdiri atas 540 pelajar laki-laki dan 127 pelajar perempuan.

Perlakuan pada variabel-variabel yang tidak terjawab atau hilang (treatment for missing values) adalah dengan mengganti nilai tersebut dengan nilai mediannya, karena nilai median adalah unik (Babbie 1989). Adapun mengenai ketentuan persyaratan jumlah contoh yang memadai tercantum dalam berbagai rumus diantaranya seperti n = s2 {(Za/2)/ B}

2

(Agresti dan Finlay 1986); n = {(Z1/2)

(s2

)}/E2

} (Saleh 1989); dan n = pq {(Z1/2a/b)2} (Nawawi 1990). Namun pada

penelitian ini penentuan jumlah contoh yang memadai merujuk pada rumus Slovin (Guilford dan Fruchter 1973) yang menyatakan bahwa persyaratan minimum contoh dinotasikan dalam persamaan berikut ini:

N n = ___________ 1 + N e 2

dengan keterangan bahwa n adalah ukuran sampel; N adalah ukuran populasi; dan e adalah nilai kritis (batas ketelitian yang diinginkan atau persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan contoh populasi). Dengan demikian, berdasarkan rumus tersebut di atas, jika diketahui bila jumlah populasi siswa Kelas II dari ke-5 sekolah tersebut (SMU P4 hanya diambil perempuannya saja) adalah 1444, maka dengan e sama dengan 5 persen, maka minimum n adalah 313; Apabila

e sama dengan 4 persen, maka minimum n adalah 436; dan apabila e sama dengan 3 persen, maka minimum n adalah 623. Jadi apabila jumlah contoh yang dianalis pada penelitian ini adalah 667 siswa (seperti pada Tabel 2), maka minimum persyaratan contoh sudah terpenuhi.

Tabel 1. Penjelasan jumlah contoh berdasarkan proses pengambilan contoh

Jumlah Pelajar Di Sekolah

NO KETERANGAN N2 PG2 YK KN PG4* TOTAL

1 Jumlah Populasi Pelajar Kelas 2 Laki-laki Perempuan Total 298 10 308 230 3 233 428 1 429 65 4 69 466 405 871 1487 423 1444* 2 Jumlah Contoh yang Di Acak

Laki-laki Perempuan Total 172 8 180 (58,44% ) 197 3 200 (85,84%) 159 1 160 (37,30%) 46 4 50 (72,46%) 0 120 120* (29,63%) 574 136 710 (49,17%) 3 Jumlah Contoh yang Tidak

Lengkap Laki-laki Perempuan Total 1 6 7 5 0 5 1 0 1 4 0 4 0 3 3 11 9 20 4 Jumlah Contoh yang Merespon

Laki-laki Perempuan Total 171 2 173 192 3 195 158 1 159 42 4 46 0 117 117 563 127 690 5 Jumlah Contoh yang Dianalisis

Laki-laki Perempuan Total 171 2 173 (56,17% ) 192 3 195 (83,69%) 144 1 145 (33,80%) 33 4 37 (53,62%) 0 117 117 (28,87%) 540 127 667 (46,19%)

Tabel 2. Total contoh yang digunakan dalam penelitian berdasarkan sekolah Jumlah Contoh yang Dianalisis NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA N % thd Total Contoh 1 SMK-TI N2/STM Laki-laki Perempuan Total 298 10 308 171 2 173 (56,17%) 2 SMK-TI PG2/STM Laki-laki Perempuan Total 230 3 233 192 3 195 (83,69%) 3 SMK-TI YK/STM Laki-laki Perempuan Total 428 1 429 144 1 145 (33,80%) 4 SMK-TI KN/STM Laki-laki Perempuan Total 65 4 69 33 4 37 (53,62%) 5 SMU PG4 Laki-laki Perempuan Total 466 405 871 0 117 117 (28,87%)* Laki-laki Perempuan Total 1487 423 1444* 540 127 667 (46,19%)

Desain dan Cara Pengumpulan Data

Desain penelitian adalah penelitian survei yang meneliti populasi dengan menyeleksi dan mengkaji contoh yang dipilih dari populasi itu (dengan survei contoh melalui metode sampling) untuk menemukan distribusi, dan interelasi variabel-variabel sosiologis. Data untuk penelitian survei (atau descriptive survey menurut Paler-Calmorin 1994) dapat dikumpulkan dengan cara menggunakan beberapa tehnik metode survei seperti pengisian kuesioner, wawancara pribadi, dan diskusi focus group (Hofsteede 1992; Touliatos dan Compton 1992; Backstorm dan Hursh (Black dan Champion 1992); Schwartz dan Scott 1994;

Kerlinger 1998; Nazir 1983). Pada peneliti-an ini diterapkan metode survei sebagai berikut:

(1) Pengumpulan data dan informasi awal dengan cara mencatat atau mengkopi atau penyebaran angket dan kuesioner sederhana (Koentjaraningrat 1981; Singarimbun dan Effendi 1982; Awad dan Ghaziri 2004). Data/Informasi awal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

(a) Informasi/Data kenakalan pelajar,

(1) Kuantitas/Kualitas Tawuran 3 tahun terakhir (dari Polresta, Polsek, Rumah Sakit,dan 15 SMK-TI),

(2) SMK mana saja yang terlibat?,

(b) Informasi tentang Satgas SMK-TI se Kota Bogor (1) Tujuan pendirian dan manfaat,

(2) Struktur organisasi, AD/ART, (3) Program kerja, dan keefektifannya,

(c) Pemetaan tawuran/perkelahian antar pelajar di Kota Bogor dan informasi kenakalan pelajar lainnya (narkoba, pengrusakan, pencurian dan free sex)

(1) Titik-titik Rawan (2 tahun terakhir) di Kota Bogor,

(2) SMK dan SMU yang terlibat tawuran beserta basis-basisnya, (d) Informasi tentang Basis (Barisan Siswa)

(1) Tujuan dan manfaat pendirian,

(2) Daftar nama-nama Basis per sekolah/rayon dan informasi kegiatannya,

(3) Pembinaan/monitoring basis, (e) Informasi tentang Rasia Senjata Tajam

(1) Kapan saja diadakan rasia dan siapa yang tertangkap?, (2) Siapa saja yang bekerjasama dalam melakukan rasia?, (3) Apakah rasia bermanfaat?,

(4) Apa hukuman yang dijatuhkan apabila melakukan pelanggaran?, (2) Pengumpulan data sekunder dengan cara mencatat atau mengkopi file atau

data-data yang ada di pihak sekolah, Polresta, dan Satgas SMK-TI (merujuk pada Singarimbun dan Effendi 1982). Pengumpulan data sekunder terdiri atas:

(a) Data potensi konflik dan kenakalan remaja di Bogor untuk tujuan pemetaan perkelahian pelajar di Kota Bogor (dari Catatan Polresta Bogor, Satgas SMK-TI dan rumah sakit),

(b) Data para siswa contoh di masing-masing SMK-TI (absensi, keaktifan), (c) Data nilai rapor dari masing-masing siswa contoh di masing-masing SMK-

TI,

(d) Data kenakalan siswa contoh di masing-masing SMK-TI (pelanggaran- pelanggaran dan sanksi yang diberikan),

(3) Pengumpulan data primer terdiri atas data kuantitatif dan kualitatif dengan pengembangan pengukuran-pengukuran variabel yang merujuk pada asas- asas dasar pengukuran variabel (Singarimbun dan Effendi 1982; Rossi et al. 1983; Black dan Champion 1992; Fraenkel dan Wallen 1993; Kerlinger 1998) yaitu merupakan pemberian nomor-nomor pada fenomena observasi sesuai dengan aturan-aturan tertentu (Rossi et al. 1983). Pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan cara berbagai tehnik seperti pengisian kuesioner oleh contoh sendiri (self-report) atau dapat juga disebut sebagai

self -administered questionnaire yang menurut Rossi et al. (1983) sering diberikan kepada sekelompok responden dengan ditemani oleh interviewer seperti penelitian pada pelajar yang dilakukan di dalam sebuah kelas. Pengukuran lainnya adalah wawancara yang mendalam pada sejumlah kecil contoh, diskusi focus group pada kelompok guru-guru pembina dan Satgas SMK-TI, observasi di lapangan; dan observasi rasia senjata tajam. Instrumen pengukuran variabel-variabel yang merupakan data primer (merujuk pada instrumen dan teori-teori dari McCubbin dan Thompson 1987; Robinson et al. 1991; Kerlinger 1998; Iowa State University Rating Scale 1987; Miller 1991; Touliatos dan Compton 1992; Day etal. 1995) meliputi: (a) Karakteristik anak yang meliputi umur, jenis kelamin, percaya diri, cita-cita

dan tujuan hidup, emotional intelligent, sifat feminim dan maskulin, kepuasan output yang dicapai, kebiasaan makan, kebiasaan minum alkohol/merokok/narkoba, status gizi (BB/TB),

(b) Karakteristik keluarga contoh yang meliputi umur orangtua, pendidikan orangtua, besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, (c) Lingkungan teman bermain contoh yang meliputi karakteristik teman-

teman dekat contoh, bentuk dukungan sosial yang diberikan, tingkat keeratan hubungan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama,

(d) Pola pengasuhan orangtua contoh, baik ayah, maupun ibunya apakah cenderung bertipe mendukung dan hangat (Warmth & Support) atau kasar dan keras (Hostility Coercion),

(e) Komunikasi antara orangtua dan anak,

(f) Perilaku kenakalan remaja yang terdiri dari berbagai pertanyaan yang menyangkut perilaku kenakalan umum/minor dan major/kekerasan/kriminal,

(g) Prestasi belajar contoh yang terwujud dari nilai rapor.

Pada penelitian ini dilakukan berbagai kombinasi metode penelitian yaitu menggabungkan penelitian yang bersifat kuantitatif (yang melibatkan banyak nilai numerik) dan penelitian yang bersifat kualitatif (pemaknaan dengan wawancara secara mendalam). Lampiran 1 menjelaskan secara rinci jenis dan cara pengumpulan data, Lampiran 2 menjelaskan cara pengukuran variabel-variabel penelitian.

Manajemen dan Kontrol Kualitas Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini telah dikontrol dan dikelola sedemikian rupa agar mencapai kualitas data dengan tingkat akurasi yang tinggi. Beberapa tahapan pengumpulan data telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur pengumpulan data yang tepat dan benar (Koentjaraningrat 1981; Spencer dan Inkeles 1982; Babbie 1989; Black dan Champion 1992; Bernard 2000) yang dimulai dari tahapan persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, penyusunan data primer dan sekunder, dan terakhir adalah pengontrolan kualitas data. Secara rinci tahapan-tahapan manajemen dan kontrol kualitas data dijelaskan pada Lampiran 3.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan berbagai macam uji. Data yang terkumpul kemudian diberi skor sesuai dengan tingkatan masalahnya. Pengujian kualitas variabel-variabel penelitian yang meliputi uji kenormalan, uji kehomogenan, uji realibilitas dan uji validitas data disajikan pada Lampiran 4, sedangkan Lampiran 5 menyajikan uji konsistensi internal dan uji validasi konstruk. Analisis yang dipergunakan dalam studi ini meliputi:

(1) Analisis deskriptif untuk menganalisis metode pendekatan secara kualitatif yaitu yang meliputi penjelasan dan pemaknaan dari kuesioner terbuka, wawancara mendalam (in-dept interview), pengamatan di jalanan Kota dan

Kabupaten Bogor dan di sekolah-sekolah serta diskusi focus group (merujuk pada tujuan khusus nomor 1 dan 8). Analisis kualitatif adalah pengujian non- numerik dan interpretasi dari observasi dengan tujuan untuk menemukan makna yang melandasi pola-pola hubungan variabel-variabel (Koentjaraningrat 1981; Babbie 1989; Glesne dan Peshkin 1992; Mulyana 2001),

(2) Analisis deskriptif (mean, modus, median, minimum, dan maksimum) juga dilakukan untuk menganalisis metode pendekatan secara kuantitatif yaitu menganalisis butir-butir pertanyaan (items level) yang tercantum pada karakteristik contoh, keluarga, dan temannya, pengasuhan anak, komunikasi dan kenakalan pelajar (Paler-Calmorin 1994; Norusis 1997),

(3) Klas interval variabel komposit adalah reduksi data yang merupakan proses untuk meringkas data asli (original data) yang kompleks menjadi data yang lebih dapat dikelola (more manageable data) (Babbie 1989). Pada penelitian ini klasifikasi variabel dibagi ke dalam tiga interval kelas, yaitu kelas rendah, sedang, dan tinggi dengan menggunakan rumus (Runyan dan Haber 1982; Isaac dan Michael 1990; Slamet 1993):

Interval kelas = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Jumlah Kelas yang Diinginkan

(4) Uji Beda means (rata-rata) pada penelitian ini menggunakan uji beda-t berpasangan, yaitu untuk melihat perbedaan karakteristik individu, keluarga, maupun perilaku antara pelajar SMK-TI dan SMU atau pelajar laki-laki dan perempuan (merujuk pada Bruning dan Kintz 1968; Loether dan McTavish 1974; Blalock 1981; Norusis 1997; Rangkuti 1999; Wahana Komputer 2003; Kuswadi dan Mutiara 2004),

(5) Uji Korelasi Rank-Spearman untuk mengetahui kecenderungan hubungan antara variable-variabel dalam penelitian (Bruning dan Kintz 1968; Welkowitz

et al. 1976; Nazir 1983; Sprent 1991; Paler-Calmorin 1994; Sulaiman 2003; Wahana Komputer 2003),

(6) Uji Data Normalitas menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (Nazir 1983; Sprent 1991; Santoso 2001; Sulaiman 2003; Santoso 2004; Saad 2003). Uji data normalitas Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mendekati distribusi normal. Uji normalitas pada multivariat sangat kompleks, namun secara logika dapat dilakukan pengujian pada setiap variabel dengan asumsi bahwa apabila secara individu masing-

masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara multivariat variabel-variabel dapat dianggap memenuhi asumsi normalitas (Santoso 2001; Santoso 2004; Saad 2003). Hasil pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa hampir semua variabel-variabel penelitian adalah menyebar dengan tidak normal. Hal ini tercermin dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang menghasilkan nilai (p) yang signifikan (p = 0,000). Hanya variabel pola asuh orangtua (baik ayah maupun ibu) dan pola asuh orangtua dari dimensi kehangatan yang datanya menyebar dengan normal (p = 0,200 untuk kedua variabel tersebut),

(7) Uji Data Homoskedastisitas atau Pengujian Homogen menggunakan Uji Levene atau uji kesamaan ragam (Norusis 1997; Wijaya 2000; Santoso 2001; Santoso 2004; Andi dan Wahana Komputer 1997; Saad 2003). Lampiran 4 menyajikan hasil uji Levene yang menunjukkan kehomogenan variabel. Variabel-variabel yang menunjukkan varians yang identik atau Homoskedastisitas {yang menghasilkan nilai (p) tidak signifikan (p > 0,05)} adalah keadaan emosi/tingkat stres, kepuasaan hasil yang dicapai, pengasuhan orangtua di masa anak-anak, hubungan orangtua dan anak, pengasuhan orangtua (baik total maupun dimensi kehangatan), kebersamaan orangtua dan anak, komunikasi orangtua dan anak, kualitas hubungan dalam keluarga, hubungan anak dengan sekolah, dan sikap agresif. Variabel- variabel yang menunjukkan varians yang tidak identik atau Heteroskedastisitas yang menghasilkan nilai (p) signifikan (p < 0,05) adalah tekanan ekonomi keluarga, kecerdasan emosi, sifat kepribadian, pengasuhan orangtua dimensi kekasaran, hubungan anak dengan teman, dan kenakalan baik umum maupun kriminal,

(8) Uji Reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan metode inter-item correlation atau internal konsistensi Cronbach α (Pedhazur dan Schmelkin 1991) untuk mengukur keterandalan suatu pengukuran. Reliabilitas adalah kualitas dari suatu metoda pengukuran yang menunjukkan bahwa data yang dikumpulkan dari setiap kali observasi mempunyai fenomena yang sama (Babbie 1989). Rumus yang digunakan adalah rumus Cronbach (1951), yang diekspresikan dengan:

a = N ¯ ? / [ 1 + ¯ ? (N-1)]

Keterangan a adalah Cronbach Alpha; N adalah jumlah butir pertanyaan